[iKON|All OTP]||iKON Familys|[series] Chapter 2

Tittle : iKON Familys – Chapt.2

Author : Rae

Genre : Family, MPREG, Yaoi, BoyXBoy, Romance, and Others

Rated : T, G, K

Cast : iKON's (my) OTP, iKON members, Monsta X's I.M, OC

Length : Chaptered-Series

Summary : "Bagaimana jadinya jika para ayah-ayah iKON mengurus anak-anaknya tanpa sang istri? B.I, Bobby, Junhoe, bagaimanakah hari-hari mereka dengan anak-anaknya? Lalu kemanakah perginya Jinhwan, Donghyuk, dan Yunhyeong selaku istri dan ibu?"

Author's Note : B.A.P COMEBACK ! LIGHTSABER-nya EXO kerennn! APOLOGY -_- *anjirrr* . , ANTHEM kerennn!, dan YA TUHAN ! RUN RUN RUN ~~~ JEHOP bener-bener, BANGTAN sukses bikin aku sama anak-anak mikir ampe pusing! Gabungin I NEED U, PROLOGUE, terus RUN. Dan hasilnya, masih ragu sampe sekarang -_-. Dan CHUKHAE buat iKON, BTS, MONSTA X, dapet penghargaan di MAMA 2015 *exo aku gak tau dapet apa nggak* Sekian AN saya, Oke, silahkan menikmati ff abal-abal ini. Enjoy it and Review juseyo~~~

.

TYPO(s), YAOI, DON'T LIKE DON'T READ, RnR PLEASE ^^

.

.

.

.

.

.

Hanbin merebahkan tubuh Changkyun diatas tempat tidur sang aegya. Menarik selimut biru laut kesayangannya sebatas dada sang putra dan mencium keningnya pelan. Hanbin duduk di tepi tempat tidur dengan tangan yang mengusap sayang surai coklat gelap Changkyun. Wajah putranya terlihat sedikit pucat. Bahkan dahinya sedikit berkeringat.

Hanbin merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Niat awalnya ingin menghubungi ibunya, tetapi ia batalkan saat melihat sang putra bergerak tak nyaman di balik selimutnya.

"Um-ma..."

Hanbin menghela nafas saat kata 'umma' terucap dari bibir Changkyun yang matanya tengah terpejam itu. Ia mengigau. Sekali lagi Hanbin mengusap sayang surai anaknya. Diliriknya jam yang menunjukkan pukul satu siang. Ia memutuskan untuk berbaring disamping sang putra dan menemaninya tidur.

"Um-ma..."

"Jinannie...aku harus apa?"

.

.

.

.

.

Goo Chanwoo melempar asal jaket kulitnya diatas sofa ruang tamu. Langkahnya tegap menuju dapur dan mengobraki isi lemari esnya. Ia mengabaikan teriakan sang ayah yang baru saja memasuki rumah. Mengambil sekotak susu dingin dan membawanya naik ke kamarnya.

BRAK.

Suara pintu kamar yang tertutup keras mampu membuat seorang Goo Junhoe menghela nafas. Ia mengusap kasar wajah tampannya dan menatap jengah ke sebuah jaket yang tergeletak di atas sofa ruang tamunya.

"Goo Chanwoo!" Ia berteriak memanggil putra 'kesayangan'nya.

"Wae?!" memang dasarnya anak kebanyakan menuruni sifat bapaknya. Chanwoo balas berteriak menanggapi teriakan Junhoe.

"Turun dan bereskan jaketmu! Sekarang!"

"Sirheo!"

Dan untuk kedua kalinya Junhoe mengusap wajahnya. Frustasi. Baru beberapa jam saja dirinya sudah jengah menghadapi anaknya, apalagi nanti jika sudah beberapa hari?

"Song Yunhyeong! Kenapa anakmu itu semenyebalkan ini eoh?"

.

.

.

.

.

Bobby dan Hyemi baru saja sampai di Gwangju setelah menempuh perjalanan hampir dua jam dari Incheon. Hyemi langsung saja menghambur kepelukan neneknya yang berwajah mirip sang umma. Yah, Bobby dengan Hyemi sedang berada di kampung halaman Doghyuk jika ingin tahu.

"Halmeoni...bogoshipeo..."

Ny. Kim terkekeh mendengar keluhan dari bibir mungil sang cucu. Ia seperti tengah bertemu dengan Kim Donghyuk kecil. Wajah Hyemi memang bisa dibilang versi perempuan dari seorang Kim Donghyuk.

"Ne, Halmeoni juga rindu Hyemi. Ja, sekarang ajak appa masuk ne?"

Hyemi mengangguk. Ia melepas pelukan neneknya dan berlari menuju sang ayah yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya.

"Anyeonghaseo eomonim.." Bobby membungkuk sopan dihadapan ibu mertuanya.

Ny. Kim tersenyum. "Donghyuk sudah berangkat? Kapan katanya ia pulang?"

"Dua minggu lagi eomonim. Kemarin Dongie bilang kalau acaranya lancar, dua minggu lagi mereka sudah di Korea lagi." Bobby mengikuti langkah sang mertua menuju ruang tamu. Dimana putri kecilnya tengah bermain dengan anak anjing milik sang nenek.

"Lalu, apa kalian akan menginap malam ini?" Ny. Kim berjalan menuju dapur, berniat membuat minum dan mengambil beberapa camilan untuk menantu dan cucunya. Sementara Bobby mendudukkan tubuhnya pada sofa.

"Sepertinya tidak eomonim. Hyemi harus kembali kesekolah besok. Lagi pula, besok aku, Hanbin, dan Junhoe juga ada proyek baru yang harus diselesaikan."

kembali sambil membawa tiga gelas teh hijau dan beberapa camilan ke ruang tengah.

"Memangnya, istri kalian bertiga itu pergi kemana sih? Sampai tidak membawa anak-anak."

Bobby tersenyum mendengar ocehan sang ibu mertua.

"Kalau kau yang mengurus Hyemi, eomma sih percaya saja. Kalau Hanbin dan Junhoe yang harus mengurus anak-anak mereka, eomma sedikit sangsi. Terlebih Junhoe, apalagi Chanwoo itu seperti itu."

Bobby kembali tersenyum diiringi kekehan kecil mendengar ibu mertuanya. Dalam hati, ia membenarkan ucapan sang ibu.

"Appa.."

Boobby dan Ny. Kim menoleh, menatap yeoja cilik yang tengah menatap potret keluarga besar Kim lengkap dengan Kim Jiwon dan Kim Hyemi.

"Kapan umma pulang? Hyemi rindu umma...hiks.."

Ini baru beberapa jam, bagaimana jika beberapa hari?

.

.

.

.

.

Pagi yang indah telah menyapa. Dua orang namja tampan beda usia ini tengah berdiri berhadapan di depan pintu biru langit bertuliskan 'TOILET'. Satu berambut pirang, yang satunya lagi berambut coklat susu. Keduanya saling melempar tatapan menantang. Mereka sudah berdiri di sana lebih dari lima belas menit yang lalu, dan jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan kurang dua puluh lima menit.

Oh ayolah...

"Appa duluan." Si namja pirang hendak membuka pintu toilet sebelum namja cilik didepannya menarik ujung kaosnya hingga ia mundur beberapa langkah.

"Ani. Chanu duluan." Si namja cilik berganti ingin membuka pintu. Tidak jika saja tangan besar sang ayah tidak lebih dulu menggenggam kenop pintu.

"Tidak. Appa yang duluan."

"Aissh appa! Chanu bisa terlambat jika appa yang duluan!"

"Dan appa bisa terlambat jika Chanu yang duluan."

Chanwoo, namja cilik dengan surai coklat susu itu menatap tajam sang ayah, Junhoe.

Ia mendengus kasar. "Setidaknya appa siapkan keperluan Chanu sementara Chanu mandi. Lalu saat appa selesai mandi, Chanu sudah siap. Tinggal menunggu appa."

"Lalu siapa yang akan menyiapkan keperluan appa ?" Junhoe menyilangkan kedua lengannya didepan dada.

"Aisshh! Bukankah umma sudah mengajari appa untuk mandiri! Appa ini sudah dua puluh enam tahun! Masa iya bocah enam tahun harus menyiapkan keperluan ayahnya yang berusia dua puluh enam tahun. Heol!" Chanu mengikuti sang ayah yang bersedekap.

"Bukankah eomma juga sudah mengajari Chanu untuk mandiri? Kenapa masih menyuruh appa eoh?!"

Oke. Sepertinya Junhoe dan Chanwoo sama saja. Sama-sama ngeyel. Like son like father. -_-

"Baik. Terserah appa. Chanu tidak akan berangkat kesekolah hari ini. Biar saja appa dipanggil oleh songsaengnim karena Chanu bolos sekolah. Dan biar saja appa diceramahi umma karena tidak mengurusi anaknya!"

Junhoe dibuat melongo mendengar ucapan Chanwoo barusan. Ia masih mencerna tiap kata yang terlontar dari mulut pedas sang anak. Sementara Chanu sudah berjalan meninggalkannya.

BRAK.

Ini kali kedua seorang Goo Junhoe mendengar pintu yang dibanting keras.

'Anak itu...kenapa sebegitu menyusahkannya?'

.

.

.

.

.

Jiwon tengah mengikat rambut Hyemi yang asyik memakan roti bakarnya. Ia dan Hyemi sudah bersiap untuk pergi melaksanakan kewajiban masing-masing.

"Hyemi-ah, jika sudah selesai makannya jangan lupa minum susu ne? Appa siapkan mobil dulu." Pertanyaan Jiwon dibalas anggukan mantap oleh sang putri.

Jiwon sedikit lega Hyemi tidak rewel seperti saat Donghyuk akan berangkat kemarin. Anaknya itu juga menuruti perintahnya tanpa bantahan, keluhan, bahkan paksaan. Benar-benar penurut.

Lima belas menit sepertinya bukan waktu lama untuk seorang Kim Jiwon mengantarkan anaknya ke sekolahnya. Hyemi langsung turun dari mobil begitu melihat Ji-a dan Ji-ae melambaikan tangannya didepan gerbang kebesaran YG Elementary School.

"Hyemi-ah!"

Ups. Hyemi menepuk pelan keningnya dan berbalik menuju sang ayah yang sudah berdiri disamping mobilnya.

"Hehe...mianhae appa. Hyemi lupa." Hyemi tertawa kecil sebelum mencium kedua pipi sang ayah dan mencium punggung tangan ayahnya.

"Jangan nakal ne. Kembalikan juga buku gambar milik Chanu oppa. Arraseo?" Hyemi mengangguk. Ia melambaikan tangannya dan berlari meninggalkan sang ayah.

Setelah memastikan putrinya menghilang dibalik gerbang kebesaran YG, Jiwon kembali memasuki mobilnya. Tepat saat ia mendudukkan pantatnya di belakang kemudi, ponsel pintarnya berdering nyaring.

'Hyemi Eomma'

"Donghyuk?" Jiwon menatap heran ponselnya sembari jemarinya menggeser icon hijau untuk menerima panggilan dari sang istri tercinta.

"Yoboseo.."

"KimBab! Hyemi mana? Aku merindukannya" suara halus diseberang sana berteriak antusias.

"Ya! Ini pukul berapa hm? Hyemi baru saja memasuki gerbang sekolahnya." Jiwon mendengus pelan.

"Ah iya! Aku lupa. Kita punya perbedaan waktu hampir 10 jam ya."

"Ngomong-ngomong...kau sudah sampai?"

"Eung.." Jiwon bisa menebak jika sang istri tengah mengangguk antusias saat ini.

"Baru saja?"

"Tidak. Tadi sore aku sampai. Hanya saja, kalian pasti sedang tidur. Jadi aku memutuskan untuk tidak mengganggu."

"Bagaimana disana? Sesuai dengan angan-anganmu?" Jiwon tersenyum meski ia tahu Donghyuk tidak akan bisa melihat senyumnya.

"Yah...sama persis jika saja aku tidak tiba di hotel saat hujan turun. Semuanya gelap dan sangat dingin."

Jiwon tersenyum lagi.

"Kalau begitu kau harus lebih menjaga kondisimu. Jangan sampai sakit. Arra?"

"Araseo...ngomong-ngomong hyung...Hyemi tidak rewel kan?"

"Tidak. Dia sangat penurut. Oh ya, kau tidak merindukanku Hyemi umma?" Nada bicara Jiwon dibuat semelas mungkin.

"Y-ya! Tentu saja aku juga m-merindukanmu!"

Selanjutnya Jiwon terkekeh kecil. Ia bisa memastikan bahwa sang istri wajahnya sudah merah padam karena ia panggil dengan sebutan 'Hyemi Umma'

Oke. Kita tinggalkan saja mereka terlarut dalam obrolan pagi-petang mereka. Kita lebih baik pindah ke keluarga selanjutnya. Cek this out! ^^

.

.

.

.

.

Hanbin tengah memangku anak laki-lakinya di balkon kamarnya. Sejak bangun tadi pagi, Changkyun tidak ingin lepas dari Hanbin barang sedikit pun. Bocah itu masih dalam mode merajuknya. Dan untung saja sakit yang semalam mendera putra tampan Kim Jinhwan itu telah menghilang. Sehingga Hanbin tidak akan direpotkan dengan rajukan anaknya yang bisa saja naik ke level dua.

"I.M-ah...appa harus ke kantor menemui Bobby appa. Kalau I.M tidak mau turun, bagaimana appa mau mandi hm?" Hanbin menusuk-nusuk pipi I.M yang menggembung lucu.

"Sirheo! Appa tidak boleh ke kantor! Nanti I.M sendirian~~" suara sedikit berat I.M terdengar mendayu. Jika sudah seperti ini, mau tidak mau Hanbin harus mengajak anaknya ke studio jika ia masih ingin ke kantor hari ini.

"Baiklah-baiklah. Appa akan mengajak I.M ke studio hari ini. Bagaimana?" Tepat setelah Hanbin selesai mengucapkan kalimatnya barusan. I.M langsung melompat dari pangkuan ayahnya dan menatap antusias sang ayah.

"Jinja? I.M boleh ikut ke studio?"

Hanbin mengangguk kemudian menggendong anaknya memasuki kamar mandi. "Asalkan I.M tidak nakal dan menuruti semua perkataan appa."

"Ne!"

.

.

Hanbin dan I.M memasuki sebuah gedung bertingkat dengan papan besar bertuliskan "DoubleB Entertainment" di depannya. Saat Hanbin baru saja memasuki lantai dasar, sudah banyak pasang mata yang menatapnya dengan dahi berkerut. Tentu saja! Siapa yang akan mengira CEO mereka akan membawa sang putra untuk pertama kalinya ke kantor. Biasanya hanya Jinhwan yang akan mengujungi Hanbin, itupun tidak setiap hari.

"Hanbin-ah!"

Hanbin menoleh. Ia menemukan seorang perempuan cantik tengah berjalan dengan sedikit berlari menghampirinya.

"Hayi-ah. Wae geurae?"

Perempuan itu tersenyum dan beralih menatap bocah di gendongan Hanbin.

"Anakmu? Mirip sekali!" Hayi mencubit gemas pipi tembam I.M yang dibalas dengan tatapan polos I.M

"I.M-ah, ini Hayi noona. Sekretaris appa. Beri salam sayang." Hanbin menurunkan I.M dari gendongannya.

I.M menatap perempuan cantik dihadapannya sebentar sebelum membungkuk sopan untuk memberi salam.

"Annyeonghaseo..Kim Changkyun imnida. Noona bisa memanggilku I.M"

"I.M? Nama yang bagus sayang~" Hayi berjongkok mensejajarkan tingginya terhadap bocah lima tahun di depannya dan mengecup kedua pipi I.M bergantian.

"Appa..." I.M menarik-narik ujung jas non formal Hanbin. Membuat Hanbin harus berjongkok disampingnya.

"Waeyo?"

"Ayo ke studio~ I.M ingin main piano~" Hanbin tersenyum dan berdiri dari jongkoknya diikuti Hayi yang juga berdiri.

"Hayi-ah...aku harus keatas dengan I.M. Sampai nanti."

"Sampai nanti Hanbin-ah."

Setelahnya Hanbin menggandeng tangan I.M memasuki lift dan menuju kelantai 5, ruangannya.

"Appa...noona yang tadi..." I.M menggantungkan kalimatnya, membuat dahi Hanbin berkerut.

"Noona yang tadi kenapa sayang?"

"I.M...tidak suka."

Dan perkataan I.M barusan sukses membuat bola mata Hanbin membola. Kemarin Jinhwan yang bilang seperti itu, lalu Donghyuk dan Yunhyeong, ditambah pula Hyemi dan Chanwoo, dan sekarang...I.M

Hanbin harus benar-benar memikirkan alasan mengapa orang-orang itu tidak menyukai Hayi. Aduh Kim Hanbin~~ seharusnya kau bisa menyadarinya~~ *ini hanya ucapan author*

.

.

.

.

.

.

Dalllas, 07.00 p.m

.

Jinhwan dan Yunhyeong memasuki gedung bertingkat yang didalamnya terisi penuh oleh rak-rak makanan, minuman, pakaian, perkakas, mainan, dan lain-lain. Oke, sebut saja tempat itu adalah Mall.

"Hyung, sudah menelepon Hanbin?" Yunhyeong bertanya tanpa melihat ke arah Jinhwan. Matanya masih fokus melihat deretan roti didepannya.

"Hanbin? Aku sudah menghubunginya, tapi ponselnya tidak aktif tadi sore."

"Benarkah? Apa mereka janjian untuk sengaja menonaktifkan ponselnya? June juga tidak bisa kuhubungi." Yunhyeong mengambil satu kotak roti tawar dan memasukkannya ke dalam trolly.

"Kurasa tidak. Karena sebelum berangkat kesini tadi, aku sempat melihat Donghyuk bertelepon. Dan sepertinya itu adalah Bobby."

Yunyeong mengangguk menanggapi pernyataan Jinhwan.

"Hyung, ngomong-ngomong...Hayi...bagaimana?"

Jinhwan menghentikan aktivitas memilih selainya saat mendengar nama Hayi disebut.

"Apa Hanbin membawa Changkyun ke studio?!" Jinhwan nyaris memekik saat pemikiran tersebut melintas di otaknya.

Tidak. Hanbin tidak boleh membawa anaknya ke Studio. Jinhwan tidak ingin terjadi sesuatu pada anak sulungnya itu.

Hei~ Jinhwan itu tidak suka dengan Hayi. Dan ia tidak suka jika ada orang yang tidak ia sukai berdekatan dengan anaknya.

Ingat. Jinhwan hanya tidak suka H.A.Y.I !

.

.

.

.

.

.

.

.

Seoul, 6.30 p.m

.

.

Junhoe menatap malas Chanwoo yang sedang bebaring telungkup dihadapannya. Bocah enam tahun itu tengah menyelesaikan gambarannya diatas karpet ruang keluarga. Dan apa yang membuat Junhoe malas adalah, Chanwoo yang menyandera remote televisi sehingga layar datar dihadapannya terus saja memutar channel favorit Chanwoo. Yang sayangnya sangat dibenci Junhoe.

"Chanu-ya, appa akan membeli makanan diluar. Tetap diam ditempat, lanjutkan tugasmu dan jangan bertindak bodoh." Junhoe beranjak dari sofa dan menuju kamarnya guna berganti pakaian.

"Nde..." dan Chanwoo balik membalas dengan malas pula.

Tak lama kemudian, pintu kamar utama di rumah itu terbuka. Menampakkan sosok tinggi Goo Junhoe.

"Jangan macam-macam. Ingat?!" perintah Junhoe barusan hanya ditanggapi anggukan oleh Chanwoo.

Klek~

Chanwoo meletakkan pensil warnanya dan sedikit melongokkan kepalanya. Guna memastikan apakah sang ayah sudah pergi atau belum.

"Assa!" Chanwoo bersorak kegirangan lengkap dengan tangan terkepal yang diangkat tinggi-tinggi saat ayahnya benar-benar sudah pergi.

Chanwoo menutup buku gambarnya dan membereskan peralatan gambarnya kemudian berlari kecil menaiki tangga menuju kamarnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya diatas single bed miliknya. Tangannya meraba-raba nakas disamping tempat tidur.

Ia mengambil ponsel khusus game-nya kemudian mulai mencari permainan favoritenya.

"Aku harus menyelesaikan level ini sebelum appa pulang!"

.

.

.

.

.

.

Hanbin menatap putranya jengah. Sejak pulang dari studio tadi sore, Changkyun terus saja merengek minta diantar ketempat ibunya. Yang benar saja, masa iya Hanbin harus menyusul istrinya ke Dallas hanya untuk menghentikan tangisan sang putra. Itu konyol.

"Eomma~~ hiks..hiks..I.M mau ketemu eomma~~" suara rengekan Changkyun kembali terdengar. Membuat Hanbin mau tidak mau mengusap kasar wajahnya.

"I.M chagi~~ eomma sedang bekerja, tidak boleh ada yang mengganggunya. I.M main sama appa saja ne? Atau I.M ingin kerumah Hyemi noona? Chanwoo hyung?" Hanbin mensejajarkan tubuhnya dengan sang putra. Ia juga mengusap sayang surai anaknya.

"Sirheo! I.M mau eomma! Sekarang!"

Dan untuk kedua kalinya seorang Kim Hanbin mengusap kasar wajahnya. Ia menjadi berfikir, apakah dulu ia saat masih kecil juga rewel seperti ini? Jika iya, ia sangat berterima kasih karena Tuhan membiarkan sifat buruk itu menurun ke anaknya dan menyebabkan ia sendiri yang repot. -_-

.

.

.

.

.

.

.

Hyemi duduk dipangkuan ayahnya. Keduanya sedang berada di bangku taman halaman depan rumah mereka, melihat bintang.

"Appa, kata eomma, jika Hyemi sudah besar nanti, Hyemi boleh menjadi bintang yang paling terang~" Hyemi bertepuk tangan riang. Mata sipitnya menatap langit bertabur bintang dengan penuh binar.

"Jinjja? Eomma bilang seperti itu?" Dan Jiwon berpura-pura terkagum akan perkataan sang aegya. Karna sebenarnya ia sudah tahu hal itu. Perlu kalian ketahui, Kim Jiwon itu adalah penguping yang patut di beri penghargaan. -_-

"Ne. Eomma bilang, kalau Hyemi jadi bintang, Hyemi bisa menyinari orang-orang yang mencintai Hyemi. Eomma, Appa, Halmeoni, Chanu, I.M, dan...banyak deh~!"

Jiwon terkekeh mendengar penuturan Hyemi. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Hyemi dan membuat Hyemi semakin nyaman bersandar di dadanya.

"Memangnya, Hyemi mau jadi bintang yang seperti apa?"

"Idol! Hyemi ingin jadi idol!"

"Idol ?" Jiwon mengernyit. Sedikit heran juga.

"Hyemi ingin jadi pianis appa. Seperti eomma. Bolehkan?" Hyemi mendongak sedikit, menatap wajah tampan ayahnya yang sedang menyunggingkan senyum untuknya.

"Boleh. Nanti Appa yang akan mencarikan tempat les piano terbaik untuk Hyemi. Biar Hyemi bisa seperti eomma."

Hyemi kembali bertepuk tangan riang. Mata sipitnya melengkung dan bibir tipisnya tersenyum dengan sangat manis. Membuat Jiwon teringat dengan sang istri. Ugh, ia jadi merindukan istrinya yang manis dan cerewet itu.

.

.

.

.

.

.TbC

.

.

Annyeong~~~ Rae kambek bareng ff abal-abal ini. Adakah yang masih menunggu kelanjutan ff ini ?

Oke, saya minta maaf dengat sangat karena telat ngepost dan telatnya udah termasuk luamaa buanget. -_- Yah, kalian tahu sendiri kan akhir" ini dunia KPOP kayak apa, buanyakk buangett yang kambek, disibukin sama MV" baru sama yang paling *agak* ngeselin, harus mikir apa maksud MV nya BTS, harus gabungin I Need U, Prologue, sama Run. Dan sumpah, itu bener-bener makan waktu dan bikin pusing -_-

Baiklah, silahkan reviewnya untuk chapter ini ne *3* maaf gak bisa bales review satu-satu, soalnya lagi dikejar-kejar deadline ff yang lain, hehe...tapi percayalah saya selalu membaca review kalian semua. Oh iya, baca juga ya, ff nya iKON buatanku, JUNHOE-YUNHYEONG couple, judulnya Butterfly, ada kok di list My Stories-nya akun ku ^^ Thanks for Reviews ^^

Sekalilagi...jikyeojuji mothae mianhae~`

See you next chapter, Annyeong~~~ ^^

RnR please ^^

Rae#