BAB 7

.

.

.

Aku bangun pagi-pagi sekali. Membuatkan sarapan juga kopi hitam kesukaan Kangin. Tiga hari berada disini membuatku merasa lebih baik. Ya, setidaknya mencoba merasa lebih baik. Kemarin Kangin mengajakku ke pantai. Aku menikmatinya walau sebenarnya pikiranku tidak seutuhnya berada disana.

Aku akan kembali ke Seoul -rumah- hari ini. Mereka benar, aku seharusnya mendengar penjelasan Kyuhyun, bukan malah bertingkah seperti anak kecil. Tapi entahlah, aku hanya belum siap bertemu dengannya.

"Aku mencium bau enak."

Aku berbalik setelah mematikan kompor. Kangin sedang berjalan menuju meja makan. Ia masih menggunakan kaos singlet dan celana pendek mempertontonkan otot lengan dan kakinya. Dia memiliki badan yang menggiurkan. Itulah mengapa banyak wanita yang ingin tidur dengannya.

"Aku membuat omelette dan kentang goreng." Aku berkata sambil membawa dua piring ke meja makan.

"Aku suka itu." Ia menyesap kopinya. "Jadi, kau akan pulang ke Seoul?"

"Ya."

"Bagus."

"Kau keberatan ya aku tinggal disini?"

Kangin tertawa. Ia memasukan kentang kedalam mulutnya. "Bukan. Aku hanya tidak ingin adik tercantikku menjadi seorang pengecut. Menghindar dari sebuah masalah."

"Taemin akan memukulmu jika mendengarnya."

"Taemin tetap adik tercantikku yang pertama. Kau yang ke dua."

Aku mendengus kesal. "Omong-omong kau pulang saat perayaan chuseok nanti kan?"

"Tentu. Aku sangat merindukan mereka. Kau?"

"Tentu saja."

Kangin beranjak menyetel musik, menghubungkan i-podnya pada speaker. Suara Justin Derulo terdengar menyanyikan lagu Marry Me. Kami memiliki selera musik yang sama.

"Mengapa semalam kau tidak langsung bilang jika yang mencariku itu Siwon?"

"Kejutan, sayang."

"Apa-apaan itu?"

"Semalam aku tidak sengaja bertemu dengannya. Tapi dia memang akan kemari. Siwon sudah menceritakan semuanya padaku."

Aku mengedikan bahuku tak peduli.

"Kau sudah dewasa. Aku sangat menyayangimu, Min. Jangan sungkan untuk datang padaku jika kau ada masalah. Tapi sekali lagi, lari tidak akan menyelesaikan sebuah masalah."

"Aku tahu. Terima kasih. Aku juga menyayangimu."

Kami tersenyum. Aku merasa sangat beruntung memiliki Kangin. Dia sangat perhatian pada adik-adiknya walau aku bukanlah adik kandungnya. Kuharap ia segera menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istrinya kelak.

"Aku akan mengantarmu ke stasiun nanti."

"Kau tidak kekantor?"

"Aku akan membolos untukmu."

.

.

Sore harinya aku sudah tiba di Seoul. Aku masih belum mengaktifkan ponselku dan aku juga tidak memberitahu Eunhyuk jika aku sudah pulang. Sesampainya dirumah, aku langsung merapihkan kamar. Hampir satu bulan aku tidak berada disini. Aku merindukan kamarku walau sebenarnya aku lebih merindukan Kyuhyun. Oh, lupakan.

Aku mengaktifkan ponselku setelah selesai merapikan kamar. Sial, aku menjadi gugup saat menunggu ponselku menyala. Hanya ada pesan dari Kangin dan Eunhyuk. Tidak ada satupun pesan ataupun pesan suara dari Kyuhyun. Aku menghela nafas, melemparkan tubuhku berbaring di kasur. Menunggu ponselku berdering seperti orang tolol.

"Haruskah aku menelponnya?"

Aku menggeleng berkali-kali. Mengambil bantal lalu mengubur dalam-dalam wajahku disana. "Tidak. Jangan lakukan itu, Lee Sungmin."

Satu jam berlalu tapi tidak ada satupun pesan atau panggilan masuk. Aku menghela nafas, menggerakan jariku mengetik pesan untuk Eunhyuk dan Kangin yang belum sempat kubalas. Aku mengatakan jika aku sudah sampai di Seoul sore tadi dan tidak perlu membalas pesanku karena aku ingin tidur.

Beberapa saat kemudian terdengar bunyi 'Ping' dari ponselku.

From : Eunhyuk

Aku tidak percaya kau akan tidur. Tapi ya sudahlah, yang penting kau sudah kembali. Besok aku akan kesana. Kau istirahat lah.

Aku memutar mataku. Eunhyuk memang tak pernah mendengarkanku. Ya, dia memang benar. Aku memang tidak akan tidur, ini masih jam delapan, jadi aku memutuskan untuk mencuci pakaian kotor dan membuat mie instan. Aku lapar.

Ponselku berdering saat aku sedang memasukan pakaian kedalam mesin cuci. Aku melihat nomor yang tertera di layar ponsel. Aku tidak mengenal nomor itu jadi aku hanya membiarkannya terekam pada pesan suara.

Aku berjalan menuju dapur mengambil air. Meneguknya sambil memandangi ponselku sebelum akhirnya memutuskan untuk membuka pesan suara tadi.

"Sungmin."

Suara perempuan.

"Ini aku Ryeowook. Kau sedang sibuk ya? Apa Kyuhyun memberitahumu jika hari ini dia ulang tahun? Kami membuat pesta kecil untuknya. Aku akan mengirimkan alamatnya lewat pesan. Sampai jumpa disana."

Sial. Sial. Sial.

Jadi hari ini adalah ulang tahun Kyuhyun?

Aku berlari ke kamar. Mengganti kaos dan celana pendek usangku dengan pakaian yang lebih pantas. Aku memakai jeans biru, tanktop hitam dan juga cardigan abu-abu. Oke ini tidak terlalu buruk. Aku menyisir rambutku yang mendadak kusut dan menyebalkan. Mengoles lip gloss pada bibirku dan memakai bedak yang tidak terlalu tebal.

Aku bergegas pergi setelah mematikan lampu dan memastikan kompor tidak menyala. Terima kasih karena aku tidak harus menunggu lama untuk mendapat taksi. Setengah jam kemudian, aku sampai di tempat sesuai alamat yang di berikan Ryeowook. Sebuah klub malam yang besar. Sebelumnya Kyuhyun pernah mengajakku kemari. Aku bergidik ngeri mengingat saat aku bertemu dengan Jungmo disana. Itu pengalaman yang buruk.

"Hai nona." Dua pria bertubuh besar menyapaku. Mereka seperti seorang satpam berdiri di depan pintu.

"Ya. Eum, hai." Aku tersenyum. "Boleh aku masuk?"

"Ada keperluan apa?" Pria berambut ikal itu berkata. Wajahnya tidak terlalu serius, beda dengan pria satunya.

Hah? Bukankah ini termasuk tempat umum? Ini klub malam bukan istana presiden.

"Aku ingin bertemu dengan seseorang."

"Maaf nona, anda pasti tahu peraturan di tempat ini dilarang menggunakan sandal jepit."

Hah?

Aku menunduk menatap jari-jariku yang terbuka. Eh? Mengapa aku tidak memakai sepatu?

"Hei. Aku mengenal bos kalian. Kau bisa ikut denganku kedalam jika tidak percaya."

"Maafkan kami. Itu sudah peraturan." Pria itu menarik lenganku menyeretku untuk pergi. Aku meringis sakit, cengkraman tangannya begitu kuat.

"Lepaskan aku."

"Hei, kau tidak mendengarku?" Aku meronta mencoba melepas cengkramannya.

"Lepaskan!"

Aku menoleh mencari pemilik suara berat itu. Itu suara Kyuhyun, aku sangat mengenalnya. Satpam bertubuh besar tadi langsung melepas cengkraman tangannya. Membungkukan sedikit badannya memberi hormat pada Kyuhyun.

"Dia pacarku." Suara Kyuhyun terdengar sangat mengerikan.

"Maafkan saya tuan. Saya tidak tahu jika nona ini adalah kekasih anda. Nona ini memakai sandal. Jadi saya melarangnya masuk."

"Kau! Sekalipun dia tidak memakai apapun. Kau tidak berhak menyeretnya seperti itu!"

Pria itu meminta maaf lagi lalu menoleh padaku mengucapkan maaf. Aku hanya mendengus padanya.

"Cepat pergi dari pandanganku atau aku berubah pikiran dan membuat hidungmu berdarah."

Pria itu mengangguk patuh. Kembali berdiri di depan pintu klub seperti patung selamat datang. Menggelikan.

"Kau tidak apa-apa?"

Aku menatap wajahnya lalu mengangguk. Kyuhyun terlihat sedikit kurus tapi masih tetap tampan seperti biasanya. Ia memotong sedikit rambutnya. Mengubah warnanya menjadi coklat yang lebih terang.

"Aku tidak apa-apa."

"Aku ingin mematahkan tulangnya karena berani menyentuhmu."

"Aku bilang, aku tidak apa-apa." Aku memutar malas mataku. "Lagi pula dia hanya menyentuh lenganku, bukan bokongku."

"Stop, Sungmin!"

Aku hanya mengedikan bahu.

"Kau datang?"

"Ini hari ini ulang tahunmu."

Kyuhyun tersenyum. Ia meraih tanganku lalu mengecupnya. "Jangan pergi lagi. Maafkan aku."

"Ya, setelah kau menceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi."

"Tentu. Ayo masuk."

"Aku menggunakan sandal." Aku berkata cepat lalu menunduk menatap kakiku. Lihatlah, mengapa aku menjadi sebodoh ini. "Aku tidak mau masuk."

"Kau memiliki jari kaki dan kuku yang cantik. Aku suka melihatnya. Jadi, ayo masuk."

Kyuhyun menggandeng tanganku. Persetan dengan sandal jepit. Tempat ini pandai membuat orang mabuk, jadi mereka tidak akan memperhatikan sandalku. Kami melangkah masuk melewati dua pria besar tadi. Suara musik dj yang memekakan telinga menyambut kami. Aku tidak melihat kedua orang tua Kyuhyun. Hanya ada Heechul, Hangeng, Ryeowook dan Yesung.

"Hai, cantik." Hangeng yang pertama kali menyapaku. Ia memberiku sebuah pelukan dan kecupan dipipi.

"Hai." Aku membalasnya.

"Kami sudah menunggu kalian. Pria yang berdiri disampingmu itu malah menelantarkan kami di pestanya." Ryeowook menggerutu kesal lalu memelukku. "Bagaimana kabarmu?"

"Aku baik." Sahutku. Aku membalas pelukannya.

Setelah pelukan kami terlepas, aku menyapa Heechul. Kami berpelukan dan juga mengobrol. Heechul terlihat sangat bahagia saat mengatakan dirinya ternyata tengah hamil. Aku ikut senang mendengarnya. Yesung juga memberiku sebuah pelukan. Aku menyukai mereka.

"Ku rasa aku dan Sungmin tidak ingin bergabung dengan kalian." Kyuhyun berkata. Ia melingkarkan tangannya di pinggangku.

"Pria yang berulang tahun bebas melakukan apapun." Ucap Heechul.

"Ya ya ya." Imbuh Ryeowook.

Aku tersenyum canggung pada mereka. Kyuhyun mengedipkan sebelah matanya pada dua wanita itu namun di balas dengusan geli oleh Ryeowook.

Ia mengajakku duduk di sofa yang terletak tak jauh dari meja bar. Pelayan perempuan berpakaian ketat menghampiri kami. Aku mengernyit heran melihat rok mini yang hanya menutupi bokong jeleknya. Suaranya seperti di buat mendesah saat bertanya pada Kyuhyun.

Kyuhyun memesan margarita untukku dan wishky untuknya. Perempuan itu mengerling nakal mencoba menggoda Kyuhyun, dan pria itu balas mengedipkan mata padanya. Aku sepertinya muntah sedikit didalam mulutku.

Aku memperhatikannya berjalan. Kyuhyun mengikuti pandanganku. "Dia lebih mirip seperti jalang. Lihatlah pakaiannya yang kelewat seksi itu."

"Siapa bilang?" Kyuhyun menatapku. "Jeans robek-robek yang kau pakai ini jauh lebih seksi. Aku menyukainya."

"Aku tersanjung." Ucapku acuh.

Pelayan perempuan tadi datang membawa pesanan kami. Aku ingin menendang bokongnya. Kyuhyun memberi uang tip untuknya lalu mengatakan untuk tidak datang lagi ke meja kami. Dia tampak tidak senang lalu mencebikan bibirnya padaku sebelum pergi. Heh? yang benar saja.

"Kau ingin aku menjelaskannya dari mana?"

"Kau dan Siwon."

Kyuhyun meneguk wishkynya.

"Siwon adalah salah satu karyawan di perusahaan ayahku. Aku pernah beberapa kali bertemu dengannya, bahkan kami pernah bekerja sama saat aku membantu ayah mengurus salah satu perusahaannya."

"Saat aku tahu Siwon berpacaran denganmu. Itu membuatku marah." Lanjutnya.

Aku masih terdiam. Jantungku seperti melompat turun satu tingkat kebawah. Jadi, Kyuhyun benar-benar sudah lama menyukaiku?

"Aku melihat kalian sedang berkencan. Kau tahu? aku seperti ingin menonjoknya dan menyeretmu pergi."

"Tapi kau juga bersama seorang wanita saat itu." Aku menyela. Aku tidak akan lupa, saat itu wanita berambut pirang pendek sedang bergelayut di lengannya.

"Aku tidak berkencan dengannya. Dia yang menggodaku. Walaupun aku bersama wanita lain kau tetap tidak menghilang dari pikiranku."

Ia meneguk kembali wishkynya lalu melanjutkan. "Aku meminta pamanku untuk menawarkan Siwon jabatan dan mengirimnya ke luar negeri. Tapi kau terlihat sangat sedih setelah putus dengannya, butuh waktu dua tahun sampai akhirnya aku berani mendekatimu."

Aku tersenyum getir. Dua tahun?

"Kita sering bertemu. Tapi kau sama sekali tidak memperhatikanku bahkan melihat kearahkupun tidak."

Astaga! Aku melihatmu Kyu. Aku melihatmu! Sial, aku melakukannya diam-diam.

Kyuhyun meraih daguku. Mengecup bibirku singkat. "Maafkan aku. Aku melakukan hal bodoh itu karena aku sangat mencintaimu, Min. Kau Milikku."

"Aku milikmu, Kyu." Aku berbisik di bibirnya.

"Kau memaafkanku?"

Aku mengangguk. Bibirku menemukan bibir Kyuhyun. Kami kembali berciuman. Tangannya menekan tengkukku saat lidahnya mencoba masuk menyapa lidahku. Aku menyambutnya. Kyuhyun sangat pandai mencium. Bibirnya selalu membuat lututku melemas.

"Aku mencintaimu."

"Aku juga. Omong-omong selamat ulang tahun."

Ia tersenyum saat bibirku menyentuh pipi kanannya. "Terima kasih, sayang."

"Aku tidak membawa kado."

"Kau adalah kadoku."

.

.

.

.

.

.

.

EPILOG

Hari ini adalah hari kelulusan Kyuhyun. Dia terlihat sangat tampan dengan baju toganya. Kyuhyun meraih nilai tertinggi di fakultasnya. Itu kejutan untukku karena aku tidak pernah tahu jika Kyuhyun adalah pria yang jenius. Priaku yang pintar dan juga seksi.

Donghae juga resmi menjadi sarjana hari ini. Aku sudah mengakuinya sejak awal jika Donghae memang tampan. Ia terlihat mempesona. Setelah acara kelulusan berakhir, aku, Kyuhyun, Eunhyuk dan Donghae mengadakan pesta kecil sebagai perayaan. Sebenarnya pihak kampus juga membuat acara seperti itu. Tapi kami tidak begitu tertarik.

Kami berkumpul di apartemen Kyuhyun. Para pria sedang memasak sementara aku dan Eunhyuk hanya menikmati pemandangan indah itu dari sofa ruang tengah.

"Kita memiliki pacar yang luar biasa seksi, Min." Eunhyuk berbisik padaku.

Aku cekikikan mengangguk setuju. "Kau benar."

"Aku jadi membayangkan aku bercinta dengan Donghae di dapur."

Aku mendelik padanya. Memukul kepalanya dengan remot tv. "Dasar mesum."

Eunhyuk berdecak sambil mengusap kepalanya. "Kau ini sok polos sekali."

"Tapi setidaknya aku tidak pernah melamun jorok."

"Hei, aku tidak melamun jorok."

"Terserah kau saja."

Eunhyuk menendang bokongku saat aku berdiri. Aku cekikan lalu berjalan mengambil wine yang kami beli tadi. Menuangnya kedalam gelas menatanya di meja makan. Eunhyuk menghampiri Donghae membantu pria itu membuat saus krim. Kyuhyun sedang memanggang daging. Aku memperhatikannya dari meja makan. Ia menggulung lengan kemejanya sampai siku, dua kancing teratasnya di biarkan terbuka. Sial, ada apa dengan pria dan dapur? mengapa mereka menjadi sangat seksi.

"Kalian luar biasa. Ini enak." Eunhyuk memuji saat kami mulai makan.

Aku mengangguk setuju.

"Mulai sekarang. Kalian yang memasak. Aku dan Sungmin cukup duduk manis sambil melihat kalian didapur." Lanjut Eunhyuk.

"Duduk manis tanpa busana?" Donghae bertanya lalu menyeringai. Ia melakukan tos dengan Kyuhyun. Aku memutar mataku bersamaan dengan Eunhyuk.

Setelah selesai makan, giliranku dan Eunhyuk yang bertugas mencuci piring. Kyuhyun dan Donghae sedang mengobrol dan sesekali suara tawa terdengar. Aku dan Eunhyuk menyelesaikan piring kotor terakhir lalu bergabung dengan mereka. Membicarakan hal-hal yang tidak penting.

.

.

Eunhyuk dan Donghae sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Dan entah bagaimana ceritanya, aku dan Kyuhyun sudah berada diatas ranjang sekarang. Telanjang dan bercinta.

Kyuhyun menindihku, melumat bibirku cukup kasar. Aku meremas rambut belakangnya melampiaskan gairahku. Pria ini benar-benar memabukan.

Aku mendesah saat bibirnya berpindah menyentuh dadaku. Menghisapnya kuat membuat pandanganku semakin berkabur. Jarinya menurun menggoda milikku. Aku memekik ketika Kyuhyun mulai mendorongnya kedalam.

"Kyu. Jangan menggodaku."

"Aku tidak, sayang."

Aku meleguh keras. Badanku sedikit melengkung keatas saat jemarinya bergerak didalamku.

"Kau benar-benar seksi, Min."

Kyuhyun membawaku klimaks hanya dengan gerakan jarinya. Ia memakaikan pengaman pada miliknya saat aku masih sibuk mengatur nafas. Sial, aku melewatkan sesuatu.

Ia kembali menindihku, menciumku lalu mulai memasuki perlahan. Aku mendesah di balik bungkaman bibirnya. Milikku terasa penuh dan hangat.

Kyuhyun menggerakan tubuhnya pelan, sangat pelan. Ini begitu menyiksa. Dengan sengaja aku menggerakan pinggulku menggodanya. Kyuhyun tersenyum lalu mengecup bibirku.

"Sudah tidak sabar, sayang?"

"Sial, jangan menggodaku, Kyu. Enghh."

Kyuhyun tertawa. Aku mengernyit meremas bahunya saat ia menyentak kuat miliknya didalamku. Ia bergerak cepat membawaku kembali klimaks bersamanya.

Ini luar biasa.

Setelah berhasil mengatur nafas. Kyuhyun menarik miliknya. Kembali memposisikannya di milikku. Aku meringis memeluk lehernya saat milik Kyuhyun sepenuhnya di dalamku.

"Ugh.. Kyu..hyun."

.

.

.

Kami berpelukan di balik selimut. Tidak memakai apapun. Aku menyadarkan kepalaku di dadanya dan dia menaruh dagunya diatas kepalaku. Tangannya bergerak naik turung mengusap punggungku. Aku menyukainya.

"Tunggu sebentar. Aku ada sesuatu untukmu."

Ia terlihat tidak suka ketika aku melepas pelukannya. Aku mengambil kotak kecil dari dalam tas. Aku belum sempat memberinya kado ulang tahun, jadi aku akan memberikannya sebagai kado kelulusan juga. Aku kembali bergabung dengannya di ranjang lalu menyerahkan kotak kecil itu padanya.

"Ini kado untukmu."

Matanya melebar melihat kotak itu lalu menatapku.

"Kau tidak perlu melakukan ini, Min."

"Aku belum memberimu kado ulang tahun. Jadi aku memberikannya sekarang." Aku mencium bibirnya. "Selamat atas kelulusanmu, Kyu. Aku mencintaimu."

Kyuhyun menemukan bibirku. Kami berciuman lagi cukup lama. " Aku juga mencintaimu. Tapi demi Tuhan kau tidak perlu melakukan ini. Aku sudah mengatakannya. Kau adalah kadoku."

"Kau hanya cukup berterima kasih saja."

Ia menghela nafas lalu tersenyum. "Terima kasih. Boleh aku membukanya?"

"Tentu."

Sebuah dasi hermes berwarna abu-abu bercorak polkadot kecil berwarna hitam. Kyuhyun sangat mempesona jika memakai dasi. Dan warna abu-abu sangat cocok dengannya.

"Ini sangat bagus."

"Kau menyukainya?"

"Sangat."

Kyuhyun kembali menciumku. Kami seperti tidak pernah puas jika menyangkut soal ini.

"Aku juga memiliki sesuatu untukmu."

Dahiku berkerut menatapnya bingung. "Hei. Ini adalah harimu."

Kyuhyun tidak mendengarkanku. Ia menarik laci nakas mengambil kotak persegi panjang berlapis kain beludru berwarna biru.

"Kau masih ingat gelang ini? Aku sengaja memenangkannya untukmu."

Aku menganga. Itu gelang bvlgary di acara lelang waktu itu, dan Kyuhyun memberikannya padaku. Itu sangat mahal. Aku bahkan tidak berani menyentuhnya.

"Tapi ini..."

"Kau hanya cukup berterima kasih saja." Kyuhyun mengikuti gaya bicaraku. Aku mencebikan bibirku padanya.

Ia meraih tanganku, memakaikannya di pergelangan tangan kiriku. Aku mengangkat tanganku hati-hati. Memperhatikan detail ukiran gelang itu. Ini sangat cantik. Bagaimana jika aku merusaknya? Memikirkan harganya saja sudah membuatku sakit kepala.

"Ini sangat cantik, Kyu."

"Kau suka?"

"Hanya orang bodoh yang tidak menyukainya."

Kyuhyun tersenyum. Ia menggenggam tanganku. "Menikahlah denganku, Min."

"K-kau melamarku?"

"Aku ingin kau menjadi istriku dan ibu dari anak-anakku kelak." Ia memberi jeda. "Jadi, iya atau tidak?"

Aku tersenyum, menunduk memperhatikan gelang di tanganku. Sebenarnya aku berkaca-kaca. Tapi aku tidak mau Kyuhyun melihatnya.

Aku mendongak lalu mengangguk. "Iya."

"Oh, thank god." Kyuhyun memelukku erat.

"Tapi biarkan aku menyelesaikan kuliahku dulu. Aku juga ingin menjadi sarjana sepertimu."

Kyuhyun terkekeh. "Tentu. Saat kau lulus nanti. Aku akan mengganti gelang ini dengan sebuah cincin."

"Aku mencintaimu."

.

.

.

END

Akhirnya fanfic ini selesai. Maaf untuk keterlambatannya. Maaf juga kalo akhir fanfic ini tidak sesuai harapan kalian. Ini cuma fanfic abal-abal yang di tulis saya. Jadi maklum saja kalo malah jadi aneh. Hehehe

Terima kasih buat semuanya. Review kalian adalah semangat saya buat nyelesein ini. Walau kenyataannya saya kadang-kadang males banget buat ngetik. kekeke

Semoga ini menghibur. IloveU

AnissaLee