Sasuke terkejut dan terbangun seketika saat terdengar suara genderang yang ditabuhkan pada tengah malam. Ia tak memiliki pilihan selain bergegas untuk menunggangi kudanya, begitupun dengan anggota pasukan lain yang sudah bersiap terlebih dahulu.

Sasuke tak mengerti mengapa mendadak terdapat instruksi untuk menyerang di tengah malam ketika Yashamaru tak mengatakan apapun padanya semalam. Dan ia bahkan langsung beristirahat setelah selesai berbincang dengan Itachi.

Yashamaru menghampiri Sasuke dengan kudanya setelah memberikan komado pada prajuritnya untuk menyerang. Dan Sasuke yang sebetulnya masih mengantuk segera bertanya, "Apa yang terjadi? Musuh melakukan serangan dadakan?"

"Tidak. Kita melakukan penyerangan mendadak. Aku mendapatkan informasi dari Itachi dan kami berdiskusi panjang. Aku memutuskan untuk mengubah strategi."

Sebetulnya Sasuke bisa saja melihat di kejauhan menggunakan sharingan, namun ia mengurungkan niatnya karena harus menyimpan chakranya.

Sasuke mengernyitkan dahi melihat para pasukan disekitarnya yang bergerak lebih cepat dibandingkan biasanya. Ia merasa heran, apakah mereka tidak berniat menyimpan tenaga agar tidak kelelahan di pertarungan?

Menyadari keterkejutan Sasuke, Yashamaru segera berkata, "Itachi melakukan infiltrasi dan mengetahui jika pasukan musuh tersisa kurang dari setengah. Raja maupun saudaranya berniat menunggu matahari terbit untuk mulai menyerang, maka sebelum musuh mulai menyerang, aku akan menyerang lebih dulu dengan serangan cepat dan mendadak. Posisi pasukanku juga menguntungkan, dan ini strategi yang sempurna untuk menang."

Yashamaru mengakhiri kalimatnya dengan seringaian yang terkesan angkuh. Ia begitu yakin jika kejatuhan kerajaan Suna sudah berada di depan mata.

Sasuke merasa benar-benar khawatir. Ia bahkan tak sempat bertemu dengan Naruto dan hanya fokus dengan perang selama beberapa hari terakhir. Ia tak tahu bagaimana keadaan di garis depan, namun ia berharap agar kekasihnya baik-baik saja.

.

.

Naruto menatap para pasukan di sekelilingnya yang sebetulnya tampak kebingungan. Mereka semua dibangunkan di tengah malam dan diminta untuk melakukan penyerangan dengan cepat ke ibu kota hanya dengan pengarahan singkat selama dua puluh menit.

Setidaknya mereka cukup beruntung karena beristirahat lebih cepat dibanding hari sebelumnya sehingga saat ini mereka sudah cukup beristirahat. Namun Naruto merasa tidak enak dengan para bawahannya karena ia sendiri tak memberitahu mereka mengenai rencana penyerangan meski ia sudah mendengar dari Yashamaru sendiri ketika lelaki itu memanggil para pemimpin pasukan untuk pertemuan mendadak beberapa jam sebelumnya.

Saat itu Naruto hanya bertemu dengan Itachi dan ia sama sekali tidak melihat Sasuke. Dalam hati ia bertanya-tanya mengenai keberadaan lelaki itu, dan ia berharap lelaki itu baik-baik saja.

"Semangat! Setelah penyerangan selesai, kalian bisa istirahat sepuasnya!" seru Naruto tiba-tiba kepada para bawahan disekelilingnya.

Para bawahan itu terkejut, namun raut wajah mereka terlihat bersemangat. Salah seorang dari mereka ingin menyerukan 'Hidup, Yashamaru-sama', namun rekan-rekan disekeliling orang itu segera menatapnya dan ia seketika terdiam.

Strategi yang diterapkan Yashamaru kali ini adalah penyerangan mendadak yang dilakukan secara cepat dan sunyi. Mereka diharuskan mengeluarkan suara seminimal mungkin, atau kalau perlu tanpa bersuara.

Dan sebetulnya Naruto telah membuat sebuah kesalahan kecil dengan meneriakkan kalimat penyemangat pada para bawahannya yang tampak kebingungan. Kini ia merasa tidak enak karena ia bisa merasakan tatapan menusuk dari orang-orang disekitarnya.

Untuk mempercepat gerak sekaligus menghemat stamina, para pasukan infanteri menumpang kuda yang digunakan pasukan berkuda hingga mencapai titik dekat ibu kota dan melakukan penyerangan.

Naruto menyadari jika pertempuran malam ini mungkin adalah pertempuran final dan ia khawatir dengan apa yang terjadi. Di pertempuran sebelumnya, hanya sedikit korban yang kehilangan nyawa mereka. Ia yakin pertempuran kali ini akan berbeda.

Naruto menoleh ke belakang, berharap agar ia bisa menemukan sosok Sasuke di kejauhan. Ia ingin melihat wajah lelaki itu selama ia masih berkesempatan untuk melakukannya, setidaknya satu kali.

Iris sapphire Naruto berusaha mencari sosok Sasuke yang berada di garis belakang, namun sosok lelaki itu tertutup oleh tentara lainnya meskipun saat ini Naruto berada di garis tengah.

Pada akhirnya, Naruto berhasil menemukan sosok Sasuke yang berada di dekat Yashamaru dan lelaki itu juga terlihat sedang berusaha mencari keberadaannya di antara tentara-tentara lain.

Sasuke sedikit mengangkat sudut bibirnya ketika pandangan mereka bertemu, dan tatapan lembut lelaki itu seolah menguatkan Naruto yang sejujurnya mulai merasa takut.

Naruto membalas senyuman lelaki itu dan saling menatap untuk sesaat sebelum mengalihkan pandangan. Ia tak berharap jika ini adalah kali terakhir bagi mereka untuk dapat saling menatap.

.

.

Seorang pemanah yang sedang bertugas menjaga perbatasan kota di malam hari menguap dan mengusap matanya yang berair.

Cuaca yang dingin membuatnya mengantuk dan ia bahkan tidak terlalu memperhatikan sekitar benteng yang seharusnya ia jaga.

Ia pikir matahari baru akan terbit dua jam lagi dan musuh pasti menyerang saat fajar, bukan di tengah malam yang dingin seperti ini. Ia yakin kalau pasukan musuh pun perlu beristirahat dan tidak mungkin menyerang dengan pasukan besar di waktu seperti ini.

Namun salah seorang rekannya menepuk bahunya dan berkata, "Kau mendengar suara derap kuda di kejauhan, tidak?"

Pemanah itu terdiam sesaat dan ia menganggukan kepala, "Ya. Aku juga mendengarnya. Pasukan musuh menyerang di jam seperti ini?"

Salah seorang rekannya yang lain memfokuskan penglihatannya. Malam masih gelap sehingga jarak pandangnya tak sejauh ketika siang hari. Namun ia bisa mendengar jika terdengar suara derap kuda yang sangat keras, menandakan jika ada ratusan kuda yang bergerak bersama di kejauhan.

"Bodoh! Seseorang cepatlah pergi ke camp dan bangunkan rekan-rekan kita yang masih beristirahat!" seru lelaki itu sambil berseru dengan nada meninggi.

Lelaki itu menatap rekan di sampingnya dan berseru, "Dan cepat siapkan senjata kalian! Mulailah memanah ketika musuh sudah berada di dalam radius yang bisa dijangkau dengan panah kalian!"

Sebetulnya lelaki itu bukanlah pemimpin pasukan. Perintah yang diberikannya juga refleks karena ia merasa khawatir di situasi genting seperti ini. Ia bahkan langsung memberi perintah tanpa berpikir sebelumnya.

Rekan-rekannya yang merasa panik hanya bisa menuruti perintah lelaki itu. Mereka bagaikan sekawanan domba yang berada di padang rumput tanpa sang penggembala. Dan mereka membutuhkan seseorang yang dapat mengambil peran 'sang penggembala' saat ini.

Lelaki itu menarik busurnya dan berada dalam posisi siap memanah. Ketika matanya menangkap pasukan infanteri yang menyerbu benteng, ia segera berteriak, "Sekarang!"

Ratusan anak panah terbang seketika dan para pemanah itu bersiap kembali menarik busur yang telah dipasangi panah kedua. Mereka yakin setidaknya ada beberapa pasukan infanteri yang terkena anak panah mereka, namun mereka terkejut ketika melihat sesuatu yang memancarkan cahaya berwarna ungu gelap dengan ukuran raksasa yang mendadak muncul di depan para tentara infanteri itu. Anak panah mengenai sesuatu yang tidak bisa mereka definisikan itu dan entah bagaimana seluruh anak panah itu terpental tanpa mengenai satupun pasukan infanteri.

"K-kak, apa itu?" ucap salah seorang pemanah dengan wajah tegang. Ia masih terkejut karena seluruh anak panah yang melesat tak ada satupun yang berhasil mengenai para pasukan infanteri musuh.

Lelaki itu menatap sesuatu yang ikut bergerak maju seiring dengan pasukan infanteri yang ikut bergerak maju, bagai tameng raksasa yang melindungi pasukan musuh.

Ia tak tahu mahluk apakah yang mendadak muncul itu. Namun jika dilihat dari bentuknya, mahluk itu terlihat memiliki tubuh raksasa, namun dengan struktur tulang yang tampak seperti tulang manusia. Terdapat pedang raksasa di tangan mahluk itu, namun hanya berbentuk setengah tubuh tanpa kaki. Dan wajah raksasa itu juga terlihat seperti monster bertanduk.

"Arahkan panah kalian pada monster itu!"

Para pemanah itu kembali menarik busur mereka, namun kali ini tangan monster itu bergerak untuk menangkis panah yang berterbangan dan seketika panah-panah itu berjatuhan di tanah.

"Ambil obor dan nyalakan api di ujung panah kalian sebelum diarahkan pada monster itu!"

Terdengar suara jeritan yang disusul dengan suara kayu yang rubuh. Monster itu mengarahkan pedangnya dan menghancurkan menara kecil dari kayu tempat dimana beberapa pemanah berada dalam sekali serang.

"SERAAANNNNGGGG!" teriak lelaki itu dengan sangat keras.

Anak panah yang disertai dengan api di ujungnya kembali berterbangan dan monster itu kembali berusaha menangkis panah-panah itu. Anak panah itu kembali tertangkis dan api dari ujung anak panah yang tertangkis itu mulai membakar sekelilingnya. Salah seorang pemanah bahkan terkena api dari anak panah yang tertangkis dan seketika menjerit kepanasan sambil berguling-guling serta membuang panahnya begitu saja.

Pemanah-pemanah itu hanya bisa menatap ngeri dan berharap agar bala bantuan segera tiba. Mereka tak sanggup menahan pasukan musuh yang kini mulai memasuki kota.

.

.

Sasuke menatap ke arah susanoo yang digunakannya dan mengamati pasukan musuh dengan intens. Ia bahkan sengaja pindah ke baris tengah agar dapat mengamati dengan lebih mudah setelah menerobos tentara di depannya.

Awalnya Sasuke sama sekali tak berniat menggunakan susanoo dan memilih membiarkan Itachi saja yang menggunakannya. Namun ia berubah pikiran setelah menyadari jika Naruto adalah pasukan infanteri dan merupakan yang paling rentan terkena panah yang diarahkan musuh.

Sasuke merasa jika ia harus melindungi Naruto meski harus menguras chakranya dan membuat seluruh tubuhnya terasa sakit sampai ke inti sel karena menggunakan teknik itu.

Tatapan Sasuke tertuju pada pasukan infanteri yang kini berhasil melewati gerbang dan mulai bergerak maju. Ia mengaktifkan sharingannya dan mencoba mengamati situasi di kejauhan. Dan ia menyadari jika Itachi yang menyerang dari arah lain juga mengaktifkan susanoo berbentuk seluruh tubuh dengan cahaya berwarna jingga kemerahan. Bahkan pasukan yang bersama dengan lelaki itu sudah masuk lebih dalam ke ibu kota.

Sasuke tak mengerti bagaimana bisa lelaki itu menggunakan susanoo seluruh tubuh ketika sebetulnya tidak perlu melakukannya. Lelaki itu jelas-jelas sedang membuang chakra untuk hal yang tidak berguna, entah seberapa banyak chakra yang dimilikinya.

Sasuke menatap sekeliling dan berusaha melihat ke arah lain. Ia bisa melihat begitu banyak pasukan yang juga menyerang ke ibu kota dari berbagai penjuru. Dan sesuai prediksi Yashamaru sebelumnya, saat ini merupakan puncak pertempuran yang akan menentukan berhasil atau tidaknya upaya yang dilakukan Yashamaru selama ini.

Mendadak Sasuke teringat dengan ucapan Itachi sebelumnya. Sebetulnya ia tak mau mempercayainya, namun ia mulai memikirkan kemungkinan dari perkataan Itachi mengenai Yashamaru yang berniat menyingkirkannya setelah perang berakhir.

Sasuke mulai merasa aneh karena Yashamaru melakukan perubahan strategi tanpa pemberitahuan terlebih dahulu sedangkan pasukan-pasukan lain tampaknya bahkan lebih tahu mengenai perubahan strategi itu ketimbang dirinya.

Semalam Sasuke memang sangat lelah hingga langsung tertidur pulas, namun bukankah seharusnya Yashamaru membangunkannya untuk memberitahu mengenai rencana perubahan strategi?

Sasuke merasa heran dengan alasan Yashamaru melakukan ini. Apakah lelaki itu ingin mengamati apa yang akan dilakukannya dalam situasi seperti ini untuk menguji apakah ia akan menganggu ambisi lelaki itu atau tidak?

Padahal Sasuke sama sekali tak pernah berpikir untuk menjadi pemimpin dimanapun. Ia bahkan tak berniat menjadi pasukan resmi di kerajaan manapun. Yang ia inginkan hanya menjalani kehidupan tersembunyi di dunia bawah tanah selama ia masih mampu mengambil pekerjaan sekaligus melindungi kekasihnya tanpa sedikitpun keinginan untuk menonjol.

Sasuke benar-benar bimbang, haruskah ia mengikuti saran Itachi kali ini? Lelaki itu adalah musuh, dan jelas-jelas itu adalah langkah yang bodoh untuk mengikuti ucapan musuh. Namun instingnya mengatakan kalau lelaki itu tulus dengan ucapannya. Ia tak mau mengakuinya, namun sejujurnya ia merasa kalau Itachi sedang melindunginya kali ini, entah apa tujuannya.

-TBC-