Eternal Love Series:

(1st Gate: A Beautiful Stranger)

oOo

By:: An Youngtae

Rate:: T

Genre:: Romance, Drama

Warning:: Shounen-ai (Boys Love), AU, Out of Character, Typo(s), OT12 format

Cast:: EXO Members (and Ex-members)

Main Pair:: HunHan

Support Pair:: KrisTao, SuD.O, LayKai, ChanBaek, ChenMin

Disclaimer:: I don't own them. They belong to God, their parent, and themselves.


Author's Note:

Ada yang kaget saya update cerita ini? Nggak? Oke. #pundung

Saya sendiri juga heran ada angin apa saya akhirnya update kelanjutannya. Padahal udah jelas ff ini bisa dibaca di blog saya.

Tapi udahlah.

Just. Happy reading, okay?

Dan sekarang pun saya belum bisa kembali ke ffn.


That was the first time I've ever seen…

A person who looked like an angel..

So Beautiful..

A beautiful stranger in my life..


..::A Beautiful Stranger::..

- Part 2 -


"Hnngg…"

Setelah kurang lebih dua jam tertidur di tempat tidur putih itu, Sehun akhirnya membuka matanya. Erangan kecil keluar dari mulutnya. Dengan sedikit malas, ia mendudukkan dirinya di tempat tidur. Matanya masih belum terbuka dengan sempurna dan belum bisa fokus dengan keadaan sekitarnya. Setelah merasa rasa kantuknya hilang, Sehun mulai menyusuri situasi di kamar serba putih itu.

"Hoaahm.. Joonmyun-hyung ke mana ya?" Sehun mengacak rambutnya pelan. " Oh ya, katanya dia mau jalan-jalan sebentar. Kenapa belum kembali sampai sekarang?"

Sehun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju ke tas ransel miliknya. Ia buka tas ransel itu dan berbagai barang keperluannya mulai terekspos. Diambilnya sebuah pembersih wajah dan segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan wajah sekaligus menyegarkan dirinya yang baru saja bangun dari istirahatnya.

Wajahnya masih sayu ketika ia perhatikan dari cermin di depannya. Maklum saja, bukankah dia baru terbangun dari tidur lelapnya?

Zressh…!

Suara keran air yang dibuka memenuhi ruang kamar mandi yang tergolong cukup luas itu. Kamar yang dia tempati saat ini mungkin lebih pantas disebut sebagai kamar di sebuah hotel dibandingkan kamar biasa. Karena dipikir bagaimanapun, fasilitas di kamar itu bisa dikatakan lengkap.

Splash!

Setelah membersihkan wajahnya, dia mengambil handuk putih—yang mungkin sudah disediakan dari awal—di gantungan handuk di dekatnya. Mulai mengeringkan wajahnya yang dipenuhi tetes-tetes air, Sehun membawa serta handuk itu keluar dari kamar mandi dan kembali menelusuri kamar yang belum sempat ia perhatikan dengan seksama.

'Semuanya putih.. Apa Kris-hyung itu maniak warna putih?' batin Sehun ketika yang dia tangkap dari interior kamar itu hanyalah warna putih.

'Atau kamar ini belum dicat?' Satu lagi opini masuk ke pemikiran Sehun. Matanya masih menyusuri kamar itu hingga akhirnya tertuju pada jendela yang masih tertutup. Dilangkahkan kakinya ke arah jendela itu, kemudian diulurkannya tangannya untuk membukanya.

Blak..

Sinar dari luar segera masuk memenuhi ruangan yang tak cukup terang sebelumnya. Matanya agak menyipit karena sinar yang agak kuat itu. Aroma dari air laut yang bisa segera ditebak ketika ia membuka jendela itu segera memenuhi indra penciumannya.

Matanya mengamati pemandangan laut biru yang bisa ia lihat dari kamarnya. Ia meletakkan kedua tangannya di kusen jendela untuk mencegahnya agar tidak jatuh dari kamar yang berada lantai dua itu. Bayangkan saja jika ia jatuh dari sana, mungkin koran esok hari langsung menerbitkan berita kematiannya di halaman depan dengan font yang sangat besar sebagai headline. Sehun menggelengkan kepalanya cepat. Bagaimana bisa dia berpikir ekstrim seperti itu? Ia tidak ingin malaikat kematian mengambil nyawanya saat itu juga.

Terlepas dari bayangannya yang aneh-aneh itu, ia menangkap siluet seseorang yang sedang berjalan di pantai. Ia memang tak bisa melihat orang itu cukup jelas, tetapi entah ada angin apa pandangan matanya terus mengikuti siluet orang itu hingga orang itu menghilang dari jarak pandangnya.

'Orang itu.. siapa?'


Sehun tahu seberapa sedihnya Joonmyun, namja itu pasti masih bisa menutupinya dengan baik. Tetapi entah kenapa mimik sedih di wajah Joonmyun kini kentara sekali di matanya. Apa yang sudah terjadi sebelum namja dengan senyum malaikat itu kembali ke vila dan membuat Sehun mendapati dirinya sedang dalam mood yang tidak baik-baik saja?

"Hyung, gwaenchana? Kau terlihat.. kurang baik." Bukannya Sehun tidak tahu kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Joonmyun, tetapi jika tidak ditanyai seperti itu Joonmyun pasti akan menyembunyikan masalahnya.

"Gwaenchana, Sehun-ah. Hanya sedikit masuk angin ketika aku keluar tadi."

Baik, penjelasan dari Joonmyun memang tak masuk akal. Apa hubungannya masuk angin dengan wajah sedih nan galau Joonmyun? Dikira Sehun bodoh apa sampai dia bisa mempercayai alasan Joonmyun?

Tapi untuk kali ini, sepertinya Sehun bisa berpura-pura mempercayainya. Akan tetapi ingat, dia bukan namja yang pabo, oke?

"Oh…"

Tanggapan yang bagus Oh Sehun.

"Ngomong-ngomong, kau sendirian di vila Sehun-ah? Yang lain ke mana? Sepi sekali," komentar Joonmyun sebelum berjalan ke arah lemari es. Mengambil sebotol air mineral dan menengguknya.

"Entahlah, ketika aku turun dari lantai atas vila ini sudah sepi dan ada catatan yang tertempel di pintu lemari es. Di catatan itu tertulis agar aku menjaga vila ini sementara dia pergi entah ke mana," ujar Sehun sebelum mendudukkan dirinya di kursi meja makan. Ia mengambil sebuah jeruk dari kumpulan berbagai macam buah yang tersedia di atas meja.

"Yang meninggalkan pesan itu?"

"Tentu saja Kris-hyung, hyung." Sehun mulai menguliti jeruk itu sedikit demi sedikit.

"Oh.. Kupikir memang begitu. Karena ketika aku akan pergi, yang tersisa di sini cuma Kris-hyung dan kau yang sedang tidur, sedang yang lain sudah pergi." Joonmyun kemudian ikut duduk di kursi meja makan yang masih kosong dan meletakkan botol air mineral yang tinggal berisi separuh itu di atas meja.

"Jadi, kau tidak mau jalan-jalan, Sehun-ah? Kurasa kau akan menemukan banyak obyek menarik di sini." Joonmyun memangku dagunya, matanya mengawasi Sehun yang sedang menghabiskan belahan jeruk yang terakhir.

"Hmm… Aku tertarik dengan seseorang, hyung. Dan aku akan mencarinya mulai besok," jelas Sehun setelah menelan jeruk terakhirnya.

"Kau tertarik dengan seseorang? Ternyata seorang Oh Sehun juga bisa jatuh cinta ya?" goda Joonmyun. Sepertinya ini pembalasan untuk Sehun yang menggodanya tadi.

"Biar aku koreksi dulu. Aku cuma tertarik, hyung, bukan jatuh cinta. Mana mungkin aku jatuh cinta dengan orang yang bahkan belum kutemui secara personal?" ralat Sehun.

"Cinta itu tidak tahu kapan, di mana, bagaimana caranya, mengapa, dan kepada siapa kau jatuh cinta. Kalau kau tidak segera menyadarinya, entah apa yang akan terjadi pada akhirnya." Ucapan Joonmyun itu diiringi raut wajah sendu namja angelic itu. Sehun menatap datar Joonmyun.

"Terserahlah, hyung. Tapi kalau hyung mau aku mengikuti saran dari hyung, kau juga harus mengikuti saranku yang satu ini—" Sehun memutus kalimatnya. "—sadarkan Kyungsoo-hyung soal perasaanmu."

Setelah kalimat terakhir Sehun yang kemudian diiringi oleh perginya Sehun dari dapur, Joonmyun semakin menundukkan kepalanya. Sehun yang sedikit menangkap perilaku Joonmyun dari lirikan matanya sebelum ia berlalu sepenuhnya meninggalkan dapur, merasa kasihan kepada Joonmyun yang perasaannya belum bisa terbalaskan itu. Padahal, semua perhatian yang Joonmyun berikan kepada Kyungsoo sangat terlihat bagi Sehun. Tetapi entah kenapa sunbae-nya yang berhobi memasak itu tidak segera menyadari perhatian lebih dari Joonmyun padanya.

Yah.. Yang Sehun harapkan untuk sekarang hanyalah Joonmyun bisa mengutarakan perasaannya kepada Kyungsoo. Untuk hasilnya, Sehun hanya berharap yang terbaik untuk hyung tersayangnya itu.


Matahari masih belum menampakkan dirinya dari balik ufuk timur. Namun, namja dengan kulit seputih susu itu telah bersiap-siap dengan jaket dan celana training yang akan digunakannya untuk jogging di dekat pantai. Ia melihat namja yang masih tertidur di tempat tidur yang bersebelahan dengan tempat tidurnya. Sebenarnya ia ingin membangunkan namja itu untuk menemaninya, tetapi karena merasa tidak enak dia tak jadi membangunkannya.

Diambilnya kamera digital yang menjadi salah satu barang bawaannya. Hitung-hitung selesai berolahraga nanti dia bisa memotret matahari terbit. Pasti akan jadi pemandangan yang menakjubkan.

"Dan kalau bisa, aku ingin bertemu dengan dia," gumamnya senang namun pelan agar tidak mengganggu Joonmyun yang masih pulas dalam tidurnya. Mengendap-endap keluar bagai seorang pencuri, Sehun berjalan ke pintu kamar dan membukanya perlahan.

"Aku pergi dulu ya Joonmyun-hyung."

Blam.

Debuman kecil dari pintu membuat Sehun berjengit. Dapat dilihatnya keadaan vila yang masih sangat sepi, mungkin baru dirinya saja yang bangun sepagi itu. Melangkah tenang, Sehun menuruni tangga ke lantai satu.

"Sehun-ah? Kau bangun pagi-pagi sekali, ada apa?" Seorang namja keluar dari kamar yang tepat bersebelahan dengan kamar Sehun dan Joonmyun. Namja yang masih mengucek mata besarnya itu entah kenapa bisa menyadari sosok Sehun di dalam pencahayaan ruangan yang tidak cukup terang. Karena tinggi Sehun-kah?

"Kyungsoo-hyung.. Hanya ingin jogging, hyung juga kenapa bangun pagi?" tanya Sehun balik. Saat ini dia masih berada di anak tangga kedua dari atas, karena itu dia masih bisa melihat serta mendengar Kyungsoo.

"Aku biasa bangun pagi, lagipula aku juga ingin memasak sarapan pagi." Kyungsoo berjalan ke arah tangga mendekati Sehun. Sehun juga masih terdiam di anak tangga untuk menunggu Kyungsoo yang belum sepenuhnya dalam keadaan segar karena namja itu masih saja menguap.

Sehun mulai melanjutkan langkahnya ketika Kyungsoo sudah berada di anak tangga yang sama dengannya. Mereka berdua berjalan beriringan dalam diam. Tak ada yang berniat memulai percakapan sampai mereka tiba di lantai dasar. Kyungsoo segera menuju ke arah dapur, sedang Sehun langsung menuju ke ruang depan. Namun Sehun menghentikan langkahnya sebelum mencapai ruang depan.

"Kyungsoo-hyung," panggil Sehun. Kyungsoo segera menoleh ke arah di mana suara Sehun berasal. Ia juga belum sempat menghilang di balik pintu dapur ketika Sehun memanggilnya.

"Ne, Sehun-ah? Wae geurae?"

"Aku pergi dulu. Tolong katakan kepada yang lain kalau aku sedang pergi, dan sisakan sarapannya untukku ya?" pinta Sehun. Kyungsoo mengangguk.

"Ne, aku akan menyampaikannya. Kau tenang saja, hyung pasti akan menyisakan sarapan untukmu, hati-hati di jalan Sehun-ah."

Dengan sebuah anggukan, Sehun menghilang dari pandangan Kyungsoo. Namja itu segera memakai sepatu olahraga yang ditaruhnya di rak sepatu ketika ia telah sampai di serambi. Membuka pintu utama vila dan mendapati bahwa keadaan di luar masih cukup gelap untuk ukuran pagi hari. Melangkah ke luar dan menutup pintu itu kembali. Udara pagi yang segar seketika merasuk ke indra penciumannya.

"Aku ingin tahu apakah aku bisa bertemu dengannya hari ini. Untung-untungan juga sih sebenarnya."

Sehun mulai berlari kecil ke arah pantai yang cukup dekat dengan vila Kris. Hanya perlu waktu kurang dari satu menit, dia sudah sampai di jalan dekat tepi pantai. Air laut masih setinggi kurang lebih sepuluh senti dari tanah jika ia kira-kira dari tempatnya berdiri. Sembari menunggu air laut surut, Sehun ber-jogging sepanjang jalan itu. Tujuan utamanya bangun sepagi itu 'kan memang untuk jogging dan juga mengambil foto.


Tap.. Tap.. Tap..

Menyusuri pantai di pagi hari Sehun rasa tidak cukup merugikan. Udaranya memang masih dingin, tetapi malah kesegaran udara pagi itu yang Sehun cari. Jujur ia selama ini mencari lokasi dengan suasana alam yang natural, bukan hanya taman-taman yang biasa ia temukan di kota. Lebih mudah mencari obyek pemotretan, dan juga berpengaruh baik pada kesehatannya.

"Ma-maaf! Apakah Anda bisa membantu saya?"

Entah Sehun merasa ia dipanggil oleh seseorang atau hanya halusinasinya saja, ia akhirnya berhenti di tempat. Karena—rasanya—suara itu berasal dari arah belakangnya, Sehun membalikkan badannya. Tidak cukup jelas—karena tentu saja pagi itu masih gelap, tetapi Sehun bisa melihat siluet seseorang yang sedang menghadap padanya. Dari siluetnya—serta suaranya—Sehun tahu kalau orang itu adalah seorang namja.

Tanpa buang waktu lagi, Sehun menghampiri namja itu. Dari sosoknya yang hanya berupa bayangan hitam, Sehun merasa bahwa dia adalah sosok yang familiar bagi Sehun. Molla.. Sehun juga hanya mengira-ngira saja.

Thump!

Sehun terhenti dengan jarak sekitar satu meter dari hadapan namja itu. Sang namja peminta tolong mengerjapkan matanya bingung. Kenapa namja yang dimintai tolong olehnya berhenti begitu saja?

"A-apa aku merepotkanmu?" tanya namja itu bingung. Sehun tersentak dan kembali berjalan mendekati namja itu hingga berhenti di sampingnya.

"A-ani.. Bukan begitu. Apa yang bisa kubantu?" tanya Sehun. Dengan jarak sedekat itu sepertinya sesuatu di rongga dadanya menjadi berdetak lebih kencang. Mungkinkah efek sinar matahari yang baru saja terbit menerpa wajah namja yang tergolong "cantik" itu yang membuatnya seperti itu?

'Oh tidak, ada apa denganku? Bukankah aku baru bertemu dengan dia kali ini?' Sehun menelan ludahnya.

"Ban sepedaku tiba-tiba saja kempes, apa kau mau mengantarku ke rumah sepupuku? Aku belum terlalu mengenal daerah ini," pinta namja itu. Sehun menoleh ke samping bawah dan melihat sebuah sepeda dengan ban depan yang kempes.

"E-err.. Bisa saja."

'Bodoh kau Oh Sehun! Kau bahkan lebih tidak tahu daerah di sini!' umpat Sehun dalam hati.

"Xiè xiè , rumah sepupuku kurasa sudah dekat, tapi aku lupa harus ke mana lagi setelah belokan di depan sana." Sang namja cantik menunjuk ke arah belokan di mana Sehun terhenti karena panggilan darinya.

"Kau.. ingat 'kan bagaimana ciri-ciri rumahnya?" tanya Sehun memastikan. Akan lebih sulit untuknya membantu namja itu kalau bagaimana wujud rumahnya saja ia tak ingat. Apa perlu Sehun ulangi kalau ia tidak mengenal daerah di sana?

"Ya.. Rumahnya berwarna hijau muda lalu di depannya ada tanaman jeruk. Oh iya! Di pagarnya terdapat nama marga keluarganya, kalau tidak salah tulisannya 'Kim'," jelas sang namja.

"Oh, baiklah, kajja kita pergi. Akan kubantu kau—"

'Meskipun aku juga tidak tahu di mana, tapi sudah terlanjur jadi mau bagaimana lagi?'

"Xiè xiè. Sekali lagi, terima kasih."

Smile..

Tak sadarkah kau Oh Sehun? Jantungmu yang berdetak lebih cepat kali ini hanya karena senyuman namja yang bahkan namanya saja belum kau ketahui?

"Xi Lu Han, panggil saja aku Lu Han."

Lu Han..

Dan kehidupan Sehun akan berputar 180 derajat hanya karena namja cantik di hadapannya.

"Sehun. Oh Sehun imnida."


..:: To Be Continue ::..