== BL == BL == BL ==

Contains: Fanmade plot twist! Twist tidak berkaitan dengan serial aslinya, merupakan reimajinasi dari penulis. Terinspirasi dari diskusi sesama fans dan doujin gelap yang bertebaran di Facebook.

Pairing: Saitama x Genos [One Punch Man; keseluruhan esensi serial milik ONE/Murata]

Genre: Angst / Tragedy / Romance

Rating: TBA/under development

Sudah lama tidak menulis fic (tapi akun FFnya baru hehe), mohon kritik dan saran happy reading! Maaf atas segala kekurangan dan typo serta autocorrect!

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Vermillion Lullaby [Part 1 / X]

Bayangan hari itu terlihat lagi, dimana yang kulihat hanyalah langit merah dengan nuansa abu debu di sekitarku. Orang-orang berteriak, berlarian, ketakutan. Dan aku di sana, terduduk, tersebunyi akibat hempasan udara yang cukup kuat sepersekian detik yang lalu. Aku tidak banyak mengingatnya, tapi otakku hanya menyimpan bayangan cyborg yang mengamuk di kotaku itu, empat tahun lalu. Dia mengeluarkan suara nyaring, dan suara dentuman tanah yang keras, menggegerkan manusia. Bunyi besi dan reruntuhan seperti musik pertanda kematian bagiku. Tapi aku masih di sana, menghembuskan napasku yang terengah saat aku terjepit reruntuhan yang justru sepertinya menyembunyikan diriku dari malapetaka.

Tapi tidak untuk keluargaku.

Aku melihat cairan merah tua, masih segar, mengalir di hadapanku. Wajah ibuku, wajah ayahku. Bahkan aku tidak mampu mengingat rupa mereka. namun saat itu aku hanya yakin itu adalah mereka, di hadapanku, tak bernyawa. Seharusnya hari ini adalah hariku menghabiskan waktu bersama mereka. Keluarga kami yang kecil, mungkin sedikit kekurangan, tapi bahagia. Kukira hal itu akan berlangsung selamanya. Tapi waktu dan ruang berjalan tak seperti yang kumau. Ini adalah takdir manusia - takdirku. Aku melihat orang-orang yang kusayangi pergi dengan mengenaskan di hadapanku. Di kelilingi langit merah yang panas membara. Jika orang-orang berteriak, maka aku di sana, terdiam. Pita suaraku sepertinya rusak. Begitupun kelenjar air mataku. Aku tidak bisa berteriak. Aku tidak bisa menangis. Seakan dikeringkan dengan hawa panas saat itu.

Aku pernah berharap, tolong segera matikan aku di sana. Agar aku bisa menyusul ayah dan ibuku. Aku berharap dalam kesunyianku, aku menjadi abu debu.

Tapi kepalan tanganku berkuasa atas diriku. Aku mencoba keluar dari reruntuhan. Aku seperti dikuasai oleh kemarahan, sekaligus ketakutan saat itu. Kepalan tanganku semakin kuat, aku dikuasai olehnya. Oleh dendamku pada bayangan yang merusak hariku saat itu. Aku bersumpah akan membakarnya dalam abu di hadapanku, dan aku meyakini hanya itu caranya aku bisa mati dengan tenang kemudian. Tidak seperti ini. tidak dalam keadaan aku lemah menyerah pada dimensi dan alam semesta. Kekejaman Tuhan ini tidak bisa kuterima begitu saja.

Hari itu merupakan hari tersingkat dalam hidupku. Ketika aku membuka mataku lagi, aku berada di sebuah ruangan gelap dengan suara bising yang menggema, menderu pelan di sekitarku. Mesin, komputer. Aku melihat banyak hal. Cahaya redup dari lampu, warna-warni. Lamunanku terpecah oleh suara yang menanyakan keadaanku.

"Namaku Kuseno." Sapa suara tersebut.

Aku tidak mengingat namaku. Aku sudah melupakannya. Aku sudah melupakan hari-hariku sebelum aku terbangun lagi di tempat itu. "…"

"Kau… satu-satunya yang selamat… dalam kejadian hari ini." jawab suara tersebut-ah siapa namanya? Kuseno. Padahal aku tidak bertanya apapun. Aku bahkan tidak melihat wajahnya. Tatapanku hanya pada langit-langit gelap saat itu. "Aku memiliki misi untuk menghentikan kehancuran yang disebabkan oleh cyborg gila itu - ah maaf. Aku hanya bisa menyelamatkanmu saat aku datang. Kota sudah hancur. Untungnya kau masih bisa terselamatkan dan-"

"Kuseno… ah, Tuan Kuseno." Jawabku memotong.

"…Ya?"

"Aku… ingin menjadi kuat."

Aku tidak bisa merasakan tubuhku. Aku hanya bisa merasakan tanganku yang masih mengepal kencang. Aku berusaha terbangun, tapi tubuhku ternyata memang cukup tercabik, meski ternyata saat itu aku telah kehilangan rasa sakitku.

Keluargaku direnggut dan aku sendirian, dalam pikiranku, aku mengutuk dunia ini. hanya yang kuat yang dapat bertahan. Jika kau kuat, maka menjadi jahat tidak menjadi masalah. Kau bisa menyingkirkan apapun dan siapapun yang kau mau. "Aku tidak peduli… Aku ingin jadi kuat… kuat… aku tidak bisa hidup seperti ini."

Profesor Kuseno kemudian menutup mataku. "Akan kuberikan kekuatan yang aku bisa berikan." Jawabnya. "Aku adalah professor yang berpengalaman dalam memodifikasi kekuatan manusia. Tapi aku belum tahu sebatas apa kemampuanku untuk membuatmu kuat seperti yang kau harapkan."

Aku mengangguk. Jika memang aku bisa jadi kuat, apapun akan kulakukan. "… Tapi hal ini memiliki resiko… kehilangan sosok manusiamu."

Sejenak aku meneguk ludahku.

Aku telah kehilangan keluargaku.

Kehilangan tubuhku.

Kehilangan rasa sakitku.

Kehilangan kepedulianku atas hal-hal selain membalaskan dendamku.

"Kehilangan kemanusiaanku bukanlah hal yang besar lagi untukku."

Maka dari sanalah aku memanggilnya Profesor Kuseno, dan menjadi sebuah cyborg bernama Genos dengan misi membalaskan dendamku pada setiap orang, atau sesuatu, yang bertentangan dengan kebaikan dan keadilan. Janjiku yang kutukar dengan hilangnya kemanusiaanku, namun dengan berkah sekaligus kutukan yakni kekuatanku.

Kekuatanku yang tiada memberi ampun pada kejahatan.

.

.

.

Maka hari-hari itu berlangsung cepat tanpa membekas dalam ingatanku. Kuyakin empat tahun telah berlalu. Aku tiba kemudian di sebuah kota dengan wabah nyamuk yang sedang hangat di kota itu. Manusia, atau makhluk hidup yang memiliki darah, disarankan untuk tidak meninggalkan tempat tinggalnya. Singkat cerita, demi menjalankan misiku, aku telah mengungsikan manusia sebatas radius lima ratus meter dari tempatku berdiri, demi mencegah jatuhnya korban jiwa, dan aku bisa membunuh siluman wanita nyamuk ini-ah tidak, monster nyamuk betina ini.

Gumpalan nyamuk yang membumbung di angkasa, dan kemudian, aku mendengar suara dari kejauhan yang mendekat padaku.

"KEMBALI KESINI, SIALAAAAAAAAAANNNNN!" seorang laki-laki dengan semprotan nyamuk di tangannya. Berlari heboh mengejar serangga kecil dengan ekspresi kesal. Sepertinya dia sedang marah pada serangga itu. "KAU DAN AKU BELUM SELESAAAAAAAAAAAI!"

Siapa pula orang ini? Sungguh ceroboh mengingat peringatan bagi manusia untuk tidak keluar ruangan pada wabah nyamuk seperti ini. Dan merupakan kekurangan bagiku yang telah mengungsikan manusia lainnya untuk kepentingan bertarungku.

"MASUK MULUT! Pueh! Pueh! Dasar sialan-eh? Kumpulan apa itu di sana-jangan-jangan-nyamuk?!"

Orang ini sungguh tidak dapat membaca suasana, batinku. Aku berkata kemudian padanya untuk melarikan diri secepatnya karena posisinya sebagai manusia sangat rentan dalam bahaya. Kumpulan nyamuk sebanyak ini akan mengeringkan tubuhnya dalam sekejap. Tapi belum sempat dia berlari, kumpulan serangga itu telah menerjang kami. Yah bukan masalah untukku, karena aku bukanlah manusia. Hanya butuh sekian detik untuk menghanguskan semuanya. Serangga sangatlah rapuh.

Saat kukira aku sudah berhasil memusnahkan serangga tersebut, aku baru sadar tentangnya. Orang tersebut berada di dekatku tadi, sehingga kemungkinan dia juga terbakar. Aku kurang berhati-hati- "Wow, kau menyelamatkanku. Kau hebat sekali."

Orang tersebut membuatku terbelalak. Dia masih hidup, bahkan tanpa luka sedikitpun. Hanya bajunya saja yang musnah oleh kekuatanku. "Bagaimana kau melakukannya? Kau benar-benar bisa bug-out mereka. LOL." Bahkan dia masih sempat mengeluarkan candaan dengan ringan.

Bukan saatnya aku memikirkan hal itu, aku masih memiliki misi yang harus kulakukan. Membunuh nyamuk betina itu. Di luar dugaanku, dia telah menjadi monster yang cukup kuat. Dengan cepat dia telah mencabikku di udara. Aku bahkan tidak bisa mengelak banyak. Pada akhirnya ketika aku merasa aku akan mati, aku hanya memiliki pilihan untuk meledakkan diriku sendiri.

Aku sempat membatin meminta maaf pada Profesor Kuseno. Aku telah gagal menjadi kuat, bahkan aku belum sempat bertemu dengan musuh utamaku, dan akhirnya aku akan berakhir di sini.

Namun sepersekian detik kemudian, mataku terbelalak lagi untuk kedua kalinya. "Nyamuk…sucks." Suara tersebut lagi. suara tersebut adalah penyebab dari musnahnya nyamuk betina tersebut di hadapanku. Aku melihatnya. Dia hanya menamparnya sekali, dan kemudian hanya tersisa pecahan darah di dinding gedung saat aku mendarat di tanah dalam keadaan tubuh terkoyak parah.

Dia sangat kuat.

Aku telah menemukannya.

Aku telah menemukan guruku. Dia yang terkuat. Aku telah menemukannya.

.

.

.

.

.

"Profesor… Kuseno… kenapa?"

Laki-laki itu gemetaran di hadapan penciptanya, memegang tubuhnya yang sudah menderit tak karuan, mengeluarkan asap panas membara. Tubuh laki-laki berambut pirang itu berdiri, namun jiwa yang terdapat di dalamnya melawan untuk bangkit. Jiwa di dalam tubuh cyborg itu memberontak untuk tetap diam.

Jika tidak, semua orang dalam bahaya.

"Genos, maafkan aku."

Kata laki-laki berjubah putih itu. "Kau merupakan manusia yang tepat untuk percobaanku. Kau memiliki motivasi yang kuat untuk terus berkembang, melampaui batasku, dan akhirnya, kau dapat menjadi cyborg terkuat yang pernah kumiliki."

"Pro…fes…or…" Napas Genos tercekat. Seluruh kota saat ini telah terbakar habis. Menyisakan kembali langit merah berabu seperti empat tahun yang lalu. "Membuatmu seperti ini membutuhkan waktu, karena pada akhirnya, kau mendapatkan kembali kemanusiaanmu dengan kau tinggal bersama hero tersebut. Kau telah perlahan menghilangkan prioritasmu untuk memburu mangsa dendammu, sehingga aku menjadi lambat untuk membuatmu semakin kuat di ambang batasmu. Tapi kini aku telah melakukannya."

Tubuh Genos telah bermutasi. Bagian cyborg yang dimilikinya tidak terkendali. Dia telah memukul habis para hero ranking S yang datang untuk menanganinya. Tak ada yang bisa menghentikannya. "Ti…dak… Profesor… Kau… bukan-"

"Ya, aku yang telah menciptakannya." Potong professor Kuseno.

"Aku telah menciptakan cyborg gila itu, empat tahun yang lalu. Progress yang lambat, namun belum berhasil sempurna. Aku telah menyerahkannya pada Bofos, karena saat itu aku telah gagal melakukannya. Aku gagal mencipatakan cyborg kuat yang bisa aku kendalikan. Aku menjalankan tes bagaimana dia bereaksi di kotamu saat itu. Awalnya dia merupakan cyborg yang menurut. Tapi kehilangan akalnya kemudian, lalu lepas kendali."

"… aku minta maaf soal kematian orang tuamu." Tukasnya. "Namun kau berhasil bertahan hidup. Merupakan hal yang luar biasa… dalam kekacauan itu, kau tetap hidup dalam keadaan tubuhmu yang terluka parah… kau memiliki api dendam yang besar yang bisa membuatmu bertahan… aku yakin kau adalah manusia yang tepat untuk percobaanku ini… bahkan aku sempat tidak mampu berkata apapun… kau sungguh manusia yang luar biasa, Genos."

Semakin lama didengarkan, amarah Genos terus memuncak. Dirinya yang telah dimanfaatkan untuk penelitian profesor Kuseno… dia selama ini telah ditipu. Berkali-kali dia melakukan improvisasi di tubuhnya, pada saat itulah profesor Kuseno terus menanamkan bibit program cyborg pembunuh. Namun efeknya tidak langsung bekerja.

"Seperti yang kukatakan tadi, penyebabnya adalah mungkin karena kau telah terlalu lama bersama dengan Saitama." Lanjutnya.

"Tinggal dengan manusia, menjalankan hidup sebagai manusia, menjalankan pekerjaan sebagai manusia… membuat efek programku terhambat untuk beberapa waktu. Namun dengan kekuatanmu yang sebesar ini, kurasa dia juga bukan masalah lagi."

"ARGH-TIDAK-PRO—FESOR-" suara Genos memberat, bergema, menguat. "AKU- TIDAK INGIN- MENJADI SOSOK YANG- AKU DENDAMKAN-GGHHK-!"

"Maafkan aku, Genos." Jawab professor Kuseno sambil menghela napas. "Meskipun kau telah menjadi manusia percobaan yang sempurna… perlawanan bagian dirimu yang manusia… dengan kekuatan cyborgmu ini… menentang kembali progress programku yang telah berjalan. Aku telah mengontrolmu untuk beberapa saat yang lalu. Kau bahkan telah membuat hero yang datang kesini tak berdaya dengan perintahku, mungkin bahkan tidak kau sadari. Tapi aku sadar saat ini, berada di dekatmu sangat berbahaya. Kau bisa saja lepas kendali lagi seperti percobaanku empat tahun yang lalu."

Professor Kuseno membalikkan punggungnya, berjalan menghilang dalam kabut asap yang pekat. Genos bahkan tidak mampu lagi memanggil namanya. Dia saat ini harus fokus untuk mengembalikan kewarasannya. Dia berusaha memerintahkan tubuhnya untuk bersimpuh atau bahkan meledakkan diri.

Tapi dia tidak kuasa. Tubuhnya bergerak tidak seperti yang dia mau. Tubuhnya mengeluarkan api panas yang dapat melelehkan apapun, membakar apapun di sekitarnya. Menjadikan sekelilingnya hangus. Dia tidak bisa menguasai dirinya sendiri.

Pada akhirnya, dia menyadari betapa pentingnya sosok manusia di dalam dirinya.

Dia ingin memutar waktu kembali, ketika dirinya masih menjadi manusia. Mungkin seharusnya dia tidak pernah menyimpan dendam. Mungkin seharusnya dia menerima takdir dirinya empat tahun lalu untuk mati sebagai manusia.

Penyesalan selalu datang terlambat, bukan?

Tapi seharusnya dia tahu itu- dia seharusnya sadar bahwa dengan kekuatan cyborgnya, dia telah mengambil resiko kehilangan kemanusiaannya. Sesuai kesepakatan awalnya dia menjadi dirinya saat ini.

Tapi apa yang membuatnya menjadi manusia?

Adalah waktu yang berjalan pelan ketika bersama gurunya.

"Gu…ru… Sai…tama…" panggilnya lirih.

Saitama adalah peran besar dalam tahun ke empatnya menjadi cyborg. Dia telah menyaksikan hal-hal luar biasa yang dapat dilakukan oleh gurunya. Kekuatannya, kerendahan hatinya, kemuliaannya sebagai manusia. Meskipun tak ada yang mengakui kehebatannya, meskipun dia tidak pernah meminta untuk dihargai sebagai pahlawan oleh sekitarnya. Genos yang paling tahu kejadian-kejadian yang membuat gurunya semakin pantas untuk dihormati semesta. Genos yang paling tahu…

Kebiasaan gurunya.

Suara gurunya saat memanggilnya dengan malas atau kesal.

Sentuhan gurunya yang hangat, lembut…

Merasakan bagaimana hidup menjadi manusia…

Suhu tubuh Genos biasanya menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya, namun dia tetap merasakan perbedaan hangat tubuhnya yang merupakan cyborg dengan hangat tubuh gurunya yang adalah manusia biasa… yang terkuat di muka bumi. Genos yang paling sering mendapatkannya. Panca indera cyborgnya mengingat gurunya dengan sangat jelas.

Aroma tubuh gurunya seusai mandi setelah berpatroli seharian untuk mengejar setoran sebagai hero kelas C dulu.

Suara dengkuran lembut di sampingnya saat dia sedang tidur.

Sentuhan tangan gurunya yang membelai rambut dan tubuhnya dengan penuh kasih.

Rasa dari ciuman malam itu.

Sosoknya dengan baju heronya yang khas, menyibak jubahnya dengan gagah dimanapun dia berada.

Genos paling tahu soal itu.

"GENOS!"

Saitama menyahut di kejauhan, memanggil nama cyborg itu.