"Ini kopi mu, tuan Kim," jemari lentik pelayan pribadi itu meletakkan piring kecil dengan secangkir kopi hitam yang mengepul didalamnya, "Apa ada hal lain yang kau butuhkan, tuan?"

Sang majikan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, "Tidak, terimakasih, Kyungsoo. Kau boleh pergi sekarang." Pelayan bermata bulat itu tak henti-henti menyuguhkan senyumannya bahkan saat ia membungkukkan tubuhnya sedikit dihadapan majikannya sebelum pergi meninggalkan lelaki itu.

Mata sang majikan terus melekat kepada pelayan pribadi bertubuh mungil yang semakin menjauh.

Ia lalu mengangkat cangkirnya dan menghirup aroma kopi hitam kesukaannya sebelum menyesapnya dengan perlahan dan hati-hati tanpa ingin membuat bibirnya melepuh dan merusak pagi hari nan tenangnya.

- - LIES - -

Kyungsoo tersenyum sembari memakaikan jas ke tubuh tuannya, megangumi pria sibuk itu dalam diam.

"Bagaimana penampilanku?"

Sang pelayan pribadi mencoba untuk menahan kehangatan yang mulai menjalar di kedua pipinya, "Kau terlihat sangat tampan, tuan," kata-kata itu meluncur dengan tulus dari lidah Kyungsoo, hatinya berdebar semakin kuat saat sebuah senyuman terbentuk di bibir majikannya.

"Terimakasih, soo. Oh, dan berhentilah memanggilku tuan, yah walaupun aku menyukainya, tapi kau sudah lama bekerja untukku, panggil saja aku Jongin,"

Kyungsoo tertegun, mata bulatnya semakin melebar, "T-Tapi, itu kurang sopan.."

"Turuti perkataanku, soo,"

Lelaki bertubuh mungil itu lalu mengangguk pelan.

"Mulai sekarang kau harus memanggilku apa?"

Sang pelayan menggigiti bibir bagian bawahnya, "J-Jongin.." lidahnya kini mengecap rasa asing dari menyebut nama majikannya di hadapannya, sementara Jongin hanya tersenyum gemas melihat pipi Kyungsoo yang bersemu merah sambil mengucapkan namanya dengan malu-malu.

"Kau sangat menggemaskan, Soo. Kau pasti punya pacar,"

Kyungsoo menatap mata elang yang sedaritadi memperhatikannya, "Ah, iya, aku punya." "Dia sangat beruntung, kenapa kau tidak pernah bercerita tentangnya? kau masih saja canggung padahal kau sudah bekerja padaku cukup lama," Jongin tersenyum lembut kepada pelayan pribadinya.

Bohong..

Sang pelayan tersenyum kecil, "Tidak ada yang menarik dari kisahku.. Kurasa kau tidak akan tertarik," hatinya terasa sedikit nyeri akibat perkataannya sendiri.

Apa yang menarik dari kisah cinta yang kau karang sendiri? Apalagi saat kau berkhayal bahwa majikanmu adalah pacarmu. Menyedihkan.

"Tuan- maksudku, Jongin, kau harus berangkat sekarang," Kyungsoo kini tengah merapikan setelan yang dikenakan Jongin, menghilangkan kerutan-kerutan pada permukaan jas nya dengan sentuhan lembut.

"Baiklah, terimakasih banyak, Soo," Lelaki yang lebih tinggi lalu mengacak pelan rambut Kyungsoo sebelum pergi meninggalkan pembantu pribadinya dengan wajah merah yang hampir menyaingi tomat.

Kyungsoo sedikit terengah karena detak jantungnya yang kelewat cepat. Itu selalu terjadi saat ia ada di dekat tuannya. Bukan lancang, tapi Kyungsoo benar-benar telah terjatuh dalam pesona seorang Kim Jongin, majikannya sendiri, yang mana menjadi alasannya untuk terus menutupi perasaannya untuk lelaki itu. Kyungsoo masih tau diri.

Bukan uang yang ia harapkan, bukan tahta yang ia harapkan, melihat Jongin tersenyum karenanya saja sudah cukup bagi Kyungsoo untuk mati dalam kebahagiaan.

Kyungsoo membuka pintu kamar sang pemilik rumah, aroma maskulin langsung menguar memenuhi paru-parunya. Jongin selalu meninggalkan kamarnya dalam keadaan berantakan dan Kyungsoo bingung apakah ia harus bersyukur atau malah menggerutu. Tapi ia memilih untuk bersyukur, bersyukur karena setiap hari ia bisa menghabiskan sebagian waktunya untuk membersihkan kamar majikannya yang beraroma persis seperti tubuhnya. Terkadang Kyungsoo memejamkan matanya dan membayangkan dirinya dalam dekapan Jongin. Aroma memabukkan itu terus mengalir dalam saluran pernapasannya, ia bisa membayangkan hangatnya tubuh Jongin dan otot-otot pada tubuhnya yang bersentuhan dengan tubuh mungil Kyungsoo.

Sudahlah..

Kyungsoo menghela nafas dan segera mengembalikan barang-barang yang berserakan di tempat tidur majikannya ke tempat yang seharusnya sebelum ia mulai melipat bedcover dan membereskan sprei.

- - LIES - -

"Apa kau sudah makan?"

Kyungsoo tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, "Kau harus makan. Biar kubuatkan, kau mau makan apa?" lelaki dengan tubuh jangkung itu tersenyum dengan sangat tampan. Sang pelayan tertawa sedikit, "Chanyeol, aku ini pelayan, bukan tuan rumah, seharusnya kau tidak melayani aku," ucapnya sambil duduk dan minum segelas air.

"Bagaimana kalau aku mau?" entah darimana datangnya sepiring nasi goreng lengkap dengan telur goreng diatasnya, tapi yang jelas sang koki pribadi itu telah menyodorkan masakannya kepada Kyungsoo, "Habiskan atau aku akan marah,"

Pelayan pribadi Jongin itu lalu tertawa kembali, "Keras kepala," ia berusaha memukul kepala Chanyeol, namun tidak berhasil bahkan setelah ia menjinjitkan kakinya. "Kau tidak bisa memukulku, pendek," goda Chanyeol sambil tertawa. Bibir tebal berbentuk hati itu kini manyun. "Cepat habiskan sebelum Jongin kembali," ia mengacak rambut Kyungsoo. Lelaki mungil itu lalu mulai memakan masakan buatan Chanyeol.

"Hei, caplang, terimakasih ya makanannya. Yah walaupun rasanya tidak terlalu enak," canda Kyungsoo sambil memukul lengan Chanyeol. Ia meringis. "Aku tidak bisa menjamin apapun untuk pelanggan yang tidak bayar," balas Chanyeol dengan serigai.

"Kyungsoo!"

Lelaki mungil itu terkisap dan segera lari meninggalkan dapur untuk mendatangi majikannya yang baru saja pulang kerja. Suara Jongin membuatnya lupa akan kehadiran Chanyeol.

"Ya, tuan- maksudku, Jongin" ia langsung menolong Jongin untuk membuka jas dan dasi nya. Saat-saat yang membuatnya merasa seperti istri Jongin. "Tolong siapkan air hangat, aku ingin berendam." "Baiklah," sahut Kyungsoo yang masih berkutat dengan simpul pada dasi majikannya.

Mata Jongin menatap bibir tebal nan lembab itu dengan lekat, warnanya sungguh menggoda. Sudah lama ia ingin mencicipinya, dan tanpa sadar ia memang tengah melumat bibir Kyungsoo yang sekarang membeku di hadapannya.

Pelayan pribadi yang tadinya terkejut justru memejamkan matanya dan membiarkan Jongin melanjutkan aksinya.

Ini bukan yang pertamakali untuk keduanya, terkadang Jongin mudah terbawa suasana. Ia bahkan pernah hampir meniduri Kyungsoo kalau saja Chanyeol tidak menginterupsi kegiatan mereka.

Ciuman itu tak berlangsung lama, hanya sampai bibir hati sang pelayan sedikit membengkak dan basah. Keduanya terengah dan sibuk mengatur nafas masing-masing.

"Aku akan menyiapkan air nya.." ujar Kyungsoo sambil melepaskan lengan Jongin dari pinggangnya sebelum pergi meninggalkannya ke kamar mandi.

Seharusnya ia pergi selagi ada kesempatan, tapi ia memilih untuk menetap dan jatuh lebih dalam lagi kedalam pesona Kim Jongin, ia bahkan membiarkan Jongin mendorongnya lebih jauh kedalam permainannya. Bagi Kyungsoo, perasaan ini terlalu memabukkan, ia rela membiarkan Jongin mencium dan menyentuhnya tanpa ada ikatan atau kepastian diantara mereka.

Kyungsoo sudah buta.

.
.

.

.

TBC