_Whatcha Doin' Today

Author : Jeonghannienoona

Cast : Zhang Yixing (Lay) - Wu Yi Fan (Kris) – Xi Luhan and others.

Rated : T+ (I think it would be M sometimes).

Warning : typo(s), tidak sesuai EYD, genderswitch, dirty talk.

PS : Cerita hanya fiksi belaka, tidak bermaksud menyindir atau menjelekkan pemilik nama di atas. So, jangan dimasukin ke hati ya. This story is mine but Yixing belongs to us^^

...

Chapter 1

Kris menatap layar tablet pc di depannya dengan seringai tipis yg tergantung di wajah tampannya. Ia tidak tahu jika menjadi seorang idol harus berpenampilan se-vulgar ini. Dari gaya berpakaian, gerak tubuh hingga koreografi dance, haruskah seperti ini? Yang 'dijual' seorang idol adalah suara mereka atau 'penampilan' mereka? Hey, ini masih di timur bukan barat. Tidakkah ada sopan santun sedikit saja? Kau berbicara seperti itu seakan kau adalah lelaki baik-baik Kris.

Aaa, apakah sekarang ini kalian sedang menyikut teman di sebelah kalian untuk tahu apa yang sedang laki-laki bernama Kris ini lakukan? Yah, sudah pasti jawabannya iya bukan? Laki-laki itu tengah menonton sebuah music video seorang idol remaja yang berjudul 'Whatcha Doin' Today', music video yang Kris sendiri tidak tahu arti lirik lagunya—tentu saja, karena yang ia perhatikan adalah 'object' dalam video itu. Lagipula Kris baru saja pindah─benar-benar baru saja pindah─ke Korea setelah sebelumnya selama 25 tahun hidupnya ia habiskan di negara kelahirannya, China.

Dan ketika ia tiba di gedung apartement mewahnya, ia langsung menghidupkan tabletnya untuk berselancar di dunia maya tanpa memperdulikan apartementnya yang masih berantakan. Matanya tak sengaja menangkap unggahan video yang baru beberapa hari dipasang dan sudah mencapai hampir 10 juta penonton. Karena rasa penasarannya yang tinggi ia coba mengunduh video itu dan menontonnya─tentu saja. Lalu, apa yang tengah ditontonnya itu berhasil membuat Kris panas dingin.

Gadis─tentu saja gadis, apa yang kalian harapkan?─dalam video itu, yang Kris tahu bernama Lay Zhang adalah seorang penyanyi solo yang tengah naik daun, ia berasal dari China, hanya saja sejak ia berumur 10 tahun gadis itu tinggal di Amerika Serikat─ooh, bagaimana Kris tahu tentang gadis itu? Yah tentu saja, ia mencari informasinya di internet─dan ia datang ke Korea, menjadi seorang idol karena audisi bodoh yang di daftarkan teman sekolahnya.

"Kau dapat membuat seseorang panas hanya dengan menontonnya saja, hey gadis bodoh!" umpat Kris. Ia melepas pakaiannya─beserta celana khaki yang ia kenakan─karena merasa bagian istimewa tubuhnya sesak. Oh, apakah kalimat itu terdengar cukup kotor? Ah, nanti kau akan terbiasa. "Sial! Masih siang dan aku terpaksa menyelesaikannya sendiri." Meski menggerutu, langkahnya membawa ia benar-benar harus menuntaskan kebutuhannya itu.

Yah, bagi Kris wanita, alkohol dan sex adalah hal biasa yang bermain bersamanya. Ia bukanlah seorang lelaki baik-baik yang penuh aturan kesopanan atau apapun yang memiliki arti sama dengan kata sopan itu. Dan tentang pikirannya yang mengomentari penampilan gadis dalam video itu, hanyalah, ya kalian tahu itu sekedar basa-basi belaka saja. Karena sebenarnya Kris merasa excited ketika disuguhi pemandangan yang 'membangkitkan' seperti itu.

Dering handphonenya yang terdengar memanggil-manggil memaksa Kris segera keluar dari kamar mandi—tentu saja ia menyelesaikannya di kamar mandi, tidak mungkin ruang tengah apartementnya. Di layar handphone keluaran terbaru itu tertera nama saudara sepupunya yang tinggal di Korea. Berdecak, Kris akhirnya mengangkat panggilan itu dan mengabaikan kebutuhannya yang sepertinya akan tertunda untuk waktu yang cukup lama─atau mungkin tidak akan terselesaikan.

"Ya, ada apa kau menghubungiku?" sahut Kris dalam bahasa China, dan dengar, suaranya terdengar dingin─ooh, atau seperti seseorang yang tengah menahan sesuatu. Orang di seberang sana terkekeh kecil mendengar nada suara Kris itu, ia sangat hafal dengan tingkah laku Kris selama ini. "Cepatlah, kau menggangguku, kau tahu?" ucap Kris lagi ketika yang ia dengar hanyalah suara tawa saudaranya itu.

"Mengganggu? Apa kau tengah berpesta kawan?" orang itu akhirnya angkat bicara, dan Kris yang memang tidak suka berbasa-basi hanya diam mendengar pertanyaan saudaranya itu, berharap jika saudaranya ini cepat bicara. "Hey, baiklah-baiklah, aku tahu kau sangat sibuk brother, tapi bisakah kau datang ke kantor sekarang, ada klien yang akan datang satu jam dari sekarang."

Kris menghela nafas kesal. Gara-gara saudara sialannya ini, Kris benar-benar sudah tidak ingin menyelesaikan hasratnya yang sempat tertunda. Tanpa membalas perkataan saudaranya itu Kris langsung memutus sambungan teleponnya dan kembali mengenakan pakaiannya. Tangannya dengan cepat mengambil kunci mobil yang ditaruh di laci nakas dekat televisi, dan begitu menemukannya ia segera berlari turun ke lantai bawah─tentang mobilnya? Mobil Kris telah lebih dulu tiba di Korea.

...

"Aaah... S—stop i—it... Aaah..." Desahan itu menggema di salah satu ruangan di kantor berlantai 20 itu. Untungnya saja ruangan kantor itu di desain kedap suara, jadi suara-suara aneh itu tidak terdengar sampai keluar. Gadis dengan dress selutut berwarna ungu muda itu tampak terduduk dengan kepala mendongak bersama seorang laki-laki berambut merah yang tengah menduduki pahanya. Laki-laki itu tampak begitu khikmat menikmati gadis yang tengah didudukinya itu. Sedangkan sang gadis hanya bisa pasrah tanpa bisa melawan─kecuali suara teriakannya─karena tangannya diikat dengan dasi.

"S—stop Lu… Aaah..." Meskipun berteriak─ah, mungkin mendesah─dengan keras, tetap saja laki-laki diatasnya ini tidak menghiraukannya begitu saja. Ia bahkan dengan berani menyingkap dress ungu itu ke atas tanpa melepasnya, dress itu dibiarkan menggantung diantara leher dan dada gadis itu, membuat suhu dingin ruangan membelai tubuh gadis yang berbalut celana dalam dan sport bra itu.

"Kenapa kau mengenakan bra seperti ini sayang?" Laki-laki itu memasukkan tangannya kedalam bra hitam itu dan memijat apa yang ditangkupnya. "Bukankah lebih baik kau tidak menggunakannya agar lebih nyaman..." Laki-laki itu menyeringai licik. "...lebih nyaman untuk kunikmati."

Gadis dibawah membalas ucapan laki-laki itu dengan desahan lirih yang membuat lelaki diatas semakin bersemangat membelainya. "Kau benar-benar membuatku gila sayang, coba rasakan betapa kerasnya aku ketika hanya membelaimu seperti ini." Laki-laki itu mengecup sekilas bibir ranum gadisnya. Tangannya dengan segera menurunkan bra hitam itu kebawah dan mengecupinya dengan lembut. Tangannya dengan pasti dapat merasakan betapa lembutnya daging dalam balutan kulit seputih susu itu. Ia benar-benar tidak tahan, jika seperti ini mungkin ia akan benar-benar memperkosa gadisnya.

"Lu─aah─han... Hen─ti─kan... Aah─aah..." Gadis itu menggeliat merasakan benda basah yang menangkup payudaranya. Ia harus menghentikan ini sebelum semuanya semakin jauh. Besok ia ada pemotretan, dan tidak mungkin ia datang dalam keadaan tubuh penuh bercak merah. "Kumohon─aah Lu─ah..."

Laki-laki berambut merah bernama Luhan itu mendongak, menghentikan kegiatan mulutnya dan menggantikannya dengan tangan miliknya. Ia tatap gadisnya yang masih memejamkan matanya, ia tahu gadis itu tengah menahan desahan sexy-nya, dan Luhan tidak akan pernah puas merasakan gadis manisnya ini. "Buka matamu sayang dan tatap aku." Mendengar ucapan Luhan yang lembut itu, memaksa sang gadis membuka matanya yang terlihat sayu. Dan sial, birahi Luhan semakin memuncak ketika mendapati pemandangan menggairahkan itu.

"Aku harus menyelesaikan ini sebelum aku memperkosamu." Luhan bangkit dari atas gadis itu tanpa membenahi pakaian gadisnya, toh tidak akan ada yang berani masuk ke dalam ruangannya, lagipula ruangannya ini terkunci rapat.

"Lepaskan ikatanmu ini..." Gadis itu meminta dengan lirih, tapi yang di dapatkannya hanya kerlingan mata jahil dari Luhan.

"Tidak dan jangan coba-coba membukanya, aku belum puas menikmati pemandangan tubuhmu Lay-ku tersayang."

Dan gadis bernama Lay itu─atau kita bisa menyebutnya sebagai Lay Zhang hanya menghela nafas pelan, Luhan kekasihnya selalu seperti ini setelah puas Making Out dengannya. Ia akan meninggalkan Lay hanya dengan pakaian dalam yang memperlihatkan betapa sexy tubuhnya itu dan selalu mengikat tangan mungilnya─menurut Luhan, keadaan Lay yang terikat lebih menggairahkan. Tapi satu hal yang ia sukai dari Luhan ketika mereka tengah berhubungan, Luhan tidak akan menyentuh bagian sensitifnya yang lain, seakan Luhan benar-benar menjaga kesuciannya ataupun menyuruhnya melakukan oral sex. Ia hanya akan bermain dengan payudara dan leher juga wajahnya saja. Terdengar munafik memang, tapi ya prinsip Lay adalah kegadisannya hanya boleh direnggut suaminya kelak─meski Lay percaya Luhan yang akan menjadi suaminya─dan Luhan menghargai prinsipnya itu. Benar-benar membuat Lay semakin jatuh cinta padanya.

Sebenarnya alasan kenapa Lay bisa berakhir di kantor ini dalam keadaan hampir telanjang adalah karena Luhan cemburu padanya, Luhan marah-marah ketika Lay menemuinya satu jam yang lalu. Ia meributkan tentang gaya berpakaian juga adegan yang ada dalam musik video terbarunya─ini selalu terjadi setiap Lay meluncurkan music video itu. Sebenarnya Lay tidak ingin 'melakukan' adegan itu, hanya saja sutradara yang menangani pembuatan music videonya memaksanya dan mengatakan hal itu akan menarik minat penikmat musik─ya, ya Lay tahu sebenarnya apa maksud 'menarik minat' itu sebenarnya. Dan karena sejak awal konsep yang diusung perusahaan tentang image-nya membuat Lay mau tak mau harus menurutinya, padahal itu bertolak belakang dengan dirinya yang sesungguhnya.

Bicara tentang konsep, perusahaan membuat image nakal dan sexy untuk Lay, dan ia diharuskan menggunakan pakaian sexy dan bertingkah laku sexy, padahal sebenarnya Lay adalah gadis yang polos dan tidak banyak tingkah, lagipula hanya bersama Luhan saja Lay berani memperlihatkan bagian dalam tubuhnya—terlepas dari penampilan Lay di panggung yang mengharuskannya menggunakan hotpans dan baju sebatas pinggang dan Luhan dipastikan akan marah-marah ketika Lay selesai mengisi acara itu.

Luhan dan Lay sebenarnya berpacaran lebih dari 10 tahun sejak mereka sama-sama masih di China dan Lay masih duduk di bangku sekolah dasar sedangkan Luhan sudah duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dapat dikatakan bahwa mereka adalah cinta masa kecil yang berlanjut hingga mereka dewasa. Awet? Tentu saja, meskipun mereka berbeda umur 5 tahun dan sempat berpisah karena Lay harus ikut kedua orang tuanya ke Amerika tapi komunikasi mereka tetap berlanjut hingga sekarang mereka datang ke Korea—Luhan sempat tinggal di Amerika, by the way.

Ooh, sekarang kalian bertanya tentang 'adegan' yang membuat Luhan marah? Sebenarnya itu sangat memalukan menurut Lay, ia harus berakting duduk di depan tiang lampu buatan dengan bergaya cukup sensual—something like she must did sensual pose, seperti dia tengah mengelus payudaranya sendiri. Apalagi kamera menyorot dari atas membuat Lay harus mendongak dan memperlihatkan sekilas payudara besarnya yang menyembul dari balik baju yang hanya menutupi bagian payudaranya itu.

Dan adegan lainnya adalah saat ia disana berakting dengan beberapa pria yang mengelilinginya, duduk di atas meja dengan pria-pria yang telihat menatapnya dengan bernafsu, seolah Lay adalah tikus yang berada di kandang harimau. Membiarkan pria-pria penari latarnya itu menyentuh tubuhnya—hampir menyentuh sebenarnya, tapi bagi Luhan itu sama saja dengan menyentuh—dan ada adegan ia harus membiarkan pria model music video-nya menyentuh dan mengelus paha-nya yang terbuka, menindih dan seakan-akan tengah mencumbunya.

Lay benar-benar malu ketika melakukan adegan terakhir itu, tapi selain adegan-adegan itu, adegan lainnya terlihat wajar-wajar saja. Tapi Luhan yang berstatus kekasih Lay jelas marah melihat kekasih hatinya melakukan adegan dan berpakaian yang sanggup membangkitkan gairah laki-laki yang menontonnya itu. Lay dalam keadaan tertidur saja sangat menggairahkan apalagi jika melakukan hal semacam itu.

Dan karena amarahnya yang tidak dapat ditahan akhirnya Lay harus berakhir seperti sekarang ini. Terkadang Lay hanya dapat terkekeh geli mengingat kelakuan Luhan yang seperti seorang Psyco, tapi sebenarnya tidak, karena jika seorang Psyco akan melakukan apapun untuk mendapatkan keinginannya termasuk menyakiti orang yang ia sayangi, berbanding dengan Luhan yang akan selalu memenuhi semua yang Lay inginkan dan tidak pernah menyakitinya─kalau marah-marah tentu saja─ooh, kecuali jika sedang Making Out, Luhan akan mengikat tangannya, selalu dan Lay hanya dapat memakluminya.

Suara klik yang berasal dari pintu membuyarkan lamunan Lay tentang Luhan. Ia berpikir bahwa itu Luhan yang sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, tetapi ternyata yang terbuka adalah pintu ruangan itu, dan seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut emas muncul dan menatapnya tajam.

Dengan panik Lay menggerakkan tangannya yang terikat untuk menurunkan dress ungunya tanpa bisa menaikkan bra hitam yang masih berada di bawah payudaranya. Biasanya Luhan akan marah jika Lay memperbaiki penampilannya sendiri, karena laki-laki itu yang akan melakukannya, tapi melihat ada orang lain di ruangan itu membuat Lay harus memperbaiki penampilannya sendiri, apalagi sekarang laki-laki itu tampak menyeringai licik sambil menatap kearahnya yang sibuk dengan dress ungu itu.

"Kenapa di tutup? Kurasa kau sangat sexy dalam keadaan hampir telanjang itu," ucap laki-laki itu dengan bahasa Inggrisnya yang lancar sambil berjalan mendekat ke arah Lay yang masih duduk sambil berusaha melepas ikatan dasi di tangannya. "Perkenalkan, aku Kris Wu." Ya, laki-laki itu adalah Kris yang datang untuk menemui saudara sepupunya, Luhan. Dan melihat gadis yang menjadi sumber fantasi liar di apartementnya tadi membuat birahi Kris yang tertunda kembali bangkit.

"Ingin kubantu cantik?" Laki-laki itu segera duduk di sebelah Lay, menyeringai kecil lalu menarik dasi yang masih melilit di pergelangan gadis itu dan yang ia lakukan adalah menambah sampul ikatan itu untuk setelahnya ia ikat di lemari dekat sofa dengan Lay yang berdiri bersandar di lemari kaca itu, sangat berbanding dengan kata-kata membantu yang ia keluarkan.

Suara klik pintu lainnya membuat Kris juga Lay menoleh, menatap seorang laki-laki yang berdiri di depan kamar mandi ruangan itu. "Yixing..." Suara Luhan tercekat begitu melihat kekasihnya yang bersandar di lemari kaca dalam keadaan tangan yang terikat ke atas. Sebelum sempat Luhan beranjak mendekati Lay, matanya menangkap bayangan seorang laki-laki dengan rambut emas yang sudah duduk di sofa dan melipat tangannya.

"Kris..."

Kris menatap Luhan dan menyeringai kecil. "Jadi inilah pekerjaanmu di Korea? Membawa gadis masuk ke kantor dan menelanjanginya?"

"Bukan seperti itu..." Luhan membela diri dan segera menghampiri Lay ketika melihat gadisnya mulai menangis ketakutan. Oh Tuhan. "Lay ini kekasihku." Jeda sebentar untuk membiarkan Kris merasakan ada yang patah dalam hatinya. "Oh Tuhan-ku, maafkan aku sayang..." Luhan melepas ikatan dasi pada tangan Lay lalu memeluknya dengan erat. Tanpa ingat dengan Kris, Luhan menyingkap pakaian Lay ketika merasakan tonjolan kecil yang menyentuh dadanya, ia benahi letak bra yang memang masih melorot itu.

Luhan peluk lagi tubuh Lay yang bergetar ketakutan. "Kau jahat Lu, kau membuatku malu..." Lay memukuli dada bidang Luhan dengan kepalan mugilnya.

"Maafkan aku sayangku..." Luhan mendudukkan Lay di kursi meja kerjanya dan membawa tangan Lay untuk melingkar di perutnya. Mengelus rambut legam gadis itu. "Kenapa kau masuk ke ruanganku sepupu bodoh? Ruanganmu di lantai 20."

Kris memutar bola matanya bosan. Ia tengah kesal sekarang ini. "Receptionist dibawah mengatakan ruang komisaris ada dilantai 19 dan ini adalah ruangan terbesar dilantai ini."

"Posisimu bukan komisaris di kantor ini... Ya Tuhan, kenapa bibi menyuruhmu ke Korea." Luhan menggerutu dengan kesal, tapi gerutuannya berhenti begitu saja ketika merasakan pelukan gadisnya mengendur. Ia melepas pelukan itu dan menatap gadisnya yang ternyata tertidur pulas. Lay memang sangat mudah tertidur jika sedang bersama Luhan. Apalagi jika Luhan sudah memeluknya dan mengelus rambut legam itu. Dan Luhan sangat suka melakukannya.

Luhan rebahkan tubuh mungil Lay di sofa setelah sebelumnya mengusir Kris untuk bangkit dari duduknya, ia menyelimuti Lay dan mengecup sekilas bibir ranum itu, hanya sekilas tapi berhasil membuat Kris ingin membunuh sepupunya itu. "Kau disini sebagai President Direktur, dan ruanganmu di lantai 20, sana pergi ke ruanganmu, aku akan mengurus kekasihku dulu."

"Ya, ya, terserah apa katamu."

...

Kris masih terdiam di ruangan kerjanya, beberapa menit lalu klien yang dikatakan Luhan sudah pergi dengan kesepakatan yang amat memuaskan untuk perusahaannya. Seharusnya Kris sudah bisa kembali ke apartementnya dan menyerahkan sisa pekerjaannya pada Luhan, tapi entah mengapa ia masih enggan beranjak. Bayangan wajah Lay yang sayu setengah panik tadi berputar di pikirannya. Gadis itu sangat sexy dan menggairahkan. Ingin rasanya Kris membawa gadis itu ke ranjangnya dan menelenjanginya saat itu juga, memuaskan hasratnya sendiri, tapi... Gadis itu ternyata milik sepupunya, Luhan.

Kepala emas itu bergerak mencari tablet pc yang tadi di bawanya, ia menjadi penasaran dengan semua music video yang sudah diluncurkan kekasih sepupunya itu. Sejauh ini yang di tonton Kris hanya 'Whatcha Doin' Today' itupun tidak sampai habis karena kepalanya sudah dipenuhi fantasi-fantasi liar tentang gadis yang ia harapkan dapat ia telanjangi itu.

Video pertama yang ia temukan adalah video yang berhasil membuat Kris menganga lebar. Sial! Gadis itu menggunakan kemeja kebesaran dengan short bottom yang benar-benar pendek dan sekilas bahkan tidak terlihat karena tertutupi kemeja putihnya, bagi Kris itu benar-benar sensual. Di pertengahan, ada adegan gadis itu melepas kemeja putih yang dikenakannya meskipun adegan itu dialihkan dengan hanya merekam bagian kakinya saja, tapi Kris berharap gadis itu akan melepas kain ditubuhnya saat bersama Kris.

Decitan pintu ruang kerjanya membuat Kris segera mematikan tabletnya. Ia mendongak dan menemukan sepupunya tersenyum idiot kearahnya. "Hey brother..." sapa Luhan, laki-laki itu duduk di sofa yang ada di sana dan menyalakan televisi layar lebar. "Ruanganmu benar-benar keren kan? Lihat!" Luhan menunjuk sebuah pintu coklat yang ada di kanan meja kerja Kris. "Itu kamar tidur, jika kau sewaktu-waktu harus lembur dan tidur di kantor, kuberi tahu satu hal, di dalam kamar itu juga ada pantry kecil yang bisa kau gunakan untuk membuat teh atau kopi, lalu yang itu..." Luhan menunjuk pintu di sebelahnya. "...perpustakaan."

Wow! Kris tidak menyangka, kantornya di Korea memiliki fasilitas seperti itu. Dan kamar tidur? Di kantor? Bukankah menyenangkan. Hahaha, pikiran licik Kris mulai merencanakan sesuatu. Tapi Kris tersadar akan satu hal. "Diruanganmu memiliki fasilitas seperti ini juga?"

Luhan menggeleng pelan, wajahnya memberenggut untuk beberapa saat. "Tidak, aku bahkan hanya memiliki televisi yang lebih kecil dari ini dan sebuah kamar mandi yang berisi bathup. Yah, membuat kecewa," jawab Luhan sambil mengendikkan bahunya. "Tapi, setidaknya ruanganku juga dilengkapi sofa dan kedap suara."

Kris memutar bola matanya bosan, ia sangat tahu maksud sepupunya itu tentang sofa dan kedap suara, yah, pasti ada hubungannya dengan penyanyi muda bernama Lay yang berstatus kekasihnya itu. "I know what you mean. Tapi bagaimana bisa kau membawa gadis itu dan membujuknya menjadi kekasihmu juga 'melakukan'-nya?"

"Kau penasaran, eh?" Luhan tersenyum bangga. Tentu saja, tidak ada siapapun yang bisa mendekati Lay tanpa alasan, sekalipun beralasan ingin berkencan dengannya. Lay sangat setia padanya, tentu saja. "Hanya cinta masa kecil yang berlanjut hingga sekarang Kris..." jawab Luhan pelan ketika menyadari ada hal ganjil dari Kris, tidak pernah Kris mengurus apa yang tengah Luhan lakukan sebelumnya, tapi kini, "...kau jangan macam-macam dengan kekasihku Kris." Luhan menatap Kris dengan mata tajamnya.

Dengan tenang Kris menyahut tuduhan Luhan, ia terkekeh kecil sebelum akhirnya bangkit dari duduknya untuk ikut bergabung dengan Luhan di sofa. Matanya menatiap layar televisi dengan Luhan yang masih enggan menghilangkan tatapan tajamnya. "Jangan menatapku seperti itu bodoh!" Kris memukul kepala Luhan membuat Luhan meringis kecil. Sial! Tangan Kris seperti batu besar, yang keras dan tajam. "Tidak mungkin aku mengganggu kekasihmu tanpa sebab Lu. Aku juga akan menemukan kekasihku sendiri, tenang saja."

Dan betapa tidak pekanya Luhan untuk menyadari bahwa senyum licik tergambar di wajah sepupunya itu. Tentu saja tidak mengganggu kekasihmu tanpa sebab, tapi aku hanya akan menelanjanginya. Oh tentu beda bukan kata mengganggu dan menelanjangi? Oh yeah, Kris sangat egois dan betapa ambisiusnya ia untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.

...