Kumpulan drabble mengenai kejamnya dunia perkuliahan

Kurobas belong to Fujimaki Tadotoshi-sensei

WARN : HUMOR GAGAL, OOC, GAJE, ABSURD, TYPO BERTEBARAN

saya tidak mengambil keuntungan materiil dalam fic ini. maaf apabila ada kesamaan ide.

happy reading ^^


Ragu

UAS.

Adalah masa dimana mahasiswa dituntut harus kreatif—untuk membuat contekan, serta datang lebih awal—untuk mencari posisi yang strategis. Datang terlambat sedikit saja, dipastikan hanya kursi paling depan yang masih kosong. Ujian jam sepuluh siang, datang jam enam pagi.

Walaupun sudah menghatamkan seluruh catatannya malam tadi, Kise masih ragu. Untunglah ia membuat secarik kecil yang bisa di selipkan dimana-mana. Posisi duduknya pun lumayan strategis, sangat strategis malah. Dirinya tertutupi oleh wall maria anti tembus—ia duduk di belakang Murasakibara.

Namun tetap saja ia masih ragu.

Dosen yang berjaga kali ini adalah Aida Kagetora-sensei. Cukup terkenal akan ke-killer-annya seantero fakultas sains dan teknologi universitas Teiko.

Pilihan terakhir jatuh pada bala bantuan sekelilingnya. Berhubung Kise duduk di pojok barisan ke tiga dari depan, sebelah kirinya tembok, bangku kanannya di isi oleh Aomine. Sebelah Aomine ada Kuroko, lalu di depan Kuroko ada Akashi. Midorima duduk di tengah-tengah Murasakibara dan Akashi.

Kesialan pertamanya pada hari ini.

Jelas, Aomine dan Murasaibara tak bisa diandalkan untuk dimintai contekkan.

Ujian pun dimulai. Contekkan yang ia buat di taruh di bawah paha. Alasannya simple, ia terlalu takut untuk menaruhnya diatas meja.

Soal pertama ia lancar. Soal kedua dan ketiga… tidak ada masalah. Namun soal keempat dan kelima….

INI KAN JAWABANNYA ADA DI KERTAS CONTEKKAN KU SSU!. Batin Kise girang.

Yosh! Kise bisa mengerjakan ini dengan mudah! Harus bisa!

"Waktunya tiga puluh menit lagi. Saya tidak akan menerima lembar jawaban walaupun lewat satu detik" ucap Kagetora tegas.

Keluhan keluar dari seisi kelas. Termasuk Aomine dan dirinya.

"Diam dan cepat kerjakan!" Nada bicara Kagetora meninggi. Kelas itu kembali tenang.

Kise melirik sekelilingnya untuk memastikan keadaan aman. Akashi dan Midorima lancar mengerjakan tanpa melihat contekan sedikitpun. Ya mau bagaimana lagi, otak keduanya kan encer. Murasakibara? Kise tidak bisa melihat keadaannya karena tertutupi punggungnya. Kuroko? Oh Tuhan! Dia dengan santainya menaruh ponsel pintarnya diatas meja untuk browsing! Apa ia sedang memakai misdirection-nya?

Ketika ia melirik Aomine…

…Aomine menatap matanya dalam.

Navy bertemu dengan kuning cerah.

Jantung Kise berdetak kencang….

Mungkinkah ini cinta?

"-se.. kise… OI KISE!"

Kise tersadar dari lamunannya. "Ada apa Aominecchi?" bisiknya sepelan mungkin. Takut terdengar sang dosen penjaga.

Aomine mencondongkan diri ke dekatnya namun masih dalam jarak yang aman agar tak dicurigai. "Aku pinjam contekkanmu dong. Sebentar saja. Nanti aku kembalikan" pintanya.

"Aku saja belum pakai ssu!"

"Sebentar doang kok." wajah Aomine memelas.

Antara jijik atau kasihan, Kise menggeser duduknya. Tangannya bergetar meraih contekan tersebut. Dengan secepat kilat, kertas itu sudah berpindah tangan. Tak di curigai oleh sang dosen karena lolos dari pengamatan.

Aomine dengan santainya menaruh kertas tersebut di atas lembar soal yang di angkat tinggi-tinggi. Tangan kanannya sibuk merangkai—atau menyalin kata-kata.

"Oi Kise. Aku sudah selesai" bisik Aomine lima menit kemudian.

Kise mengangguk. Matanya menatap ke arah Kagetora-sensei. "Sini kembalikan" ucapnya.

Tepat ketika Aomine ingin menyerahkan kertas tersebut, Kagetora bangkit dari singgasananya. Para murid langsung bergerak gelisah. Dengan cekatan, Kuroko memasukkan ponselnya kedalam tempat pensil.

Sang dosen berkeliling memantau keadaan. Kise mendecak kesal. Dua nomor terakhir belum terisi. Jawabannya ada di kertas yang dipegang Aomine. Bodohnya, ia lupa akan apa yang ia tulis dikertas tersebut.

"Lima belas menit lagi!" ucap Kagetora.

Pelipis Kise kini telah dibanjiri oleh keringat dingin.

Oh, sungguh. Tidak bisakah dosen itu kembali ke habitatnya? Karena kini ia berdiri tepat di depan barisan Kise!

Tak mau membuang-buang waktu, Kise memutuskan untuk mengarang asal di kertas jawabannya. Sekalian biar dikira ia fokus tak mencontek. Toh juga jawabannya bisa di perbaiki di detik-detik terakhir.

"Oi Kise, si tua itu terus melirik kita. Bagaimana caranya aku mengembalikan kertas ini?" Tanya Aomine gusar.

"Coba Aominecchi diktekan jawabanmu ke aku. Lagipula kau kan juga dapatnya dari kertasku itu" perintah Kise.

"Tapi ia terus melirik ke arah kita."

Kise mendecak kesal.

"Yak lima menit lagi."

KAMPREDHHHHHHHHH!

Kise hanya bisa memaki dalam hati.

Tangannya bergerak secepat kilat. Terserah tulisannya mau seperti cakar ayam. Persetan dengan nilai dan kertas contekkannya yang kini terasa sia-sia. Daripada terlambat dan tak dinilai, mending ngasal dan dapat upah nulis.

"Kumpulkan sekarang juga!"

Para mahasiswa kini berbondong-bondong menyerahkan lembar jawabannya.

Dan Kise hanya bisa berdoa semoga karangan indahnya dinilai memuaskan oleh sang dosen killer kesayangannya itu.

.

.

pesan moral : Kuatkanlah imanmu nak. contekkan tak ada gunanya kalau mentalmu lemah *bow*

Pasti TBC kok, tenang aja x'D


BTW INI KISAH NYATA HA-CHAN YANG PALING NYATA TANPA EMBEL-EMBEL MODIFIKASI LOH D'x

udah segini aja dulu yaa :'))) maaf kalau pendek. ntar di lanjutin lagi kok wkwkwk

so minna,

mind to RnR?

Arigatou Gozaimasu~