Title : My Beautiful Past

Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Others

Genre : Angst, Romance

Chapter : 2/2

- Author Point of View -

" Baik. Kita putus." Jawab Jongin datar.

Sehun terdiam mendengar perkataan Jongin. Matanya membulat kaget dan hatinya serasa dihantam batu besar membuat dadanya terasa sesak dan sulit mengambil nafas. Jongin memandang Sehun sebentar sebelum pergi keluar kamar meninggalkan Sehun sendirian didalam kamar mereka.

Tangis Sehun pecah begitu pintu kamar terutup rapat. Air mata yang sedari tadi ditahannya mengalir deras tanpa bisa dia kendalikan lagi. Tubuhnya berguncang hebat dan napasnya pun terasa sesak. Sehun merasa sakit sekali. Segampang itu Jongin menerima permintaanya. Bagaimana bisa? Apa hubungan mereka tidak ada artinya dimata Jongin? Apa Sehun tidak cukup berharga untuk dia pertahankan? Berbagai macam emosi mengisi hatinya saat ini. Da kesal sekali pada Jongin. Dia marah sekali pada Jongin. Dia terkejut dengan sikap Jongin, tapi dia juga sedih karena kehilangan Jongin.

" Kenapa aku harus menangis? Kenapa air mataku harus turun? Toh dia sudah tak mencintaiku lagi—jadi kenapa aku harus sedih kehilangan dia? Padahal aku yang minta putus tapi kenapa hatiku terasa begitu sakit." Bisik Sehun disela tangisnya.

" Tapi—aku masih mencintaimu Jongin. Aku begitu mencintaimu. T-tapi aku juga tidak sanggup kalau harus terus begini. Aku tidak sanggup lagi untuk terus bertengkar denganmu. Aku tidak sanggup lagi untuk terus mengalah padamu. Aku lelah. Kenapa kau tidak pernah mengerti perasaanku? Kenapa kau tidak pernah mengerti kegelisahanku? Aku takut—kehilanganmu. A-aku takut kau meninggalkanku karena orang lain-dan itu semua karena sikapmu. Tapi kenapa kau tidak pernah menyadarinya? Kenapa sekarangpun kau bersikap seperti ini? Kenapa kau bersikap seolah-olah aku yang salah atas semua ini? Kenapa? Kenapa kita harus putus? Seharusnya kau minta maaf padaku. Seharusnya kau membujukku agar tidak marah padamu. Tapi kenapa kau malah mengeluarkan kata-kata menyakitkan itu? Kenapa Jongin? Apa kau sudah tidak mencintaiku lagi? Kenapa kau bisa begitu mudahnya menyetujui permintaanku? Kenapa—" Sehun meraung ditengah kesunyian kamarnya.

Pria cantik itu terus terisak kencang sampai tubuh kurusnya gemetar karena isakannya. Sehun mengangkat wajahnya dan menatap sekeliling kamar meski pandangannya terasa kabur karena air mata yang mengalir deras.

Kamar yang sudah dia tempati selama dua tahun ini, kamar tempat dia menemani Jongin setiap malamnya. Yang memberinya banyak kenangan, yang menyimpan setiap kemesraannya dengan Jongin, yang dulu selalu terasa hangat karena cinta mereka berdua sekarang terasa begitu dingin.

Sehun menatap foto Jongin dan dirinya di atas meja nakas, foto itu jelas-jelas menunjukan kebahagian. Jongin tampak sedang menggigit pipi Sehun dengan gemas sementara Sehun berusaha tersenyum meski matanya meringis sakit. Dan tanpa Sehun sadari air matanya kembali bergulir turun. Tidak ada lagi kehangatan itu, tidak ada lagi kemesraan itu. Sehun mengambil foto dalam bingkai kayu itu dan kembali terisak. Benarkah empat tahun yang mereka lewati bersama akan berakhir begitu saja? Sekali permintaan putus dari Sehun dan semuanya akan selesai? Sehun mengalihkan pandangannya ke arah pintu kamar mereka. Berharap Jongin akan menyeruak masuk dan minta maaf padanya menarik semua kata-katanya dan meminta Sehun untuk tetap bersamanya. Bagaimanapun empat tahun hubungan mereka tidak mungkin berakhir begitu saja. Jongin pasti akan mencoba mempertahankannya kan?

5 menit.

10 menit.

30 menit.

1 jam.

3 jam Sehun habiskan dengan terduduk diranjang dan terus menatapi pintu, tapi Jongin tak kunjung muncul.

Sehun mengerang putus asa dalam tangisnya. Dia benar-benar kecewa. Harapannya untuk berbaikan dengan Jongin pupus sudah. Jongin tidak mendatanginya. Mungkin Jongin memang sudah tidak mencintai Sehun lagi. Mungkin dia benar-benar sudah tidak menginginkan hubungan ini. Mungkin sebenarnya Jongin memang sudah bosan dengan Sehun. Mungkin Jongin memang ingin berpisah dengannya. Sehun bangkit dari duduknya, berjalan perlahan ke arah lemari dan mengambil kopernya. Pria cantik itu mulai mengepak barang-barangnya. Tangannya gemetar saat memasukan baju-bajunya kedalam koper. Tangisnya tak pernah sedikitpun berhenti. Pikirannya melayang kemana-mana. Mengingat setiap kenangan-kenangan yang pernah mereka lalui bersama. Mengingat semua hal yang pernah mereka lakukan dalam empat tahun ini. Satu jam kemudian Sehun selesai mengepak barangnya. Sudah tak ada alasan lagi baginya untuk tetap tinggal disini. Dulu Jongin yang mengundangnya tinggal disini memasuki dua tahun hubungan mereka saat Jongin meminta Sehun untuk menjalani hubungan yang lebih serius lagi dengannya. Ya Tuhan, bahkan baru beberapa bulan yang lalu mereka akhirnya mulai membicarakan pernikahan.

Tapi sekarang...

" Mungkin kita memang harus berakhir seperti ini. Mungkin kita memang tidak berjodoh." Sehun kembali terduduk di ranjang dan menatap fotonya dengan Jongin yang sedang tersenyum bahagia.

" Tapi aku ingin kau tahu kalau aku sangat mencintaimu." Air mata kembali mengaliri pipi Sehun entah untuk yang keberapa kali. Sehun membuka mulutnya lagi tapi tak ada suara yang keluar dari bibirnya hanya isak tangisnya saja yang terdengar. Sehun menarik napas pelan berusaha untuk tenang. Dia tidak boleh terlihat terpuruk di depan Jongin. Bagaimanapun dialah yang mengakhiri hubungan ini.

" Terimakasih karena kau pernah mencintaiku. Terimakasih untuk semua yang kau berikan padaku selama ini Jongin. Aku tidak akan pernah melupakan itu. Aku tidak akan pernah melupakanmu."

Sehun tahu dia tampak seperti pecundang saat ini karena menyampaikan perasaanya pada sebingkai foto yang tak akan mampu menjawabnya tapi dia melakukan ini karena dia tahu bahwa dia tak akan sanggup untuk mengatakan ini semua di hadapan Jongin. Pemuda itu menghapus semua air matanya dan menarik napas dalam-dalam, dia bangkit berdiri menyeret kopernya dan berjalan menuju pintu. Sehun menoleh sekali lagi menatap kamar mereka saat tangannya menyentuh handle, memperhatikan seluruh isi kamar yang pernah menjadi saksi kisah cinta mereka, sebelum kemudian berjalan keluar.

Sehun berjalan pelan, batinnya berkecamuk. Dia tidak ingin pergi dari sini dan meninggalkan Jongin tapi sudah tak ada alasan lagi baginya untuk tetap tinggal disini. Jongin sudah tidak menginginkannya. Dengan berat hati Sehun kembali berjalan.

Melewati ruang tamu, langkahnya terhenti seketika saat mendapati Jongin tengah terduduk di salah satu sofa dan menatap lurus kedepan. Air mata Sehun sudah kembali mendesak keluar tapi dia berusaha menahannya. Dia tidak ingin menangis didepan Jongin. Dia tidak ingin terlihat lemah. Jika Jongin tidak lagi menginginkannya maka Sehun tak akan mengemis cinta Jongin. Sebesar apapun cintanya pada pria berkulit coklat itu, Sehun masih punya harga diri. Sehun membuka mulutnya rasanya banyak sekali yang ingin dia katakan pada Jongin tapi rasa sesak didadanya menahan semua itu.

" Terimakasih untuk semuanya." Ujar Sehun dengan suara tercekat kemudian berjalan melewati mantan kekasihnya. Akhirnya hanya itu yang bisa dia katakan sementara Jongin tetap bertahan pada posisinya.

Sehun berjalan gontai keluar rumah. Saat dia sampai digerbang, Sehun menoleh untuk yang kesekian kalinya berharap Jongin akan keluar dan menyusulnya. Menahannya agar dia tidak pergi meninggalkan Jongin tapi itu semua tetap tak terjadi. Sehun menghela napas, berat sekali rasanya meninggalkan rumah ini.

" Selamat tinggal Jonginie." Ujarnya kemudian benar-benar melangkah pergi meninggalkan sepenggal kenangan indahnya yang yang masih duduk tak beranjak di dalam sana.

########################################################################

TING-TONG-TING-TONG...

" Sayang, ada yang datang" Teriak Taeyong dari ruang TV. Yuta keluar dari kamar dengan malas.

" Kenapa tidak kau saja yang membukakan pintunya?" Dumel Yuta sambil berjalan menuju pintu sementara Taeyong hanya cengar-cengir mendengar dumelan istrinya. Yuta membuka pintu dan matanya langsung membulat kaget begitu melihat kakanya berdiri di depan pintu dengan wajah yang sangat menyedihkan.

" Sehun hyung, ada ap—" Belum sempat Yuta menyelesaikan pertanyannya Sehun sudah menghambur kepelukannya dan menangis sesengukan membuat Yuta bertambah bingung.

" Hyung ada apa? Kenapa menangis? Hyung ada apa sebenarnya?" Ujar Yuta lembut sambil mengusap kepala Sehun dan menuntunnya masuk kedalam rumah sementara Sehun semakin terisak kencang di bahu Yuta

" Sayang siapa yang datang— Oh, Sehun hyung? Apa yang terjadi?" Taeyong langsung berdiri panik begitu melihat istrinya membawa masuk kakak iparnya yang bersimbah air mata. Taeyong dengan sigap membantu Yuta mendudukan Sehun di sofa kemudian pergi kedapur mengambil minum untuk Sehun.

" Hyung, sebenarnya ada apa?" Tanya Yuta hati-hati saat tangis Sehun mulai berhenti. Sehun hanya menatap kosong gelas didepannya sama sekali tidak berniat untuk menjawab pertanyaan adiknya.

" Baiklah kalau kau tidak mau jawab. Apa Jongin hyung tahu kau ada disini?" Tanya Yuta lagi dan Sehun masih membisu.

" Aku akan memberitahu Jongin hyung kalau kau ada disini." Ujar Taeyong seraya bangkit dari duduknya.

" Jangan." Pekik Sehun tiba-tiba membuat Taeyong dan Yuta menatapnya bingung. " Tidak usah memberitahunya."

" Kenapa hyung? Sekarang sudah malam nanti Jongin hyung bisa khawatir kalau—"

" Dia tidak akan khawatir." Potong Sehun cepat membuat kedua adiknya semakin menatapnya heran.

" K-kami sudah putus." Lanjut Sehun pelan membuat Yuta dan Taeyong terbelalak lebar.

Rasanya Yuta dan Taeyong tidak bisa percaya dengan perkataan Sehun barusan. Bagaimana bisa mereka putus? Itu tidak mungkin. Padahal mereka berdua selalu terlihat rukun, padahal baru saja dua bulan yang lalu Sehun memberitahukan Yuta bahwa akhirnya, akhirnya Jongin melamarnya. Tapi kenapa sekarang seperti ini?

" Hyung yang benar? Tapi-tapi kenapa? Kenapa tiba-tiba? Bukankah kalian akan segera menikah? Sebenarnya apa masalahnya?" Yuta memberondong Sehun dengan pertanyaan-pertanyannya.

Yuta benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Jongin dan Sehun putus. Mereka sudah lama menjalin cinta, empat tahun! Dan selama itu rasanya Yuta jarang sekali mendengar mereka bertengkar. Malah kalau dipikir sepertinya lebih sering Yuta bertengkar dengan Taeyong daripada mereka berdua. Lalu sayang sekali kan kalau hubungan yang sudah terjalin selama itu berakhir begitu saja.

" Hyung—"

" Yu, aku lelah. Bisakah malam ini aku menginap disini?" Potong Sehun lelah membuat Yuta tahu bahwa kakaknya tidak ingin membicarakan masalah ini sekarang dan butuh waktu untuk sendiri. Yuta pun langsung membungkam mulutnya. Dia mengerti Sehun butuh waktu untuk menenangkan diri.

" Tentu saja hyung. Ayo kuantar ke kamarmu." Ujar Yuta seraya menggamit lengan Sehun sementara Taeyong mengikuti di belakang sambil membawa koper kakak iparnya.

########################################################################

- Yuta Point of View -

Belaian lembut Taeyong di kepalaku membuatku terbangun dari lamunan. Kutolehkan kepalaku kesamping dan kudapati wajah tampannya tengah memandangku lembut. Aku bisa menangkap sedikit rasa khawatir dari raut wajahnya. Taeyong menjatuhkan tubuhnya diranjang kami dan ikut berbaring disampingku.

" Mencemaskan kakakmu?" Aku menjawabnya dengan anggukan pelan.

" Akupun sebenarnya kaget saat mendengar kalau dia sudah putus dengan Jongin hyung. Rasanya benar-benar tidak menyangka kalau mereka akan berakhir seperti itu. Padahal mereka sangat serasi, tapi mungkin mereka memang tidak berjodoh." Ujar Taeyong. Aku hanya diam menatap langit-langit kamar. Membiarkan anganku melayang kemana-kemana.

" Apa sebenarnya penyebab mereka putus? Aku sangat penasaran. Padahal selama ini mereka selalu baik-baik saja. Kalau ada masalah pun selama ini mereka selalu membicarakannya baik-baik, tapi kenapa sekarang begini? Padahal sebentar lagi mereka akan menikah. Kasihan Sehun hyung. Aku yakin dia masih sangat mencintai Jongin hyung. Dia tidak berhenti menangis sejak tadi."

Rasanya sakit melihat kakak yang amat kusayangi sakit hati. Sehun hyung adalah satu-satunya keluarga yang aku miliki sebelum aku menikah dengan Taeyong. Sejak umma dan appa meninggal kami tidak punya siapa-siapa lagi. Sejak kecil sampai akhirnya aku menikah dialah yang mengurusku. Dia selalu merawatku seperti seorang ibu dan selalu menjagaku seperti seorang ayah tapi juga selalu berbagi seperti seorang sahabat. Aku sangat menyayanginya dan aku tentu sangat sedih melihatnya seperti ini.

" Tae, besok aku harus menemui Jongin hyung." Ujarku tiba-tiba.

" Untuk apa?"

" Aku ingin menanyakan kenapa mereka bisa putus dan aku harap aku bisa membuat mereka berbaikan lagi."

" Tidak usah."

" Apa maksudmu?" Tanyaku heran. Tidak mengerti kenapa suamiku melarangku membantu kakakku berbaikan dengan mantan kekasihnya.

" Aku tahu kau sangat menyayangi kakakmu. Aku juga tahu kalau kau sangat mengkhwatirkannya dan ingin melihatnya bahagia, tapi kau tidak boleh terlalu mencampuri urusan pribadinya. Sehun hyung sudah dewasa, biarkan dia menyelesaikan masalahnya dengan caranya sendiri." Jawab suamiku.

" Tapi aku—"

" Apapun alasanmu. Aku yakin Sehun hyung akan jauh lebih berterimakasih padamu kalau kau tidak mencampuri masalahnya yang satu ini. Masalah perasaan itu sifatnya sangat privasi, jadi jangan berusaha membantunya jika dia tidak meminta bantuanmu. Cukup berikan dia dukungan agar dia bisa bangkit kembali. Itu saja." Nasihat Taeyong membuatku terpekur.

Kuhela napasku lagi dan kutatap wajah suamiku ini. Dia benar. Memang tidak seharusnya aku ikut campur urusan pribadi hyungku. Lagipula Sehun hyung juga tidak menceritakan masalahnya lebih detail padaku. Mungkin dia memang tidak ingin masalahnya yang satu ini dicampuri. Jadi sekarang yang bisa kulakukan hanya berdoa saja. Berdoa agar Sehun hyung bisa bahagia dengan keputusan apapun yang diambilnya.

########################################################################

- Author Point of View -

" Hyung." Yuta mengetuk pelan pintu kamar Sehun.

" Masuklah Yu." Jawab Sehun dari dalam.

" Kau sudah lama bangun hyung ?" Tanya Yuta lagi dan Sehun hanya mengangguk pelan tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela yang sejak tadi ditatapnya.

Yuta berjalan menuju ranjang dan duduk disamping Sehun. Sehun tetap membisu, sama sekali tidak mengeluarkan suara, tatapannya pun terasa hampa dan kosong. Yuta juga bisa melihat mata Sehun yang bengkak dan memerah karena terus menangis dan Yuta yakin, walaupun saat ini Sehun sedang menatap jendela tapi pikiran Sehun tengah melayang pada sosok mantan kekasihnya. Yuta menatap kakaknya sedih. Dia tahu perasaan Sehun sekarang ini. Rasanya amat sakit jika kita kehilangan orang yang begitu kita cintai, dan Yuta tahu Sehun mencintai Jongin lebih dari apapun. Yuta tahu sedalam apa perasaan kakaknya untuk pria berkulit coklat itu. Yuta tahu betapa berartinya Jongin bagi Sehun.

Air mata mulai menggenang di pelupuk mata Yuta. Rasanya amat sedih melihat kakaknya terpuruk seperti ini dan tak ada yang bisa dia lakukan untuk membantunya. Yuta benar-benar merasa tidak berguna.

" Hyung bicaralah sesuatu jangan diam terus seperti ini. Jangan kau simpan semuanya sendiri. Berbagilah denganku hyung. Kumohon jangan begini." Yuta tiba-tiba memeluk Sehun erat dan terisak dibahunya. Perlahan Sehun mulai membalas pelukan Yuta dan ikut terisak. Semakin lama isakannya semakin kencang sampai dadanya terasa sesak dan sulit bernapas.

" A-aku mau pergi Yuta. Aku tidak bisa tinggal disini lagi. Aku akan pulang ke Jepang." Ujar Sehun di sela-sela isakannya. Yuta langsung melepaskan pelukannya dan menatap Sehun lekat-lekat.

" Kenapa hyung? Kenapa berkata seperti itu?" Tanya Yuta berurai air mata.

" Aku tidak akan bisa melupakan Jongin kalau aku terus disini. Aku—"

" Kenapa kau harus melupakannya? Aku tidak mengerti. Kenapa kalian putus kalau kau masih sangat mencintainya? Kenapa kau ingin pergi kalau kau masih terus memikirkannya? Kenapa kalian tidak bicara baik-baik tentang perasaan kalian? Aku yakin kalau Jongin hyung juga masih mencintaimu." Yuta bertanya bingung.

" Tidak Yuta, tidak. Jongin sudah tidak mencintaiku lagi. Dia bahkan dengan gampang menerima tawaranku untuk putus dengannya. Dia pasti sudah tidak mencintaiku lagi. Lagipula aku sudah tidak bisa lagi bersama Jongin. Cinta saja tidak cukup Yuta. Walaupun aku masih mencintainya tapi aku juga lelah dengan sikapnya. Aku lelah dengan semua pertengkaran kami jadi mungkin ini memang jalan terbaik. Mungkin kami memang tidak berjodoh." Isak Sehun kencang.

Yuta menatap kakaknya yang berlinang air mata dengan sedih tapi sedetik kemudian Yuta langsuk menghambur memeluknya, membiarkan dirinya menangis bersama dan ikut merasakan kesedihan kakaknya.

" Cinta saja tidak cukup Yu. Itu tidak cukup."

########################################################################

A week later...

" Hyung apa kau sudah siap?" Kepala Yuta menyembul di balik pintu kamar Sehun, membuat Sehun terbangun dari lamunannya.

Sehun menatap Yuta dan tersenyum manis kemudian mengangguk. Sehun beranjak mengambil koper-kopernya dengan dibantu Yuta. Sebentar kemudian mereka berdua beranjak meninggalkan kamar dan berjalan keluar rumah menyusul Taeyong yang sudah menunggu disamping mobil. Taeyong dengan sigap memasukkan koper-koper Sehun kedalam bagasi dibantu Yuta sementara Sehun hanya berdiri diam memandangi rumah adiknya.

' Aku pasti akan merindukan semua ini.' Pikir Sehun.

Yuta membelai punggung Sehun lembut membuat Sehun menoleh menatapnya. Yuta menatap kakaknya sendu seakan tak rela kalau kakak semata wayangnya itu pergi meninggalkannya.

" Apa kau yakin?" Tanya Yuta.

" Sudah berapa kali kau menanyakan itu?" Sehun tersenyum kecil pada Yuta kemudian masuk kedalam mobil. Yuta terdiam ditempatnya sampai Taeyong menghampiri dan mengusap kepalanya pelan.

" Mungkin ini memang yang terbaik." Bisik Taeyong pelan. Yuta menghela napas panjang sebelum akhirnya masuk kedalam mobil dan beberapa menit kemudian mobil itu mulai bergerak menjauhi rumah mereka.

Yuta menoleh ke belakang untuk melihat kakaknya dan lagi-lagi hatinya terasa perih saat melihat Sehun hanya menatap kosong keluar jendela. Wajah Sehun masih sama sedihnya seperti seminggu yang lalu. Yuta sebenarnya tidak mau Sehun pergi ke Jepang dalam keadaan seperti ini. Yuta ingin Sehun membereskan semua masalahnya dengan Jongin dulu karena mungkin saja masih ada kemungkinan bagi mereka untuk bersama lagi. Tapi apapun yang Yuta katakan pada Sehun, sama sekali tidak mengubah keputusannya. Sehun tetap ingin pergi ke Jepang. Melupakan Jongin dan semua kenangan-kenangan yang terus mengikutinya.

Yuta juga kecewa dengan Jongin. Karena sudah lebih dari seminggu dari putusnya mereka tapi Jongin seperti tidak ada niatan untuk kembali berbaikan dengan Sehun. Tidak sekalipun Jongin datang atau setidaknya menelpon Yuta untuk menanyakan Sehun. Hal itu jugalah yang membuat Sehun semakin yakin kalau Jongin sudah tidak mencintainya. Yuta mendesah pelan dan mengalihkan pandangannya ke jalan.

' Mungkin Taeyong benar. Mungkin ini memang yang terbaik.' Bisik Yuta dalam hati.

- Sehun Point of View -

Mungkin ini memang yang terbaik.

Tidak.

Ini pasti yang terbaik. Untukku dan untuk Jongin. Aku harus meninggalkan Seoul karena hanya dengan ini aku punya alasan untuk melupakannya. Aku harus meninggalkan Seoul agar Yuta tidak perlu mencemaskanku lagi. Aku harus menjauh dari Jongin karena aku mencintainya karena itulah aku harus pergi untuk melupakan Jongin. Aku harus bisa menghapus bayang-bayangnya yang terus mengikutiku. Aku harus meninggalkan semua kenangan yang tersimpan dalam hatiku. Kutolehkan kepalaku kejendela untuk melihat pemandangan di jalan yang kulewati.

Aku pasti akan merindukan semua ini. Suasana Seoul, suasana rumah, Yuta, Taeyong, Jongin. Kuharap Jongin bisa bahagia setelah ini. Kuharap kau bisa menemukan pasangan yang baik yang bisa merawatmu. Yang bisa mengerti mu lebih baik dari aku. Dan kuharap kita tidak akan pernah bertemu lagi. Aku tidak sanggup bertemu denganmu lagi, Jongin. Karena aku yakin, saat kita bertemu lagi semua rasa cinta yang sudah susah payah kukubur dalam-dalam pasti akan langsung meluap begitu melihat wajahmu.

Aku berjanji, mulai sekarang aku akan berusaha berhenti memikirkanmu. Mulai sekarang aku akan berhenti mencintaimu. Mulai sekarang aku hanya akan menganggapmu sebagai kenangan.

Kenangan terindah yang pernah ada dalam hidupku.

" Selamat tinggal cinta…"

-FIN-

A/N : Reviews, subscribes, and followers are very much love. FYI, aku akan buatin sekuelnya dari sisi Jongin. So you babies could hold all the hates bwt Nini till the sequel. Thx so much for coming back babies. I love all of you. Till next time babies, paipai^^