-Dua Hari Kemudian…

Hari yang cerah di musim panas disambut dengan nyanyian tonggeret yang memamerkan bakat akustiknya. Suhu yang tidak sepanas hari-hari sebelumnya menjadi nilai plus yang menguntungkan bagi orang yang bekerja dibawah panasnya cahaya matahari.

Yap, hari seperti ini harusnya dijalani dengan hati yang senang dan perasaan yang riang-

"Lagi-lagi…"

-Tapi tidak bagi seorang pemuda pekerja romusha setinggi 1600 mm dari permukaan tanah yang satu ini…


.

.

:- The Eyes of Summer -:

by Yuu . Kanacchi

Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Warnings : Typo(s), OOC-ness, EYD not found :v, Semi plot-less, Humor ringan sebagai pemanis~ ;)), BL, Sho-Ai, Levi x Eren (RivaEre/Riren)

Enjoy! (•̀u•́)و

.

- Chapter 3: Semanggi & Dandelion -

.

.


Sambil menenteng sebuah keranjang anyaman berukuran sedang di tangan kirinya, Levi menatap jengkel ke arah permukaan tanah.

Bukan…bukan. Dia bukannya marah karena tinggi badannya yang dibawah standar untuk seorang pemuda tujuhbelasan…

Ia jengkel karena pakaian yang dijemurnya, lagi-lagi terjatuh dari tali jemuran yang berjarak 2 meter dari pakaian yang jatuhnya paling dekat dengan tali tersebut. Apa sekuat itukah angin musim panas Desa Shiganshina?

Baju kaos milik Levi sampai kolor pun tidak luput dari ciuman tanah. Sebagai tambahan, keadaan pakaian-pakaian tersebut tak lagi bersih. Jejak kaki ayam dan tanah hasil dari kegiatan mengais makanan terlukis indah diatas fabrik tak berdosa.

Tak jauh dari sana, satu keluarga ayam yang bahagia baru saja meninggalkan pekarangan belakang rumah tempat menjemur pakaian menuju pekarangan tetangga tempat mereka tinggal.

Untung saja mereka meninggalkan TKP lebih awal sebelum si empunya jemuran datang. Andaikan mereka telat satu menit saja, mungkin mereka akan dijadikan lauk makan siang.

Levi menghela napas berat. Diambillah jemuran miliknya tersebut sambil dimasukkan kedalam keranjang dengan perasaan campur aduk.

"Terpaksa, harus dicuci ulang…"

.

.

-o0o-

.

"Le-Levi-san?"

Eren memerhatikan raut muka si pemuda muka papan setrika yang (sedikit) berubah. Sorot mata yang lebih galak dari hari-hari sebelumnya membuat Eren sendiri ketakutan berada di sebelahnya sembari membantu menyiangi rumput.

"…"

Tidak ada jawaban. Eren mencoba bertanya sekali lagi.

"Apa yang terjadi, Levi-san?"

"Berisik."

"Apa telah terjadi sesuatu?"

"Nggak usah tanya."

"Levi-san."

"…"

"Levi-saaa…"

"DIAMLAH BOCAH! AKU SEDANG SIBUK! SIBUUKK!"

"HIIIIYYY!"

Eren hampir saja terjungkal kebelakang karena kaget. Dalam hatinya ia membuat catatan mental agar tidak macam-macam dengan Levi yang lagi PMS.

"Diamlah! Kau tidak tau seberapa menjengkelkannya kejadian baru-baru ini."

"Heh? Emangnya apa yang terjadi?" Eren jadi makin kepo.

"SHIT, kenapa bisa sampai keceplosan!?" Batin Levi tidak terima.

"Lebih baik kau tidak usah ikut campur urusanku. Menggangu saja…" Levi menjawab dengan kesal. Hampir saja tanaman tomat muda di depannya tercabut karena terlalu nafsu menyiangi rumput pake tenaga dalam.

"Tapi…siapa tau aku bisa bantu…walaupun cuma sedikit-"

Eren menatap Levi dengan tatapan "Puppy Eyes" andalannya yang konon katanya, dapat membuat Mikasa yang cuek sekalipun jadi meleleh bak es batu yang disiram air panas.

Levi bagai disambar petir di musim panas.

"-Karena kita kan teman! Sebagai teman kita harus saling membantu!"

Levi terduduk sambil facepalm. "Kirain apa, ternyata…asadsfgdgdkjlk."

"Haaahh….baiklah, beberapa hari ini bisa dibilang kesialan menimpaku. Mulai dari jemuran yang jatuh, deterjen yang tiba-tiba lenyap, teh seteko yang kuseduh habis tak bersisa, dan lain sebagainya." Ujar Levi curhat.

Eren menyimak dengan serius, ia memikirkan cara untuk membantu Levi. Setidaknya menghibur sedikit. Diingat-ingat kembali pengalaman sebelum-sebelumnya, lalu…

"Hoi, Eren. Tugas menyiangi rumput di lahan tanaman tomat sudah selesai. Aku akan menemui bibi dan kembali ke rumah." Levi bergegas bangkit sambil melepas sarung tangannya yang kotor terkena tanah.

Eren ikutan bangkit, ia tarik sedikit lengan baju Levi. "Sebentar Levi-san! aku boleh minta waktumu sebentar?"

"Hah?"

.

.

-o0o-

.

"Maaf sudah membuat mu menunggu!"

Eren mendekati Levi dengan sebuah sepeda berkeranjang depan dan kursi penumpang di belakang.

Levi memerhatikannya dengan seksama, "Apaan nih?"

"Sepeda lah!"

"Bukan itu maksudku,bodoh. Seriusan ini sepedamu?"

"Iyalah! Sepeda ini sering kupakai untuk pergi kesekolah bareng Mikasa. Sudahlah, ayo kita pergi!"

Levi diam sejenak, "Kalian pergi sekolah bersama?"

"Yap, tapi… walaupun ini sepeda ku, Mikasa lah yang sering memakainya untuk memboncengku ke sekolah. Akhirnya, teman-teman di sekolah sering menertawakanku…" Eren menghela napas berat.

"Tumben si Gadis Bandana Merah tidak melarangmu pergi sendirian" Levi ingat betul sikap over protektif Mikasa terhadap Eren. Dan ini hal yang cukup mengejutkan kalau ia hari ini tidak 'mengawal' Eren.

"Entahlah, katanya dia ada urusan di rumahnya. Sudahlah, ayo kita pergi! Levi-san yang memboncengku dan aku yang akan tunjukkan jalannya!"

"Kau tau jalannya, kan? Awas kalau kita sampai tersesat…" ancam Levi dengan Death Glarenya.

"Glep…"

.

.

-o0o-

"Ahahaha! Ayo, Levi-san! lebih cepat lagiii!"

"Baiklah, kau yang minta…" Sahut Levi datar. Dikayuhnya sepeda itu dengan kencang. Merasa 'tertantang' dengan ucapan Eren, dikayuhnya lebih cepat lagi dengan kecepatan yang luar biasa bagi orang pada umumnya. Angin sore yang berhembus cukup kencang menerpa helai-helai rambut hitam arang si pemuda. Memperlihatkan wajah tampan (tapi datar) milik seorang pemuda keluarga Ackerman.

"Uwaaa, Levi-san, jangan terlalu cepaaat!" teriak Eren seraya memegang erat kedua bahu tegap Levi, sepertinya skill mengendarai sepeda Levi sudah cukup kelewatan bagi si bocah brunette.

"Hah? Bukannya kau sendiri yang minta untuk cepat-cepat? Dasar bocah tidak konsisten," protes Levi.

"Tapi ini sudah kelewat kencang! Nanti tempat tujuan kita terlewat! Ah! Itu! Belok kanan, Levi-san!" balas Eren tiba-tiba.

"Apa?!" Levi kaget. Dibelokkan arah sepeda itu ke kanan secara tiba-tiba. Beruntung, tidak ada pohon maupun batu yang siap mencium bagian depan sepeda mereka. Mereka berdua pun sampai di tempat tujuan dengan selamat dan anggota tubuh yang masih lengkap.

"Dasar, bagaimana kalau kau sampai jatuh dan luka, hah? Untung saja aku mahir menggunakan sepeda," ucap Levi seraya menjitak kepala Eren yang berdiri di sampingnya. Tak sadar kalau dirinya lebih mengkhawatirkan Eren daripada dirinya sendiri.

(Cieee~)

"Ugh, maaf…." balas Eren seraya menunduk, Ia merasa cukup bersalah atas kecerobohannya sendiri.

"Hm? Levi-san! Lihat di sana!" Eren mengangkat wajahnya dan menunjuk kearah depan, membuat perhatian Levi berpindah ke arah yang ditunjuk Eren.

"Apa yang-"

"Hehe, keren kan?" Ujar Eren senang. Merasa berhasil menyelesaikan misi menghibur Levi.

Tempat yang dituju mereka berdua tak lain adalah ladang rumput yang luas dengan bunga-bunga liar yang rata-rata didominasi dandelion dan beberapa bunga matahari. Berdiri di hamparan ladang rumput yang luas sambil menikmati tenggelamnya sang surya penghias musim panas.

Levi terdiam seribu bahasa. Ia merasa Déjà vu.

Masih terdiam, Levi pun duduk. Eren juga ikutan duduk di sampingnya.

"Setiap kali merasa sedih, biasanya aku kesini dan duduk memandangi matahari tenggelam atau sekedar merangkai bunga-bunga dandelion menjadi mahkota bunga," ucap Eren yang sedang memetiki beberapa bunga dandelion dan bunga liar lainnya yang tumbuh di sekitar tempat ia duduk seraya bersenandung kecil.

"Ini untuk mu, Levi-san! Mahkota bunga dandelion dan sebuah semanggi empat kelopak! Semoga keberuntungan menyertaimu!" dipakaikan mahkota tersebut ke kepala Levi. Ditatapnya si Jaeger muda di sampingnya yang sedang tersenyum lebar. Manik Heterochromia Eren yang cantik terlihat serasi dengan senyum si empunya yang manis.

"Terima kasih, Eren."

Semanggi di tangan digenggam dengan perlahan. Levi segera bangkit berdiri.

"Ayo pulang."

.

-o0o-

"Huft…ternyata menggonceng bocah itu cukup membuat capek, dia lumayan berat…" sesampainya di rumah, Levi langsung ke kamarnya untuk mengambil handuk.

"Huh? Pintu kamarku tidak ditutup? Apa bibi lupa untuk menutupnya kembali? " gumam Levi heran. Dibukalah pintu kayu bewarna coklat marun tersebut.

Alangkah kagetnya Levi karena ada orang lain di kamarnya yang sedang mengacak-acak isi lemari baju dan membuat kamar miliknya yang selalu dalam keadaan super bersih dan rapi menjadi berantakan.

"Levi-sa…"

"Levi-san? sedang ap- Mikasa?! Apa yang kau lakukan?!" Eren tersentak kaget. Terlihat Mikasa yang diam mematung di depan lemari pada kamar yang tingkat ke-berantakannya sampai membuat orang awam sakit mata. (apalagi Levi, jangan ditanya deh…)

"A…anu. Eren, aku bisa jela-" Mikasa angkat bicara.

"MIKASA!" potong Eren dengan nada suara yang ditinggikan. Menggubris ucapan Mikasa yang belum selesai diucapkan.

Mikasa tersentak kaget. Ia tidak menyangka seorang Eren akan memarahinya seperti ini. Mikasa terdiam dengan wajah tertunduk dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Tunggu, Eren." Levi segera bertindak sebelum situasi kecil itu bertambah runyam.

"Mikasa, jelaskan apa maksud dari tindakanmu." Tanya Levi dengan nada yang agak ditekan karena merasa kesal.

Mikasa hanya diam. Perlahan ia mulai berbicara.

"Levi-san, sebenarnya aku yang seharian ini mengusilimu. Mulai dari menjatuhkan jemuran milikmu sampai mengacak-acak kamarmu karena aku…" Dilihatnya Eren yang berdiri tepat di samping Levi. Ia merasa ragu untuk melanjutkan ucapannya.

Melihat gesture Mikasa, Levi langsung tau maksud dari perbuatan si gadis bandana merah. Ia menghela napas, lalu melipat tangan di dada.

"Cukup, aku sudah tau. Mikasa, kau kumaafkan," raut wajah Mikasa berubah, Eren menghela napas lega, Levi melanjutkan ucapannya, "tapi, kau harus membersihkan dan merapikan kembali kamarku seperti keadaan semula. Tanpa debu setitikpun. Eren, kau juga HARUS ikut."

"Eeh?! Kok, aku juga?" Pekik Eren tidak terima.

"Aku tidak mau tau. Pekerjaan kalian harus sudah selesai sebelum aku selesai mandi," ujar Levi datar seraya melanggeng pergi menuju kamar mandi.

"Ck! Gara-gara kau Mikasa…" decak Eren sebal sambil mengerucutkan bibirnya. Diambilnya sebuah sapu dan diberikan ke si gadis surai hitam.

"Un…"

"Setidaknya… aku bisa berduaan bersama Eren… si cebol ternyata tidak terlalu menyebalkan…" Gumam Mikasa yang nge-blush selama kegiatan bersih-bersih berdua.

"Haah… Dasar bocah…" Pikir Levi dalam hati sambil menatap semanggi ditelapak tangannnya, ditemani uap yang keluar dari bak mandi berisi air hangat tempat ia berendam.

.

.

l- To Be Continue -l


a/n

Haihaiii~ lama tak berjumpa! maaf chapter 3 nya telat pake sangat…(T.T) /ditendang readers

Maaf kalau ga sesuai harapan…WB kelewat akut + bulan ini Author lagi sibuk-sibuknya di dunia nyata(?) jadi jarang online maupun nyentuh lappy-chan… (hiks)

di chapter ini kok ga ada humor yak? (baru sadar) Maaf deh, jadinya ga memuaskan…

Ah yaa… Special Thanks buat yang udah baca (silent readers maupun yang like/follow) dan yang sudah ninggalin review, terima kasih banyaaaaakkk! (peluk satu-satu)

Okedeh, sekian dari author. Sampai jumpa di Chapter 4! *lempar Confetti*

- Yuu . Kanacchi