Regret
.
.
.
Pairng: Hunkai, slight! Kriskai/Hunhan
Support cast: Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Kim Junmyeon, Zhang Yixing
Warning: Genderswitch/Married life/little bit angst/ooc/typo(s) everywhere
.
.
.
Baca author note please kalau kalian sudah selesai membaca. Biar gak ada kesalahpahaman lagi hehe thanks
.
.
.
Previous chapter
Keheningan menyelimuti mereka berdua, sampai Sehun melepaskan genggaman tangannya, dan mengambil ponsel disakunya. Seketika wajah lelaki itu berubah cerah.
"kembaranku menelpon." Ujar Sehun sambil memperlihatkan layar ponselnya. "sebentar ya, aku akan berbicara dengannya sebentar."
Jongin hanya menatap punggung Sehun yang jalan menjauhinya. Keningnya berkerut dalam, ia tidak mengerti, dan tidak akan mengerti. Layar ponsel Sehun itu.. mati. Tidak ada tanda-tanda bahwa ada panggilan masuk diponselnya.
Kenapa...
Apa yang terjadi dengan Sehun sebenarnya?
.
.
.
.
.
CHAPTER 5
Setelah kejadian itu, Jongin samasekali belum menanyai apapun kepada Sehun, ia tidak mau lelaki itu curiga terhadapnya. Beberapa hari ini Jongin terus mengawasi gerak gerik Sehun jika mereka sedang bersama. Tiffany bilang jika wajah Sehun terlihat lebih hidup setelah kedatangan Jongin kesini. Saat ini Sehun sedang menjadi tour guide Jongin di kota London. Mereka sedang duduk disekitar London Eye untuk mengistirahatkan tubuh lelah mereka.
"musim panas." Ujar Jongin sambil menyeka keringat didahinya.
"ya kau benar. Biasanya jika musim panas aku tidak akan keluar rumah, tapi sekarang berbeda." Sehun menjeda kalimatnya sebentar lalu menggulung setengah lengan kemejanya, "aku bisa merasakan musim panas bersamamu."
Jongin menoleh, dirinya tersenyum, "ya aku juga—astaga Sehun! apa yang terjadi dengan tanganmu!?" ia langsung menarik tangan Sehun dan melotot setelahnya. "kenapa—"
"bukan apa-apa, Jongin." Sehun menjawab dengan nada dingin tanpa menoleh kearah Jongin sedikitpun. Wanita itu termenung. Suasana menjadi canggung dan keheningan menyelimuti mereka selama beberapa menit sampai Jongin memberanikan dirinya untuk membuka suaranya terlebih dahulu.
"emm Sehun, sebenarnya—"
"sebaiknya kita pulang, hari semakin panas." Lelaki itu berdiri, berjalan mendahului Jongin. Wanita itu hanya memejamkan matanya berpikir, beberapa saat kemudian ia melotot. Ia baru sadar jika selama ini Sehun selalu memakai lengan panjang. Padahal dulu jika lelaki itu berada dirumah ia selalu mengenakan kaos oblong maupun singlet. Jongin menggelengkan kepalanya. Ia harus sesegera mungkin memastikan jika dugaanya terhadap Sehun adalah salah.
"Jongin!"
Wanita itu tersentak, melihat Sehun memanggilnya dari jarak yang sudah agak menjauh dengan wajah yang datar. Ia menghela napas. Baiklah, mungkin tidak sekarang bertanya langsung kepada Sehun. kemudian ia segera beranjak dari duduknya dan berjalan menyusul lelaki itu.
..
"jadi kau tidak ingat?"
Tiffany menggeleng. Sore ini Jongin sengaja mengajak Tiffany ke sebuah cafe dekat tempat wanita itu bekerja. ia masih penasaran tentang Sehun yang selalu mengenakan lengan panjang.
"serius, Jongin. Memang apa yang salah dengan Sehun yang memakai lengan panjang? Bisa saja kan karena ia tidak mau kulit putih susunya menjadi hitam karena terbakar sinar matahari? This is summer, Jongin. Dan itu hal yang wajar."
"tidak Tiff. Apa kau memperhatikan jika Sehun sedang berada dirumah dia selalu mengenakan lengan panjang?"
Tiffany mengernyit sebentar kemudian mengangguk. "nah maka dari itu aku bertanya apa sejak Sehun datang kesini dia selalu memakai lengan panjang?"
"umm, i'm not sure Jongin, but.. jika aku tidak salah Sehun memang selalu mengenakan lengan panjang, dan yeah mungkin sejak dia datang kesini."
Berarti sudah lama. Jongin membatin. Ia mengetuk-ngetuk jarinya dimeja dengan raut gelisah. Tiffany yang melihat itu segera menggenggam tangan Jongin.
"sebenarnya ada apa?"
Yang ditanya menghela napas. Entahlah, aku sendiripun masih ragu jadi aku tidak akan berani menyimpulkanya secara asal."
Tiffany mengangguk, "oke aku mengerti." Ia tersenyum, kemudian menatap tangan Jongin, "by the way, cincinmu sangat indah."
Jongin mengikuti arah pandang Tiffany, tanpa sadar ia mengelus cincin itu dan tersenyum. Ah dirinya jadi teringat Kris, terakhir ia menghubungi lelaki itu adalah tadi pagi sebelum ia berjalan-jalan dengan Sehun. mengingat itu ia merasakan dadanya sesak. Betapa jahatnya ia memainkan perasaan Kris dan Sehun sekaligus. Tapi dia tidak bisa memilih. Jika Sehun tau ia sudah bertunangan dengan Kris mungkin lelaki itu bisa tambah sakit dan masalah ini tidak akan selesai. Dan jika Kris tau Jongin kesini adalah untuk menyembuhkan Sehun, lelaki itu pasti kecewa padanya. Ia menutup matanya sejenak. 'Biarlah seperti ini dulu, maafkan aku yatuhan.'
.
.
.
Regret
Sudah tengah malam dan Jongin masih belum bisa menutup matanya. Terlalu banyak beban hidup dan dosa yang harus dia tanggung saat ini. Ia ingin menangis tapi rasanya sangat susah mungkin airmatanya sudah mengering. Ia tidak mengerti, kenapa ia berbaik hati pada Sehun yang jelas-jelas sudah menyakiti hidupnya? Kenapa ia harus membohongi Kris yang jelas-jelas sudah sangat tulus kepadanya? Kenapa ia masih mencintai Sehun? kenapa ia sampai saat ini belum mempunyai rasa apapun terhadap Kris. Terlalu banyak pertanyaan kenapa sehingga ia merasakan kepalanya berdenyut sakit.
Jongin mengambil ponselnya, ia akan menghubungi Baekhyun jika sedang dalam masa sulit seperti ini. Laagipula walaupun Jongin belum menceritakan perihal ia pergi ke London kepada sahabatnya itu, setidaknya pasti wanita itu bisa menghibur Jongin dengan cara apapun.
"Jongin?"
"ya Baek, ini aku."
"oh!?" Terdengar pekikan diseberang sana. "Kukira disana sudah tengah malam?"
"aku.. tidak bisa tidur."
"benarkah? Ada apa?"
"aku—" Jongin mengernyitkan dahinya, samar-samar ia mendengar suara ribut disana.
"Jongin maafkan aku, disini lagi ramai—" ia bisa mendengar suara Baekhyun yang berteriak "aku akan memutuskan telepon dan mengganti dengan video call, oke?"
Belum sempat menjawab, Baekhyun sudah memutus panggilannya, tak lama wanita itu menghubunginya lagi via video call, dengan cepat Jongin menekan tombol hijau.
"JONGIIINNN!"
Jongin melotot. Disana ramai bukan main. Bukan ramai seperti pasar, melainkan disana semua teman-temanya ada, bahkan oppa dan keluarganya pun ada, jangan lupakan keberadaan Kris dipaling belakang karena dia yang paling tinggi.
"hai Jongin apakabar? Apa kau baik-baik saja disana? Kenapa tidak menghubungiku?" ucap Junmyeon, selaku orang yang paling depan dilayar ponsel Jongin.
Ia hanya tertawa pelan, "maafkan aku oppa, tapi aku baik-baik saja disini. Hanya saja aku jarang mengecek ponselku jadi yah begitulah."
"kau makan dengan baik? Bagaimana dengan tempat tinggalmu disana? Tidak ada orang yang berniat jahat kepadamu kan?" tanya Yixing yang berdiri disamping Junmyeon, sambil menggendong Zuyi yang sedang tertidur.
"ya, aku makan dengan baik, eonni. Disini sangat nyaman dan juga orang disini tidak ada yang berniat jahat kepadaku, jadi kau tenang saja." Jawab Jongin sambil memberikan senyumnya untuk meyakinkan oran-orang disana.
Setelahnya, Jongin bercakap-cakap dengan Chanyeol dan leluconya yang membuat Jongin terbahak, dan juga dengan Kyungsoo dan teman-temannya yang lain. Rupanya mereka sedang merayakan pesta pernikahan salah satu kenalan Jongin.
"wah sayang sekali kau tidak disini, Jongin." Ucap Baekhyun setelah Jongin puas berbicara dengan teman-temannya. Kini wanita itu hanya sendiri dan sepertinya dia sedang berada ditempat yang sedikit sepi.
"yah, aku juga ingin berkumpul dengan kalian tapi kau tau keadaan tidak mendukungku, Baek."
Terlihat Baekhyun yang menghela napasnya. "ini sudah tiga minggu Jongin, apa kau tidak mau menceritakan apa-apa?"
Wanita itu terdiam sebentar, ia menggigit bibirnya ragu. Haruskah ia memberitau Baekhyun sekarang?
"Jongin? Aku tidak akan memaksamu. Tapi aku tau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu bukan? Kalau tidak, mana mungkin kau menghubungiku saat disana sedang tengah malam? Aku kenal dirimu bukan hanya setahun duatahun Jongin. Jadi aku mohon jangan memkasakan dirimu untuk menyimpan beban itu sendirian."
Jongin mulai terisak. Lalu selanjutnya ia menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu sambil menangis. Awal Tiffany menghubunginya, sampai keanehan-keanehan yang Sehun alami. Baekhyun menatap iba kepadanya.
"kau tau? Jika aku disana aku pasti akan memelukmu dengan erat dan memberikan kata-kata yang menenangkan untukku."
"Baek.."
"Jongin. Kau tau benar yang kau lakukan itu salah. Sehun sudah bukan tanggung jawabmu, dia bisa ditangani oleh psikiater disana, bukanya dirimu." Baekhyun berkata selembut mungkin, tidak mungkin ia membentak Jongin yang sedang rapuh walaupun sebenarnya ia sangat ingin melakukannya. "dan Kris tidak mengetahui hal ini?"
Jongin hanya menggeleng. Terdengar helaan napas kasar disana. Ia melihat wajah Baekhyun yang menatapnya dengan pandangan marah, namun wanita itu masih tetap tersenyum walaupun terkesan dipaksakan.
"kau harus memberitau Kris, Jongin. Dia berhak tau."
"aku tidak bisa Baek, jika Kris tau ia akan langsung menjemputku disini.
"lalu? Sehun masih bisa sembuh tanpa adanya dirimu Jongin. Mengertilah. Sehun sudah bukan tanggung jawabmu, tanggung jawabmu sekarang ini adalah Kris. Kau taukan betapa Kris mencintaimu dengan tulus? Bagaimana dia selalu mengerti dirimu? Tidak seperti Sehun yang malah melampiaskan napsunya dan malah berselingkuh dibelakangmu. Sadarlah Jongin. Pilihanmu sekarang ini adalah salah besar!" napas Baekhyun diseberag sana tersenggal walaupun wanita itu berteriak, tapi Jongin yakin dia sedang menahan emosinya. "apa kau masih mencintainya?"
"ya aku tau pilihanku memang salah, Baek. tapi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Sehun pernah mengisi hari-hariku. Dia juga sudah menyesali perbuatanya." Jongin menarik napasnya sebentar, "aku.. tidak tau Baek. tapi ketahuilah yang aku perbuat saat ini hanya karena aku ingin menyembuhkannya, tidak ada hal lain."
Baekhyun tidak habis pikir. Kenapa Jongin begitu keras kepala? Meninggalkan tunanganya hanya demi menyembuhkan mantan suaminya yang jelas-jelas adalah orang yang telah menyakitinya. Hanya satu yang dapat Baekhyun simpulkan, sambil menatap Jongin dengan pandangan kecewa, wanita itu berkata, "kau terlalu baik, Jongin."
Setelah Bakhyun berkata seperti itu ia meminta untuk berbicara sebentar dengan Kris, karena Jongin tau Baekhyun kecewa padanya. Jika Baekhyun saja bisa kecewa seperti ini, bagaimana dengan Kris?
"honey."
Mendengar itu, Jongin mengangkat kepalanya yang tadi sedang menunduk dan memasang senyum terbaiknya. Ia sudah menghapus airmatanya dan sudah memastikan bahwa matanya tidak terlihat benkak. Namun sepertinya Kris terlalu peka untuk menyadarinya.
"hey kau menangis?"
Jongin terkejut, namun cepat-cepat ia menutupi wajah terkejutnya, "yah sedikit, karena terlalu rindu dengan Baekhyun dan juga kalian semua."
"aku lebih merindukanmu." Jongin tersenyum mendengarnya, "kenapa kau belum tidur? Harusnya disana sudah tengah malam."
"entahlah, aku hanya tidak bisa tidur."
Ia bisa melihat dahi Kris mengenyit, "ada sesuatu yan kau pikirkan?"
"tidak!" Jongin memekik, "maksudku, tidak ada. Aku hanya tidur terlalu lama tadi jadinya saat ini aku tidak mengantuk sama sekali."
Kris hanya mengangguk, untungnya lelaki itu percaya. Setelahnya mereka mengobrol cukup lama. Kris menceritakan kesehariannya disini tanpa Jongin. Tapi tidak dengan Jongin. Ia hanya membahas seadanya saja lagipula ia tidak pandai berbohong, hanya sekali ini saja dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
"kau mengantuk," ujar Kris saat melihat Jongin menguap.
Jongin mengangguk, "ya sepertinya aku mulai mengantuk," wanita itu mulai merebahkan tubuhnya tanpa melepas pandanganya dari lelaki tampan yang berada dilayar ponselnya.
"sebaiknya kau tidur."
Jongin hanya menggumam sebagai jawaban. Kemudian ia menatap Kris dengan sendu. "Kris? Maukah kau menungguku?"
Kris tergelak diseberang sana, "kau ini bicara apa hm? Aku disini dan akan menunggumu pulang."
Jongin merasakan airmatanya sudah menumpuk dipelupuk matanya, jika ia berkedip sedikit saja, ia yakin airmata itu langsung menetes. Bukan itu yang dimaksud Jongin. Bukan untuk menunggu Jongin pulang.
"baiklah, sekarang kau tidurlah Jongin. Aku mencintaimu."
"ya Kris terimakasih, aku juga."
Tanpa Jongin sadari, seseorang mendengar percakapannya bersama sang tunangan.
.
.
.
Regret
"Good Morning guys." Tiffany menyambut kedatangan Jongin disusul Sehun yang berjalan tepat dibelakang Jongin. Tadi saat Jongin keluar kamar ia berpapasan dengan Sehun yang juga ingin turun, jadilah mereka turun bersama.
"Morning Tiff." Sapa Jongin sambil mengambil tempat duduk dimeja makan. "wah sepertinya waffle buatanmu telah mengundang cacing-cacing diperutku."
Tiffany tergelak, "santaplah mereka kalau begitu. Aku yakin cacing didalam perutmu akan terpuaskan dengan itu."
Mereka tertawa setelahnya, kemudian Jongin menyadari sesuatu, "dimana Sehun?"
"kamar mandi." Ia bisa melihat wanita dengan eye smile itu sedang merapikan penampilanya. "aku berangkat, Jongin. Maafkan aku tidak bisa sarapan bersama kalian. Jangan lupa awasi Sehun saat dia sedang makan." Tiffany mengecilkan suaranya diakhir kalimat. Setelahnya ia bergegas pergi setelah mencuri satu cubitan dipipi Jongin.
"dimana Tiffany?"
"sudah berangkat."
Sehun hanya mengangguk. Lelaki itu mengambil tempat tepat disebrang Jongin lalu memakn makanannya dalam diam tanpa menoleh kearah Jongin sedikitpun.
"Sehun kau baik-baik saja?"
"aku baik. Ada apa memangnya?" lelaki itu mengalihkan pandanganya. Ia menatap wajah Jongin dengan pandangan datar. Jongin balik menatap matanya. Kosong. Itulah arti tatapan dari Sehun, ia tidak tau kenapa tetapi sepertinya memang ada yang salah dengan Sehun dan mungkin ia yang telat menyadarinya.
"kau tau Sehun jika kau sedang merasa kesepian aku bisa menemanimu, seperti teman mengobrol mungkin? Atau kau sedang mempunyai masalah? Kau bisa ceritakan padaku." Jongin mencoba memancing Sehun dengan nada cerianya agar lelaki itu tidak menaruhu curiga padanya.
"aku sudah bilang aku baik-baik saja, Jongin. Dan terimakasih dengan tawaranmu, aku selesai." Sehun beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan Jongin yang termenung diruang makan.
..
"sedang apa?"
"ck, mengganggu saja."
Orang itu hanya terkekeh. Ia berjalan mendekati lelaki yang sedang duduk dipinggir tempat tidur dengan pandangan kosong.
"memikirkan Jonginmu?"
"diam!"
"ouh rupanya ada yang sedang patah hati disini. Hahaha"
Sehun mendesis. "kau tau, Shixun? Semakin lama aku mengenalmu semakin aku membencimu."
Orang itu –Shixun- menampilkan wajah terkejutnya yang dibuat-buat "whoa benarkah!? Sayang sekali padahal aku bahagia bisa bertemu denganmu." Kemudian Sehun bisa mendengar tawa mengejek dari bibir Shixun.
"hey kau tau Sehun?" sehun tidak menjawab, ia hanya memandang tajam Shixun yang sekarang tengah menyeringai kearahnya, "kau itu harusnya tidak pernah dilahirkan! Ayahmu saja selalu menganggapmu tidak berguna. Ibumu? Bahkan dia pergi disaat tau suaminya mengalami gangguan jiwa. Tidakkah kau merasa kasihan pada dirimu sendiri? Dan sekarang apa? Orang yang kau cintai telah bertunangan dengan seorang lelaki yang jelas lebih baik dari seorang brengsek sepertimu."
Sehun termenung ditempatnya. Ia ingat betul dulu saat keluarganya dililit hutang yang sangat besar, ayahnya menjadi stress dan sering mabuk-mabukkan. Karena kekesalan sang ayah tak bisa terlampiaskan, akhirnya sang ayah sering memukuli Sehun kecil. berkata jika Sehun seharusnya tidak usah dilahirkan karena menambah beban orangtuanya. Keluarganya yang memang sudah miskin ditambah dengan keperluan Sehun membuat ayahnya banyak berhutang disana sini. Entah itu hutang judi, hutang pada rentenir dan masih banyak lagi. Dan karena itu ibunya pergi meninggalkan mereka berdua. Dan setelah itupun Sehun harus melihat ayahnya dibunuh didepan matanya sendiri. Saat para bodyguard itu mengacak-acak isi rumah Sehun, ia bersembunyi dilemari dan tak lama ayahnya pulang dalam keadaan mabuk. Setelah itu Sehun tidak ingin mengingatnya lagi karena itu adalah hal terburuk yang pernah dialaminya.
Cobaan hidup Sehun bukan hanya disitu saja. Ia terluntang lantung dijalanan selama beberapa hari, memakan makanan dari tempat samapah. Suatu hari ia sekarat, dan ia ditemukan oleh anak gadis yang baru saja pulang dari pasar. Ketika anak gadis itu bertanya keadaanya, Sehun kecil hanya berkata bahwa ia lapar dan akhirnya anak gadis itu membawanya ke sebuah panti asuhan tempat gadis itu tinggal.
"siapa namamu?"
"Tiffany."
Sejak saat itu Sehun tidak bisa mengabaikan kebaikan anak gadis itu, jika saja ia tidak datang, maka Sehun sudah akan mati dijalanan. Ia bertekad akan menjadi anak pintar dan menjadi orang sukses agar anaknya kelak tidak merasakan apa yang pernah ia rasakan sebelumnya. Lalu saat beranjak SMA, Sehun bertemu dengan pujaan hatinya, ialah Kim Jongin.
"jadi kau yang bernama Kim Jongin?"
"y-ya, sunbae."
Saat harusnya Sehun memarahi anak itu karena dia lupa membawa nametagnya, Sehun malah mengelus sayang kepala Jongin. Entah, ia bilang kepada teman-temannya wajah Jongin sangatlah manis dan polos, tidak pantas untuk dimarahi, apalagi jika dibentak. Dan itulah awal mula Oh Sehun mencintai Kim Jongin.
"merenungkan masalalu, huh?"
"Shixun.." suara Sehun sangat lirih, namun menyiratkan ketegasan.
"baiklah-baiklah, aku pergi adik kecil." Setelah mengatakan itu Shixun sudah lenyap dari hadapan Sehun.
"aaarrgghh brengsek!"
Jika semua orang yang melihat Sehun hanya dalam sekali pandang, mungkin mereka akan beranggapan bahwa Sehun itu tampan, Sehun itu sempurna, Sehun itu anak dewa Zeus, dan masih banyak Sehun ini dan itu. tetapi siapa yang tau bahwa Sehun yang sempurna sebenarnya adalah orang yang rapuh? Orang yang membutuhkan berjuta-juta kasih sayang?
Tak ada satu orangpun tau masa kelam Sehun. tidak dengan Jongin, maupun Tiffany. Sehun hanya memendam rasa sakitnya sendirian. Rasa sakit yang tidak nyata sehingga ia sendiri yang membuat rasa sakit itu menjadi nyata.
Sret
Sehun menatap puas keadaan tanganya. Darah yang mengalir begitu banyak dan ia menikmati itu. ia menikmati rasa sakitnya yang menjadi nyata. Dengan pandangan datar ia terus menyiletkan pergelangan tanganya. Setelah dirasanya cukup, ia membaringkan tubuhnya dilantai sambil memejamkan matanya, membiarkan darah yang terus mngalir dari pergelangan tanganya.
'hiks, tidak mungkin..'
.
.
Kris, maukah kau menungguku?
Menungguku sampai aku bisa mencintaimu.
.
.
.
TBC
A/N: halo gimana dichapter 5? Hehehe semoga memuaskan walaupun sebenarnya aku gak yakin:') btw sifat sehun berubahnya terlalu cepet ya? Sengaja karna kan aku udh bilang chap ini gak sampe 10 chap, mungkin hanya sampe chap 6/7 jadi kalau alurnya kecepatan harap dimaklumi ya. ohiya ada beberapa hal yang harus aku jelaskan disini biar kalian mengerti.
» pertama, aku gak pernah buat karakter jongin disini jadi murahan huhu TAT maksutnya jongin begitu cium2 sehun itu karna dia gak mau sehun curiga sama kedatanganya dia. Memang jongin blm bisa move on dr sehun, jelas lah karna kan sehun dulu sayang bgt2 sm jongin sebelum dia selingkuh. Jd semoga kalian ngerti sm karakter jongin disini ya, jgn salahin dia, dia itu cm malaikat yg turun untuk lelaki2 tampan:')
» soal yg tanya apa sehun punya alterego atau bukan, aku gabisa spoiler hehehe. Ikutin terus ff ini yaa!
» ada kesalahan kemaren dichap sebelumnya. Aku pernah bilang kalau junmyeon kakak ipar jongin dan kemarin aku bilang dia kakak kandung jongin. Huhu maafkan kecerobohanku, disini junmyeon jd kakak kandung jongin. Terimakaish sudah mengingatkan!
» soal jongin yang udah sembuh dari traumanya, jawabanya itu belum. Karna jongin blm pernah melakukan hubungan badan dengan siapapun, tapi itu tidak termasuk kissing. Ia masih bisa menahan gejolak aneh pd saat dia berciuman tp kalo udh melebihi itu tubuhnya bakal bereaksi menolaknya. Udh paham? Semoga udh ya hehe:v
Udah ah segitu aja ya. Kalo ada yg belom jelas bisa tanya2 di review atau dipm. Tp aku gak yakin kalo pm bisa fast respon, aku jarang buka pm
Big thanks to: [ miga maryana ][ Kainini ][ Hhh ][ Deramy ][ cute ][ Siapa saya ][ Guest ][ jongiebottom ][ SeKai Candyland ][ Kiki2231 ][ yuviika aka yuvikimm97 ][ ismi . ryesomnia ][ VinGgu HunKai ][ jjong86 ][ novisaputri09 ][ ohkim9488 ][ uchiha merry ][ kim . jin. 9047 ]
See u in chap 6!
Ps: can i get 100 review for this chap? Hehehe T.T
Review please?