Title: One More Game

Cast: Park Jimin, Min Yoongi other BTS cast. Starring SEVENTEEN's Woozi (Lee Jihoon), Hoshi (Kwon Soonyoung), and (Choi Seungcheol)

Summary: [CHAPTER 1] Jimin harus mengambil sebuah keputusan; namun apabila keputusan yang diambil adalah keputusan yang salah, ia sebaiknya segera sadar karena ancaman dari pihak lain terdengar menyeramkan…. (BTS FIC; YoonMin; MinYoon; Starring SEVENTEEN Woozi, Hoshi, )

Length: Chaptered

Disclaimer: this story and the idea is ORIGINALLY MINE, but all of the cast belongs to Bighit Entertaiment & God!

Note: typo(s), missing word(s) can found everywhere. So, forgive me if I did! .

WARNING : YAOI CONTENT INSIDE! ( BOY x BOY )

―――

Bangtan_sarang presents

ONE MORE GAME

Park Jimin | Kim Taehyung | Kim Namjoon

―――

Seorang pemuda berjas abu-abu itu terus saja memandangi basketball court di hadapannya. Alisnya bertautan dan insan coklat mudanya itu menelisik satu persatu orang di sana. Tiba-tiba, tatapanya terhenti. Ia membuka map biru muda berisi lembaran-lembaran kertas―yang entah apa―dan seketika matanya melebar setelah membaca sesuatu. Ia bergumam kecil, "apakah data ini benar?..."

"Hei Jimin! Aku mencarimu kemana-mana tahu," sesosok pemuda berjas serupa menghampiri Jimin dan dengan santai mendorong pelan tubuhnya. "Bagaimana? Apakah dengan data yang seperti itu kau masih akan teguh dengan keputusanmu dalam rapat kemarin?" Jimin menunduk dan menatap temannya―Taehyung―dengan ragu. "A-aku tidak tahu Tae. Mereka ini berpotensi, hanya saja coachnya yang-" Perkataan Jimin seketika tersendat tepat saat pemuda―yang sekali lagi―mengenakan jas yang sama, yaitu jas anggota pengurus OSIS―menghampiri mereka berdua.

"Jim, Tae! Your monster is hungry~" Taehyung yang mendengarnya berdecak jengkel dan menatap pemuda tinggi itu malas. "kita makan dulu saja, yuk! Lagipula besok ada rapat lagi, kan?" setelah mendengar lanjutanya, Taehyung langsung tersenyum antusias. "Ide bagus Namjoon hyung! Aku juga lapar," namun berbeda dengan raut wajah Jimin, mukanya tetap saja kusut. "Kau ikut dengan kami, Jim?" Ajak si Tinggi, Namjoon. "well, baiklah, kita lanjutkan permasalahan ini besok."

―――

Sang surya mulai bersinar, membuat Jimin terbangun dari alam mimpinya. Matanya terbuka sayu, dan benar-benar terlihat dari rupa wajahnya―ia terbebani sangat banyak pikiran. Tangannya meraih ponsel putih di meja nakas sebelah kasurnya, kemudian ia membuka messenger. "Dua puluh pesan dari orang yang berbeda? Tidak bisa dipercaya…." Ia melenguh lelah, matanya terpejam sejenak.

Begitulah Park Jimin, siswa paling sibuk diantara siswa-siswa Bangtan Senior High School lainnya. Yang mana kedudukannya menjadi seorang ketua OSIS membuatnya super-duper miskin waktu. Hampir setiap hari―bahkan setiap jam―berbagai tugas diterimanya; selalu mengalir seperti air sungai.

Pada awalnya, Jimin mengira menjadi ketua OSIS adalah suatu hal yang mudah. Kau tahu; terkenal di kalangan adik kelas, mendapatkan nama baik, dipercaya guru…. Dan lain-lain. Namun sekarang, ia menyesal. Ia merasa sangat ingin menarik pemikirannya tentang menjadi seorang ketua OSIS dulu. Saat ini ia benar-benar merasakan seberapa besar beban yang ia terima ketika menjadi ketua OSIS. Ia harus melatih diri agar menjadi sosok yang berjiwa kepemimpinan lah, rajin lah, bertanggung jawab lah… dan saat ini pun Jimin bahkan berani bersumpah; bahwa itu bukan style seorang Park Jimin.

Jimin membangkitkan tubuhnya dan mendudukkan dirinya di samping ranjang. Satu demi satu pesan-pesan itu Ia baca. Namun, ada satu pesan yang sengaja belum ia buka dan tentu saja belum ia baca; dari orang yang tidak dikenal. Bahkan si pengirim itu merahasiakan namanya. "apa-apaan ini?! Apakah ia menguping rapat OSIS kemarin?!" Jimin melempar ponselnya ke atas kasur dengan kasar. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi, ia sungguh-sungguh terlihat geram. Setelahnya, Jimin beranjak dari atas kasur, keluar dari kamar dan membanting pintunya keras.

―――

To: Park Jimin

From: Guess who?

Selamat pagi Park Jimin―ketua OSIS paling belagu, bila boleh jujur. Ya, aku tahu, kau pasti membaca pesan ini tepat setelah kau bangun dari tidurmu kan? LOL, kurasa aku memang tahu semuanya tentangmu.

Ah, kau bahkan belum lama dilantik mejadi ketua OSIS, dan aku masih keheranan; mengapa sifatmu 'langit' sekali? Apakah kau diajarkan sifat seperti itu oleh orang tuamu?

Oke. Langsung saja, aku menolak pembubaran ekstra kurikuler basket. Kau tahu kenapa?

Aku mendengarnya, semuanya, rapat OSIS sialan itu dan percakapanmu dengan kedua temanmu di depan basketball court.

Kau bahkan tahu potensi kami, kan? Tapi mengapa kau lebih memilih membubarkan kami, dan tidak memanggil coach baru untuk kami? Apakah semua orang di sekolah ini lebih menyukai futsal ketimbang basket?

Aku kecewa, tolong ingat itu. Dan demi apapun, aku akan perjuangkan tim basket Bangtan Senior High School sampai kapanpun.

Satu lagi, kami membencimu.

Tolong ingat untuk tidak mencari tahu siapa aku, karena aku pasti akan muncul di saat yang tepat.

Salam.

―――

"wow.. this is creepy, man!" Ucap namjoon dengan logat sok inggrisnya―disertai dengan bibirnya yang menganga lebar―selepas membaca pesan dari orang tidak dikenal di ponsel Jimin yang baru saja diterima pagi tadi. "Tutup mulutmu, dasar bau" celetuk Taehyung yang kemudian dibalas Namjoon dengan deathglare maut miliknya. "hei, kalian ini! Yang penting sekarang itu, apa yang harus aku lakukan?" Kedua sahabat Jimin segera mengubah ekspresinya menjadi lebih serius. Namjoon dan Taehyung itu sangat mengetahui Jimin yang mudah stress dan panik, oleh karena itu mereka segera berpikir untuk mencarikan Jimin solusi.

"Oke, kami tahu kau sangat panik. Jadi, bagaimana kalau kita ke kantin dulu untuk mengisi perut? Sebentar lagi kita sudah masuk jad- SIALAN! KIM TAEHYUNG!" Taehyung sengaja memukul perut Namjoon dengan keras. "yang benar saja! Dasar monster makanan," desis Taehyung sambil melirik Namjoon. Sesaat kemudian, Taehyung menjentikkan jemarinya; menandakan ia telah mendapatkan sebuah ide. "Jim, I've got an idea!" sontak saja Jimin dan Namjoon mendongak dan memperhatikan Taehyung dengan saksama.

Taehyung merangkul kedua temannya itu; Jimin di sisi kanan dan Namjoon di sisi kiri. Kemudian ia membisikkan sesuatu. "Oke, pokoknya saat rapat nanti kita bubarkan saja ekstra kurikuler basket. Dia bilang akan muncul di saat yang tepat, dan bisa kupastikan ia akan muncul untuk protes pada saat itu. Nah, dengan begitu, kita bisa tahu pengirimnya," Taehyung memberi waktu untuk kedua kawannya yang nampak agak sedikit kebingungan itu.

――

"….kemudian aku dan Namjoon hyung akan menahannya sebentar sedangkan kau tunjukkan pesan yang dikirim tadi kepada wakil kesiswaan, Seungcheol sunbaenim. Menurutku, pesan itu tergolong pesan yang kasar, jadi nama 'anak basket' akan dicap jelek olehnya. Ditambah lagi, pesan seperti itu bisa dilaporkan ke BK dan kemungkinan besar ia akan kena point. Seungcheol sunbaenim kan sangat mudah dipengaruhi, jadi aku yakin, ekstra kurikuler basket akan benar-benar dibubarkan… bukankah ini ide yang brilian?"

Namjoon dan Jimin sama-sama membungkam mulutnya dan menatap aneh kepada Taehyung. "rencanamu itu…. Uh, bagaimana ya…. maaf, ribet sekali" ucap Jimin sambil tersenyum canggung dan mengelus tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "ya, itu agak complicated, sih" tambah Namjoon. Taehyung berdecak kecewa, kemudian mengubah posisi tubuhnya yang awalnya merangkul Jimin dan Namjoon menjadi berdiri tegak sambil berkacak pinggang. "pokoknya ikuti saja rencanaku dan lihat apa yang akan terjadi"

Namjoon dan Jimin hanya mengangguk pasrah mendengarnya. Yaa, tidak ada yang tahu kan rencana dari seorang Kim Taehyung bisa saja berhasil? "oke, keputusan sudah diambil. Ayo kembali ke kelas," ajak Jimin kepada kedua sahabatnya. Mereka pun berjalan beriringan menuju kelas.

――

Si rambut merah muda itu memasang kembali headset silver miliknya. Matanya melirik ke arah kiri, menatap tiga orang pemuda yang bertinggibadan terlampau jauh darinya itu sedang berjalan sembari sesekali bercengkrama; mengoceh terus menerus tentang berbagai lelucon yang bahkan tak cukup logis untuk disebut sebagai sebuah lelucon. Permen karet yang sedaritadi ia kunyah itu mendadak ia buang sembarangan, diikuti dengan decihan sinisnya. "nice plan," ia bergumam kecil sambil memperbaiki snapback yang ia kenakan. Setelah selesai, kedua kaki ramping miliknya membawa ia keluar dari tempat persembunyiannya, yaitu di samping deretan loker-loker besar di koridor sekolah. "just look, how far you can fool me" ―ucapnya dengan penuh penekanan sambil menyeringai lebar.

――

One More Game

CHAPTER 1 END

――

Haloh semuanyaaa :D back lagi bersama saya yaitu bangtan-sarang hohoho. Kangen gak? Kangen gak? /yaelah ngapain kangen coba /HA. Oke. Jadi saya bawa FF baru nih, chaptered juga kayak FF sebelumnya WKWK baru satu chapter eh bukannya dapet ide buat ngelanjutin chapter malah dapet ide buat FF baru T^T maafkan yha ideku yang sukanya kemana-mana WKWKWK. Pasti udah pada bisa nebak kan si pinkeu hair/? Duh, gampang ditebak emang :") yahh pokoknya, semoga kalian suka deeh yaa. Kritik dan saran? Kirimkan di REVIEW ya! Jangan lupa untuk FAV dan FOLLOW juga~~ RnR boleh banget :v hehehe sekian aja deh yaaa biar gak kebanyakan, annyeong! :D