My Dear Vampire (4).

Pairing : Mikaela x Yuu (girl ).

Warning : Ada unsur kekerasan didalamnya. Ceritanya menyimpang dari cerita sesungguhnya.

Enjoy

Aku melihat sebuah keajaiban di depan mataku.

Seorang vampir mengikuti kelas yang dipenuhi oleh para calon pemburu vampir dan bersekolah di sekolah yang penuh dengan pemburu vampir profesional. Jika ini bukan sebuah mimpi berarti sebuah keajaiban benar-benar terjadi disini.

"Aku akan memperkenalkan seorang murid baru pada kalian. Shindou Mikaela, murid pindahan dari Rusia. Sisanya kalian tanyakan saja sendiri padanya." Jelas Guren. Ia tampak menahan emosi.

Ada yang aneh disini, biasanya Guren akan langsung menghunuskan pedangnya ke arah Mika begitu melihat sosoknya, tapi kali ini Guren terlihat menahan diri untuk tidak menghunuskan pedangnya pada Mika. Apakah mereka berdua sudah berbaikan satu sama lain? Kurasa tidak jika melihat wajah Guren yang kelihatan sekuat tenaga menahan nafsu membunuhnya. Dan tatapan Mika ketika menatap Guren juga bukanlah tatapan tanda perdamaian. Tatapan keduanya seperti es yang bertemu dengan api, saling berlawanan dan tak akan pernah menjadi satu.

Seluruh penghuni kelas dibuat terkagum-kagum oleh perawakan Mika yang tampan. Tak seorangpun kecuali Guren, Shinoa, dan aku sendiri yang menyadari kalau Mika adalah seorang vampir. Berbeda dengan vampir pada umumnya, Mika tidak memiliki telinga yang meruncing seperti vampir pada umumnya. Matanya juga tidak berwarna merah seperti vampir pada umumnya. Hal inilah yang membuatku tidak menyadari Mika adalah seorang vampir saat pertama kami bertemu. Mata Mika hanya berubah warna dalam kondisi tertentu. Selain itu semua orang dapat merasakan kalau Mika memiliki aroma dan aura yang mirip seperti Guren, seorang pemburu vampir yang sering bergelimang dalam darah vampir. Aku tak mengerti kenapa Mika yang seorang vampir bisa memiliki aura dan aroma seperti itu. Sang waktu yang telah memisahkan kami selama 8 tahun lamanya membuatku tidak mengetahui hal yang dilakukan Mika selama aku tak bersamanya.

"Sang pangeran akhirnya menerobos kastil musuh demi bertemu dengan sang putri. Benar-benar tontonan menarik." Ucap Shinoa yang duduk di sampingku. Ia tersenyum penuh arti.

Tanpa memperkenalkan dirinya sedikitpun pada penghuni kelas Mika berjalan menghampiriku. Ia membungkuk, meraih tanganku dan mencium punggung tanganku. "Aku merindukanmu, Yuu chan." Bisiknya pelan. Seluruh kelas memandang ke arah kami dengan takjub. Memang bukan hal yang baru, tapi Mika benar-benar bersikap seperti seorang pangeran. Pipiku terasa panas, tak kusangka Mika akan bersikap seperti ini di depan semua orang. Aku dapat merasakan pandangan semua orang di kelas beralih pada kami. Keadaan ini membuatku bingung setengah mati, pandangan mereka seperti menantikan reaksi macam apa yang akan kutunjukkan menanggapi sikap Mika.

"Mi...Mika..."

Buagh! Suara benturan terdengar. Guren memukul kepala mika dengan kamus yang ada di meja Yoichi yang duduk di depanku. Jika Mika bukan vampir ia pasti sudah mati karena pukulan bertenaga monster milik Guren. "Jangan pernah berpikir kau bisa berbuat sesukamu selama kau berada di wilayah kekuasaanku, laki-laki penggoda sialan!"

Mika berdiri dan berbalik menatap Guren dengan senyum menantang. "Wah wah..si ayah rupanya. Aku mohon maaf atas ketidaksopananku karena tidak memperhatikan sekelilingku, tapi sebagai orang tua bisakah kau menyingkir saja?" Kata Mika dengan nada mengejek. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Mika tampak dengan sengaja menyulut kemarahan Guren.

Amarah Guren meledak, ia menarik pedangnya. "Cih! Aku tidak peduli kalau kau mendapat perlindungan dari Hiragi Shinya atau siapapun. Kalau kau berani menantangku aku akan membunuhmu laki-laki penggoda sialan!" Marah Guren.

Baru saja aku sempat berfikir kalau mereka akan berbaikan pertengkaran mereka sudah dimulai kembali. Guren yang marah mengaktifkan kutukan iblisnya dan membuat seluruh kelas diliputi aura gelap dari kutukan iblis. Lampu gantung di kelas bergoyang hebat dan seluruh dinding kelas mulai menampakkan retakan akibat berbenturan dengan aura kutukan iblis.

Melihat situasi gawat tersebut aku berlari kedepan Mika, mencoba menghalangi Guren untuk menyerang Mika. "Hentikan! Guren!"

Guren tidak memperdulikan perkataanku dan tetap melangkah maju untuk menyerang. Ia seperti seekor singa yang gelap mata. "Yuu chan!" Mika menarikku ke dalam pelukannya dan berbalik menjadikan dirinya sendiri sebagai perisaiku.

Trang! Suara detingan senjata yang berbenturan terdengar. Shinoa berdiri menghalau Guren dengan sabit besar senjata iblis miliknya.

"Minggir!" Teriak Guren.

"Tak akan kubiarkan semudah itu. Jika kamu menyakiti sang pangeran Yuu akan sangat bersedih dan membencimu pak Guren." Ucap Shinoa. Ia terlihat kepayahan menahan serangan Guren yang bertenaga monster.

"Kalau itu terjadi aku tinggal menghiburnya dan aku tak peduli jika ia membenciku. Semua yang kulakukan adalah demi dirinya sendiri. Suatu saat ia akan berterimakasih padaku karena membunuh pemuda itu. Minggir!" Bentak Guren.

Tangan Shinoa bergetar hebat. Sepertinya ia sudah tak mampu lagi menahan kekuatan Guren. "Perkataan tak masuk akal macam apa itu. Kau tetap maju menyerang meski Yuu menghalangimu karena tahu sang pangeran akan melindunginya. Itu artinya kau tahu betul kalau mereka tak akan melupakan satu sama lain semudah itu."

"Lalu? Kukatakan sekali lagi, ini perintah! Minggir!" Bentak Guren lagi.

"Ingat tugas anda sebagai pemimpin sekaligus guru disini pak Guren... Letnan Ichinose Guren yang hebat tak akan melakukan sesuatu yang merusak reputasinya hanya karena emosi bukan? Melawan dua orang anggota keluarga Hiragi berarti melawan seluruh keluarga Hiragi. Kau juga pasti tidak ingin membuat masalah dengan keluarga Hiragi bukan? Hiragi Mahiru pasti tak akan senang jika hal ini terjadi." Bujuk Shinoa. Setelah mendengar perkataan itu raut muka Guren sedikit berubah. Guren terdiam sebentar kemudian menonaktifkan kutukan iblis di pedang miliknya. Suatu keajaiban. Entah apa alasannya, ekspresi Guren berubah setelah mendengar nama keluarga Hiragi dan nama Hiragi Mahiru disebut. Aku tidak tahu apa hubungan Guren dengan nama-nama itu, tapi yang jelas semua itu adalah sesuatu yang mampu membuat laki-laki bertenaga monster seperti Guren terdiam.

"...Cih!" Guren berdecak dan memasukkan pedangnya kembali ke sarungnya. "Berurusan dengan bocah-bocah bodoh yang sok tahu memang menyebalkan. Pelajaran selesai! Selanjutnya kalian semua belajar mandiri! Aku punya urusan yang lebih penting dari mengurus kalian!" Kata Guren kesal. Ia melangkah keluar kelas sambil menendang pintu dengan kasar. Meski bertingkah brutal aku sangat lega karena Guren mau menarik kembali pedangnya. Kali ini masalah dapat diselesaikan sementara waktu tanpa seorangpun harus terluka atau terbunuh.

Shinoa mengusap peluh dikeningnya. "Fiuh...Hampir saja ya..."

"Shinoa, kau baik-baik saja?" Aku menghampiri Shinoa yang terlihat kepayahan.

Shinoa mengacungkan jempolnya padaku. "Tenang saja. Tak akan kubiarkan siapapun merusak tontonan menarik ini menjadi pertumpahan darah." Katanya sambil tersenyum iseng.

Ada sedikit rasa penyesalan di hatiku karena sudah begitu mengkhawatirkan gadis yang satu ini. Sepertinya sampai saat ini pun ia tetap menganggap aku dan Mika sebagai tontonan yang menarik baginya. "...Yah...apapun itu, terimakasih karena sudah menolong kami Shinoa." Kataku tulus.

"Sang pangeran sendiri bagaimana, kau baik-baik saja? Aura kutukan iblis baru saja menyelimuti seluruh ruangan ini. Sedikit banyak itu pasti menyakitkan bagimu." Tanya Shinoa.

Mika menggeleng. "Aku baik-baik saja. Selama senjata itu tidak menembus tubuhku aku tak akan terluka."

"Oh...baguslah kalau begitu. Jika terjadi sesuatu padamu tuan putri yang cengeng ini akan menagis tersedu-sedu." Sindir Shinoa.

"...Tentu saja kan..." Kataku pelan. Setelah mendengar perkataanku wajah Mika berubah merah dan Shinoa tersenyum semakin lebar. "Tunggu! Jangan besar kepala dulu, Mika! Dan jangan menatapku dengan pandangan seperti itu Shinoa!" Kataku panik.

"Hihihi...wow sang tuan putri sudah lebih dewasa rupanya." Kata Shinoa dengan nada mengejek.

Brakk! Tiba-tiba terdengar suara benda yang dibanting. Kimizuki menendang mejanya dengan kesar. "Hoi! Hoi! Jangan lupakan orang lain yang ada disekitar kalian!" Bentak Kimizuki tiba-tiba. "Jadi, roman picisan macam apa yang barusan terjadi? Pertengkaran dengan calon mertua? Romeo and Juliet? Pak Guren hampir menghancurkan kelas karena murid pindahan ini. Tolong jelaskan apa yang sedang terjadi disini gadis jadi-jadian?!" Omel Kimizuki. Ia berdiri dari tempat duduknya, menghampiriku, dan menarik tanganku.

"Kimizuki kun hentikan." Lerai Yoichi.

Plakk! Mika memukul tangan Kimizuki agar melepaskan tangannya dariku. "Kau tidak perlu tahu. Dan jangan sentuh Yuu chan. " Jawab Mika. Meki berbicara pada Kimizuki ia tak memandang ke arah Kimizuki sedikitpun.

Kimizuki nampak terkejut saat Mika memukul tangannya. Dan sepertinya pukulan Mika cukup kuat hingga membuat Kimizuki memegangi tangannya karena kesakitan. "...Kau! Sikap macam apa itu murid pindahan?!"

Mika tetap tak bergeming.

Reaksi dingin yang ditunjukkan Mika justru membuat Kimizuki semakin jengkel. "He...murid pindahan berlagak menjadi pangeran si gadis jadi-jadian. Lelucon yang menggelikan."

Mika tetap tak memperdulikan Kimizuki.

"Jangan pura-pura tidak melihatku anak pindahan!" Teriak Kimizuki sambil melayangkan pukulan pada Mika.

Gyut! Brugh! Secepat kilat Mika menangkap kepalan tangan Kimizuki dan memutar tangan Kimizuki ke punggungnya. Kemudian Mika mendorong Kimizuki ke lantai hingga ia tak mampu lagi bergerak. "Dengar. Aku datang ke sekolah ini demi Yuu chan. Aku tidak punya makhsud untuk terlibat perkelahian denganmu, tapi aku juga tidak pernah ingin mencoba berteman denganmu. Aku tidak peduli kau membenciku atau tidak , tapi jangan ganggu aku atau Yuu chan. Mengerti?!" Ancam Mika. Mata Mika membulat dan menatap Kimizuki dengan tatapan marah.

Kimizuki meronta. Tapi tenaganya tak cukup kuat untuk membuat Mika bergeming. "Sial! Makhluk macam apa kau?! Lepaskan aku!" Bentaknya kasar. Meski tersudut Kimizuki tetap tak mau mengalah. Harga dirinya yang tinggi membuatnya tak mau mengakui kekalahannya sendiri. Seandainya ia tahu kalau Mika adalah vampir tentu ia akan merasa kalau tindakannya adalah hal bodoh. Seorang manusia tak akan pernah menyaingi tenaga seorang vampir. Jika bertemu vampir habisi mereka dengan cepat sebelum mereka menjatuhkanmu ke tanah, itulah prinsip pemburu vampir yang selalu Guren katakan padaku.

Seisi kelas diselimuti aura tak mengenakkan. Tak ada yang berusaha melerai karena takut situasi akan semakin parah. "Mika, sudah cukup. Hentikan! Kimizuki memang bermulut kasar dan sombong. Tapi aku tahu dia bukan orang jahat. Dia bukan musuh, lepaskan dia Mika!" Kataku melerai.

Mika menatapku dan melengos. "Kau lengah seperti biasanya, Yuu chan." Tanpa berkata lebih banyak lagi Mika melepaskan Kimizuki. Kimizuki merintih menahan sakit sambil memegangi tangannya. Murid lainnya tak berani mendekat sedikitpun, sekumpulan anak paling bermasalah di kelas berkumpul membuat masalah yang sulit diselesaikan. Siapapun tentu tak akan mau ikut terseret kedalamnya.

Setelah melepaskan Kimizuki Mika berjalan keluar kelas. "Ngomong-ngomong Yuu chan, setelah ini aku harus menemui kepala sekolah untuk memberi salam. Karena itu aku permisi dulu, sampai nanti." Kata Mika santai.

"Eh? Tunggu Mika." Aku berlari mengejar Mika keluar kelas.

"Ada apa?" Tanya Mika.

"Em...Orang-orang yang baru saja kau temui, mereka memang sedikit aneh tapi mereka orang baik. Karena itu...aku harap kau bisa berteman dengan mereka." Kataku terbata-bata. Setelah berubah menjadi vampir Mika pasti sibuk bersembunyi dari para pemburu vampir yang mengejarnya. Mendengar perkataan dan sikapnya sebelumnya sepertinya Mika sulit untuk mempercayai orang lain. Sebelum ini aku memang berkata tidak membutuhkan teman, dan aku juga bukan orang yang pantas menggurui seseorang mengenai hubungan pertemanan, tapi kehadiran Shinoa dan Yoichi sedikit banyak membuatku sangat senang. Karena itu aku ingin Mika juga memiliki seseorang yang dapat membuatnya merasa nyaman selain diriku.

"..." Mika Tidak merespon perkataanku.

"Tidak perlu khawatir. Kau bisa mempercayai mereka seperti kamu mempercayaiku." Kataku berusaha meyakinkan.

Mika melanjutkan langkahnya. "Aku tidak melihat masa depan itu terjadi." Gunggamnya pelan sebelum menghilang di gelapnya lorong.

"Mika..." Sebelum Mika menghilang aku bisa melihat tatapan matanya yang terasa begitu sedih dan dingin.

Aku tidak mengerti.

Entah perasaan yang kurasakan saat ini hanyalah sebuah ilusi yang timbul dari pemikiranku saja, ataukah memang kenyataan yang memang terjadi. Aku merasa, meski kini Mika berada di dekatku, meski kami berdua tahu kalau kami saling merindukan keberadaan masing-masing, diantara aku dan Mika terdapat dinding besar dan tak terlihat. Berusaha kudekati seperti apapun, Mika akan langsung menolakku. Dinding tak terlihat bernama waktu yang telah memisahkan kami membuatku tak lagi memahami Mika sepenuhnya.

Aku ingin tahu. Aku ingin mengerti. Perasaan itu bergejolak begitu hebat di dalam hatiku. Hanya karena memikirkan persoalan ini hatiku terasa sakit. Ketidakmampuan untuk memahami orang yang paling kau sayangi adalah hal yang sangat menyakitkan

...

Mika belum juga kembali meski istirahat makan siang sudah berlangsung. Tampaknya urusannya dengan kepala sekolah lebih rumit dari yang kuduga. Jika tidak salah kepala sekolah Hiragi Shinya adalah kakak Shinoa. Aku ingin bertanya lebih banyak soal kepindahan Mika kesekolah ini pada Mika dan Shinoa, tapi aku memutuskan untuk menunggu hingga Mika kembali. Jam istirahat itu aku dan Shinoa makan siang bersama di halaman puri.

"Rasanya, ada banyak hal yang tidak kuketahui tentang Mika. Saat melihatnya kemarin sepertinya Mika menutup dirinya dari orang lain. Mungkin itu hanya pemikiranku saja tapi..." Kataku lesu.

"...Tidak. Aku juga memikirkan hal yang sama denganmu, Yuu."

"Sungguh?"

"Saat aku pertama kali bertemu dengan Mika. Ah tidak, mungkin lebih tepatnya jika Yuu tak ada disisinya. Mika selalu memasang wajah waspada dan jika tersenyumpun senyumannya sangat dingin seolah-olah tak mau terikat oleh apapun. Asal tahu saja, waktu aku mencoba menemuinya dia menyerangku dengan tujuan membunuhku. Foto wajah tertidur Yuu yang menangis menyelamatkan aku dari maut. Hampir saja loh. Mika itu hampir sama kuat dengan letnan Guren."

Aku tertegun mendengar cerita Shinoa. "Maafkan aku."

Shinoa tertawa. "Kamu ini bicara apa Yuu. Aku sudah bilang kalau aku ingin menjadi temanmu. Sudah sepantasnya aku membantumu. Reaksimu selalu mengejutkanku, kupikir kamu akan marah karena aku menggunakan fotomu untuk bernegosiasi dengan pangeran."

"Tentu saja kau dilarang memakai fotoku seenaknya. Jangan lakukan lagi hal konyol semacam itu...Tapi...Te...terimakasih Shinoa, untuk semuanya." Ucapku malu-malu.

Shinoa memelukku. "Hm...Kamu manis sekali Yuu." Peluknya gemas. "Mengenai Mika kamu tidak perlu khawatir. Tenang saja, walau kalian tak saling memahami semuanya. Bukan berarti perasaan kasih yang ada di antara kalian akan hilang begitu saja. Jika terjadi sesuatu kapanpun itu aku akan membantumu."

Aku tersenyum. Menyenangkan rasanya jika tahu kalau kau memiliki seseorang yang akan selalu berada disisimu. Meski agak nyentrik.Aku sangat bersyukur bertemu dengan Shinoa. "Iya. Sekali lagi terimakasih, Shinoa. Jika kau butuh bantuanku jangan pernah sungkan untuk mengatakannya."

Shinoa membungkuk hormat dengan sikap seperti seorang butler. "Kuterima tawaranmu itu dengan senang hati, tuan putri." Katanya sambil berkedip.

Aku tertawa melihat sikapnya itu. "Hahaha...apa-apaan sikapmu itu? Yah...aku harap Mika dan Kimizuki bisa berteman. Atau setidaknya berhenti saling pukul."

Shinoa mencubit pipiku. "Kau bukan orang yang pantas berkata begitu Yuu bodoh. Orang yang sebelum ini selalu saling pukul dengan Kimizuki itu kamuuuu." Katanya geram.

"...Aku menger..ti...tak akan kulakukan lagi..."

Shinoa melepaskan tangannya dari pipiku. "Yosh! Mulai sekarang kamu tidak boleh lagi saling pukul dengan Kimizuki. Belajarlah untuk bersikap dewasa dan menahan diri. Jika Mika melihatmu saling pukul dengan Kimizuki, Mika akan memukul Kimizuki sampai mati. Mengerti?"

"Memukul sampai mati? Eh...Kurasa tak akan sampai..." Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku. Saat menoleh ke arah Shinoa ia menatapku dengan tatapan yang mengisyaratkanku untuk jangan menyangkal, itu kenyataan. "Iya Iya asal aku tidak saling pukul semua beres kan?"

Shinoa mengusap kepalaku dengan lembut. "Syukurlah kalau kamu mengerti. Jangan hapus itu dari kepalamu ok?" Kata Shinoa. Entah kenapa aku merasa seperti anjing yang sedang belajar perintah baru. Aku ingin mengatakan hal itu, tapi kuurungkan niatku karena aku tahu Shinoa akan semakin mengejekku jika aku mengatakannya. "Ngomong-ngomong. Kau tahu Yuu, Kimizuki juga dikeluarkan dari kelas khusus karena masalah yang sama denganmu." Kata Shinoa tiba-tiba. Ini pertamakalinya Shinoa bercerita tentang Kimizuki.

"Masalah?"

"Manusia penyendiri yang tidak punya kekasih maupun teman."

"He...Jadi sebelum ini Kimizuki juga dikirim ke kelas biasa untuk belajar mencari teman?"

"Yup! Dan orang yang betugas memantaunya dalah aku. Kimizuki di pindahkan di kelas yang bersebelahan denganmu. Tapi kamu pasti tidak pernah menyadarinya."

"Yah...aku bahkan tak hafal dengan wajah teman sekelasku. Tunggu, kalau Kimizuki berhasil masuk ke kelas khusus berarti dia sudah mendapat teman? Tapi...tak bisa kubayangkan. Dengan sifatnya yang sombong itu si tiang listrik itu tak mungkin mendapat teman."

"Hihihi tentu saja. Semua teman sekelasnya 100 persen takut padanya."

"Kalau begitu kenapa...Jangan jangan kau pilih kasih ya?" Tanyaku curiga.

"Enak saja. Hiragi Shinoa yang terhormat tak akan pernah melakukan hal semacam itu. Aku meloloskan Kimizuki ke kelas khusus karena aku menemukan sesuatu yang menarik tentangnya." Jelas Shinoa sambil membusungkan dada.

"Sesuatu yang menarik?"

Shinoa tersenyum penuh arti. "Kamu tahu, Kimizuki tidak memiliki teman satupun di kelas biasa, tapi suatu hari aku menemukan kalau ia memiliki gadis yang disukainya."

"Eh?! Kimizuki?! Si tiang listrik yang sombong itu punya gadis yang disukainya?"

Shinoa terseyum nakal dan merangkul pundakkku."Betul sekali. Secara kebetulan aku memergokinya selalu menatap seorang gadis dari kejauhan. Sebetulnya aku baru akan memberikan Kimizuki izin masuk ke kelas khusus kalau ia berhasil menjadi kekasih gadis itu. Tapi sayang sekali, gadis itu tak pernah sedikitpun menyadari keberadaan ataupun perasaannya. Gadis yang ditaksirnya itu berotak batu dan sudah memiliki seorang pangeran di hatinya. Kimizuki bahkan sampai harus melakukan cara extreme hanya agar gadis itu mengingat namanya. Karena aku bersimpati padanya aku meloloskannya ke kelas khusus."

"Heee...Sulit dipercaya. Ngomong-ngomong kenapa kau memberitahuku hal ini, Shinoa?" Tanyaku penasaran.

Setelah melihat reaksiku yang datar Shinoa menatapku dengan wajah bosan. Ia melengos. "Hah...Kimizuki yang patut dikasihani. Dan sepertinya Mika dan Kimizuki tak akan pernah bisa akur selama-lamanya."

"Ha? Kok?"

Shinoa menepuk pundakku sambil mengangguk-angguk. "Di saat begini aku kagum dengan perjuangan Mika untuk mendapatkanmu. Sang pangeran pasti sudah melakukan jerih payah yang tak mampu dihitung lagi demi mendapatkan perhatian sang putri."

"Tunggu. Kau ini bicara apa Shinoa? Kenapa tiba-tiba..."

Shinoa menyentil dahiku. "Tidak jadi deh. Yuu otak monyet."

"Haaa?!"

Shinoa terus menerus mengejekku sambil tertawa. Dan akupun semakin bingung dibuatnya.

...

Mika benar-benar menarik diri dari orang lain. Ketika banyak anak kelas menghampirinya untuk bertanya tentangnya Mika tersenyum dingin dan mengusir mereka dengan halus. Meski memakai bahasa dan nada yang halus, semua orang dapat merasakan kalau Mika benar-benar tidak ingin didekati. Tanpa memakan waktu sehari tak ada lagi aggota kelasku yang mencoba mendekati Mika.

Aku memutuskan untuk bertanya pada Mika apapun reaksi yang ditunjukkannya. Aku ingin mengerti. Mika yang dulu kukenal adalah Mika yang sangat ramah dan baik terhadap orang lain. Aku ingin semua orang tahu kebaikan hati Mika. Vampir memiliki suhu tubuh lebih dingin dari manusia, tapi aku yakin hal itu tak akan berarti kalau hati Mika telah membeku karenanya.

Aku berjalan menghampiri Mika yang sedang duduk di kursinya dan membawanya pergi keluar kelas. "Mika. Aku ingin bertanya sedikit." Kataku. Aku berbohong. Sejujurnya banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Aku ingin tahu lebih banyak lagi. Pertanyaanku sangat banyak hingga membuatku bingung. Aku membawa Mika ke belakang sekolah untuk berbicara. Dengan begini Mika dapat membicarakan rahasia apapun dengan leluasa.

"Apa yang ingin kamu tanyakan padaku Yuuchan? Aku akan menjawab pertanyaanmu jika bisa."

"...Aku hanya ingin tanya bagaimana kau bisa masuk ke sekolah ini. Tempat ini adalah tempat paling berbahaya bagimu."

"Tidak usah cemas. Aku membuat kesepakatan dengan Hiragi Shinya. Kesepakatan itu membuatku berada dalam perlindungan Hiragi Shinya."

"Kesepakatan apa?"

Mika tersenyum. "Rahasia."

"Eh? Kenapa begitu?! Beritahu aku!"

"Tidak mau."

"Kau pasti melakukan kesepakatan yang merugikan lagi bukan?! Sejak kecil kau selalu mengorbankan diri demi orang lain. Aku tak suka itu. Beritahu aku!"

Mika tersenyum. "Aku tidak berbuat begini demi orang lain kok. Semua ini untuk diriku sendiri. Kepolosan dan kebaikan hati Yuu chan lebih membahayakan. Selain itu sejak kecil kamu juga cengeng."

"Enak saja! Siapa yang cengeng?! Aku selalu memastikan menangis di tempat yang tidak ada orangnya."

Mika tertawa kecil. "Tapi tetap menangis kan?"

"Berisik! Cepat beritahu aku! Sekarang ini aku sudah jauh lebih kuat dibandingkan dulu, saat ini aku pasti bisa melakukan sesuatu."

"Hm...Yah...Yuu chan memang sudah terlihat lebih kuat sekarang. Apa sebaiknya kuberitahu saja ya..." Gunggam Mika.

Aku berkacak pinggang. "Tentu saja! Selama ini aku hidup di bawah didikan keras Guren si manusia monster! Bisa dibilang diriku yang sekarang ini ada karenanya."

Mika terdiam sebentar. Ekspresi wajahnya berubah tak suka. "Aku tak suka kalau kamu membicarakannya Yuu chan. Sebelum ini ia hampir membunuhmu. Perlakuannya sebagai seorang ayah juga sangat kasar. Manusia itu cuma menipumu. Kamu terlalu lengah. Jangan terlalu percaya dengan para manusia itu, Yuu chan."

"...Aku ini juga manusia, Mika. Mika juga, saat ini kau mungkin seorang vampir, tapi suatu hari nanti aku pasti akan menemukan cara untuk mengubahmu kembali menjadi manusia. Karena itu kau tidak boleh melupakan bagaimana cara untuk mempercayai orang lain."

"..." Mika terdiam.

"...Kembali kepokok bahasan. Jawab pertanyaanku, pertukaran apa yang kau janjikan pada Hiragi Shinya. Apapun yang kau katakan tak akan bisa membebaskanmu begitu saja."

Mika tersenyum. "...Yuu chan. Kemarikan telingamu."

"Hm?"Mika mendekatkan bibirnya ke telingaku.

"...Tak akan kuberitahu." Bisiknya dengan lembut di telingaku. Suara Mika terdengar seperti hembusan angin yang menggoda di telingaku. Aku menjauh karena terkejut.

"Kau sengaja ya?!" Tanyaku panik.

Mika masih tersenyum, kali ini lebih iseng. "Iya. Yuu chan tak akan kuberitahu."

"Bagaimanapun aku memohon?"

"Ya."

"...Kalau begitu akan kutanyakan ke Hiragi Shinya atau Shinoa."

"Coba saja kalau mereka mau menjawabmu. Sekedar informasi, Shinoa tidak tahu apapun mengenai hal ini."

"Kenapa ku keras kepala sekali sih?!"

Mika menempelkan jari telunjuknya ke bibirku, mengisyaratkanku untuk tidak bertanya lebih jauh lagi. "Yuu chan, saat ini aku berusaha melindungimu. Karena itu kali ini aku ingin kamu menyerah dan cuci tangan dari persoalan ini. Ok?" Kata Mika. Matanya menatapku dengan pandangan serius. Mika memang tidak menginginkan campur tanganku di masalah ini.

Aku tak suka ini. Aku benci tak bisa berbuat apa-apa dan tak mengetahui apa-apa ketika orang yang kusayangi sedang berada dalam kesulitan. "Mika, dengarkan aku. Bagiku kau adalah orang yang sangat berharga bagiku. Pasangan ada bukan untuk melindungi sepihak saja, tapi untuk saling melindungi satu sama lain. Aku tidak ingin menjadi seorang gadis yang terus menerus dilindungi. Aku juga ingin melindungimu Mika. Karena itu..."

Mika menempelkan jari telunjuknya ke bibirku lagi. "Yuu chan tidak perlu melindungiku. Aku yang akan melindungi Yuu chan dari semua orang yang berniat jahat padamu. Satu hal yang perlu Yuu chan tanamkan dalam dirimu. Ketahuilah bahwa aku sangat menyayangimu dan aku akan selalu melindungimu. Karena itu percayalah padaku, Yuu chan."

"..."

Mika menggenggam tanganku dan menciumnya. "Aku akan memberitahukan semuanya padamu ketika waktunya tiba. Tapi saat ini aku belum bisa mengatakan apapun padamu. Kamu akan memaafkan keegoisanku ini bukan, Yuu chan?"

Mika tersenyum dan memandangku dengan wajah memohon. Tangan Mika yang menggenggam tanganku terasa begitu dingin seperti es. Meskipun telah berubah menjadi makhluk yang berbeda Mika tetap memikirkanku, ia tetaplah Mika bodoh yang terlalu baik seperti dulu. Delapan tahun yang lalupun Mika kerap berada disituasi yang merugikan dirinya sendiri hanya untuk mencegah hal buruk terjadi padaku. Aku tahu ia melakukan semua ini untukku, tapi kenyataan kalau ia merahasiakan segala sesuatu dariku adalah fakta yang sangat menyebalkan. Aku benci menjadi satu-satunya yang tidak mengetahui apapun.

Gyut! Aku mencubit pinggang Mika dengan tanganku sekuat tenaga.

Mika meringis. "...Yuu chan...itu menyakitkan. Seorang vampir tetap merasakan rasa sakit loh.."

"Kau curang Mika. Berkali-kali aku memaksamu kau tetap merahasiakan banyak hal dariku. Di saat aku mencoba melindungimu kau malah balik melindungiku. Mengesalkan." Gerutuku.

"Yuu chan...aku tahu kamu kesal tapi bisa kamu lepaskan cubitanmu terlebih dahulu? Tenagamu kuat seperti biasa, itu menyakitkan bahkan untuk vampir sepertiku."

Aku mencubit Mika semakin kuat. "Bukan hanya tenagaku yang kuat tapi aku memang kuat! Aku mampu melindungimu Mika. Karena itu jangan melakukan hal yang gegabah dan berbahaya. Kau akan membuatku khawatir tahu! Dasar menyebalkan!"

Mika meringis menahan sakit."...Aku mengerti... Karena itu tolong maafkan aku."

"Kau janji tidak akan melakukan tindakan yang berbahaya?"

Mika terdiam. Tak mampu menjawab.

"Hee...Jadi disini ada orang yang suka dicubit rupanya ya..." Kataku sambil mencupit Mika sekali lagi.

"He...hentikan Yuu chan..baik baik aku mengerti. Mulai sekarang aku janji akan lebih berhati-hati."

"Mulai sekarang? Jadi sebelum ini kau benar-benar melakukan hal yang sembrono dan berbahaya ya?"

"...Maaf." Kata Mika sambil tersenyum memohon.

Aku mengernyitkan dahi. Sepertinya laki-laki yang satu ini berpikir kalau ia tersenyum dan memohon aku akan memaafkannya begitu saja. Entah apa yang terjadi selama beberapa tahun sebelum ini. Tapi nampaknya Mika cukup pandai dalam menangani seorang perempuan.

"Dengarkan aku Shindo Mikaela!" Seruku sambil menghentakkan kaki. "Kuakui kau memang tampan, pintar, dan kuat seperti pangeran, tapi jangan salah sangka. Meski kau tersenyum memohon bukan berarti aku akan memaafkanmu. Gadis selain diriku yang selama ini kau temui mungkin akan membiarkanmu begitu saja. Tapi aku tidak! Jangan pernah berfikir untuk menyamakan aku dengan gadis lainnya!"

Mika tertawa. "Aku tidak pernah sekalipun berfikir kamu sama seperti gadis lainnya Yuu chan. Sifatmu yang seperti itulah yang membuatmu mempesona."

Lagi-lagi. Mika mengatakan pujian yang memalukan begitu mudah. Kalau saja ia tidak menarik diri dari yang lain anak perempuan lainnya pasti datang mengerumuninya seperti semut. Bila hal itu benar-benar terjadi aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku juga tak punya kepercayaan diri untuk mempercayai kalau Mika akan terus melihatku apapun yang terjadi. Di sudut hatiku aku bersyukur Mika masih berada disisiku sampai saat ini.

"Yuu chan?..."

Panggilan Mika menyadarkan lamunanku.

Mika meraih tanganku dan menggenggamnya dengn lembut. "...Aku tahu Yuu chan benar-benar mengkhawatirkanku. Aku sangat senang mengetahuinya. Tapi ada beberapa hal yang masih belum bisa aku katakan padamu saat ini adalah demi kebaikanmu sendiri. Setelah ini aku berjanji akan lebih berhati-hati lagi. Karena itu Yuu chan tak perlu cemas. Aku janji semua akan baik-baik saja."

"...Kalau kau bohong aku akan menghajarmu."

"Sekalipun itu aku?"

"...Tetap akan kulakukan. Karena itu jangan buat aku melakukannya."

Mika menarikku ke dalam pelukannya. "Yuu chan...Aku berbeda dengan semua orang yang ada di sisimu. Aku tak akan memanfaatkanmu. Aku akan melakukan apapun untuk menyingkirkan batu yang menghalangi jalanmu. Karena itu tetaplah menatapku dan teruslah percaya padaku. Aku akan menjadi satu-satunya orang yang Yuu chan butuhkan di dunia ini." Bisik Mika ditelingaku.

Aku membalas pelukan Mika tanpa berkata apapun. Saat ini perasaanku campur aduk. Rasanya aku ingin berteriak dan marah pada Mika karena ia tetap menyembunyikan banyak hal dariku. Aku ingin tertawa karena ia begitu khawatir aku membencinya sementara aku selalu berfikir betapa menakutkannya jika suatu saat nanti ia membenciku. Aku ingin memperlihatkan padanya betapa kuatnya diriku sehingga ia tidak perlu berbuat sejauh itu untuk melindungiku. Aku ingin berkata kalau ia juga bisa bergantung padaku.

Tapi, aku tak bisa mengatakan hal itu. Saat ini aku belum menemukan satupun cara untuk mengembalikan Mika menjadi manusia biasa. Aku belum menjadi seseorang yang kuat hingga mampu melindunginya. Aku belum bisa melakukan apapun untuknya.

Meski aku sudah bertambah dewasa dan menjadi lebih kuat dari sebelumnya aku masih tidak bisa melakukan apapun untuk menolong orang yang kusayangi. Kalau begini, rasanya aku tidak jauh berbeda dengan aku yang dulu.

Saat baru kehilangan keluargaku aku selalu menyalahkan tuhan dan takdir karena merengut mereka semua dariku. Dulu aku selalu menagis dan mengamuk tanpa alasan di sekolah. Aku selalu iri dengan teman-temanku yang hidup normal. Aku kesal dengan diriku yang tak berdaya mencegah semua hal itu terjadi. Guru di sekolah yang tak mampu menghentikanku segera memanggil Guren. Saat itu terjadi Guren akan datang dengan heboh, menyentil dahiku, dan menceramahiku habis-habisan.

Tidak peduli nasib seperti apa yang akan menimpamu, tidak peduli musibah dan kesulitan yang akan menimpamu, kamu harus tetap bersyukur hal itu terjadi. Karena tuhan sudah memutuskan dengan melewati hal itu manusia itu akan bahagia.

Kata-kata itu adalah kata-kata yang diucapkan Guren ketika menghiburku yang menangis. Mendengar kata-katanya itu membuatku tertawa karena tak biasanya ia berkata bijak seperti itu. Tetapi perkataannya tersebut telah menjadi penyemangatku selama bertahun-tahun. Meski hanya berupa sebuah rangkaian kata aku sangat percaya akan hal itu.

Karena itu, kali inipun aku memutuskan untuk percaya akan kata-kata itu. Aku yakin semua kesulitan ini akan membawa kami ke akhir yang bahagia. Aku percaya bahwa air mata dan ketakutan ini akan berubah menjadi tawa dan bahagia bila kami terus berusaha. Aku percaya. Aku ingin percaya hari itu akan tiba.

...

Guren berdiri di depan meja kepala sekolah. Hiragi Shinya tersenyum menyambut kedatangannya. "Wah wah...Guren chan, sudah lama kamu tidak mampir ke kantorku. Bagaimana kalau minum secangkir teh dan mengobrol santai sebentar? Aku jamin teh seduhanku tak akan mengecewakanmu."

Guren memukul meja dengan keras dan menatap tajam ke Hiragi Shinya. "Hentikan basa-basi tak bergunamu itu. Apa makhsudmu memperbolehkan vampir itu bersekolah disini?! Apa yang diinginkan keluarga Hiragi selanjutnya hah?!" Tanya Guren kasar.

"Sudah...sudah... tenang dulu..."

Brak! Guren memukul meja sekali lagi. "Tenang katamu?! Vampir penggoda itu mengincar Yuu! Gadis bodoh itu akan segera masuk keperangkapnya jika semua ini dibiarkan begitu saja."

"Hahaha...jadi permasalahan disini bukan karena seorang vampir bersekolah disekolah pemburu vampir, tapi papa Guren tidak mengijinkan siapapun mendekati putrinya yang manis. Di luar dugaan kamu sangat posesif, Guren chan."

"Jangan mengalihkan pembicaraanku. Jawab pertanyaanku. Apa yang diinginkan keluarga Hiragi dari vampir itu?!"

"Tidak ada." Jawab Hiragi Shinya santai.

"Jangan bohong!" Bentak Guren.

"Aku tidak berbohong. Keberadaan pemuda vampir itu disekolah ini adalah murni kehendakku."

"..."

"Jangan melihatku dengantatapan curiga begitu. Aku benar-benar tidak memiliki makhsud tersembunyi apapun kok."

"..." Guren terdiam lagi.

Hiragi Shinya melengos. "Kalau kukatakan aku membantu anak itu karena ia mirip denganmu apa yang akan kamu katakan, Guren chan?"

"Tak sudi."

"Jangan galak begitu. Siapapun bisa melihat kalau pemuda vampir itu menganggap anak perempuanmu sebagai dunianya. Ia akan melakukan apapun deminya. Kenapa tidak kamu restui saja hubungan mereka sih?"

"Itu tak akan terjadi."

"Yah...itu terserah padamu saja sih. Tapi dari apa yang kulihat situasi pemuda vampir itu saat ini sama seperti situasimu dengan Mahiru. Aku melakukan hal ini karena aku tak ingin anak perempuanmu bernasib sama seperti Mahiru. Susah payah kamu menyembunyikan keberadaannya dari keluarga Hiragi dan dunia, tentu kamu tak ingin dia bernasib sama seperti Mahiru bukan?"

Guren memandang ke arah Hiragi Shinya penuh amarah. "Jangan kau bahas hal itu lagi di depanku! Tak akan kubiarkan hal buruk itu terjadi disini. Karena itu tak akan kubiarkan Yuu bersama dengan pemuda vampir itu."

"Bagaimana jika pemuda vampir itu bisa kembali menjadi manusia? Apa kamu akan membiarkan mereka bersama?"

"Tak akan." Jawab Guren cepat.

"...Keras kepala seperti biasanya ya..."

Guren maju dan mencengkram kerah Hiragi Shinya. "Kau tak akan mengerti!"

"Iya iya aku tak mengerti. Kalau boleh tahu bagian mananya yang tak kumengerti?"

"Bagaimana mungkin kau akan membiarkan bunga yang kau besarkan dengan susah payah dipetik begitu saja oleh orang yang tiba-tiba datang?! Kau tak akan mengerti!"

Hiragi Shinya teratawa kecil. "Aku kalah. Kamu manis sekali Guren chan. Tapi tolong kurangi sedikit sifat keras kepalamu itu. Sampai kapan kamu akan mengurung Yuu di telapak tanganmu? Suka tidak suka ia akan meninggalkanmu suatu hari nanti dan menjadi seorang pengantin."

Guren melepas cengkramannya. "Aku tahu. Tapi tidak dengan pemuda vampir itu."

"Kutanyakan sekali lagi. Bagaimana kalau pemuda vampir itu berhasil menjadi manusia lagi? Apa kau akan menerimanya?"

"Apa makhsudmu?"

Hiragi Shinya merebahkan diri ke kursi dan mengelurkan sesuatu dari saku bajunya. Sebuah tabung kaca berukuran kecil yang berisi cairan berwarna merah pekat. "Aku membat perjanjian dengan pemuda itu."

"Perjanjian apa?"

Hiragi Shinya mengangkat tabung itu ke udara. "Tabung ini berisi darah pemuda vampir itu. Pemuda vampir itu menerobos ke dalam rumahku dan membuat pertukaran denganku. Ia bersedia menjadi bahan percobaan bagi keluarga Hiragi asal bisa berada disisi anak perempuanmu. Ia juga bersedia membocorkan beberapa maskas vampir yang diketahuinya kalau keluarga Hiragi mau membantu mengembalikannya menjadi manusia."

"...Jadi kau menyetujuinya?"

"Dengan berbagai perubahan tentunya. Aku tidak membiarkan keluarga Hiragi mengetahui perjanjian ini ataupun keberadaan pemuda vampir itu."

"Kau gila!"

"Hahaha...Bukankah kamu seharusnya berterimakasih padaku Guren chan? Jika aku membiarkan keluarga Hiragi campur tangan keberadaan anak perempuanmu sebagai salah satu saksi hidup dari keberadaan laboratorium itu akan di ketahui."

"Kalau begitu kenapa kau tak langsung membunuh pemuda vampir itu saja?!"

Hiragi Shinya tersenyum usil. "Karena Shinoa bercerita padaku kalau anak perempuanmu juga menyukai pemuda vampir itu."

"Hah?!"

"Meski aku bukan ayah kandungnya tapi Mahiru adalah tunanganku. Secara tidak langsung aku ini ayah angkatnya. Sedikit banyak aku juga memikirkan kebahagiaannya."

"Yuu bukan anakmu!"

"Aku tahu aku tahu..Jadi, mari kita kembali kepertanyaanku sebelumnya. Bagaimana kalau pemuda vampir itu berhasil menjadi manusia lagi? Apa kau akan menerimanya Guren chan?" Tanya Hiragi Shinya dengan santai.

"..." Guren terdiam, tak menjawab pertanyaan Hiragi Shinya.

Hiragi Shinya kembali tertawa. "Hahaha...jika percobaan ini berhasil kamu harus mulai berlatih Guren chan."

"Berlatih apa?" Tanya Guren serius.

"Berlatih pidato yang akan kamu sampaikan di pernikahan putrimu. Aku tidak keberatan menggantikanmu kalau kamu tak mampu." Kata Hiragi Shinya mengejek.

Letnan Guren yang terkenal ganas memandang ke arah kepala sekolah dengan tatapan mata membunuh. Dan yang membuat semuanya menarik, seseorang yang ditatap dengan niat membunuh itu justru tersenyum dengan tenang seperti musim semi. Jika ada seseorang yang masuk dan melihat pemandangan itu ia pasti kebingungan dengan apa yang terjadi dengan kedua orang itu. Pemandangan sore di kantor kepala sekolah Akademi Sakura sangatlah menarik hari ini.

###

Semoga kalian menikmati cerita ini.

Karena saya masih pemula kalau ada komentar atau saran perbaikan akan sangat saya hargai.

Review, please...

Sampa jumpa di fanfic saya berikutnya.

Terimakasih.