Selama diperjalan pulangpun mereka masih bercanda dengan ketiga anak kembar itu menghabiskan ice cream mereka. Beberapa menit kemudian dia sampai didepan flat kecil tempat tinggal mereka. Haowen membuka pintu tersebut dan betapa kagetnya dia saat melihat ayah dan ibunya melakukan hal intim diruang keluarga, membuat dia mundur dengan perlahan dan kembali menutup pintu flat kecil itu. membuat ketiga adiknya tersebut menatap Haowen bingung.

"Hyung kenapa tidak masuk, aku ingin tidur siang dan bertemu ayah" Kata daehan sambil menangkupkan tangannya dimulut kecilnya karena menguap tanda mengantuk.

"Kita tunggu diluar sebentar, Daehan bisa tiduran dipangkuan Hyung" Kata Haowen lalu menuntun Daehan yang kini tengah mengantuk, sebelum merebahkan badannya dipangkuan Haowen. Haowen melapas blazer sekolahnya dan membuat blazer tersebut untuk tiduran Daehan. Semuanya siap dan Daehan tidur diatas blazer sekolah Haowen dan kepalanya diatas paha Haowen.

"Apakah kalian juga mengantuk ?" Tanya Haowen pada kedua adiknya lagi. Mereka berdua mengangguk dan menyuruh Mingguk tidur disamping Daehan –blazer itu lebar dan badan Mingook masih muat diatas blazer tersebut- sedangkan Mansi duduk menyamping sambil memeluk leher Haowen sedangkan tangan Haowen memegang pinggang Manse.

Tak berapa lama mereka bertiga tertidur, sedangkan Haowen meneteskan airmatanya.

.

.

.

.

NO TITTLE (FAMILY)

.

SUMMARY : Jalan hidup memang tidak pernah ada yang tahu seperti apa. Kadang apa yang kita inginkan tidak sesuai dengan keadaan.

HUNKAI GS

Sexual content, angst, family

Typo berserakan karena saya juga seorang manusia biasa. "Aku" Point of view adalah Jongin.

.

.

.

Jongin memegangi perutnya ketika Sehun bergerak dengan liar diatasnya, penyatuan itu membuat perutnya yang sedikit membuncit itu tertekan dan itu lumayan sakit. Desahan demi desahan terus keluar dari mulut Jongin dan geraman terdengar dari mulut Sehun. Entah apa yang dipikirkan Sehun sekarang, nafsu telah membumbung tinggi didalam benaknya. Tak memikirkan bagaimana Jongin merintih kesakitan karena kabut nafsu sudah mencapai kepalanya. "Pelan-pelan" Rintihan Jongin terdengar, tangannya kini mendorong sedikit dada Sehun agar jangan terlalu rapat itu mengenai perutnya. Seakan mengerti Sehun memegang pundak Jongin dan mengangkat badan Jongin untuk duduk dipangkuannya "Bergeraklah" Kata Sehun dengan memegang pinggang mulus Jongin.

Jongin bergerak naik turun mengikuti perintah Sehun, dia memegang pundak Sehun sedikit meremasnya karena mungkin sebentar lagi dia akan sampai. Kini darah sudah ada diatas ubun-ubung Jongin, perasaan itu sebentar lagi akan datang tak berapa lama dia sampai pada puncaknya. Badannya langsung jatuh pada dekapan Sehun, nafasnya tak beraturan, dadanya naik turun. Dibawah sana Sehun masih bekerja dengan brutal terus bergerak dan diapun semakin tak beraturan nafasnya sendat-sendat saat sampai berada dipuncak. Kepalanya terkulai kebelakang disandaran sofa butut tersebut.

Mereka masih berpelukan dengan badan penuh dengan peluh dan cairan Sehun merembes kepaha dalam Jongin. Beberapa menit kemudian Jongin bangkit dan melepas milik Sehun yang masih didalamnya. Berjalan mengambil baju-bajunya yang berserakan dan langsung masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri agar kelima anaknya tak melihat rupa lusuhnya. Sedangkan Sehun, dia berjalan mengambil tisu basah milik Taeoh dan membersihkan kebanggaannya dan memakai celana dalam dan celana pendek tanpa menggunakan baju atasan. Dia memandang jam yang tertempel didinding, sudah jam 3 sore dan Taeoh tidak merengek itu sangat hebat sebenarnya.

Tak berapa lama Jongin keluar dari kamar mandi dengan rambut yang degelung keatas seperti ibu-ibu rumah tangga lainnya, Sehun memandang Jongin dan kembali menatap televisi yang baru saja dia nyalakan. Jongin memandang jam didinding dia terkejut dan langsung berjalan menuju pintu keluar rumah memakai sendalnya dengan tergesa-gesa. Membuka pintunya dan dikejutkan dengan melihat keempat anaknya tidur disamping tembok pintu. "Ya Tuhan, sayang bangun" Jongin menepuk pipi Haowen dan remaja lelaki itu terbangun mengerjapkan matanya dan sedikit menguap "Ibu" Gumam Haowen dengan suara sedikit serak setelah bangun tidur. Jongin langsung menggendong Manse yang masih tertidur sedangkan Daehan dan Minguk kini terbangun sambil memandang ibunya dengan wajah polos. "Ayo cepat masuk diluar dingin sebentar lagi akan hujan" Kata Jongin lalu berjalan masuk kedalam flat nya diiringi oleh ketiga anaknya. Mereka melepas sepatu dengan perlahan dan masuk kedalam disana mereka melihat Ayahnya yang sedang menonton acara televisi tanpa minat.

"Ganti baju kalian, cuci tangan dan kaki setelah itu makan siang. Ibu akan memanaskan lauknya sebentar" Kata Jongin sambil menidurkan Manse dikarpet lusuh disebelah sofa yang kini sedang diduduki oleh Sehun. Mereka bertiga mengangguk lalu masuk kedalam kamar mengganti baju setelahnya mencuci tangan dan kaki, duduk di bangku meja makan. Disana mereka melihat ibunya sedang mengambilkan nasi didalam mangkuk nasi untuk mereka. Setelah semua siap mereka langsung memakannya, Jongin tersenyum sambil mengusap kepala Haowen "Kenapa tidak masuk kedalam kalau kalian mengantuk tadi ?" Tanya Jongin yang kini duduk disebelah Haowen.

"Tidak apa-apa ibu" Jawab Haowen sambil tersenyum kearah Jongin.

"Ya sudah, makanlah sampai kenyang ibu ingin melihat Taeoh dan terima kasih sudah mau menjaga 3 adikmu yang nakal-nakal ini" Kata Jongin sambil menarik pipi Minguk yang mendapat pekikan dari Minguk.

Haowen mengangguk, Jongin meninggalkan mereka untuk menuju kamar anak-anak disana Taeoh batita berusia 10 bulan itu sudah terbangun dan berdiri dibox bayinya sambil menepuk-nepuk tangannya. "Ah anak ibu sudah bangun ternyata" Kata Jongin dan langsung menggendong Taeoh dan membawanya keruang tengah. Dia duduk disamping Sehun yang masih betah menonton Tv dengan wajah datarnya. Taeoh menggapai-gapai dan sedikit memelorotkan badannya pertanda dia ingin bermain dibawah. Jongin mengerti dan menurunkannya dikarpet disana Manse masih tertidur dengan nyenyak mengabaikan suara-suara keras dari televisi. Jongin menyenderkan kepalanya di sandaran sofa, menutup matanya sejenak.

"Mino bilang jam 9 malam baru dia bisa melakukannya" Kata Sehun yang masih terus melihat televisi.

Jongin mengangguk "Tapi oppa bisakah kita pertahankan saja, Aku..."

"Tidak ada bantahan Oh Jongin" Kata Sehun memandang Jongin dengan sinis. Semua perintah Sehun itu adalah mutlak dia tidak bisa membantah apapun yang Sehun perintahkan. Dia tertunduk lesu meremas perutnya dan setitik air mata itu jatuh. Tak jauh beda, pipi pucat dan tirusnya itu basah oleh airmata. Dia tau apa saja kesalahannya, dan membunuh darah dagingnya adalah sebuah dosa yang sangat besar tapi dia bisa apa ? Dia tak ingin membuat calon bayinya itu menderita seperti kelima saudaranya sudah cukup tidak lagi.

"Setelah ini aku akan menggunakan pengaman jika kita akan berhubungan intim dan terus menyuruhmu untuk meminum pil anti kehamilanmu" Kata Sehun lalu beranjak pergi dan langsung masuk kedalam kamar mengabaikan Jongin yang masih menangis tersebut.

.

.

.

Haowen kini sedang mengerjakan tugas kelompok yang tiga hari akan dikumpul, dia ingin mengerjakannya juga tidak ingin membebankan semua kerja kelompok itu pada Soora. "Daehan bisa kau ambilkan ponsel hyung didalam kamar ?" Kata Haowen menyuruh Daehan, dia mengangguk dan berjalan menuju kamar untuk mengambil ponsel kakaknya. Diruang tengah kecil ini terlihat sangat sempit karena semua adik-adiknya berada disini, triplets sedang mengerjakan tugas menggambar sedangkan sibungsu kini tengah duduk sambil memakan biskuitnya dan meracau. Ibunya sedang menyiapkan malam sedangkan ayahnya masih tidur didalam kamar.

Daehan kembali dengan membawa ponsel flip dan memberikannya kepada Haowen "Hyung tadi seseorang bernama Soora menelpon" Kata Daehan dengan wajah polosnya.

"Oh ya, kembalilah kerjakan tugasmu dulu Hyung ingin menelpon Soora dulu" Kata Haowen dan meninggalkan keempat adiknya untuk keluar flat menelpon Soora.

Haowen menempelkan telpon itu ditelinga kirinya, rintik-rintik hujan masih terlihat, dia memasukkan tangannya kedalam kantung celana longgarnya. Hingga pada sambungan kedua Soora langsung mengangkat telponnya.

"Hallo Haowen" Suara merdu itu terdengar tanpa sadar Haowen tersenyum.

"Aku hanya ingin menanyakan kenapa tadi kau menelponku, ada yang penting ?" Tanya Haowen sambil menengadahkan tangannya menunggu titik hujan jatuh dari atap flat.

"Ah ini mengenai kerja kelompok kita bagaimana bila besok kita kembali ke Namsan Tower untuk menambah foto. Ternyata setelah aku lihat baik-baik ada tempat yang lupa kita foto ?"

"Eum boleh saja, besok disekolah akan kita bicarakan lagi. Ibuku sudah menyuruhku untuk segera makan malam. Sampai jumpa Soora-ya"

Sambungan telepon terputus, Haowen kembali tersenyum kali ini lebih lebar. Dia memegang jantungnya, besok dia akan kembali ke Namsan Tower bersama Soora. Tempat romantis itu. Walaupun hanya kerja kelompok tapi itu membuat kerja jantungnya tak beraturan melihat wajah imut dan cantik milik Park Soora.

"Sayang, cepat masuk diluar dingin. Ayo kita makan malam" Kata Jongin membuat Haowen langsung kembali kedalam sadarnya dan masuk kedalam flat. Dia masih tersenyum.

.

.

.

Jongin berjalan dengan cemas sambil mengeratkan genggamannya pada telapak tangan Sehun. sedangkan Sehun dia hanya diam tak banyak bicara seperti biasanya yang diam tanpa mengetahui situasi seperti apa sekarang. "Jangan terlalu gugup, kau sudah pernah melakukannya. Sayang" Kata Sehun tanpa memandang Jongin.

Mereka terus berjalan dan sampailah mereka disalah satu klinik yang ada didalam gang kecil. Pintu kaca itu dibuka oleh Sehun, dibelakangnya Jongin hanya mengikuti apa perintah Sehun. terlihat disana seorang laki memakai jas putih yang biasa dibagai seorang dokter dan disana ada juga seorang perawat yang tengah menjelaskan sesuatu didepan layar monitor komputernya. Sehun menepuk pundak dokter kandungan tersebut membuatnya bebralik "Ah Sehun, Jongin kalian sudah datang ternyata" Kata lelaki itu sambil tersenyum keraha Sehun dan Jongin. Sehun hanya balas mengangguk tanpa bersuara membuat Mino, nama dokter kandungan itu tau seperti apa Sehun. "Kalau begitu kita langsung saja, Jenny siapkan ruangan untuk operasi kita harus melakukannya dengan cepat kali ini" Kata Mino kepada suster yang bernama Jenny tersebut. Suster itu mengangguk lalu masuk kesalah satu ruangan.

Dengan isyarat mata Mino menyuruh Jongin dan Sehun untuk mengikutinya. Mereka mengikuti Mino menuju ruangan yang dimasuki oleh Jenny. Jongin mengganti bajunya menjadi baju khusus untuk operasi "Jongin berbaringlah disana, Sehun kau harus ada disampingnya." Kata Mino, Sehun mengangguk dengan perlahan Sehun menarik tangan Jongin menyuruhnya berbaring disana dan mengangkang.

"Ini akan terasa dingin dan mungkin akan sedikit terasa sakit" Kata Mino yang kini berjalan kearahnya sambil membawa salah satu alat ditangannya, dan dibelakang Jenny, suster cantik itu membawa beberapa alat operasi yang dia taruh ditempat dorong. "Apa kau siap Jongin ?" Tanya Mino sambil memandang Jongin.

Jongin hanya bisa mengangguk, keringat dingin kini mulai membanjiri pelipisnya ketika alat itu sudah mulai masuk kedalam vaginanya. Alat itu mulai diregangkan didalam lubang kelahirannya. Mino mulai bekerja dibawah sana. jongin makin mengeratkan pegangannya pada tangan Sehun, air peluh itu mulai turun makin banyak, dia menggigit bibir bawahnya. Sehun yang merasa genggaman tangan Jongin makin mengerat dia hanya diam, dia tau itu asti sangat sakit. "Kau pasti bisa" Suara berat dan lirih Sehun ditelinga Jongin membuat Jongin menutup matanya. Kalimat semangat suaminya itu tidak membuat rasa sakit diperut dan dibagian bawahnya berhenti.

"Eunghh.. Itu sangat sakit" Jawab Jongin dengan lirih yang bisa didengar oleh Sehun.

Beberapa menit kemudian semuanya selesai, darah mengalir deras keluar dari vagina Jongin bersama embrio yang masih sangat kecil bahkan tangan dan kaki saja belum sempurna. Jongin menghembuskan nafasnya berat, bayi tanpa dosa itu pergi membuat airmatanya jatuh disela mata indahnya mengambil embrio yang hampir menjadi bayi tersebut membungkusnya didalam kain putih dan menaruhnya diwadah "Aku akan menguburnya besok, setelah ini mungkin darah akan terus mengalir seperti setelah kau melahirkan. Jenny akan membantu membersihkannya" Kata Mino setelah melepas sarung tangannya. Mereka berdua mengangguk, Jongin bangkit dan turun dari brankar, dia berjalan dengan tertatih dibantu oleh Jenny. Sedangkan Sehun dan Mino keluar dari ruangan itu.

.

.

.

"Makan yang banyak sayang, akhirnya kau bisa pulang juga. Ibu merindukanmu" Kata Suho sambil memeluk Taeyong anak tunggalnya tersebut. Sang suami, Kris. Hanya tersenyum melihat Suho.

"Ayolah ibu, aku akan lama disini. apakah satu bulan cuti kuliah untuk ibu masih kurang ?" Tanya Taeyong sambil tersenyum kearah Suho.

"Sebenarnya itu sangat kurang, tapi kau harus tetap sekolah. Bagaimana di Canada apakah nyaman ?" Tanya Suho lagi lalu duduk disamping Kris, mengambil nasi.

"Eum seperti yang dikatakan oleh Daddy, nyaman. Ibu tidak usah khawatir, disana ada Nenek dan kakek yang menjagaku"

Suho tersenyum "Ibu tidak khawatir hanya merindukanmu saja" Jawab Suho sambil mengambil nasi dengan sumpitnya.

"Makanya buatkan adik untukku, ayah. Kesian ibu selalu kesepian dirumah" Kata Taeyong sambil tertawa. Kris yang mendengarkan kata sang anak tersedak nasi yang akan dia telan, dengan telaten Suho langsung mengambilkan segelas air untuk Kris dan menepuk tengkuk Kris dengan lembut.

Taeyong masih terkikik geli melihat ayahnya, dia mengerti ibunya tidak akan bisa memiliki anak lagi selain dirinya. "Maafkan aku ayah" Kata Taeyong sambil memandang ayahnya.

"It's okay, kau suka sekali membuat kaget orang tua" Kata Kris sambil melap bibirnya.

"Rumah ini selalu ramai setiap harinya, Triplets dan Taeoh selalu mengisi rumah besar ini sayang"

"Oh iya, aku ingin sekali melihat mereka. Apakah mereka besok akan dititipkan bibi Jongin disini ?"

"Tidak besok dia libur kerja, kau bisa datang keflatnya sayang"

"Ibu benar, aku besok akan kesana aku sangat rindu mereka apalagi dengan Haowen. Apakah masih dengan wajah dinginnya itu." Taeyong terkikik saat ingat ekspresi wajah Haowen. Keras seperti batu menurutnya, sangat mirip dengan paman Sehun dan ayahnya. Bahkan Taeyong sempat berpikir bahwa ayahnya bersaudara dengan Sehun tapi ternyata mereka hanya bersahabat saja.

.

.

.

Pagi menjelang seperti pagi-pagi sebelumnya yang ada flat mini dan sederhana keluarga Oh. Tenang dan damai saat mereka sarapan, tidak ada keributan. Jongin duduk disamping Haowen dengan gelisah, perutnya sangat sakit sekali sejak malam setelah dirinya menggugurkan kandungannya tersebut. Haowen sesekali melirik ibunya yang ada disampingnya, dia melihat bagimana wajah ibunya mengernyit menahan sakit. Dia tau kalau apa yang terjadi malam kemarin, dia kehilangan seorang adiknya lagi.

Tak berapa lama Sehun keluar dari kamar dengn setelan jas tidak mahal tapi masih terlihat sangat rapi. Dia duduk disamping Daehan dan langsung mengambil mangkuk nasinya, memakan sarapannya tanpa berbicara. "Ayah, hari ini ayah kembali bekerja ?" Pertanyaan polos dri Daehan membuat Sehun berhenti memakan nasinya.

Dia tersenyum dan mengusak rambut hitam legam milik Daehan "Ya, sayang".

"Jadi nanti aku boleh minta dibelikan mainan dinosaurus ?"

Sehun mengangguk "Iya, nanti kalau ayah sudah ada uang. Daehan Minguk dan Manse akan ayah belikan mainan Dinosaurus yang sangat besar" Kata Sehun dengan senyum yang sangat lebar.

Sikembar tiga tersenyum senang, mereka tertawa. "Habiskan sarapan kalian, setelah itu berangkat sekolah. Eum" Kata Jongin lalu berdiri dan menaruh mangkuk kotor miliknya. Mereka semua mengangguk dan segera menghabiskan sarapan mereka.

"Ibu, kami berangkat" Teriak Minguk dan berjalan keluar dari flat kecil mereka. Jongin hanya tersenyum melihat tingkah ketiga anak kembar mereka.

"Aku berangkat" Suara Sehun menghancurkan keheningan yang ada. Dia memeluk Jongin dan mencium kening Jongin. Jongin hanya tersenyum "Hati-hati dijalan" Memeluk Sehun sebentar dan melepaskannya. Setelah melepas pelukan dari Jongin, Sehun berangkat. Disana Jongin masih berdiri dan tak berapa lama dia terjatuh dengan darah mengalir dari kaki jenjang indahnya itu. dia msih meremas perutnya yang terasa sangat sakit. Bahkan suara tangis Taeoh dia abaikan.

.

.

.

.

Sehun berjalan dengan penuh percaya diri masuk kesebuah kantor dengan gedung yang sangat besar. Dia menghembuskan nafasnya dan berjalan dengan santainya, setelah melawai beberapa lantai sampilanh Sehun diruangan sang direktur. Dia masuk tanpa mengetuk pintu, disana seorang lelaki yang masih terliht sangat muda duduk sambil melihat-lihat beberapa berkas yang menumpuk diatas meja.

"Selamat pagi tuan Park" Sapa Sehun dengan sopan dan tak lupa dengan membungkuk sopan.

"Tuan Oh, selamat pagi" Jawabnya dengan senyuman yang sangat lebar "Silahkan duduk"

Sehun mengangguk dan langsung duduk. Dia membenarkan jasnya dan menatap Direktur Park. "Semua Design yang anda kirimkan sudah semuanya saya lihat dan itu sangat menakjubkan. Saya sangat terkesan Tuan Oh. Karena sesuai dengan perjanjian, anda akan saya tempatkan dia ruang Design bersama dengan Nyonya Baekhyun. Anda bisa langsung keruangannya saja. Ada dilantai atas dan satu-satunya. Selamat bekerja" Kata Tuan Park sambil mejulurkan tangannya memberikan selamat kepada Sehun.

"Terima Kasih Tuan Park, kalau begitu sya mohon pamit undur diri". Sehun kembali mengangguk dan membungkuk dengan sopan. Meninggalkan ruangan itu penuh dengan rasa bahagia yang penuh dengan suka cita.

.

.

.

.

"Ibu kenapa membawa makanan sebanyak ini" Taeyong mendengus saat membawa beberapa bungkus paper bag berisi makanan.

"Kau ini, bawa saja apa susahnya" Jawab Joonmyun sambil menghadap kebelakang. Dikedua tangannya pun banyak sekali bingkisan. Joonmyun tangga dengan ocehan dari anak satu-satunya tersebut. Tak berapa lama mereka sampi didepan pintu flat Jongin. Joonmyun mengetuk pintu itu tapi tidak ada jawaban yang ada hanya suara tangis Taeoh yang menggelegar. Merasa khawatir Joonmyun langsung membuka pintu itu yang ternyata tak terkunci, dia masuk secara perlahan dan dengan wajah terkejutnya dia langsung berlari.

Disana Jongin sedang tek sadarkan diri dengan darah dimana-mana, Taeyong yang berjalan dan masih sambil mengomel "Ibu, ini terlalu berlebihan dan..."

"Berhenti mengoceh seperti wanita, Wu Taeyong. Bantu ibu angkat bibimu sekarang"

Taeyong terkejut bukan main dan langsung menghampiri sang ibu. "Ibu gendong Taeoh, bibi Jongin biar aku saja yang gendong. Ya tuhan" Tanpa basa-basi Teyong langsung mengangkat tubuh Jongin yang tak sadarkan diri dengan darah yang masih mengalir diarea intimnya. Joonmyung langsung menggendong Taeoh dan tak lupa membawa susu yang masih ada didalam botol.

.

.

TBC