Chapter 8

Warning: WonKyu, Chaptered, Slash, Mpreg, OOC, AU, Typo(s)

Disclaimer: This story is mine.

.

Note: FF ini punya alur yang sangat-sangat lambat. Kemungkinan 70% pembaca akan terjangkit penyakit bosan akut setelah membaca FF ini. Yang berharap hubungan Wonkyu cepat-cepat harmonis, mungkin akan kecewa. Karena cinta butuh waktu.

Selamat membaca.

.

oooOoooOooo

.

Terbangun ditengah malam, memang sering kali dialami Kyuhyun akhir-akhir ini. Mungkin bisa dibilang sering. Ia sudah mengalami ini sejak peristiwa–keparat–itu terjadi. Juga, sejak dia memiliki teman tidur yang sama sekali tidak pernah diharapkan dalam hidupnya.

Matanya berkedip sejenak untuk mengusir kantuk. Kyuhyun menghela nafas lelah. Bisakah Tuhan tidak membuat hidupnya menderita, bahkan untuk sedetik saja? Agar ia bisa sedikit bernafas lega. Entah sudah berapa malam terlewati dengan keadaan yang sama.

Kyuhyun selalu mendapatkan tubuhnya yang sudah lelah itu, terkungkung erat dalam sebuah belitan. Akan selalu ada tangan besar yang tiap malam tidak pernah bosan tersampir di atas perutnya; merengkuh pingganggnya cukup erat dalam sebuah pelukan.

Cih! Jangan lagi menebak! Itu memang tangan Siwon, si gay keparat yang sudah membuat Kyuhyun hidup bagaikan di neraka.

"Choi! Enyahkan tanganmu dari atas tubuhku!" Kyuhyun mengerang dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki ketika terbangun dari tidur. Ia juga sudah berusaha menggerakkan tubuhnya agar bisa lepas dari jeratan lengan Siwon.

Tapi si tampan seolah tidak peduli. Atau mungkin tidak benar-benar sadar jika Kyuhyun-nya terganggu. Dia–hanya bergumam malas dalam tidurnya. Siwon malah menaikkan sebelah kakinya, mendaratkannya di atas kedua paha Kyuhyun. Tangannya pun bergerak refleks, memeluk si pucat makin erat dalam dekapannya. Memperlakukan Kyuhyun layaknya sebuah guling.

Kyuhyun makin jengkel ketika Siwon membenamkan wajah makin dalam di sela ceruk lehernya.

"Tch!" Sebuah decakan terlontar. Sumpah demi apapun! Kyuhyun benar-benar tersiksa dengan hidupnya yang seperti ini. "Choi lepaskan tangan sialanmu itu! Aku akan membunuhmu jika kau tidak melepaskannya. Jangan berpura-pura tuli! Atau aku akan membuat hidupmu tidak akan tenang sampai kau mati".

Kyuhyun yang sudah tidak lagi dapat berbuat apa-apa, hanya bisa menggerutu lemah di ujung kantuk yang menyerangnya. Setelah bosan menggerutu, Kyuhyun akan tertidur kembali.

Masih dalam pelukan Siwon.

Dan begitulah yang akan selalu terjadi jika Kyuhyun terbangun dari lelapnya. Hal yang sama akan selalu terulang, disetiap malamnya.

Siwon memang tidak pernah menyakitinya secara fisik ketika dia mendekap Kyuhyun dalam tidur. Siwon hanya memeluknya. Well, pelukannya memang sedikit erat. Sayangnya, pelukan yang menurut banyak orang adalah bentuk perlindungan dari sebuah kasih sayang, tidak pernah dirasa sama oleh Kyuhyun.

Bagi Cho Kyuhyun, ini semua terlalu menyiksa. Lelah yang mendera Kyuhyun memang tidak pernah menyiksa fisiknya secara langsung.

Tapi percayalah, mendapatkan seorang teman, laki-laki, yang dalam kondisi kejiwaan sakit sepertiSiwon, itu sangat menyiksa mental juga pikirannya.

.

.

.

Jaejong tidak tahu apa yang harus ia lakukan ketika melihat seorang laki-laki tinggi, bertubuh tegap dan kekar, sedang menutup pintu rumah mereka. Belum lagi pria itu masuk sambil mengendap-endap. Hampir saja Jaejoong berteriak, jika tidak menyadari pria itu adalah adik iparnya.

"Siwon-ah?"

"Sshh!" Sang adik ipar memperingati sambil tersenyum kecil.

Tapi Jaejoong masih saja penasaran. Apa penyebab Choi bungsu itu ada di rumah sesiang ini? Seharusnya, pekerja seperti Siwon masih dalam jam sibuknya disiang hari seperti ini.

"Hyung, dimana Kyuhyun-ku?" Sengaja Siwon berbisik demi meredam suaranya.

Oh, Jaejoong mengerti. Beberapa saat yang lalu, Siwon memang mengirimkan sebuah pesan singkat padanya. Siwon bertanya, perihal: 'apakah Kyuhyun ada dirumah saat ini?' . Mungkinkah Siwon merindukan si pucatnya, sampai-sampai dia pulang kerumah? Ah, dasar pengantin baru. Jaejoong jadi ikut merindukan Yunho-nya.

Tanpa bersuara, Jaejoong menunjuk ke arah dapur. Tempat dimana subjek yang ditanyakan oleh Siwon berada. Jaejoong hanya geleng kepala melihat tingkah kekanakan Siwon. Adik iparnya terus berjalan mengendap-endap ke arah dapur. Dia bahkan sengaja tidak memakai sandal rumahnya agar suara langkahnya tidak terdengar.

.

'H-hei!'

Siapa yang tidak terkejut, jika menemukan sepasang tangan besar yang tiba-tiba memelukmu dari belakang?

Itulah yang dialami Kyuhyun sekarang. Jantungnya seperti ingin melompat keluar karena terlalu terkejut. Belum lagi suasana rumah yang sepi. Benar-benar perpaduan yang sempurna untuk membuat kerja jantungnya berpacu makin cepat.

Sang pelaku terkekeh, gemas dengan respon yang diberikan Kyuhyun. "Ini aku, sayang. Tidak perlu takut", kata Siwon menenangkan, masih memeluk BabyKyu-nya dari belakang. Kedua tangan Kyuhyun turut digenggam lembut. Menahan si pucat yang terus meronta, agar tidak lepas dari pelukannya.

"Yak! Apa yang kau lakukan?! Lepaskan tanganmu, sialan!"

"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" Berbeda dengan Kyuhyun, Siwon hanya menanggapi makian ketus itu dengan santai. Melepas rindunya sejenak, Siwon menenggelamkan hidungnya kedalam ikal coklat menggemaskan yang beraroma menyegarkan.

"Yak! Keparat. Lepaskan! Yak!"

Geli Siwon tertawa. Melihat BabyKyu-nya bersungut kesal seperti itu adalah hal paling menggemaskan di seluruh dunia.

"Tenang dulu, Baby. Lihatlah apa yang ku bawa". Siwon menggantungkan sebuah kunci di depan wajah Kyuhyun. Tentu membuat si pucat memutar bola matanya malas. Siwon masih memerangkap Kyuhyun dalam pelukannya, tanpa kesulitan sedikit pun walau hanya menggunakan sebelah tangan.

"Itu kunci, bodoh! Yak! Lepaskan aku!" Walaupun kesal, nyatanya Kyuhyun masih tetap menjawab pertanyaan bodoh dari Siwon.

"Tentu saja, sayang. Ini kunci. Dan kunci ini milikmu", katanya menjelaskan. "Ah, tidak, tidak. Aku hanya memperbolehkanmu meminjamnya sebentar". Dengan cepat Siwon meralat perkataannya, sebelum Kyuhyun berulah seperti anak liar karena terlalu senang.

"Sebenarnya apa yang ingin kau katakan, sialan? Aku tidak mengerti".

Siwon berpindah. Dagunya kini bertengger di bahu Kyuhyun. Sesekali mencuri kesempatan untuk mengecupi leher Kyuhyun yang putih menggoda. "Ini kunci mobilmu, Baby. Kau lupa?"

Kyuhyun tertawa sinis. "Tipuan apa lagi yang kau buat sekarang, Choi?"

Semudah membuka halaman buku, Siwon memutar tubuh Kyuhyun untuk menghadap padanya. "Pertama, aku bukan pesulap. Ini bukan tipuan, ini benar-benar kunci mobilmu. Yang kedua, aku tidak pernah berniat untuk menipumu". Kyuhyun sudah tersudut di counter dapur, Siwon benar-benar tidak memberikan celah sedikit pun padanya untuk kabur. "Maaf, aku baru bisa mengembalikannya padamu sekarang".

Sepersekian detik, Kyuhyun sempat mempercayai nada tulus dari kalimat terakhir Siwon. Memang sulit membujuk Appanya, semua orang paham akan hal itu.

Tapi tunggu, ini hanyalah tipuan! Siwon itu licik. Cih!

"Ada apa, Baby? Kau tidak mau kunci mobilmu?" tanya Siwon ketika Kyuhyun masih saja menatapnya dengan sinis.

"Benarkah ini kunci Amun?" selidiknya. Matanya bahkan ikut menyipit, menatap Siwon dan kunci yang tergantung di depan wajahnya, bergantian.

Terkekeh sekali lagi. "Aku belum berkenalan dengannya, sayang. Aku tidak tahu, kalau namanya Amun. Tapi, ini benar kunci mobilmu yang berwarna hitam itu".

Kyuhyun mendengus. Kesal pada Siwon karena senang sekali menggodanya. "Cepat berikan!"

Sebelum Kyuhyun meraih kunci mobilnya, Siwon sudah terlebih dahulu menyembunyikan kunci itu ke dalam genggaman tangannya.

"Ini tidak gratis, sayang. Mengambilnya dari tangan Cho Abeoji itu sulit. Jadi.."

Itu benar. Kyuhyun paham, kepala Appanya memang sekeras batu. Belum lagi kebiasaan Yeunghwan yang senang sekali membuatnya menderita.

"Jadi?" Kyuhyun mendesak. Penasaran dengan kalimat yang sengaja digantung oleh Siwon.

"Aku mau imbalanku".

"Yak!" Imbalan apa lagi yang kau minta, sialan! Apakah pengorbanannya selama ini tidak cukup bagi Siwon? Dan, tunggu! Ini tidak masuk dalam perjanjian. Kyuhyun bersedia menikah dengan Siwon, dan Siwon mengembalikan semua mobilnya, hanya itu isi perjanjian mereka. "Berapa yang harus kubayar? Katakan saja. Secepatnya akan ku bayar".

Siwon menggeleng gemas. "Bukan imbalan seperti itu yang ku minta, baby".

"Tidak perlu bertele-tele, Choi!"

"Berikan saja padaku, senyummu yang paling manis, Kyuhyunnie!"

Satu alis Kyuhyun naik. Ingin rasanya memukul wajah menyebalkan Siwon dengan raket tennis milik Appanya saat ini.

"Cih! Cepat berikan kuncinya padaku!"

Senyum geli terukir di bibir joker. Benarkah Kyuhyun sedang menyembunyikan wajah menggemaskannya yang memerah darinya?

"Geurae, akan kuberikan. Tapi, kau harus makan siang dulu sebelum keluar".

Sial! Choi Siwon itu banyak maunya. Dan dia itu si tukang perintah. Kyuhyun membencinya, sangat. "Aku sudah makan, Choi. Sekarang berikan kuncinya!"

"Bagaimana aku bisa percaya padamu?"

"Jadi kau mengatakan aku pembohong, begitu?!"

"Tidak. Sayangku tidak pernah berbohong. Kau hanya sedikit nakal jika sudah menginginkan sesuatu!

"Yak! Berikan!"

"Tidak, sebelum aku melihatmu makan, di depan mataku".

"Choi!"

"Makan atau tidak sama sekali".

"Yak!"

Jaejoong terkikik kecil di balik pintu. Menonton perdebatan Kyuhyun dan Siwon, membuatnya benar-benar merindukan Yunho. Apakah semua pengantin baru memang semanis ini? Apakah dulu ia juga se-cheesy ini ketika baru menikah?

Seulas senyum melengkung di sudut bibir Jaejoong. Bahagia rasanya melihat keduanya rukun. Tidak seperti Siwon dan Kyuhyun yang biasanya, yang selalu bertengkar, hingga suaranya (Kyuhyun) terdengar sampai keluar kamar.

Satu yang Jaejoong takutkan. Ia khawatir, putra mungilnya akan terbangun ketika mendengar suara Kyuhyun. Entahlah, apa yang sebenarnya terjadi dengan Moonbin. Yang Jaejoong tahu, anaknya itu akan segera beranjak ketika mendengar suara Kyuhyun, dimana pun atau apapun yang sedang Moonbin lakukan, bahkan ketika sedang tidur sekalipun.

.

"Baby, cepat kemari".

Kyuhyun mendengus di ujung meja. Choi Siwon–keparat, benar-benar serius dengan perintahnya. Lima piring kecil berisi lauk-pauk sudah diletakkannya di atas meja makan. Lengkap dengan semangkuk nasi hangat, juga segelas air dan potongan buah segar.

"Kau tidak akan mendapatkan kunci mobilmu jika terus berdiri di sana", katanya lagi, berusaha membujuk si nakal kesayangannya.

Senyum geli mampu disembunyikan Siwon, ketika melihat Kyuhyun-nya hanya diam dengan bibir kissable yang dipout menggemaskan. Tapi matanya tidak pernah berhenti untuk menatap benci pada Siwon.

"Baby".

"Sudah kukatakan jika aku sudah makan. Jadi, berikan saja kunci itu padaku!"

"Tidak".

"Choi!"

"No, Baby. No". Siwon menggeleng dengan tangan terlipat di depan dada. "Perjanjiannya adalah makan, dan kau mendapatkan kuncinya. Tidak sulit. Sekarang kemari", panggilnya. Sebelah tangan kekarnya sudah terentang, menyambut Kyuhyun agar mendekat.

"Aku tidak pernah berjanji. Kau yang memaksa!" Si pucat mengingatkan jika dia tidak pernah menyetujui perjanjian, atau apapun itu, seperti yang Siwon katakan.

"Baiklah, akan ku kembalikan kuncinya pada Cho Abeoji. Dan aku akan menjelaskan padanya, jika kau sudah tidak memerlukan kunci itu lagi".

"Namja KEPARAT!"

Siwon bisa menangkap merah di kedua mata Kyuhyun, ketika si pucatnya berteriak, mengumpat padanya dengan kata-kata kasar. Siwon paham jika Kyuhyun-nya marah.

Maka dari itu, Siwon bersedia mengalah.

"Satu atau dua suap saja. Apa itu terlalu sulit?" Nada bicaranya melembut. Bukan lagi memerintah. Siwon masih mencoba membujuk, bahkan sedikit memohon.

Seperti yang sudah dikatakan Siwon tadi, Kyuhyun-nya akan menjadi sedikit nakal dan keras kepala ketika menginginkan sesuatu. Tidak ada yang bisa menjamin itu fakta ataukah dusta, ketika Kyuhyun mengatakan bahwa dirinya 'sudah' makan.

.

"Kau belum makan sayurnya, Kyu".

"Aku tidak makan itu!" balasnya sengit. Mengingatkan Siwon sekali lagi; jika dirinya bukan pemakan dedaunan.

Siwon terkekeh. Senang mendapatkan si pucat tersayangnya menjalankan perintahnya dengan patuh. Kyuhyun tetap menurutinya, walaupun dari cara mengunyahnya yang serampangan, Siwon tahu jika Kyuhyun menyimpan kekesalan padanya, sebesar Siwon mencintainya.

Melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya sekali lagi. Hatinya berucap maaf berulang kali untuk mertuanya, karena sudah berbohong.

Siwon terpaksa–sebenarnya.

Hanya satu jam, Siwon meminta ijin pada Yeunghwan. Dengan sengaja, berbohong jika dia sudah berjanji pada Kyuhyun untuk menjemputnya di kampus. Seharusnya, Siwon sudah kembali lagi ke kantor, dua puluh menit yang lalu. Duduk manis di ruang kerja pribadi milik mertuanya, dan membantu Yeunghwan memeriksa berkas-berkas penting perusahaan yang menggunung.

Tapi demi Kyuhyun, Siwon rela melakukan apapun.

Ah, si pucatnya yang satu itu.. Siwon benar-benar tidak tahan karena perang dingin yang dideklarasikan oleh Kyuhyun secara tidak langsung, sejak dua hari yang lalu. Siwon lebih senang melihat Kyuhyun berteriak, atau memaki dirinya dengan umpatan kasar, dari pada harus didiamkan selama berhari-hari seperti itu.

Kyuhyun bahkan hanya menggunakan dua kata ketika berbicara padanya. Hanya kata 'hm' dan 'tidak'. Sisanya, Kyuhyun hanya akan menjawab pertanyaan yang Siwon ajukan dengan.. diam.

Permasalahan ini bermula karena Kyuhyun tidak bisa memenangkan lomba balapnya. Siwon mengaku, ini memang salahnya. Seharusnya, waktu itu Siwon berkata jujur ketika mengembalikan mobil balap kesayangan Kyuhyun, saat si pucatnya yang tersayang jatuh sakit.

Siwon hanya membawakan Kyuhyun mobil hitamnya, tanpa benar-benar membawa kuncinya pulang. Karena memang itulah syarat yang diberikan Yeunghwan. Meski Siwon sudah membujuk mertuanya dengan cara apapun.

Tapi, jika Yeunghwan tidak mengijinkan, Siwon bisa apa?

Sebenarnya Siwon mengerti, apa yang dirasakan oleh mertuanya ketika merelakan putra satu-satunya nekat ikut balap liar hanya untuk sebuah kesenangan. Hasil yang tidak seberapa, tapi nyawa taruhannya.

Siwon sudah merasakannya sendiri. Jadi dia bisa mengerti bagaimana kekhawatiran Yeunghwan untuk melepaskan Kyuhyun memakai mobilnya.

"Jangan lupa makan buahnya, untuk menganti sayuranmu yang tidak pernah kau makan", kata Siwon masih mencoba mengingatkan Kyuhyun untuk kebutuhan seratnya.

"Berisik! Kau tidak berhak memerintah padaku!" Kyuhyun menghempas kasar mangkuk nasinya yang sudah kosong sempurna. Lalu dengan cekatan menyambar strawberry merah menggoda dengan ujung garpunya. Menjejalkan buah kaya vitamin C itu ke dalam mulutnya yang masih penuh dengan suapan nasi terakhir. Mengunyah strawberrynya dengan kejam, sebagai pelampiasan rasa kesalnya pada si tampan.

Siwon berjalan mengitari meja, demi jemarinya bisa meraih ikal kecoklatan yang berdiri agak kusut di atas kepala Kyuhyun. Merapikannya sedikit, sambil berpesan, "Sebentar lagi malam, jangan terlalu lama bermain dengan mobilmu". Lalu meletakkan sebuah kunci mobil tepat di atas meja Kyuhyun.

Sebuah kecupan di atas surai ikal, menjadi penutup, sebelum Siwon benar-benar pergi meninggalkan Kyuhyun yang malah berdecih kesal karena perilaku manis yang Siwon berikan padanya.

.

.

.

Pangkal hidung mancung Siwon mengernyit, begitu ia membuka pintu kamar. Batuk adalah refleks pertama Siwon untuk menjaga pernafasannya dari partikel kimia berbahaya yang berjejalan, memenuhi udara di dalam kamar.

Ada seseorang yang duduk di depan meja rias. Sedang mematut diri di depan cermin. Wajahnya? Entahlah. Siwon tidak begitu yakin, siapa yang sedang duduk di sana. Dan begitu matanya berhasil mengidentifikasi, Siwon tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak. Siwon hanya terlalu terkejut.

"Baby?!"

Dia, yang terbiasa dipanggil seperti itu oleh Siwon, hanya melirik malas pada si namja tampan. Menatap balik Siwon dengan ujung matanya, melewati cermin. Sementara, tangannya masih terus bergerak. Cermat mengulas ujung runcing eye liner pada pangkal bulu matanya. Demi memberikan sebuah efek dramatis, dan menjadikan matanya terlihat lebih menyeramkan.

Siwon menarik nafas dalam, lalu membuangnya perlahan, sebelum memberondong si pucat kesayangannya. "Ya Tuhan, Kyu". Namun hanya itu yang mampu Siwon katakan.

Kaleng berisi gas yang sudah dipersiapkan di atas meja, disambar cepat. Kyuhyun menyemprotkan isinya asal pada rambutnya yang sudah ditata sedemikian rupa. Entah apa nama style rambutnya sekarang. Rambut ikalnya sengaja dibuat acak dengan aksen jabrik di atas.

Surai ikal yang selalu menjadi sasaran favorite tangan gemas Siwon, kini telah berubah warna. Warna aslinya yang coklat indah, berganti menjadi merah menyala yang agak menyakitkan mata. Kyuhyun memang sengaja menyemprotkan pewarna merah temporary pada rambutnya. Lagi-lagi hanya demi mengubah penampilannya agar terlihat lebih garang.

Si tampan terbatuk lagi. Tapi sama sekali tidak menghentikan langkahnya untuk mendekati Kyuhyun. Jemari panjang dan kurus–milik namja pucat–disambar, lalu diperhatikan dengan teliti.

Siwon berusaha untuk tidak mempercayai apa yang ditangkap oleh retinanya. Tapi ini terlalu nyata untuk ukuran sebuah mimpi. Hitam pekat telah melapisi sempurna kutikula di jemari yang ada dalam genggaman tangannya kini. Benarkah ini jemari milik Kyuhyun? Mungkin ada seseorang usil yang telah menumpahkan tinta di jemari milik Kyuhyun.

"Oh, Baby".

Erangan frustasi Siwon, malah membuat smirk andalan Kyuhyun melengkung sempurna. Sungguh puas ketika mendapatkan wajah Siwon yang terus berkerut-kerut aneh. Itu adalah tanda, jika penampilannya saat ini memang membuat orang yang melihat, tidak mengenali dirinya. Kyuhyun menunggu dengan semangat, komentar apa lagi yang akan dikatakan Siwon.

"Kyu, apa yang kau lakukan pada kuku-kuku indahmu?" Akhirnya, Siwon sudah mendapatkan kembali kemampuannya untuk berbicara.

Si pucat–yang kini terlihat menyeramkan–mencebil. Tidak terima dengan komentar Siwon. Hei, yang gay di sini adalah Siwon. Tapi kenapa malah dirinya yang dituduh seolah-olah tidak normal?

"Ini fashion, kau tahu!" Kyuhyun menarik paksa tangannya yang masih digenggam oleh Siwon. Sekali lagi memperhatikan hasil karyanya. Tidak buruk. Sudah lama Kyuhyun tidak mengecat kuku tangannya dengan kuteks hitam.

Layaknya seorang ayah yang mendapatkan anak gadisnya merajah seluruh tubuhnya dengan tattoo, seperti itulah reaksi Siwon saat ini. Sibuk meneliti penampilan Kyuhyun dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

Rambut acak seperti tersapu oleh topan, berwarna merah yang menyakitkan mata. Jaket kulit hitam dengan jeans ketat. Sepatu bersol tebal seperti berandal pinggir jalan. Jangan lupakan aksesoris logam di leher juga kedua pergelangan tangan.

Penampilan Kyuhyun saat ini benar-benar seperti remaja kurang kerjaan yang ingin cari ribut.

"Sebenarnya apa yang akan kau lakukan, huh? Kenapa berpakaian seperti ini?" tanya Siwon tidak mengerti. Sedikit memijat pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut. Si pucat yang satu ini, memang tidak pernah berhenti membuat kepalanya sakit.

Kyuhyun buang muka. Enggan melihat ke arah Siwon. Entah mengapa ia merasa kecewa. Ini mungkin akan menjadi hari bersejarah untuk-NYA, bukan untuk Siwon. Wajar jika Siwon tidak peduli.

Seolah tidak sadar jika rambutnya sudah tidak lagi berbentuk, Kyuhyun menambahkan lagi pewarna merah di sana. Juga menambahkan dua gelang beraksen duri di tangannya.

"Kyu, kau belum menjawabku", Siwon memberondong. Menuntut jawaban.

Si pucat tersenyum. Senyum sinis khas miliknya. "Inilah aku, jika kau ingin tahu. Inilah Cho Kyuhyun yang sebenarnya". Ia memberanikan diri menatap Siwon, menantangnya secara tidak langsung. "Cho Kyuhyun tidaklah lemah, tidak seperti yang kau pikirkan selama ini. Aku bisa melakukan sesuatu dengan caraku sendiri".

Siwon balas menatapnya tidak mengerti. Sibuk mencerna kalimat yang diucapkan istrinya. Demi Tuhan! Siwon tidak pernah menganggap Kyuhyun-nya lemah. Choi Kyuhyun-nya hanyalah remaja delapan belas tahun yang kesepian. Dia sama sekali tidak menganggap Kyuhyun seperti apa yang dituduhkan.

Obsidian masih sibuk menyelami coklat karamel di hadapannya, yang–kali ini–terlihat lebih kelam. Tersimpan kesedihan dalam kelam matanya. Siwon dapat melihatnya. Walaupun samar.

Menghela nafas lelah. "Tidak, sayang. Kau pun mengerti, bukan itu yang ku maksud". Tangan Siwon meraih Kyuhyun yang hendak beranjak. Sudah jelas, Kyuhyun menghindarinya. "Jelaskan padaku, apa yang ingin kau lakukan sekarang? Hanya itu pertanyaanku".

Si pucat terkekeh. Tawanya sumbang dan menyedihkan. Suaranya menggema pelan di dalam kamar. Satu alisnya naik sebelum menjawab, "Hari ini, akan ku buktikan pada semuanya, jika aku masih bisa melakukan semua dengan usahaku sendiri". Senyum kecut dilemparkan Kyuhyun pada suaminya, lalu dilepas dengan paksa tangan Siwon yang masih bertahan di bahunya.

Siwon harus selalu bisa memutar isi kepalanya demi untuk mengerti apa yang diinginkan Kyuhyun. Karena si pucat-nya hanya akan menjawab segala pertanyaan Siwon dengan seribu teka-teki yang harus Siwon pecahkan sendiri.

Tapi ketika Kyuhyun mendekat ke arah jendela dan memandang benda hitam yang sudah terparkir dengan sangat gagah di halaman, Siwon mengerti. Teka-tekinya terpecahkan.

"Apa hari ini balapannya akan berlangsung?

Pertanyaan Siwon diacuhkan, lagi. Kyuhyun malah lebih tertarik merapikan gelang duri yang sudah terpasang di tangannya.

"Hei–sayang, tolong jawab aku". Sebuah anggukan singkat dari Kyuhyun, sudah cukup untuk menjawab semua kekhawatiran Siwon. "Aku berdoa untuk kemenanganmu hari ini. Semoga Tuhan selalu menjagamu".

Tidak ada yang tau bagaimana senangnya Kyuhyun mendapatkan kalimat itu terucap untuknya. Kyuhyun itu termasuk orang yang sulit tersenyum. Maka ia hanya mengangguk untuk membalas kalimat Siwon.

Tekadnya sudah bulat. Kyuhyun akan menjadikan malam ini untuk menjadi saksi; Cho Kyuhyun tidak lemah. Semua orang yang meremehkannya, pasti akan menyesal.

Dia sudah berjanji.

"Pastikan perutmu terisi, sebelum memulai balapannya, baby".

Kyuhyun memutar matanya jengah. Siwon itu pintar sekali membuatnya kesal. Baru sedetik dia percaya dengan dukungan yang Siwon berikan, tapi detik berikutnya, Siwon sudah membuat Kyuhyun kembali menyimpan kekesalan di atas kepalanya.

"Akan kubuatkan apapun yang kau inginkan. Makanlah yang banyak agar energimu terisi penuh."

Astaga!. Kyuhyun tidak tau, jika seorang yang orientasi seksualnya menyimpang seperti Siwon, terkadang bisa berubah menjadi seperti ahjuma-ahjuma cerewet. Siwon selalu saja mengingatkannya tentang makan disetiap kesempatan. Kyuhyun jadi teringat pada mendiang neneknya saat kecil dulu.

Suatu saat Kyuhyun harus mengingatkan pada Siwon, jika dia benar-benar membencinya. Sangat.

Brak!

Suara bantingan pintu membuat Siwon menoleh cepat. Menyadarkan Siwon jika saat ini hanya ada dirinya di dalam kamar.

"Kyu? Baby? Sayang?"

Niatan awalnya adalah berganti baju. Tapi rasa cemasnya pada si pembuat onar, tidak pernah terkalahkan oleh apapun. Siwon bahkan lupa memakai kaosnya. Mungkin akan ada banyak perawan yang akan menjerit histeris ketika mendapati si tampan bertelanjang dada, berlarian di halaman. Sayangnya, Siwon tidak pernah peduli. Yang ada dipikirannya saat ini adalah mengejar si pucat. Dan memastikannya makan, sebelum keluar rumah.

.

TBC

.

Bagi yang mau liat bagaimana penampakan ala brandalan BabyKyu waktu mau balapan, coba buka link di bawah ini. Jangan lupa hilangkan spasinya ya..

i48. tinypic zph10. jpg

oi47. tinypic vybdwp. jpg

Alya terharu, karena ternyata masih ada yang nungguin ff abal-abal ini, walaupun hanya segelintir #ciumsatusatu. Ini baru dibuat kemarin. Mian kalau typonya bertebaran juga tanda baca yang berantakan. Efek lama gak nulis #alasan.

14/Februari/2017. AlyaFarah.