Yuri memandang punggung tegap Sehun lama, memperhatikan pria itu memilah pakaiannya sendiri. Dia sudah menawarkan diri, tapi lagi-lagi ia hanya menerima penolakan.

Pandangan Yuri beralih pada kaca beranda di sampingnya, pagi yang cerah, begitu pikirnya.

Yuri tidak bisa berhenti membodohi dirinya sendiri, Dia merasa konyol sekaligus menyesal mengakui jika dia memang benar-benar memalukan, terlihat mengemis perhatian Sehun seperti ini. Dia sangat menyesal mengakui jika dia sama sekali tidak tega melihat raut terkejut Jongin semalam.

Yuri sangat menghargai Jongin layaknya mereka saudara, dia sangat percaya Saat Jongin berkata jika gadis itu sama sekali tidak memiliki perasaan apapun pada Sehun. Dan Yuri tentu tidak meragukan Sehun untuk memiliki perasaan pada Jongin.

Sedari awal, pernikahan mereka bukan kehendak keduanya, namun ini bukanlah permainan rumah-rumahan anak-anak, Mereka hidup dibawah atap yang sama, makan bersama, bertemu tiap hari, atau hal lain yang tidak mau Yuri yakini mereka telah lakukan.

Yuri sudah tau jika hari ini akan datang, hari dimana dia masih mengemis perasaan Sehun bahkan setelah Pria itu mengakhiri hubungannya dengan Baekhyun. Yuri sudah menebak jika mereka berdua cepat atau lambat akan saling jatuh hati.

Mereka sudah dewasa, tentu mereka akan jatuh cinta, bahkan hubungan yang tidak didasari apapun lama-kelamaan pasti berbenih bibit perasaan.

Yuri akan merasa senang untuk Jongin, hanya jika dia tidak berada diantara mereka.

"Kau terlihat tampan." puji gadis itu begitu Sehun berbalik padanya. Senyum dingin Sehun terulas membalas pujian Yuri. Dia tidak berharap mendengar kalimat itu dari gadis ini.

Yuri beranjak dari ranjang, menyelipkan tangannya memeluk lengan Sehun. "Kita pergi sekarang, aku sudah mem-Booking suatu tempat untuk kita sarapan."

Sejenak Sehun terdiam, Dia pikir dia sudah terbiasa makan pagi bersama Jongin. Setelah gadis itu kursus memasak, Jongin kian memaksa nya untuk sarapan bersama.

"Jongin?" gumam Sehun tanpa sadar.

Yuri tersentak, "Jongin? Oh , tenang saja, aku sudah bilang padanya kita makan di luar."

Dengan itu Sehun kembali terdiam. Dia pasrah mengikuti Yuri yang menyeret lengannya untuk segera keluar dari kamar.

Jongin terbangun oleh suara nyaring Yuri di luar. Dia menatap kosong lantai, teringat jika Yuri telah memberi tahu nya jika mereka berdua akan pergi sarapan di luar.

Dia tidak keberatan.

Untuk apa merasa sedih seperti ini, batin Jongin seraya menepuk kedua pipinya keras-keras. Jongin beranjak dari ranjang, merapikan sejenak bantal serta selimut di sana. Lalu ia berbalik memandang cermin.

Jongin dapat melihat bayangannya yang terlihat berantakan. Ia tertawa getir, jemari nya terangkat menyisir rambut nya keatas, menggulung asal rambut nya yang kian memanjang.

Sangat sulit menjelaskan bagaimana perasaan Jongin, gadis itu merasa tertampar begitu melihat kehadiran Yuri kemarin malam. Ia dengan bodohnya melupakan jika Sehun bukan miliknya. Masih belum.

Ya. Mereka telah tidur bersama. Tengah malam datang dan mereka saling bertukar cerita. Tersenyum bersama. Mereka pernah bertengkar. Menginap di hotel yang sama. Mereka tertawa bersama. Mereka telah melakukan semua hal yang dilakuan semua pasangan.

Jongin sangat senang. Tapi..

Dia menutup pintu kamar nya, berjalan menuju dapur berniat untuk menyiapkan sereal makanan Vivi. Namun dia malah melihat Yuri duduk disamping Sehun. Gadis itu menatap Sehun dengan senyum lebar.

Bibir Jongin terbuka, ingin mengucapkan sesuatu namun dia tidak yakin apa itu.

"Mornin'." sapa Jongin tanpa mau menyempatkan diri untuk menoleh pada Sehun ataupun Yuri.

Sehun tersedak oleh kopi buatan Yuri yang diminumnya setelah mendengar suara halus Jongin. "Jongin—"

Jongin terdiam, dia tidak menyahut panggilan Sehun. Dia berbalik memunggungi keduanya, berjinjit mengambil kotak sereal Vivi, tak lama mereka mendengar suara gonggongan semangat— Vivi berlari melompat ke pangkuan Sehun, lalu beralih turun mengendus mengelilingi tungkai Jongin.

Jongin tertawa pelan, ia berjongkok memberi anjing itu usapan gemas di kepala mungilnya.

Melihat itu, Lagi-lagi Sehun memanggil nama Jongin, kali ini lebih keras dan Jongin menatap pria itu dengan sabar. Dia menunggu kalimat maaf dari Sehun.

"Aku—"

"Sehun. Ayo berangkat. Aku tidak ingin kita terlambat." Potong Yuri sebelum Sehun dapat mengucap apapun pada Jongin, ia menarik lengan Sehun untuk segera mengikutinya. Gadis itu memanggil Jongin, melempar senyum lebar yang entah kenapa Jongin yakini tidak selebar sebelumnya.

"Jongin, kami berangkat."

Dengan nafas tercekat, Jongin , memaksa bibirnya tersenyum. Dia memalingkan wajahnya begitu ia bertemu pandang dengan Sehun.

Dia sama sekali tidak menyalahkan Sehun. Mereka berdua sama-sama tahu diantara mereka masih ada Yuri. Jongin hanya perlu menunggu Sehun, mungkin sedikit lagi.. Hanya sebentar.

Jongin hanya tidak ingin membicarakan apapun, itu sebabnya Jongin memilih untuk menghindari pembicaraan Sehun semalam. Sorot penyesalan Sehun sudah lebih dari cukup menjelaskan semuanya.

Blamm

Begitu mendengar pintu tertutup, tangis Jongin pecah. Begitu kah rasa sakit, Jongin tidak pernah tahu sampai hari ini datang. Dia ingin meminta Sehun untuk tetap tinggal. Dia ingin meminta pria itu untuk meninggalkan Yuri dan.. dan apa? apa lagi?

Jongin merasa dirinya sangat egois.

Chanyeol melirik arloji yang melingkari pergelangan tangannya gelisah. Ia begitu tidak sabar bertemu dengan Jongin. Mereka akan makan malam berdua. Itu adalah permintaan terakhirnya sebelum benar-benar memutuskan untuk melupakan perasaannya pada gadis itu.

Dua setengah jam lagi..

Chanyeol mendesah, dia ingin berlari keluar dan menjemput Jongin untuk pergi. Dia sudah mengirim pesan pada Jongin, jika dirinya takkan hanya mengajak gadis itu untuk makan malam saja. Mereka akan melakukan banyak hal. Banyak hal..

Bibir Chanyeol hampir berkedut menarik senyum miring, Dia sudah cukup memikirkan pekerjaan beberapa hari ini. Namun tetap saja dia tidak bisa menghentikan otaknya memikirkan Jongin.

Persetan jika Jongin sudah menikah.

Ini hanya satu hari. Dia hanya ingin melihat senyum lebar Jongin. Chanyeol pikir dia terlalu sibuk memikirkan perasaannya, dan melupakan jika mereka sudah lama tidak pergi berdua. Sebagai teman, tentu nya.

Tapi..

"ck, sial.." gumam Chanyeol seraya menghela nafas lelah memperhatikan lima tumpuk berkas di atas meja nya.

Di tempat lain, Sehun memandang lalu lintas dengan raut membeku. Kedua telinganya menghiraukan ocehan Yuri tentang bagusnya cuaca hari ini dan apa yang akan mereka lakukan nanti. Sehun melihat ke atas, Jalanan yang tampak lenggang, dan Langit yang semula cerah perlahan diselimuti awan kelabu, tak lama setelah itu, Rintik hujan bergerimis turun.

Sehun berpikir mungkin dia tidak seharusnya membawa Yuri ke apartemen. Dia merasa bodoh untuk setuju begitu saja. Shit. Dia mengumpat keras-keras dalam hati mengingat bagaimana Jongin menghiraukannya. Seharusnya dia tahu itu.

Itu pertama kali nya Sehun melihat Jongin menjadi pendiam. Dia ingat hari-hari dimana mereka terbiasa untuk bertengkar.

"Sehun?" panggil Yuri mengaburkan lamunan Sehun. Pria itu hanya bergumam, dia tidak ingin berbicara saat ini. "Kau tidak seharusnya melamun di tengah jalan, Oh Sehun." hardik Yuri dengan nada geli. Gadis itu lalu tertawa mendapat kata maaf singkat dari pria di sampingnya.

Setelah lampu lalu lintas berubah menjadi hijau kembali, Mereka kembali terdiam. Sibuk oleh pikiran masing-masing.

Di tengah kediaman keluarga Oh, tampak riuh oleh wanita paruh baya di luar halaman rumah. Beliau berkacak pinggang, menatap tajam seorang wanita renta yang tanpa perduli terus menyiram tanaman hijau merambat.

"Ibu, Kumohon istirahatlah. Dokter bi—"

Wanita renta yang di panggil 'ibu' itu menyahut kesal. Dia menatap menantu nya dengan mata menyipit tidak suka. "Ayolah, Aku hanya menyiram tanaman. Aku berjanji akan beristirahat setelah ini."

Nyonya Oh mendesah lelah, menatap khawatir Ibu mertuanya. "Baiklah, tapi kumohon ibu tepati janji ibu untuk berintirahat penuh."

"Ya, iya.. Sudahlah, kau bisa pergi sekarang."

Nyonya Oh mengangguk, menghampiri ibu mertuanya lalu berpamitan pergi. Kebetulan sekali, hari ini ia akan pergi ke mall—mungkin membeli beberapa bahan makanan dan pakaian baru. Sebenarnya dia ingin mengajak menantu manisnya Jongin, namun sepertinya gadis itu sedang sibuk karena ponsel gadis itu terus beralih ke voicemail. Dia juga tidak bisa menghubungi putera kesayangannya.

Mengingat itu, Nyonya Oh menggerutu dalam hati, ada apa dengan mereka? Mereka sulit dihubungi.

Sesampainya di mall, Nyonya oh naik menuju lantai tiga, ditemani supir dia berjalan melewati toko-toko pakaian untuk anak-anak muda. Hm, mungkin memang seharusnya dia mengajak Jongin.

Setelah memilah pakaian, Nyonya Oh kembali turun ke lantai dasar mall, menuju tempat swalayan tak jauh dari pintu masuk mall.

Namun tidak begitu lama, Nyonya Oh menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Dia terdiam, menghiraukan tanya heran dari bawahannya. Kedua mata yang dikelilingi oleh keriput harus menatap penasaran dua pasangan di depannya. Mereka terlihat manis walau hanya nampak belakang saja. Salah satu dari mereka terlihat familiar, namun ia tidak tahu siapa itu. Kemudian Nyonya Oh kembali memperhatikan punggung tegap pria yang lengannya kini dipeluk oleh gadis yang sekiranya mungkin berumur 26 tahunan , lalu membandingkan persamaan pria asing itu pada seseorang yang dikenalnya.

Dan saat kedua sosok itu berbalik, Nyonya Oh tidak bisa menyembunyikan raut terkejutnya melihat anaknya di sana. Rasa marah terang saja membuat Nyonya Oh menggeram setelah memastikan apakah itu benar Sehun. Jujur saja, Nyonya Oh banyak mendengar bagaimana anaknya Sehun itu sering berganti pasangan. Tapi tidak sedikitpun, ia mengetahui kebenarannya.

Nyonya Oh memperhatikan gadis di samping Sehun, Dia terlihat sangat ceria dan terus memeluk lengan anaknya. Siapa dia? Kenapa gadis itu memeluk Sehun? Apa mereka adalah kekasih? Jongin, bagaimana dengan Jongin? Pikirnya khawatir.

Jika kedua nya memang kekasih, seharusnya Sehun berterus terang pada ibu nya, begitu batin wanita itu. Tentu Nyonya Oh takkan memaksa anak nya untuk menikah jika dia tahu anaknya memiliki seseorang. Dia merasa menyesal dan tidak enak pada Sahabatnya— orangtua Jongin. Apa yang akan diucapkannya pada sahabatnya? Mereka pasti kecewa.

Oh..

Kedua telapak tangan Nyonya Oh terangkat, hatinya terasa tercabik, ia menutup mulutnya tidak percaya melihat Sehun merendahkan tubuhnya mencium pipi gadis di sampingnya. "Tidak.." Ucap Nyonya Oh tanpa suara.

"Nyonya Oh, anda baik-baik saja?" tanya pemuda di belakangnya khawatir. Ia terlihat bingung akan atasannya yang tiba-tiba terhenti dengan raut wajah aneh.

Wanita paruh baya tersebut menelan kekecewaannya, berusaha melupakan apa yang baru dilihatnya. Mungkin dia salah orang. Itu tidak mungkin Sehun. Ya..mana mungkin Sehun seperti itu.

Nyonya Oh menoleh pada pemuda yang masih menatapnya khawatir, dia menggeleng, " Kau bisa antar aku pulang sekarang, aku akan meminta bibi Ahn untuk berbelanja nanti." Pemuda itu mengangguk patuh, ia mengambil alih bawaan atasannya dan berjalan mengikuti Nyonya Oh. Sedang wanita yang diikutinya kian menatap kosong kedepan.

Yuri tidak bisa berhenti tersenyum lebar sejak mereka masuki pintu mall. Dia bisa membayangkan jika mereka berdua akan melakukan banyak hal di sini. Bermain, menonton, berbelanja, atau mungkin makan makanan ringan sambil berkeliling melihat toko di mall. Ah.. Pasti menyenangkan.

Dia mengeratkan pelukannya di lengan Sehun, memastikan dirinya cukup posesif ketika orang-orang di sekitar mereka—terutama perempuan menatap Sehun tertarik. Yah, Dia tahu kekasihnya termasuk pria yang tampan. Tubuh tegap tinggi atletis, Berkulit pucat, berambut hitam pendek, bibir tipis, sorot mata yang tajam, dan mungkin suara berat seksi nya itu bisa Yuri pastikan digilai banyak wanita.

"Jadi, kau ingin kemana?" tanya Sehun datar, dia ingin cepat lalu pulang. walau begitu Yuri tetap menjawab dengan raut ceria—dia merasa cukup oleh Sehun disampingnya.

"Um, kita jalan-jalan saja dulu lalu menonton lalu eum.. Berbelanja dan lainnya bisa kita pikirkan nanti." Yuri tertawa pelan oleh pikiran imaginatifnya sendiri. Dia tidak begitu perduli oleh raut Sehun yang sedari tadi tidak memperlihatkan tanda tertarik. Dia sudah terbiasa.

Sehun diam-diam mendesah pelan, kedua mata elangnya berpendar melihat kesekeliling mall. Dia tidak tahu apakah orang-orang ini mengenal nya atau tidak, tapi tatapan-tatapan menggila dari beberapa wanita yang dia lewati sudah biasa dia dapatkan sehari-hari. Beruntung sekali, mereka tidak menyadari siapa dirinya.

Sekali lagi Sehun kembali berpikir kenapa dia berada disini. Seharusnya dia berada di rumah, Duduk berdua dengan Jongin menonton acara berita pagi yang membosankan di televisi. Atau mungkin dia akan bekerja di ruang kerja dengan Jongin memeluk bahunya. Ada begitu banyak rencana untuk hari ini bersama Jongin.

Sehun mengernyit memejamkan matanya memendam rasa kesal yang secara rahasia ia tujukan pada Yuri. Andai gadis ini tidak muncul. Andai dia juga mengakhiri hubungannya bersamaan di malam itu. Andai.. Andaikan saja.

Tidak berbeda dengan Sehun, Yuri juga diam-diam merasa kesal karena orang-orang masih menatap Sehun tertarik. Terutama wanita paruh baya tak jauh dari mereka. Yuri mendesis, bagaimana bisa wanita tua seperti itu tertarik pada lelaki yang lebih muda. Astaga..

"Sehun?" Yuri menarik kain pakaian Sehun pelan, seolah berusaha mencuri perhatian pria itu agar beralih menatapnya. Gadis itu mengulas senyum lebar ketika Sehun menoleh menatapnya bingung.

"Bisa cium pipiku?"

Sehun mengerling heran, "Ada apa?"

Yuri memajukan bibirnya merengek, "Oh ayolah. Satu saja."

Sehun menahan dirinya untuk tidak berdecak atau berjalan meninggalkan gadis ini sendirian. Selalu saja ada hal aneh yang diminta Yuri, dan terkadang Sehun tidak mengerti. Melihat tatapan memohon Yuri, Sehun menghela nafas menyerah, dia merengkuh bahu gadis itu, mendekatkan dirinya dan mencium singkat pipi kiri Yuri.

Sehun mengalihkan pandangannya, dia tidak ingin melihat senyum lebar Yuri. Sedangkan Yuri benar-benar tersenyum lebar. Gadis itu tersenyum puas melihat wanita-wanita yang tadinya mencuri pandang pada Sehun kini pergi dengan raut kecewa. Yuri juga tidak dapat menyembunyikan rasa senangnya melihat wanita paruh baya tadi telah membalikkan tubuhnya pergi.

Dia harus berhati-hati. Ada banyak orang menginginkan Sehun. Dan dia tidak ingin itu terjadi.

Hari semakin petang, dan jarum jam sudah bertengger di angka empat ketika Jongin terbangun dari tidurnya. Gadis itu menguap, secara perlahan beranjak duduk, Ukh, rupa nya dia tertidur. Begitu melihat jam dinding, Jongin mengusap wajahnya dari bekas air mata, ia merasa sangat kekanakan dan tidak bersikap dewasa begitu sadar dia tertidur dengan perut kosong. Jam sarapan dan jam makan siang pun juga sudah lewat. Ia sekali lagi menengok jam dinding. Lalu melihat ke sekeliling ruangan. Ia berada di atas sofa dengan Tv yang menyala. Jongin segera mematikan layar tv tersebut.

Seharus nya mereka sudah pulang sejak tadi. Batin Jongin ketika tidak berhasil menemukan dua sosok lain selain dirinya dan Vivi yang tertidur melingkar di ujung sofa lain.

Jongin mengigit bibir bawahnya ketika ponsel dipangkuannya bergetar, menerima pesan singkat dari sahabatnya.

From : Chan Yeol P:

Aku akan menjemputmu setengah jam lagi.

Jongin tersenyum tipis, mengetikkan balasan 'okay'. Tidak menunggu lama ia mendengar pintu depan terbuka. Mungkin itu Sehun dan Yuri. Jongin menaikkan sudut bibirnya ketika melihat Yuri berlari kearahnya. Gadis itu terlihat senang. Dan Jongin bisa membayangkan apa saja penyebab nya. Saat gadis itu selesai menceritakan bagaimana kencan mereka tadi pagi hingga sore hari ini, Yuri berpamitan untuk pergi ke kamar.

Jongin berusaha untuk menghiraukan Sehun, ketika pria itu mendudukkan dirinya dekat disamping Jongin. Jongin bisa merasakan tangan Sehun hinggap di sandaran sofa—mengelili bahu Jongin, menarik gadis itu mendekat. Namun sebelum itu terjadi, Jongin beranjak ingin kembali ke ruangannya. Tapi sekali lagi, Sehun menahan lengan Jongin, membawa gadis itu pada pelukannya.

Mereka terdiam dalam waktu yang lama, daripada berbicara, mereka memilih untuk saling mendengar detak jantung masing-masing.

Ponsel Jongin kembali bergetar, merusak suasana hangat diantara keduanya.

Dengan terpaksa Jongin mendorong dada Sehun untuk memberinya sedikit ruang. Sehun mengernyit tanpa sengaja melihat nama Chanyeol di layar ponsel Jongin. Ia melihat istrinya sedang mengetik sesuatu pada layarnya. Mungkin mereka berkirim pesan.

"Kau mau kemana?" tanya Sehun begitu melihat Jongin yang lagi-lagi beranjak. Apakah gadis itu ingin terus menjauhi nya?

Jongin mengalihkan pandangannya kebawah, masih tidak ingin bertemu pandang dengan Sehun. "Hari ini Chanyeol mengundangku makan malam. Aku akan bersiap-siap." ucap nya singkat.

Rajang Sehun mengeras tanpa sadari, perasaan aneh menjalar si hatinya. "Aku sudah berjanji." tambah Jongin pelan melihat ekspresi Sehun.

Dengan helaan nafas panjang, Sehun menekan rasa panas pada dirinya dan menarik Jongin untuk kembali duduk di sampingnya. Gadis itu hanya menurut dan diam ketika tubuhnya kembaki di rengkuh . Sehun tidak tahan, dia ingin mendengar suara lantang Jongin.

"I'm sorry.." bisik Sehun pelan seraya mencium daun telinga Jongin. Tangan besar nya mengusap rambut Jongin dengan hati-hati. Jongin tidak mengatakan apapun selain mengangguk. Lagipula apa yang harus dilakukannya?

T inggal lima belas menit lagi sebelum Chanyeol berdiri di balik pintu apartemen, didalam kamarnya, Jongin tidak aneh-aneh menata rambutnya, ia tidak ingin memberi kesan Chanyeol sesuatu yang akan membuat sahabat nya itu tersanjung. Dan juga dalam memilih pakaian, Jongin yakin sweater big size warna soft pink dan skinny jeans putih sudah pantas untuk acara makan malam antar sahabat. Ini bukan sesuatu yang special ataupun yang formal, Chanyeol juga tidak mengatakan apakah dia harus memakai dress atau skirt.

Setelah memoles lip tint pada bibirnya, Jongin segera keluar dari kamar dan memutuskan untuk menunggu Chanyeol untuk menekan bell. Dia duduk di sofa, menghadap tv yang menyala. Di lantai, Vivi sedang terbaring malas, ikut menonton drama kolosal di layar.

"Oh!" Jongin menoleh, menemukan Yuri menatap nya terkejut dari balik counter dapur. "Kau mau pergi, Jongin?" tanya gadis itu penasaran.

Jongin mengangguk singkat, tidak ingin repot-repot menjawab pertanyaan Yuri. Dia mengetukkan sol sepatu nike putih di kakinya. Entah dia yang terlalu semangat, atau memang Chanyeol sangat lama untuk datang. Karena ketika Sehun duduk menaruh lengan kiri nya di pinggangnya, Jongin tidak bisa menghentikan bibirnya mengeluarkan suara terkejut.

Sehun juga terlihat terkejut namun ditutupi okeh kekehan geli suaminya itu. Jongin mengerucutkan bibir nya diam-diam. Apa ini, Kenapa dia merasa canggung? Ini tidak seperti dirinya yang biaasanya.

Dari dapur, Yuri memalingkan wajahnya, dia berbalik memunggungi mereka. Dia sepertinya lupa sesuatu.

Bibir Yuri berkedut, menyeringai getir mengasihani dirinys sendiri. Itu senyum pertama Sehun hari ini, bahkan pria itu tidak tertawa seperti itu saat bersama nya. Yuri meremas gagang pisau di tangannya, Dasar bodoh..

Tidak lama ketiga nya mendengar bell, Yuri tidak yakin, tapi setidaknya itu pasti tamu atau teman Jongin. Melihat bagaimana gadis itu berpakaian, mungkin mereka adalah teman dekat. Dia memperhatikan ekspresi Sehun yang kini berubah masam ketika Jongin beranjak membuka pintu.

"Hey,"

Penasaran, Yuri melepas celemek kuning di tubuhnya lalu segera berjalan menghampiri Sehun dan melihat siapa pemilik suara berat itu. Oh.. Itu milik pria tinggi yang kini tersenyum lebar pada Jongin.

Yuri menengok kesamping ketika ia mendengar decakan lidah dari Sehun. Dia pandangi rupa tegas pria itu, sadar arti tatapan tajam Sehun pada teman pria Jongin. Yuri mendengus antars merasa geli dan jengah, dia tidak pernah tahu jika Sehun dapat merasa cemburu.

"Um, Jongin?" tiga pasang mata menatap Yuri saat ia memanggil Jongin tiba-tiba.

Seakan tahu sesuatu, Jongin menggaruk pipi nya asal. "Euh, Chanyeol, dia Yuri, dan Yuri, Dia Chanyeol. Sahabat ku." jelas Jongin saling mengenalkan mereka.

Yuri menyembunyikan senyum lebar nya, "Halo, Aku yuri," ucapnya seraya memeluk lengan Sehun, manik nya beralih dari pria tinggi bernama Chanyeol pada Jongin yang berusaha menghindari tatapan sahabatnya. "Aku kekasih Sehun." sambungnya pelan, menerima tatapan terkejut Chanyeol.

Chanyeol mengeraskan rahangnya, menatap tajam Sehun yang berbalik menatapnya lurus dan datar tanpa satupun ekspreai. Dia bisa melihat jelas kedua tangan pria itu mengepal. "Ah, Salam kenal." timpal Chanyeol singkat, tanpa memutus pandangannya dengan Sehun.

"Maaf mengganggu kalian, kami akan pergi sekarang." tanpa menunggu reaksi Jongin. chanyeol menggenggam tangan Jongin, membawa gadis itu pergi secepatnya.

Sehun masih mengepalkan tangannya bahkan ketika pintu apartemen nya tertutup. Dia membiarkan Yuri memeluk lengannya erat. Ia lalu memejamkan matanya sejenak.

Tiga setengah jam kemudian, setelah perginya Jongin. Nyonya Oh berjalan memasuki sebuah lift, ia menekan tombol lantai apartemen milik anaknya Sehun. Dia memutuskan untuk berkunjung sebentar, melihat apakah semua baik-baik saja, dia berdoa semoga apa yang dilihatnya memang salah.

Lift berdenting, pintu besi itu terbuka, memaksa Nyonya Oh untuk meneruskan langkahnya menuju pintu apartemen anaknya. Dia tidak perlu berjalan terlalu Jauh untuk menekan bell intercom. Wanita paruh baya itu mendengar suara perempuan dari speaker intercom, berpikir bahwa mungkin itu menantu manisnya Jongin.

Namun saat pintu terbuka, Senyum yang semula bertengger di bibir Nyonya Oh perlahan meluntur. Dia tidak menyangka akan disambut oleh gadis yang dilihatnya tadi siang di mall. Raut terkejut pun juga tergurat di wajah gadis asing di depannya.

Yuri mengerjap heran, kenapa wanita yang tadi siang berada di sini, tanya nya dalam hati. Dia melihat sekilas bayangan kecewa di kedua mata berkeriput milik wanita paruh baya di depannya.

"Maaf, Anda siapa?" tanya Yuri mencoba untuk bersikap sopan. Berpikir mungkin bibi di depannya hanya salah bertamu.

Nyonya Oh menarik seutas senyum tipis, "Nona, apa kau hanya akan bertanya tanpa membiarkan wanita sepertiku berdiri di ambang pintu?"

Yuri tampak gelagapan menerima sarkasme halus itu, ia segera membuka lebar pintu dan mempersilahkan wanita itu untuk segera masuk.

Ketika mereka berjalan masuk, dan saat Yuri akan mempersilahkan wanita itu untuk duduk, kedua nya bertemu oleh sosok terkejut Sehun. Yuri mengernyitkan keningnya bingung, bertanya-tanya kenapa Sehun terlihat terkejut oleh kedatangan wanita ini? Mereka saling mengenal?

Yuri menoleh memperhatikan sekilas wajah tenang wamita paruh baya di sampingnya, terdapat senyum dingin di sana ditujukan pada Sehun, hal itu semakin membuat Yuri tidak mengerti akan apa yang sedang terjadi.

"Ibu?"

Kedua bola mata Yuri seakan menjerit untuk keluar dari lubangnya, ia tercekat begitu mendengar Sehun menyebut wanita disampingnya, Ibu.

J-jadi..

Nyonya Oh tersenyum tipis, tidak begitu memperdulikan gadis di sampingnya. Dia hanya menatap lurus anaknya, kedua matanya sayu melihat ekspresi terkejut Sehun. Dia tidak dapat menyembunyikan rasa kecewa nya mengetahui jika apa yang dilihat nya adalah benar.

"Sehun, Ibu yakin kau punya banyak hal untuk dijelaskan."

Sehun mengalihkan pandangan ke lantai, ia memijat pelipisnya pelan, "I am."

Chanyeol membuka pintu mobil untuk Jongin, menawarkan tangannya untuk digenggam Jongin. Jongin tersenyum kecil, dia merima uluran itu dengan semang hati. Dia mengikuti langkah Chanyeol memasuki restoran besar bertema tradisional. Seorang pelayan menunjukkan mereka sebuah ruangan sedang untuk mereka berdua. Sebuah ruangan privat dengan pemandangan kota yang indah. Jongin pikir dia metasa tersanjung.

"Kau sudah menyiapkan semuanya, bukan?" goda Jongin mendapati wajah merona Chanyeol.

"S-shut up!"

Jongin tertawa, mempersilahkan dirinya sendiri untuk duduk di lantai beralas tatami diikuti oleh Chanyeol. Dua pelayan perempuan berseragam masuk membawa makan khas korea dan menata nya di atas meja. Dia mengangguk mengucapkan terima kasih pada mereka.

Dia menunduk mengambil sumpit, berusaha menghiraukan tatapan Chanyeol pada nya. Namun rupa nya Chanyeol berpikir hal lain. Pria itu menahan Lengan Jongin, ketika gadis itu akan menyumpit makanannya.

"Jongin?"

"Mm-hm?"

Chanyeol mengambil sumpit Jongin, menaruhnya kembali pada meja. Dia memaksa agar gadis itu untuk tidak lagi menjauhi tatapnnya. Namun ketika Jongin hendak menundukkam kepalanya lagi-lagi sahabatnya itu menarik dagu nya untuk tidak menghindar.

"Aku akan mendengar, tidak apa." Jongin menunduk, ia merasa tidak enak, dia tahu jika Chanyeol memang pria baik, tapi..

"Jangan mengkhawatirkanku, jadi bisa kau cerita sekarang?"

Suara berat dan halus Chanyeol memaksa Jongin untuk menganggukkan kepalanya. Dengan satu tarikan nafas panjang, Jongin menceritakan semuanya. Dari awal mereka bertemu, menikah, bertengkar, lalu dua kekasih Sehun, putus nya Sehun dengan Salah satu kekasihnya, kebiasaan tengah malam mereka, perasaan Jongin, malam pertama mereka—oh, pipi Jongin mememanas, kenapa dia harus menceritakan ini— hingga Yuri lalu hari ini, dimana Jongin sedikit menjauhi Sehun.

Jongin menceritakan semuanya, dia mengawasi setiap perubahan ekspresi Chanyeol. Dari tersenyum hingga menggeram kesal. Jongin tahu, Chanyeol akan merasa marah pada Sehun dan kesal padanya.

Setelah ia selesai bercerita, kini Jongin tertunduk menautkan jemarinya, memilih untuk bermain dengan kuku nya. Dia mengdengar helaan nafas lega Chanyeol. Jongin mengangkat kepalanya, melihat senyuman kecil di bibir Chanyeol.

"Kau tahu, Jongin? Aku senang jika kau mendapat kebahagiaanmu. Aku sudah mendengar semua nya, kurasa kau sudah membuatnya jatuh hati. Kau hanya perlu menunggu sedikit lagi. Mungkin. Tapi Percaya pada ku." Chanyeol memperlebar senyumnya, ia merasa separuh beban telah runtuh dari pundaknya ketika Jongin membalasnya dengan Senyuman yang dirindukannya.

Tapi tetap saja ia masih kurang menyukai Si Sehun itu..

"Chan.."

"Aku sangat menyukaimu, Jongin. Kau tidak tahu berapa tahun terlewat untukku mengatakan ini. Tapi kuharap, kau tahu, aku tidak ingin ada hal yang berubah diantara kita. Hari ini, aku ingin melepas bebanku sebelum benar-benar melepaskanmu. Aku ingin kau bahagia, jadi jangan membuatku menyesal."

Keduanya saling bertukar tatap, dan kedua mata Jongin terasa kabur oleh air mata di pelupuk kelopaknya. Ya tuhan, jongin sudah tentu akan jatuh hati pada Chanyeol saat ini. Namun jika mereka berada dalam kondisi dan waktu yang berbeda. Dia berdoa semoga sahabatnya juga dapat segera menemukan orang lain.

Chanyeol mendesah, bibir nya tidak berhenti tersenyum, ia senang dia telah mengatakan semua nya. Tangannya terjulur, mengusap air mata di pipi Jongin.

"Sstt, jangan menangis. Dasar cengeng."

Jongin terkekeh, namun tidak berhenti menangis. "Kenapa kau baik sekali.."

Chanyeol menyunggingkan senyum miring, "Orang tampan sepertiku haruslah baik."

Jongin tertawa pelan, memukul bahu Chanyeol pelan. Dia senang.. Bisa tertawa bersama Chanyeol. Dia senang tidak ada hal ysng harus berubah. Dia senang mendapati sikap Chanyeol yang sama.

"Terima kasih.."

N yonya Oh mengetuk jemari nya, menunggu Sehun mengatakan sesuatu. Dia melirik gadis di samping Sehun yang tengah duduk menunduk resah memainkan rok dress pendeknya.

Dia diberitahu Sehun jika gadis itu merupakan salah satu dari dua kekasih yang anaknya miliki. Nama nya Yuri dan lainnya adalah Baekhyun. Baekhyun sudah lama berpisah dengan anaknya dan kini tinggal gadis berkulit tan disampingnya. Hm..

Jika mereka bertemu di lain waktu, mungkin Nyonya Oh tidak segan menerima Yuri sebagai kekasih Sehun. Karena Nyonya Oh yakin, Yuri merupakan gadis yang manis. Sama seperti Jongin. Tapi ia tidak dapat memaafkan gadis dihadapannya ini karena masih menjalin hubungan dengan Sehun meskipun tahu anaknya telah menikah.

Bagaimana ia bisa memaafkan ketika dia begitu memikirkan keadaan Jongin terjebak diantara mereka. Wanita itu seharusnya juga harus merasa marah pada Jongin, karena gadis itu diam saja dan tidak mengatakan apapun. Dan cerai?

Astaga.. Nyonya Oh menggelengkan kepalanya mendengar penjelasan Sehun tentang kesepakatan perceraian nya dengan Jongin setelah satu tahun menikah. Ketika melihat Sehun ingin menyanggah sesuatu, Nyonya Oh mengangkat tangannya, mengisyaratkan Sehun untuk mendengar nya.

"Sehun, ayah dan ibu menikahkanmu bukan untuk kau bermain-main seperti ini. Kau sudah dewasa, bagaimana bisa kau memperlakukan Jongin seperti itu. Ya, ibu tahu. Perjodohan. Itu sebabnya kalian ingin bercerai. Kami hanya ingin kalian bahagia nak. Ibu sudah hampir lansia, tidakkah kau pikir bermain-main seperti ini adalah tidak kekanakan?"

Sehun menunduk, tidak sekalipun mengelak dari ucapan ibunya. Dia ingin sekali berkata jika sekarang keadaan berbeda. Dia.. Dia..

Nyonya Oh menghela nafas, "Tapi, jika itu mau kalian. Tidak apa. Kalian ingin bercerai bukan? Dan ku harap setelah kau bercerai dengan Jongin. Kau bisa bertanggung jawab, dengan menikahi nona Yuri."

Detak jantung Sehun serasa berhenti mendengar ucapan ibunya tentang perceraiannya dengan Jongin, dia menatap ibunya terkejut dan takut. Sementara gadis disampingnya mengangkat kepalanya dengan wajah terkejut namun bertengger senyum lebar disana.

"Menikah? M-menikah maksudmu?" tanya Yuri dengan rasa senang yang membunxah di dadanya. B-benarkah?

"Ibu!" Sehun berdiri menatap ibunya tajam. Sedang nyonya Oh hanya tersenyum tipis. Wanita paruh baya itu, melempar senyum pada gadis bernama Yuri lalu beranjak menatap anaknya sekilas.

"Ibu akan merahasiakan ini dari ayah dan nenekmu, tapi jika masih bisa, Sehun.. Ibu harap kau masih mau belajar menyukai Jongin. Dan ibu menunggumu besok di rumah, menunggu penjelasanmu yang lain." ucap wanita itu setengah berbisik pada Sehun. Nyonya Oh mengelus kedua bahu anaknya, Sehun. Berharap anaknya tidak berpikir sebaliknya dari apa yang diharapkannya. Dia mungkin kecewa, tapi Sehun hanyalah putra nya, Dan sebagai orang tua, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan Nyonya Oh selain mendukung keputusan Sehun.

Nyonya Oh berbalik, Memberi pelukan singkat pada gadis yang masih belum menyingkirkan senyum lebar nya. Dia terlihat sangat senang. "Selamat malam, nona Yuri."

"S-selamat malam." balas Yuri gelagapan.

Sehun mengepalkan kedua tangannya kesal, rahang nya mengeras tegas menahan rasa marah, dia menatap frustasi punggung ibu nya yang pergi. Tulang Sehun seakan rapuh, dia terduduk dengan muka tertunduk dalam.

Arghh Sial..

Sehun mengacak rambutnya kesal. Dia menatap tajam lantai di bawahnya. Tidak menghiraukan jeritan senang Yuri.

Setelah Yuri menutup pintu apartemen, dia berjalan mendekati Sehun dengan senyum lebar tanpa bisa dia hentikan. Dia memekik tertahan, bagaimana ia bisa memberi tahu Baekhyun tentang berita ini. Dia yakin Baekhyun akan merasa iri padanya. Haah..

"Sehun, kita akan menikah bukan? Ya tuhan, aku merasa senang. Akhirnya kita akan menikah. Maksudku—" ocehan Yuri terpotong oleh gumaman Sehun. Namun ia tidak mendengarnya.

"—t"

"Apa?"

"Out"

Yuri tersentak mendengar Sehun. Pria itu masih menunduk menyembunyikan wajahnya. Ia merasa aura Sehun terlihat menakutkan. Dan jujur, Yuri memang merasa sesikit takut. Dengan perlahan, Yuri mendekat, menaruh tangannya pada bahu Sehun. Mengelus lengan Sehun bermaksus menenangkan pria itu.

Namun Sehun menyentak tangan Yuri kasar. "Sehun—"

"GET OUT!" teriak Sehun mengeluarkan semua emosi yang terkumpul dalam kepalanya. "I SAID, GET-OUT!"

Yuri membungkam bibirnya, kedua mata nya basah menunggu airmatanya menetes, dia mundur perlahan, lalu berlari keluar dari apartemen Sehun setelah mengambil semua barangnya.

BLAMM!

Sehun memejamkan matanya, mendengar bantingan pintu. Dia kembali tertunduk, nafasnya terengah dan berkali-kali mengusap wajahnya uang sedikit memerah oleh emosi yang barusan dikeluarkannya.

Mungkin dia terlalu kasar pada Yuri. Tapi Dia tidak punya waktu untuk perduli akan hati gadis lain. Saat ini Sehun hanya memikirkan Jongin..Jongin, dan hanya Jongin.

Jongin melompat turun dari mobil Chanyeol, dia memberi kecupan singkat di pipi Chanyeol—sekali lagi untuk menggoda sahabatnya. Dia terkekeh melihat raut malu Chanyeol. Dia melambai pada Chanyeol sebelum pria itu memutar mobil nya untuk pulang.

Jongin mendesah, dia tersenyum ringan menatap langit malam yang gelap tanpa bintang. Dia hanya bisa melihat bulan disana. Menghabiskan beberapa menit di luar, Jongin akhirnya berjalan masuk kedalam. Ia menunggu lift dan masuk kedalamnya setelah itu menekan tombol lantai.

Sesampainya di koridor, Jongin memperlambat langkahnya ketika ia tanpa sengaja melihat Yuri dengan tas nya yang dibawa gadis itu kemarin. Gadis itu berjalan cepat ke arah lift di belakangnya. Jongin membeku, saat Yuri berjalan dan dengan sengaja menabrak bahu nya.

Jongin berbalik, berniat menghentikan Yuri. "Unnie!"

Yuri pun berhenti melankah, dengan gusar mengusap wajahnya yang penuh air mata. Dia sangat menyedihkan, Getir Yuri tersenyum sinis pada Jongin.

"Apa? Semua sudah berakhir. K-kau puas? Tinggalkan aku sendiri."

Jongin terdiam. Tubuhnya membeku menatap terkejut pintu lift yang kini tertutup. Apa yang sudah berakhir? A-apa..

Begitu sadar akan sesuatu, Jongin memutar sepatu nya dan berlari ke apartemen Sehun.

"Sehun?" panggil Jongin ketika membuka pintu, ia berjalan cepat dan masuk menemukan pria itu dalam kondisi berantakan terduduk di sofa— ia sedang menatap kosong lantai.

"S-sehun?" tangis Jongin menghampiri Pria itu. Dia memeluk nya dari samping, membawa Sehun dalam pelukan erat. Hati nya terasa tercabik melihat kondisi Sehun seperti ini, sekali pun Jongin tidak berharap melihatnya. Tapi apa yang membuat suaminya seperti ini?

Sehun melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Jongin, ia menarik gadis itu untuk duduk dipangkuannya. Dia menaikkan kepalanya, melihat pipi merona Jongin.

"Hei.." sapa Sehun dengan suara rendah seolah mengalihkan topik yang akan ditanyakan Jongin. Ia menatap dalam kedua manik bulat Jongin.

"Aku sangat mencintaimu, kau tahu?" Jongin mengangguk, menahan airmatanya melihat senyum Sehun. "Maafkan aku, jika sudah membuatmu menunggu lama. Aku hanya pria tua bodoh yang tidak mengerti wanita."

"Ya." Tawa Jongin seraya mengelus kedua pipi Sehun. "Kau pria tua yang bodoh dan tidak peka."

Sehun tersenyum, Tangannya naik mengelus pinggang serta punggung Jongin lalu merambat menyentuh tengkuk gadis itu agar kian mendekat. "Apa kau mencintaiku?" tanya nya dengan suara berbisik, menatap bibir Jongin yang seinchi lagi akan diciumnya.

"Ya.." timpal Jongin dengan nafas terengah, dia menunggu bibir tipis Sehun untuk membungkamnya.

"Say it.."

"I love—Umhh.." Sehun menekan tengkuk Jongin, membawa gadis itu pada ciuman panjang dan basah. Jongin melengguh, ketika lidah Sehun menggelitik dinding mulutnya.

"—Unghhh?!"

Telapak tangan Jongin meremas pakaian Sehun erat, meminta pria itu untuk melepaskannya. Sehun mengerti dan melepaskan tautan mereka.

Jongin membingkai wajah tampan Sehun, ia membalas senyum hangat Sehun.

"I Love You."

Sehun terkekeh, suara berat nya terdengar sangat indah. "Me too."Jongin tertawa, kini gantian ia yang membungkam bibir Sehun.

To be continue..

Note :

Guys, ending udah deket. Gosh. Sbenernya uda mau di ending in aja chaoter ini tapi kalo pikir" ntar malah kecepetan jadi mungkin nunggu bbrapa chapter lagi. Gimana menurut kalian, Sekai di cerai in apa enggak? Atau gimana kalo Chanyeol dikasih suprise pairing aja. Aliaa dicariin jodoh lain.? Gimana?

maaf ya kalo masih belum rapi da udar dari hari rabu mau publish nya tapi si ffm mulai deh biasa, gk bisa buat log in. post. review. nyebelin. untung, hari ini bisa.. hahah.

anyway, mkasih buat kalian yg mau wait, like, follow, review ini fanfic. bless you 3