Namja itu berdiri di sana, dengan kerennya menyandar pada salah satu pilar yang ada. Kedua tangannya terlipat di depan dadanya. Membuatnya tampak seperti manekin peragaan busana yang nyasar di bandara.

Sesekali tangannya terangkat guna mengecek arlojinya, yang entah hanya perasaannya saja atau bagaimana, bergerak begitu lambat. Selambat adik bungsunya yang sedang ditunggunya saat ini.

Anak itu benar-benar... batinnya kesal.

Sudah kurang lebih 30 menit lamanya ia menunggu di sana. Berdiri menyandar pilar bandara Gimpo. Menunggu adik paling bungsunya datang.

Apa anak itu terlalu lama tinggal di US sampai dia se-carefree ini? ia kembali membatin kesal. Tangannya ia angkat guna mengecek arlojinya untuk yang ke-n kalinya.

Namja itu kembali mendecih kesal ketika jarum panjang arlojinya menunjukkan bahwa ini baru saja lewat 5 menit dari terakhir kali ia mengecek arlojinya. Tapi, rasanya ia sudah menunggu lebih dari 5 tahun.

Kalau kalian berfikir namja tampan itu tidak sabaran, itu memang benar. Namja tampan nan gagah itu sepertinya patut di anugrahi orang paling tidak sabaran di dunia. Dengan catatan kalau ia lelah.

Ya, namja yang wajahnya sama sekali tidak menunjukkan usianya itu sedang lelah. Ia baru saja sampai 1 jam yang lalu dari Jepang, mengurusi kantor cabang yang bermasalah di sana. Meskipun pada akhirnya ia bisa refreshing dengan keluarga kecilnya –yang memang berdomisili di sana- ia tetap saja lelah.

Dan sekarang, namja ini harus menunggu adik paling bungsunya. Yang dengan seenak jidatnya menyuruhnya untuk menunggunya di bandara, agar bisa pulang bersama. Alasannya supaya menghemat waktu.

Apanya yang menghemat waktu kalau seperti ini. Semua ini sama saja dengan dia pulang ke rumah, istirahat sebentar, kemudian kembali lagi untuk menjemput adiknya itu.

Ah... seandainya saja ia bisa berkutik pada puppy-eyes itu, ia yakin ia sedang ada di rumah sekarang. Bukannya menunggu adinya yang benar-benar –

"Minho-hyung!"

Ah, pucuk dicinta ulampun tiba.

Minho, nama namja itu, menegakkan tubuhnya ketika manik emerald-nya berpapasan dengan sosok yang ia tunggu, yang datang dengan tangan melambai dan senyum besar mengembang. Sepertinya sama sekali tidak merasa bahwa ia telah membuat kakak sulungnya ini menunggunya lama.

Namja itu pun menghela nafasnya ketika perasaan kesalnya langsung sirna ketika ia melihat senyum bahagia adiknya itu.

Aigo... sepertinya ia tau bagaimana rasanya jadi Appa-nya, yang tidak pernah bisa berkutik dengan senyuman maut turunan itu.

Ketika namja itu sudah sampai di hadapannya, yang mampu Minho lakukan hanyalah menepuk kepalanya pelan. Membuat namja yang terlihat jauh lebih muda darinya itu terkikik canggung.

"Sorry, hyung. Koperku keluarnya lama sekali. I'm so sorry!" gumam namja manis dengan manik jade cemerlangnya yang tampak memancarkan perasaan tidak enak.

Minho kembali hanya bisa menghela nafasnya. Perasaan tidak enak ikut-ikutan muncul di dadanya.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau sampai dengan selamat." Ujarnya seraya mengacak-acak rambut kecoklatan namja itu.

"Really?" si namja manis kini menatapnya dengan pandangan tidak percaya. Minho mendengus kecil, kemudian memukul kepala namja itu pelan.

"Yeah. It's ok. Just, lets go home." Ujar Minho seraya meraih koper yang dibawa adik bungsunya itu. Kemudian berbalik dan mulai berjalan.

"Ah, but, Minho-hyung." Namja itu menghentikan langkahnya, kemudian menoleh ke arah adik bungsunya.

"Bisa kita menjenguk Jongin?" Ujar namja itu seraya memandang Minho dengan pandangan yang sulit di jelaskan.

Minho terdiam sebentar. Kemudian tersenyum kecil.

"Ok, We will drop there, but first lets grab some bite. I'm starving." Ujar Minho dengan senyum penuh arti, yang dibalas dengan senyuman bahagia oleh adik bungsunya. Yang langsung berlari menerjang ke arahnya.

"Thank you! I love you, hyung." Ujar namja itu seraya menggelayut di lengan kekar Minho yang tidak memegang kopernya. Minho tersenyum kecil.

"Love you too, My little Niel." Tangan kanan Minho terangkat untuk mengacak rambut adik paling bungsunya itu. Yang langsung terkikik kecil karenanya.

.

.

.

Petals Rains

Present

.

.

.

17 vs 24

Tell me it's just a dream

Disclaimer (c) God and Them self –I can't say its SM's because there will be other company's Idols-

Pairing: Just like usual, LayKai –its obvious right who is the seme. And another pair

Warning: au, boys love/YAOI/boyxboy, inspirasi dari drama 18 vs 29, typo(s), bunny time line alias time line lompat-lompat, aneh, gaje, gak nyambung sama dramanya, pair tidak main stream, umpatan, penyebutan nama panggilan yang didasarkan (?) pada hewan jadi sangat aneh –seperti Unicorn-sunbae sialan, Kitty pabo, Kodok menyebalkan, Naga-sunbae kesasar, Panda ajaib, Rusa-sunbae sok kecakepan, Puppy-hitam, singa setengah-setengah, de el el

Rate: T or PG 15 (soalnya banyak banget umpatannya)

Genre : Romance, (Hopefuly) comedy and humor.

Enjoy

.

.

17 vs 24

.

.

.

Chapter Two dot two

Youngin and the real family

.

.

.

Dengan perlahan, Jongin meletakkan Youngin yang sudah terlelap ke dalam basinet yang ada di samping tempat tidurnya. Senyum mengembang di bibirnya ketika ia menyelimuti bayi mungil nan manis itu.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, masih dengan perlahan, Jongin berjalan menuju tempat tidurnya.

Begitu ia duduk di tempat tidur, kepala Jongin lantas langsung menoleh ke arah namja yang tidur di ujung tempat tidur besarnya itu. Sebagian besar tubuh namja itu berada di atas tempat tidur, sisanya menggangtung di ujung tempat tidur.

Dari sudut pandangnya, tidur dengan keadaan seperti itu sangat tidak nyaman. Tapi, entah bagaimana caranya, ia merasa tidak tega untuk membangunkan namja yang berstatus sebagai ayah dari bayi manis yang sudah mencuri hatinya.

Seketika pipinya memerah.

Ya, ya, ya! Namja di depanmu ini si unicorn, UNICORN! Bisa-bisanya kau berkata seperti itu! Batin jongin kelabakan ketika ia menyadari apa yang ia katakan itu, secara tidak sadar, menunjukkan bahwa namja yang masih tidur itu adalah sua-

Blush

Jongin lantas menggeleng-gelengkan kepalanya keras. Mencoba menghapus pemikiran gila barusan dari dalam kepalanya. Membuat matanya sekarang kabur dan kepalanya pening.

"Ugh..."

"Kau baik-baik saja?" suara berat khas orang baru bangun tidur itu sukses membuat Jongin tersentak kaget. Sontak saja ia menundukkan kepalanya, jade-nya melirik ke arah sampingnya.

Yixing masih tetap pada posisinya, kedua matanya masih menutup, tapi sepertinya namja itu sudah bangun dari tidurnya.

"Jongin?" Yixing kembali bertanya ketika Jongin tak menjawab pertanyaannya. Kali ini ia memaksa tubuhnya yang masih lelah untuk bangun dan duduk di tepi tempat tidur, cukup jauh dari Jongin.

Jongin tidak menjawab. Tetapi ia menganggukkan kepalanya kecil.

Yixing bergumam kecil, mirip ber-'oh' ria.

Kemudian suasana lantas langsung jatuh sunyi canggung.

Buzz Buzz Buzz Buzz

Suara getaran ponsel di tempat tidur bahkan sampai terdengar begitu kencang saking sepinya suasana di ruangan besar itu. Sukses menyentak keduanya dari kecanggungan yang tiba-tiba muncul di antara mereka.

Yixing menolehkan kepalanya menuju ponselnya yang tergeletak di ujung tempat tidur. Dengan tangan kanannya, ia meraih benda persegi tipis bercover kulit berwarna ungu tersebut.

Ketika ia melihat layar ponselnya, sebuah tampilan panggilan masuk tertera. Caller id yang tertera di layar besar itu cukup untu membuat kedua manik mata Yixing membulat dan sekujur tubuhnya membeku di tempat.

Melihat Yixing yang tiba-tiba berubah menjadi patung membuat Jongin menaikan sebelah alisnya. Jelas tampak penasaran dengan apa yang sedang terjadi pada namja itu.

Namja itu pun lantas menggeser tubuhnya sedikit mendekat ke arah Yixing. Kemudian, ia mencondongkan tubuhnya lebih mendekat, mencoba membaca apa yang tertera di ponsel yang kelihatannya sangat malah itu.

Jonghyun-hyung calling. Begitulah caller id yang tertera di layar ponsel itu. Jongin mengerutkan keningnya.

Eh? Jonghyun-hyung? hyung-ku? Jongin membatin membaca caller id tersebut. Merasa sangat aneh dengan maksud –

Ah iya... dia 'kan sekarang is- ehem- satu keluarga dengan si Unicorn ini. jadi jelas saja kalau hyungnya itu menelepon si Unicorn 'kan?

Melihat bahwa Yixing sepertinya tidak berniat untuk mengangkat panggilan itu, inisiatif sendiri, Jongin pun merebut ponsel itu dari Yixing. Sukses membuat namja itu terkejut setengah mati.

"Jongi –"

Pik

"Yeoboseo, hyung!" suara ceria Jongin menjawab panggilan itu sukses membuat Yixing kembali membeku di tempatnya.

.

.

Mendengar suara ceria yang begitu khas di telinganya, sukses membuat Minho lantas menghentikan kakinya. Membeku di tempatnya berdiri. Membuat Niel yang ada tak jauh di depannya menatapnya bingung.

"Hyung? What's wro –"

"J-Jongin?" mendengar satu nama itu di sebut, Niel lantas langsung membulatkan matanya. Ikut terkejut.

Sontak saja, namja itu lantas berlari ke arah Minho. Dengan cepat, namja itu merebut ponsel milik kakak Sulungnya tanpa meminta.

"Jongin? You awake?"

.

.

Suara lain, kali ini lebih ringan dan familiar dari pada suara yang sebelumnya, tapi tetap bukan hyung-nya, berucap dari seberang sana. Membuat kerutan di kening Jongin semakin mendalam.

"S-siapa ya?" Yixing yang mendengarnya lantas langsung mengerutkan kening. Tubuhnya yang sudah membeku semakin membeku.

Bagaimana ini?

"It's me, Niel? K-kau tidak mengenali suaraku?" Manik mata Jongin lantas langsung membesar. Sukses membuat Yixing yang melihatnya rasanya ingin kena serangan jantung.

.

.

Melihat perubahan raut wajah Niel membuat perasaan Minho, yang akhirnya sudah sadar dari keterkejutannya, jadi aneh dan penasaran. Apa yang terjadi?

"Niel?! I miss you so much!" suara teriakan, yang bahkan terdengar oleh Minho, sukses membuat senyum berkembang di bibir Niel. bahkan senyum itu berubah menjadi cengiran penuh dengan kebahagiaan.

"I miss you too! How are you doing now?"

.

.

Terkejut, tentu saja Yixing terkejut. Tak pernah ia sangka namja yang sekarang berdiri di hadapannya dengan senyum indah yang membuat pipinya terasa panas mengenal Niel.

Wah... sepertinya ia sangat beruntung hari ini.

"Not that good not that bad too. Where are you? Still in California?" kali ini jongin berucap dengan pelan, matanya melirik ke arah Youngin –sepertinya baru sadar kalau di ruangan itu ada seorang bayi- yang masih damai dalam tidurnya.

"Well, I'm in Seoul now, near your hospital. Rencananya mau makan dulu baru menjengukmu." Senyum di bibir Jongin lantas mengembang cerah.

Ah... setidaknya, hari ini ia tidak akan terjebak hanya berdua dengan si unicorn itu.

"Thats good. Wah... I cant wait to meet you." Cara Jongin berucap cukup untuk membuat Yixing benar-benar membeku di tempatnya duduk.

Aiya... Bagaimana ini? Namja Chinese itu terdiam di tempatnya. Memutar otak guna menghindari kejadian ini terjadi.

Bukannya ia tidak ingin Niel dan Jongin bertemu, hell, ia malah ingin sekali mereka berdua bertemu. Jongin sudah sangat amat ingin sekali bertemu dengan 'adik satu-satunya' itu. Sampai-sampai terbawa dalam tidurnya.

Tapi, dengan keadaan Jongin yang sekarang, ditambah dengan kehadiran Minho, jelas saja itu bukanlah hal yang baik. Bisa-bisa keadaan Jongin sekarang langsung terbongkar dan menimbulkan masalah yang lebih besar dari ini.

Kalau masalah Jongin hilang ingatan saja sudah jadi masalah yang besar, Yixing tidak bisa membayangkan sebesar apa masalah lain yang akan ditimbulkan kalau rahasia ini terbongkar.

Hanya ada satu hal yang ia tau akan terjadi jika masalah ini diketahui.

Ibu Jongin, Heechul-ommoni, jelas akan langsung masuk rumah sakit, lagi.

Aiya... Harus bagaimana?

"Ok, see you soon! Bye bye!" *pik* Jongin lantas menghela nafasnya ketika ia memutus sambungan tersebut. Senyum dan wajahnya jelas menggambarkan bahwa ia sangat senang sekarang.

Jelas saja ia senang. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu. Mungkin 2-3 bulan yang lalu. Namja magne dari choi triplets itu harus pergi ke California demi mengejar cita-citanya dan cintanya. Yang entah sudah kesampaian atau belum.

Dan lagi, dengan adanya Niel di sini, ia tidak perlu lagi berkutat dengan kecanggungan dengan si Unicorn. Ah... Senangnya!

Senyum yang mengembang di bibir Jongin lantas langsung menghilang begitu ia memutar badan menghadap Yixing.

Kening Jongin lantas berkerut tak mengerti dengan apa yang terjadi dengan namja itu. Dari wajah dan posenya sekarang, Jongin tau jelas bahwa namja itu sedang memutar otak memikirkan sesuatu yang cukup serius.

Melihat itu juga, ingatan beberapa menit yang lalu lantas kembali ke kepalanya. Benar juga, namja itu tampaknya tadi juga tampak terkejut dan sangat ragu ketika seseorang yang bercaller id nama yang sama dengan hyungnya menghubunginya. Ekspresi wajahnya saat itu jelas menunjukkan bahwa ia tengah di rundung gudah gulana yang menurutnya cukup aneh.

Yang menghubunginya 'kan -mungkin- hyungnya. Bukannya ia harusnya segera mengangkatnya kalau semua yang di ucapkannya benar -maksudnya dengan ia adalah is -ehem satu keluarga dengannya dan lain-lain- dan memberi tahu Hyung-nya bahwa ia baik-baik saja?

Bicara soal itu, bukankah seharusnya Yixing mulai sibuk menelepon semua orang yang berhubungan dengannya guna memberikan kabar? Misalnya menelepon Sehun atau Hakyeon? Tapi, sepertinya sejak kemarin ia malah diam saja dan tidak melakukan apapun.

Kening Jongin semakin mengerut.

"Ada apa sih?" pertanyaan itu terlontar begitu saja. Mengejutkan kedua belah pihak yang mendengarnya.

Yixing lantas menoleh ke arah Jongin. Memberikan full service wajahnya yang sama sekali tak terkatagori tenang itu pada Jongin. Yang semakin terkejut karenanya.

"Ada apa? Kau tanya ada apa?" kalimat pertanyaan tersebut dilontarkan dengan nada frustasi dan sulit di artikan. Membuat Jongin kembali tersentak, terkejut karena sikap Yixing yang baru pertama kali ini ia lihat -setidaknya ia pikir begitu.

Yixing sendiri sekarang sudah mulai tambah frustasi. Kenapa bisa-bisanya Jongin malah bertanya 'ada apa sih?'?. Bukankah seharusnya ia mengerti kalau kondisinya ini tidak mungkin ada orang lain yang boleh mengetahuinya.

Ah... Bagaimana sih Jongin ini!

Melihat Yixing yang semakin tampak frustasi membuat Jongin kebingungan. Apa yang salah dengan ucapannya barusan? Bukankah itu memang haknya untuk tau apa yang terjadi dengan Yixing? Ia 'kan is-ehem satu keluarga dengannya?

"Sunbae, kau aneh." celetukkan tidak sengaja itu cukup untuk mengirim Yixing membanting tubuhnya ke kasur. Frustasi dengan sikap Jongin yang tidak peka akan keadaan.

Sejak kapan coba, Jonginnya berubah jadi super polos -

Sial! Aku lupa kalau dia yang sedang kehilangan ingatannya! Sialan! Pikiranku mulau kacau! Yixing membatin frustasi seraya mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan.

Jongin sendiri hanya bisa melihat Yixing yang tampaknya mulai kembali normal tersebut -terbukti dengan dia yang mulai mengatur nafasnya. Sama sekali tidak mengerti dengan sikap aneh tiba-tiba Unicorn tersebut.

Ia sih memang tau kalau Yixing itu aneh, sangat aneh. Tapi, ia tidak tau bahwa namja itu bisa se-aneh ini!

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Yixing bisa mengontrol dirinya lagi. Cukup untuk membuat Jongin menghela nafas dan menggagalkan niatannya memanggil suster guna mengirim namja ini ke alamnya -RS jiwa.

"Jongin," Yixing memanggil namanya dengan nada aneh. Sebuah nada yang -sepertinya- baru kali ini ia dengar tapi sukses membuat dirinya bergertar.

"A-apa?" Jongin sama sekali tidak ada maksud untuk terbata-bata begitu. Tapi, apalah daya ia tidak bisa mengontrol apa yang keluar dari bibirnya.

Yixing tidak menjawab. Ia malah terdiam menatap langit-langit kamar rawat Jongin, yang entah sejak kapan berubah menjadi begitu terang dan menyakitkan matanya.

Tidak dijawab seperti itu membuat Jongin kembali menaikan sebelah alisnya, jelas tidak mengerti dengan sikap namja itu -lagi. Tapi, kali ini, ia memilih untuk diam tak menyuarakan apapun.

"Dengar baik-baik," akhirnya setelah beberpa menit menyakitkan berlalu, Yixing kembali berucap. "Keadaanmu yang sekarang ini, harus dirahasiakan."

"Eh?" hanya itu yang bisa keluar dari mulut Jongin saking terkejutnya.

Eh? Maksudnya apa dengan kalimat itu? Dan apa pula yang harus ia sembunyikan?

"Keadaanmu, hilang ingatanmu itu, tolong rahasiakan." kali ini Yixing kembali berucap, menjelaskan kalimat ambigu yang sama sekali tidak di sadarinya sedari tadi. Membuat Jongin menghela nafasnya yang, entah sejak kapan, ia tahan.

Ah benar juga, Jongin membatin. Aku 'kan hilang ingatan. Aku jadi lu-

Eh sebentar.

Aku hilang ingatan?

Harus dirahasiakan?

Lah, terus Niel bagaimana –

Kepanikan lantas langsung menerjang Jongin. Astaga, pantas saja Yixing langsung tampak seperti tadi. Kalau Niel ke sini, otomatis anak itu akan langsung tau akan keadaannya. Meskipun polos dan cuma kadang-kadang terjadi, Niel itu sangat peka akan keadaan!

Ah! Bodohnya dia.

Melihat Jongin yang tiba-tiba panik begitu, Yixing hanya bisa menghela nafas sambil menutup kedua matanya. Aiya... Dia malah lupa!

"Tenang Jongin..." Yixing berucap ditengah kefrustrasian yang tiba-tiba kembali menghampirinya. Tapi, sepertinya, ucapan tersebut tidak di gubris oleh Jongin.

"Heee? Tapi –tapi! Niel akan ke sini! Dia akan ke sini! Kita 'kan harus merahasiakan ini –tunggu sebentar," tiba-tiba saja Jongin diam dari kepanikannya ketika sesuatu melintas di kepalanya. Ia lantas menoleh ke arah Yixing yang sekarang sudah duduk di sampingnya lagi.

"Untuk apa aku merahasiakan keadaanku?" pertanyaan itu membuat Yixing menaikan sebelah alisnya. Gantian tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jongin.

Di sisi lain, Jongin kini menatap Yixing dengan intens. Keningnya kembali mengerut dan wajahnya tampak serius. Jelas menuntut penjelasan tentang apa yang barusan ia pertanyakan.

Bagi Jongin sekarang ini, itu aneh. Kenapa ia harus merahasiakan ini pada orang-orang? Bukankah harusnya sebaliknya? Namja itu malah harusnya segera memberitahu orang-orang terdekatnya supaya bisa membantu mengingat kembali?

Kenapa coba?

Melihat ekspresi itu Yixing menghela nafasnya. Jelas mengerti apa yang ada di kepala Kim Jongin itu.

"Dengar Jongin," dibalas ditatap serius begitu, jelas saja Jongin tersentak sedikit. "Keluargamu yang selama ini, bukan keluarga aslimu."

"Eh?" lagi-lagi, hanya reaksi seperti itu yang mampu Jongin ucapkan. Kedua matanya membelalak besar.

Apa maksudnya itu? Keluarganya bukan keluarga aslinya? Lelucon macam apa itu?

Ekspresi terkejut Jongin cukup untuk kembali mengirim Yixing menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur.

"Memangnya kau tidak pernah curiga dengan sikap keluargamu, kecualikan Jonghyun-hyung, yang selalu antagonis padamu?" pertanyaan itu lantas langsung membuat Jongin menoleh padanya. Kedua matanya masih membelalak, malah mungkin lebih besar.

Dari mana dia tau?

"Kau sudah menceritakan semuanya padaku sejak pertama kali kita dekat." rona kemerahan tanpa sadar muncul di pipi Jongin. "Meskipun sebenarnya tidak perlu karena aku sudah mengetahuinya."

"Eh?" Jongin menaikan sebelah alisnya, pipinya masih merona merah.

"Aku sudah sejak lama suka padamu." mendengar pengakuan itu jelas saja langsung merubah wajah Jongin bak kepiting rebus. Bahkan mungkin lebih merah dari itu.

Eh? Suka padanya sejak lama? A-apa maksudnya itu?

Tak menggubris ekspresi Jongin saat ini, Yixing kembali melanjutkan ceritanya.

"Sejak pertama kali aku melihatmu saat konser penerimaan siswa baru. Aku langsung tertarik padamu." Yixing tiba-tiba tertawa kecil. "Ekspresimu saat itu benar-benar priceless, mata besarmu itu membuka lebar dan begitu binar-binar."

Mendengarnya, Jongin lantas menundukkan kepalanya. Ah, ia ingat hari itu. Hari memalukan yang ingin ia hapus dari ingatannya saking memalukannya.

Tapi, mau bagaimana lagi? Itu kali pertamanya ia melihat seseorang seberbakat itu. Sunbae cool yang tidak hanya bisa main piano dengan keren saat pengenalan klub koor, bermain bass saat pengenalan klub musik ringan (band apa gitu dia lupa namanya), dan menari dengan sekeren itu di saat pengenalan klub tari modern itu jarang sekali ia temui. Malah mungkin jarang ada.

Seandainya saja ia tau kalau sunbae cool yang jadi idola hampir semua siswa baru itu akan semenyebalkan ini, ia jamin, ia tidak akan pernah susah payah menerobos ke depan barisan guna melihat namja itu tampil.

Ugh... Benar-benar memalukan!

Yixing hanya bisa tersenyum penuh arti ketika ia melihat wajah Jongin kembali merona hebat. Mungkin di dalam kepalanya, yang kembali ke masa 7 tahun yang lalu, ingatan itu kembali berputar. Sangat jelas mengingat kejadian itu baru berlangsung sekitar 6 bulan sebelum masa ingatan terakhirnya.

Ah... Ia jadi ingat bagaimana perasaannya itu.

Jujur, awalnya dia agak bingung dan sedikit risih dengan tingkah anak baru itu, yang terus memandanginya dengan tatapan berbinar-binar yang menurutnya sedikit berlebihan. Tapi, lama kelamamaan, ia malah menjumpai tatapan itu begitu menggemaskan.

Apa lagi ketika secara tidak sengaja -sengaja sih dipihaknya, kalau Jongin entah- bertemu pandang , pipi namja tan itu langsung berubah menjadi merah. Wah... Itu benar-benar sangat amat menggemaskan dan begitu cantik.

Ah... Tapi ini bukan saatnya ia ber-flashback ria. Entah kapan ia tidak tau, Niel akan sampai sini dan semuanya akan berantakan kalau ia tidak segera menjelaskannya pada Jongin sekarang.

Yixing pun lantas mendudukkan dirinya, cukup mengejutkan Jongin. Kemudian namja itu menatap lekat namja cantik yang ada di hadapannya.

"Apa?" pertanyaan itu keluar secara refleks dari Jongin. Ia masih tidak terbiasa ditatap begitu oleh namja yang biasanya sangat jahil padanya.

"Tidak. Tapi, mulai sekarang, kau harus mendengarkan ceritaku baik-baik, oke? Jangan membantah, cukup dengarkan." Jongin lantas memiringkan kepalanya bingung. Jelas tidak mengerti maksud dari namja itu. Tapi ia tetap mengangguk.

"Oke, kalau begitu." Yixing meraih ponselnya yang tergeletak di kasur, kemudian melakukan sesuatu pada benda persegi panjang berwarna ungu itu dengan gerakan cepat. Entah melakukan apa.

Setelah beberapa saat, Yixing menghentikan gerakan tangannya. Kemudian menyerahkan ponsel itu pada Jongin yang jelas masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi sekarang.

Ketika ponsel itu sudah ada di tangannya, Jongin menatap layar ponsel itu. Seketika pipinya merona hebat ketika ia melihat sebuah gambar yang tertera di layar ponsel keluaran terbaru itu.

"I-ini apa maksudnya?!" sebenarnya Jongin tidak bermaksud untuk berseru seperti itu, hanya saja, foto yang tertera di ponsel milik Yixing itu terlalu memalukan.

Apa coba maksud namja ini menunjukkan foto ini?! Jongin membatin semakin histeris. Pipinya semakin merona.

Foto itu benar-benar sangat memalukan! Tidak hanya karena itu foto pernikahan mereka, tapi juga kenyataan bahwa ia memakai sebuah hanbok modern yang terlihat begitu mahal untuk YEOJA!

Aish! Maksudnya apaan sih?!

Jongin yang merona hebat dan salah tingkah begitu jelas terlihat sangat menggemaskan di mata Yixing. Sayangnya, ini bukan saat yang tepat untuk jadi 'anae pabo'. Makanya ia mengurungkan niatannya untuk membanting Jongin ke tempat tidur dan sepuasnya menciumi namja itu.

Lagian juga, Jongin 'kan tidak bisa 'diserang' selama 6 minggu ini. Sudah begitu, belum tentu juga Jongin mau ia 'serang'.

Haah... Nasib...

Menghela nafas pelan, Yixing pun bergeser ke samping Jongin, membuat namja yang tampak begitu manis dengan wajah merah padam itu menatapnya dengan pandangan setengah takut.

"Jangan fokus ke kita berdua." Yixing menjawab pertanyaan Jongin sebelumnya, seraya kedua tangannya menunjuk ke arah sebelah kanan Jongin. "Perhatikan ini."

Jongin lantas mengalihkan perhatiannya dari Yixing ke ponsel yang entah sejak kapan ia pegang dengan tangan dua itu. Kedua bola matanya lantas membelalak ketika ia melihat siapa gerangan yang ada ditunjuk Yixing.

"C-Choi-sshi?" hanya itu yang bisa Jongin ucapkan saking terkejutnya. Untuk apa Choi-sshi ada di foto pernikahanku? Ia bertanya dalam hati.

Ekspresi wajah Jongin yang seperti itu jelas sudah diduga oleh Yixing. Karena ekspresi ini adalah ekspresi yang sama ketika Jongin akhirnya tau semua rahasia yang di sembunyikan 'keluarganya'.

"Ini yang ingin aku jelaskan." Yixing menggerakkan jarinya diatas layar ponsel yang masih di pegang Jongin. Menampilkan foto suasana pernikahan lainnya, kali ini lebih mengejutkan.

Saking terkejutnya, Jongin merasa bahwa bola matanya ingin melompat keluar dari tempatnya.

Apa maksudnya dengan aku bagian dari Choi Triplets?! Jongin membatin, sangat terkejut dan tidak mengerti.

Di layar ponsel itu, terpampang sebuah foto yang terdiri dari 4 orang, yaitu jelas dirinya sendiri, kemudian Taemin, Niel, dan satu orang yang sama sekali tidak ia kenal. Berdiri di depan altar pernikahan dengan senyum mengembang di bibir mereka. Ketiga orang itu mengelilingi Jongin, menunjuk ke arah sang pengantin.

Tapi, bukan itu yang membuat Jongin terkejut.

Tulisan di foto itulah yang membuat ia terkejut. Tulisan doodle berantakan yang jelas sekali ia tau siapa yang menulisnya.

"'Happy Wedding, our beloved second youngest!' I-ini, maksudnya Niel apa? A-aku second youngest? T-tapi 'kan aku bukan -"

"Aku sudah bilang 'kan? Jangan membantah cukup dengarkan." Yixing berucap memotong perkataan Jongin. "Kau bagian dari mereka. Kau adalah Quadruplets yang hilang. Aku yakin Taemin sudah cerita padamu." Wajah namja itu berubah seirus.

Itu benar. Taemin pernah cerita padanya bahwa sebenarnya, mereka tidak hanya kembar tiga, melainkan empat. Tapi, satu dari mereka, second youngest yang bahkan belum diberi nama, entah bagaimana caranya, ditukar di rumah sakit dengan bayi yang sudah tidak lagi bernyawa.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa dia adalah anak yang ditukar itu 'kan? Hal seperti ini hanya ada dalam drama tv. Tidak mungkin terjadi.

Melihat Jongin yang seperti ini terasa seperti memutar balik hari itu. Hari dimana, akhirnya, Jongin mengetahui jati dirinya sebagai seorang Choi, yang jelas sama sekali tidak bisa di terimanya. Hari yang sama dengan hari kejadian itu terjadi.

Untuk sesaat, Yixing membiarkan Jongin menerima semua ini. Sebelah tangannya meremas erat tangan kanan Jongin yang jatuh terkulai lemas di sisinya.

.

.

.

"Naeun? Sedang apa di sini?"

Yeoja cantik itu lantas membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya. Sebuah senyum lantas mengembang di bibirnya ketika ia melihat siapa gerangan yang memanggilnya.

"Sungyeol! Sudah lama tidak berjumpa!" tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya, yeoja cantik berambut hitam panjang itu berseru menyapa sang dokter muda. Sungyeol hanya tersenyum kecil.

Ya, memang sudah lama sekali keduanya tidak bertemu. Mungkin terkahir kali mereka bertemu di perayaan ulang tahun pertama Myunghee, yang artinya sudah lebih dari 2 tahun yang lalu.

Tapi, mau bagaimana lagi. Yeoja cantik di hadapnnya itu berdomisili di Jepang, bersama dengan suami dan anak mereka, juga istri dan anak-anak Minho-hyung.

"Ah, ada maksud apa ke sini?" Sungyeol bertanya masih dengan senyum di bibir. Naeun memiringkan kepalanya, tampaknya bingung dengan pertanyaan Sungyeol.

"Tentu saja untuk menjenguk adikku dan keponakanku. Mau apa lagi?" rasanya Sungyeol ingin sekali menepuk jidatnya sekeras-kerasnya sekarang.

Ah, benar juga, Jongin baru saja bangun. Tentu saja semua keluarga Choi akan segera datang ke sini. Bodohnya...

Aigo... harus bagaimana?

Perubahan ekspresi Sungyeol cukup mengundang tanya bagi Naeun. Yeoja itu pun menaikan alisnya.

"Ada sesuatu yang terjadi? Apa keadaan Jongin kembali tidak ..." Naeun tidak sanggup melanjutkan perkataannya. Raut wajahnya jelas sekali menggambarkan kekhawatiran.

"Ah tidak-tidak!" setengah panik, Sungyeol berucap. Tangan kanannya mengibas-kibas menambahkan. "Bukan begitu, Naeun."

"Lalu?" kalau bukan itu yang membuat ekspresi Sungyeol berubah, terus apa? Naeun bertanya dalam hatinya.

Ditanya begitu, jelas raut wajah Sungyeol langsung kebingungan. Tentu saja, ia tidak tau harus berkata apa pada Naeun. Yeoja itu sulit sekali dibohongi.

Di detik pertama ia melihat Jongin, Sungyeol yakin bahwa yeoja berstatus sebagai psikiater dalam itu akan langsung tau ada sesuatu yang mencurigakan. Kemudian, yeoja itu akan menelusuri apa itu dan boom, semuanya pasti langsung ketahuan. Selayaknya waktu mereka SMA dulu.

Lalu ia harus bagaimana?

Melihat Sungyeol yang tampak kebingungan itu, Naeun menaikan sebelah alisnya. Ikut kebingungan dengan tingkah Sungyeol yang sepertinya sedang memutar otak untuk menjawab pertanyaannya.

"Sungyeol, wae?" mendengar pertanyaan lembut yang terdengar jelas kebingungan itu, Sungyeol tersentak dari lamunan sesaatnya. Manik matanya lantas langsung bertemu dengan obsidian cerah milik Naeun.

Ketika mata mereka bertemu, Sungyeol tau kalau Naeun sudah merasakan sesuatu yang aneh. Kalau sudah begini, jelas yeoja itu akan sangat peka terhadap apapun yang ia lihat dari Jongin nanti.

Ah harus bagaimana -

Buzz buzz buzz buzz

Suara benda bergetar yang datang dari saku jas Sungyeol jelas menarik perhatian dua orang tersebut.

"Ah, Naeun, sebentar ya." Naeun hanya mengangguk kecil.

Setelah itu, Sungyeol pun lantas mengambil ponselnya, mengecek layar benda persegi panjang tipis berwarna putih tersebut.

You've got mail

From: 10

Sungyeol menaikan sebelah alisnya. Yixing? Kenapa ia mengemailnya? Tumben sekali. Mana ke email umumnya lagi, bukan email pribadinya.

Namja itu pun lantas membuka email itu, yang isinya hanya kalimat pendek yang menjawab semua pertanyaan yang berputar di kepalanya. Mengejutkannya.

From : Zhang Yixing 10

To : Kim Sungyeol

Tolong jelaskan pada Naeun tentang Jongin.

Sungyeol menghela nafasnya ketika ia sudah sadar dari keterkejutannya. Melihat Yixing menggunakan e-mail ini, jelas mengindikasi bahwa Yixing ingin Sungyeol menjelaskan semuanya tentang keadaan Jongin sebagai seroang dokter, bukan sahabat baiknya.

Sekali lagi menghela nafas, Sungyeol kembali mengantongi ponselnya. Kemudian ia menatap Naeun yang kini penasaran.

"Aku harus bicara sesuatu padamu. Penting. Kau ada waktu?" melihat ekspresi Sungyeol yang langsung berubah jadi serius jelas membuat kening yeoja cantik itu mengerut. Tapi, Naeun tetap menangguk.

"Bisa. Mau bicara soal apa?" tanya Naeun masih dengan kening mengerut.

"Jongin."

.

.

.

Yixing menutup ponsel flip-nya, mengantonginya, kemudian kembali fokus pada Jongin, yang sekarang ini masih belum sadar dari keterkejutannya.

Yixing paham, semua ini terlalu mengejutkan dan sangat tiba-tiba. Semua ini bahkan lebih buruk dari kejadian 5 tahun yang lalu, ketika semuanya sudah terbongkar. Karena pada saat itu, Jongin mengetahuinya secara perlahan, bukan langsung boom seperti ini.

Sebenarnya ia kasihan pada Jongin. Tapi mau bagaimana lagi? Ia tidak punya pilihan lain. Kalau sampai semua orang tau bahwa Jongin kehilangan ingatannya, ia tidak tau dan tidak mau membayangkan hal buruk apa yang akan terjadi.

Ia mencintai istrinya, sangat. Tapi ini bukan hanya akan mempengaruhi satu orang saja, tapi banyak sekali. Di saat seperti ini, Yixing tentunya harus bersikap bijak dan mengambil keputusan.

Dan inilah keputusannya.

"Jongin -"

"Bisa tolong kau lanjutkan?"

"Eh?" Yixing tersentak sedikit ketika suara cicitan itu terdengar.

"Bisa tolong kau lanjutkan? Aku... Ingin tau lebih jauh lagi." suara Jongin kali ini lebih kencang dan lebih jelas dari yang sebelumnya. Raut wajahnya juga tampak berubah. Yixing tesentak lagi. Tapi tetap mengangguk.

Entah apa yang ada di kepala Jongin sekarang, Yixing yakin namja itu sebenarnya masih ragu apa ini kenyataan atau bukan. Tetapi, memangnya dia siapa menghentikan Jongin '17 tahun' ini untuk mengetahui kenyataan?

Yixing mengubah duduknya menghadap Jongin, yang masih saja memegangi ponselnya. Kemudian ia pun mulai penjelasannya.

"Aku rasa untuk saat ini, aku hanya akan menjelaskan beberapa hal penting terlebih dahulu. Hal-hal dasar yang harus kau tau." Yixing berucap seraya mencoba mencari mata Jongin. Yang sepertinya telah terkunci pada layar ponselnya yang sudah berubah hitam.

"Untuk yang pertama, seperti yang aku sudah katakan sebelumnya, kau bagian dari Choi's Quadruplets. Kembar ke 3, putra ke 5 Ommo- maksudku Heechul-ommoni, dan putra ke 7 dari Choi Siwon." ketika mendengar itulah, Jongin baru mengalihkan perhatiannya ke arah Yixing. Wajahnya terlihat terkejut.

Jongin kenal jelas siapa keluara Choi itu. Ah, siapa sih orang di Korea selatan ini –atau malah dunia- yang tidak tau tentang pemilik perusahaan corporation yang bergerak dibanyak hal itu? Jongin rasa tidak ada.

Keluarga Choi itu punya 5 -6 kalau dia dihitung- anak, yang mana, entah itu sebuah keberuntungan atau malah sebalinya, semuanya adalah namja yang bak pangeran negeri dongeng. Ganteng, keren, dan jelas sangat cerdas dalam hal apapun.

Putra pertama jelas Choi Minho, sang putra mahkota yang hamper digilai semua kalangan tapi sayang sudah punya tambatan. Namja tinggi berbadan tegap yang mungkin sekarang sudah bersiap mengambil alih tahtah dari Choi-sshi.

Yang kedua adalah Choi Junmyeon, sang Guardian –a.k.a Suho. Ketua OSIS di sekolahnya (dulu?) yang meskipun punya tubuh yang mungil, tapi cukup jago main basket. Namja yang kebaikan hatinya itu terlalu berlebihan –menurut Jongin.

Yang ketika tentu saja sahabatnya sendiri, ah mungkin sekarang ini lebih tepatnya kembarannya yang tertua, Choi Taemin. Sang primadona sekolah yang katanya sudah dijodohkan. Namja keren dan cool yang baik hati dan manis.

Kemudian ada Choi Sungjong. Ia tidak tau siapa dia dan tidak ingat bagaimana rupanya. Yang jelas, namja itu bersekolah di Jepang sejak kecil. Dan seperti halnya Niel, dia di sana mengerjar cintanya –yang kata Taemin sama sekali tidak terbalaskan.

Yang terakhir tentunya Daniel alias Niel, si cutie pie yang kabur ke California demi mengejar pujaan hatinya. Jongin tidak yakin dengan keadaannya sekarang atau hubungannya dengan saudaranya yang lain, yang jelas Jongin hanya tau kalau Taemin tidak suka dengan sikapnya yang begitu.

Itu saja anak-anak dari keluarga Choi. Jongin tidak pernah ingat Taemin pernah menceritakan apapun tentang dua orang lainnya. Jadi jelas saja 'kan kalau ia bingung.

"Ke tujuh?" Yixing mengangguk. Ia pun mengambil ponselnya yang tergenggam lemas oleh Jongin. Menarikan jarinya sebentar, kemudian mengembalikannya lagi ke Jongin yang lantas memandang layar ponsel yang kini menunjukkan gambar jepretan lainnya, yang tampak seperti foto pre-wedding mereka.

Pipi Jongin merona tanpa perintah.

Di layar ponsel itu ada sekitar 11 orang termasuk dirinya. Masing-masing membawa sebuah buket bunga, mengelilingi Jongin yang ada di tengah dengan latar belakang bukit hijau. Orang yang ada di depannya duduk, sementara yang ada di samping dan belakangnya berdiri. Pose mereka semua berbeda, begitu juga pakaian mereka. Hanya warnanya saja yang sama, yaitu putih.

Di foto itu, lagi-lagi, ia mengenakan sebuah gaun. Rambutnya yang tampak panjang di ikat dengan pita yang sepertinya besar sekali -sampai terlihat dari depan- menyisakan beberapa helai rambut guna membingai wajahnya. Ia duduk dengan gaun putihnya yang mengembang mengelilinginya, membuatnya tampak seperti mengendarai awan. Di tangannya sebuah buket bunga berwarna warni terpegang.

Tapi bukan itu yang membuatnya merona, setidaknya bukan alasan nomor satu.

Ada sebuah tulisan di bawah foto yang sudah di bingkai dengan photo editor itu. Kalimat berbahasa inggris yang membuat jantung Jongin berdebar dengan sangat kencang.

You're so beautiful, Jongin. I'm falling in love with you again.

Sebenarnya itu kalimat yang sederhana dan sering ia dengar. Tapi, jika ia mengingat siapa yang menulisnya, jantungnya langsung berdebar kencang dan wajahnya terasa panas.

Ah tidak-tidak, ia tidak boleh seperti ini. Fokus Jongin, fokus.

Setelah mengendalikan debaran jantungnya, Jongin menghela nafasnya. Kemudian kembali memandang ke foto itu. Memperhatikannya dengan baik.

Dari sepuluh orang yang mengelilinginya, Jongin hanya mengenal mungkin 6 orang. Di situ ada Taemin, Niel -sudah jelas sepertinya, Hakyeon-hyung, Jonghyun-hyung, Seohyun-noona dan Luhan. Sisanya, ia tidak tau sama sekali.

Eh sebentar, tadi ia bilang Luhan? Kenapa bisa ada Luhan -

"Itu yang ingin aku jelaskan, Jongin." Yixing berucap memajukan duduknya, mendekat ke arah Jongin. Membaca pikiran namja yang ada di hadapannya itu.

"Luhan ada di sini karena kau bersahabat dengan sangat baik dengan Luhan. Kalau kau tanya kenapa, nanti saja aku jelaskan. Sekarang yang terpenting adalah 4 orang ini." Yixing menunjuk sisi sebelah kanan foto itu, tepat di mana 4 orang itu berada.

Namja itu kemudian memperbesar foto itu, memperjelas wajah keempat orang yang tak di kenali Jongin tersebut. Namun, rasanya ia begitu familiar dengan mereka semuanya.

Terutama dua yeoja berwajah imut yang tepat berada di belakangnya.

"Yang ini," seolah kembali membaca isi kepala Jongin, Yixing menunjuk kedua yeoja manis yang ada di belakang Jongin. "adalah kedua yeodongsaengmu."

Jongin tersentak kaget dan lantas menatap Yixing dengan wajah terkejutnya, jelas tidak percaya dengan apa yang dikatakan Yixing.

Meskipun saat ini ia tidak yakin dengan dirinya sendiri, tapi Jongin tau kalau keluarga Choi itu hanya punya 5 orang anak yang mana semuanya adalah laki-laki dan sangat dekat dengannya. Tidak mungkin hanya dalam kurun waktu 5 tahun, ada tambahan dua remaja cantik yang tidak mungkin menjadi dewasa dalam kurun waktu 5 tahun.

That's impossible!

Melihat Jongin yang seperti itu, Yixing sudah menduganya. Ini ekspresi yang sama dengan ekspresinya ketika mengetahui kenyataan bahwa setelah kepulangannya, tiba-tiba ia punya adik baru.

DUA ADIK BARU!

Yixing menghela nafasnya.

"Kalau tadi kau dengarkan, aku bilang kau adalah putra ke 5 Heechul-ommoni. Tetapi, kau menjadi putra ke 7 kalau kita membahas Choi Siwon." Yixing tau, penjelasan semacam itu tentunya tidak akan langsung dimengerti Jongin begitu saja. Jadi, wajarlah kalua namja itu lantas menatapnya dengan wajah bingung yang bercampur dengan sisa-sisa keterkejutannya.

"Choi Siwon itu punya 2 orang istri. Gampangnya sih, kalau diibaratkan Daddy-mu adalah seorang Raja, maka Mommy-mu –Heechul-ommonim, adalah seorang Ratu. Sementara ibu dari mereka adalah selir Daddy-mu." Meski masih agak terkejut dan belum bias memproses semuanya, Jongin berusaha untuk mengerti.

"Jadi maksudmu, dua anak ini adalah putri dari selirnya Choi-sshi mph–"

Perkataan Jongin lantas langsung terheti ketika tangan Yixing tiba-tiba terangkat tepat di depan bibirnya. Kedua matanya sedikit terbelalak dan pipinya kembali merona.

"Untuk pelajaran pertama," Yixing menurunkan tangan kanannya. "Kau harus berhenti memanggil Daddy-mu dengan sebutan Choi-sshi, begitu juga dengan Mommy-mu. Get it?" Jongin hanya mampu menganggukkan kepalanya. Meskipun ia sendiri tidak yakin akan mengingatnya mengingat jantungnya berdebar terlalu kencang untuk sekedar membiarkannya mencerna apa yang barusan diucapkan Yixing.

Yixing tersenyum puas ketika mendapat reaksi seperti itu.

"Ya, kau benar." Yixing menjawab pertanyaan Jongin yang tadi ia putus. "Dua tuan putri cantik ini adalah putri dari selir itu." jelasnya lagi seraya menunjuk ke kedua foto yang ada di ponselnya yang masih di pegang Jongin.

"Yang ini Nayeon, usianya 4 tahun lebih muda darimu. Dia sekarang masih ada di Jepang dengan Jonghyun-hyungmu dan tidak mungkin bias dating dalam waktu dekat. Jadi kita tunda saja dulu pembahasan tentang dia." Yixing berucap seraya menunjuk gambar yeoja cantik dengan rambut ebony legam yang tersenyum menampilkan dua gigi kelincinya.

"Yang perlu kau waspadai adalah Momo." Yixing menunjuk gambar yeoja cantik dengan rambut pirang yang jelas tidak asli. "Kau dan dia, basically kalian itu hampir serupa." Jelas Yixing seraya menatap manik jade Jongin.

Jongin mengerutkan keningnya. Ia lantas memperhatikan yeoja itu dengan seksama.

Dilihat dari manapun, ia dan yeoja bernama Momo ini sama sekali tidak mirip. Malah sangat jauh berbeda. Terus dari mana coba ia serupa dengan yeoja ini.

"Maksudku bukan wajah," Yixing berucap menambahkan. "Sifat dan hobi kalian. Terutama dalam hal menari."

Yixing menekan bagian bawah ponselnya yang berbentuk seperti rumah, membuat aplikasi lainnya yang berjalan di latar belakang muncul sebagai jendela-jendela kecil. Di sentuhnya layar ponselnya pada jendela pemutar video, yang lantas langsung memunculkan rentetan video yang isinya membuat Jongin merona hebat.

Apa-apaan itu, kenapa isi galeri videonya aku semua?! Batin Jongin lagi-lagi histeris ketika matanya menatap jejeran video yang cukup banyak itu. Keseluruhannya menujukkan bahwa Jongin ada di dalam setiap video itu.

Tak sadar dengan ekspresi wajah Jongin sekarang, Yixing sibuk mencari video dance battle antara Jongin dan Momo yang kira-kira terjadi satu tahun yang lalu di pesta pernikahan mereka. Agak sulit memang karena galeri video ponsel pribadinya itu sekarang sudah hamper penuh dengan rentetan video atau dubsmash Jongin ketika namja itu sedang hamil.

Setelah berselang beberapa saat Yixing mengutak-atik ponsel yang masih ada di tangan Jongin itu, ia berhenti dengan menghela nafas panjang. Sepertinya tidak menemukan video yang tengah ia cari ditumpukan video-video 'Jongin' lainnya.

"Aku rasa bukan di sini aku menyimpannya." Yixing bergumam, sepertinya untuk dirinya sendiri. Jongin mengangkat alisnya.

"Ah pokoknya, kau dan Momo itu dance maniak. Ah walaupun begitu, dibandingkan dengan Nayeon, kau tidak begitu dekat dengan Momo 'privately', meskipun kelihatannya begitu." Alis Jongin naik semakin tinggi ketika Yixing berucap demikian.

"Maksudnya?" ditanya begitu jelas membuat Yixing menghela nafasnya.

Aigoo… Jongin yang sekarang ini benar-benar terlalu, ah tidak, keterlaluan polos!

"Begini, dulu waktu SMP kau suka dengan drama kerajaan semacam itu, kan?" ucapan itu cukup untuk membuat Jongin merona hebat.

Ah! Kenapa dia harus tau aib itu?! Jongin membatin dengan wajah yang sudah panas sekali saking malunya. Yixing hanya bias tersenyum penuh arti.

Yah, Jongin memang seperti ini kalau dibuka aibnya yang itu. Sejak dulu sampai detik ini.

Aih… kyeopta!

Ketika tiba-tiba kepalanya penuh oleh Jongin, Yixing langsung menyentakkan tubuhnya. Ya! Ya! Ini bukan saat yang tepat untuk jadi Anae Pabo!

Menarik nafasnya, Yixing berusaha mengembalikan dirinya.

"… err… pokoknya ya seperti itu." Yixing berucap setengah canggung. "Kalau diibaratkan ya… anggap saja Daddy-mu itu seorang raja dan Mommy-mu itu permainsurinya a.k.a sang Ratu." Nada canggung masih mengiringi kalimat itu.

Dengan perasaan malu yang masih sangat, Jongin berusaha mencerna apa yang barusan di katakan oleh Yixing. Kepalanya masih menunduk, menyembunyikan rona merahnya. Sesuatu yang sama sekali tidak ada gunanya dan malah membuatnya semakin manis.

Melihat Jongin yang begitu, kepala Yixing tentu saja langsung kembali di penuhi oleh Jongin. Aigo! Kenapa Anaenya harus se-cute ini ketika dia sedang malu sih?

"Argh! HEOL!"

Manik mata Jongin lantas langsung membelalak besar ketika tangan kanannya tiba-tiba ditarik oleh Yixing. Kedua mata yang sudah membesar itu semakin tampak besar ketika kepalanya menubruk dada bidang Yixing. Wajahnya yang sudah merah padam semakin memerah ketika kedua tangan Yixing melingkari tubuhnya, memeluknya erat.

Aigoo… eotteokhae?! Jongin membatin panic. Debaran jantungnya mulai menggila, seiring dengan debaran jantung Yixing yang juga menggila.

Ah… kenapa di saat-saat seperti ini Jongin harus ingat drama itu sih? Drama yang mengatakan bahwa kalau kau menemukan seseorang yang debaran jantungnya sama denganmu maka kau dan dia adalah jodoh.

Yaaah!

Jongin lantas menutup kedua tangannya ketika jantungnya berdebar semakin keras. Jutaan kupu-kupu berterbangan menggelitik perutnya yang masih nyeri dengan lembut. Menimbulkan sensasi aneh yang membuat Jongin lantas langsung meremas baju Yixing.

Yixing sendiri jelas terkejut ketika ia merasakan Jongin meremas bagian depan baju yang ia pakai. Tapi itu hanya beberapa detik saja, setelahnya ia menenggelamkan wajahnya di puncak kepala Jongin. Menikmati aroma khas milik Jongin.

Ah… ini nyaman sekali.

Seandaninya hal seperti ini bias terjadi terus –

BRAK!

"URI JONGIN! I'M HOME!"

"HUWAAAAAA!"

Yah… sepertinya untuk saat ini sampai entah kapan Yixing tidak tau, ia harus menahan semuanya.

Aduh… kasihannya dirinya….

.

.

.

.

.

.

TBC

Hello! Hana here!

Untuk yang pertama, saya ucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Saya sedang sibuk TO (Try Out) dimana-mana, persiapan UN dan berbagai tugas sekolah lainnya. Jadi agak sulit untuk meluangkan waktu ngelanjutin fic ini. Sorry ya!

Yang kedua, yah masih berhubungan dengan yang pertama. Aku gak janji ff ini bias update dengan cepat. Meskipun editor-ku 3 orang, kalo main fanficnya aja gak selesai-selesai, gimana caranya bisa update #pundung.

Yah… aku mohon maklum sama reader-sshi sekalian. Aku juga rasanya gak enak ninggalin fic ini gantung terus #biasanyakanjugagitu#pundunglagi.

Ya udah deh, makasih yang udah riview. Aku belum bisa bales kalian semuanya. Sekali lagi mohon maaf!