Seberkas cahaya berbentuk lingkaran dengan diameter setinggi orang dewasa terpancar di arena pertandingan ujian chunnin yang sempat luluh lantak beberapa waktu lalu. Perlahan satu-persatu shinobi keluar dari portal lingkaran tersebut. Boruto lah yang pertama kali keluar dan menjejakkan kaki kembali ke tanah kelahirannya, setelah pertarungan didimensi yang berbeda bersama empat kage lainnya.

Naruto membantu Sasuke berjalan, sebelah tangannya di rangkul Naruto. Mereka berhasil pulang dengan selamat. Tersirat kebahagiaan di raut wajah keduanya, walau pun mereka tampak sangat kelelahan. Apalagi, memakai kemampuan matanya dalam waktu yang cukup panjang, serta melawan monster sejenis dewa yang memiliki kekuatan diatas shinobi pada umumnya.

Sakura menyambut suaminya dengan sumringah. Gadis bersurai sewarna bunga musim semi itu memang sudah menunggu di tempat duduk penonton. Instingnya mengatakan bahwa suaminya akan segera datang, membuatnya betah menunggu. Ia langsung berlari memeluk suaminya, mendekapnya dalam pelukan hangat yang dalam. Sarada hanya memperhatikan adegan 'temu-kangen' dari sudut lapangan. Dirinya sendiri merasa senang melihat kepulangan ayahnya. Tak lama setelah itu, Sasuke pingsan dan segera di tangkap Sakura.

"Tidurlah dengan nyenyak, sayang!" Sakura menggendong Sasuke di bahunya, seperti memanggul karung beras. Naruto dan Boruto sweatdrop melihat tingkah Sakura, sedangkan Sarada hanya memutar bola matanya seperti sudah sering melihat kejadian itu atau bahkan kejadian yang lebih 'awkward' dari itu.

"Sakura, dimana Hinata?" tanya Naruto memperhatikan Sasuke yang sudah tertidur lelap, menikmati bunga tidurnya. Ia sendiri merasa senang sahabatnya langsung disambut istri tercintanya.

"Aku belum bertemu dengannya hari ini, aku harus merawat Sasuke-kun dulu! Jaa, Naruto!" Sakura pergi meninggalkan Naruto dan Boruto yang masih terdiam di tengah arena.

Sarada menghampiri Boruto, mereka berbincang sebentar, kemudian menghilang via shunsin. Menyisakan Naruto sendirian di tengah lapangan.

"Hoam, sepertinya kantor sedang sibuk-sibuknya!" Naruto mulai merapal segel.

"Kagebunshin no jutsu!" Tampak banyak bayangan yang berbaris rapi didepan Naruto.

"Nah, sekarang waktunya bekerja kembali! Ganbatte!" teriak Naruto asli dengan tangan terkepal tinggi.

Tidak ada satu bunshin pun yang merespon teriakan semangat dari Naruto. Mereka terdiam, hanya saling pandang satu sama lain.

"Apa kita tidak bisa libur lebih lama?" tanya salah satu bunshin.

"Kemarin kita baru saja liburan," ujar Naruto singkat. Memang benar ia baru liburan, pertarungan di dimensi yang berbeda membuat pekerjaan para bunshin di kantor terhenti. Bunshin-bunshin mulai menghela nafas.

"Bunshin yang pertama menyelesaikan pekerjaannya akan mendapat Ramen edisi terbatas!" Naruto mengambil sebuah gulungan, melepas segelnya, tertera sebuah cup ramen ukuran jumbo dengan cover berwarna merah. Ia mengangkat cup ramen lebih tinggi dari badannya. Mata kaum bunshin berbinar-binar menatap objek yang menjadi pusat seluruh pasukan bunshin, ada yang sampai meneteskan air liur.

"Sekarang, mulai pekerjaannya! Ayo!"

"YO!" semua bunshin menghilang menyisakan Naruto seorang. Ia merenggangkan ototnya. Menyimpan tangannya di belakang kepala. Tampilannya sudah compang-camping, jubah kebesarannya saja yang masih utuh. Ia sempat melepas jubah yang bertuliskan 'nanadaime' yang sering ia kenakan sebelum bertarung. Di pikirannya terlintas wajah Himawari dan Hinata.

"Ah, ya Hinata-chan dan Himawari pasti sudah merindukanku!"


WARNING!

Semi-canon

Genre : Familly, Friendship, Hurt/Comfort

Rate : K+

Disclaimer : Masashi Kisimoto

Pairing : (Naruto Uzumaki, Hinata Uzumaki),

Chara:

Boruto Uzumaki

Himawari Uzumaki

Sasuke Uchiha

Sakura Uchiha (Haruno)

Sarada Uchiha

DON'T LIKE? RnR PLEASE!


"Apa? Kau anak dari Naruto, aku seperti pernah mendengar nama itu. Tapi, kapan ya?" pikir wanita paruh baya yang sibuk memandang gadis kecil yang memakan nasi dengan telor orak-orik, tak lupa dengan saus tomat yang membanjiri setiap butiran nasi. Wajahnya tampak penuh dengan butiran nasi yang menempel di sekitar mulutnya.

"Sudahlah, Kushina. Biarkan anak ini makan dulu dengan tenang, nanti saja acara introgasinya," Minato membulak-balik koran sembari meminum secangkir kopi hangat. Mereka duduk di ruang makan, Himawari duduk berhadapan dengan Kushina, sedangkan Minato duduk di sebelah kushina. Menma sudah pergi sejak tadi karena ia jounin yang sedang memimpin sebuah tim genin.

Kushina bertopang dagu, mulai mengenang kejadian tadi malam sembari menunggu Himawari selesai makan. Sudah semalaman, Menma menemani Himawari tidur. Gadis kecil itu sempat menangis hingga dini hari saat ia tau bahwa Menma bukan ayahnya. Menma yang ngerasa iba, akhirnya mengeluarkan peran kewibawaan seorang ayah. Menemani Himawari hingga terbang kedalam alam mimpinya.

"Baa-chan, bisa tolong ambilkan minum?" tanya Himawari, kaki-kaki kecilnya menggantung dan bergerak kesana-kemari.

"Sekarang, aku merasa seperti punya seorang cucu yang manis. Ini minumnya, pertama-pertama bersihkan dulu wajahmu dari noda merah-putih itu," Kushina mengambil sehelai kain, lalu mengelap sekitar pipi chubby Himawari.

"Arigatou, obaa-chan."

"Jadi kita mulai sesi tanya jawabnya, siapa anggota keluargamu?" tanya Kushina, ia duduk bersebelahan dengan Himawari. Minato mendengarkan sesi tanya-jawab dengan meminum kopi hangatnya.

"Ayahku, nanadaime, Naruto Uzumaki, pahlawan perang dunia ke-4," Minato menyembur kopinya ke koran dihadapannya.

.

.

.

"Siapa nama mu?" tanya menma dingin, ia menatap wajah menggemaskan Himawari. Gadis kecil itu masih memeluk kaki jenjangnya. Ia menghiraukan pertanyaan Himawari sebelumnya yang menanyakan 'siapa itu Menma?' serta memanggilnya ayah.

"Tentu saja namaku Himawari, masa Tou-chan lupa!" Himawari masih asik sendiri, ia mendekap kaki ayahnya. Menma mendudukkan Himawari di atas kasur, ia menyamakan tingginya dengan Himawari.

"Dengar, namaku Menma Namikaze dan satu lagi, yang terpenting, aku bukan ayahmu. Camkan hal itu!" Menma kembali berdiri, ia hendak keluar ruangan. Tapi, tangan mungil Himawari menarik ujung jaketnya.

"Hiks... Jangan pergi... Hiks..." Menma melepas genggaman tangan Himawari dari jaketnya, kemudian berjalan keluar kamar tanpa kembali melihat kebelakang. Bahkan, ia tidak melihat sorot mata Himawari.

Kushina yang ada diruangan itu, langsung memeluk Himawari. Berusaha menenangkannya, ia menyuruhnya untuk tenang. Sembari ditanya dimana alamat rumahnya, agar bisa diantar pulang. Orang tua Himawari pasti sedang mengkhawatirkannya saat ini. Tangis Himawari tak kunjung reda, ia tetap menangis di pelukan Kushina. Anak ini menginginkan menma untuk menemaninya, hanya itu.

Wanita paruh baya itu keluar kamar, ia menuju kamar Menma. Membukannya dengan sedikit gebrakan, tidak ada seorang pun disana. Hanya ada tempat tidur yang ditata cukup rapi, perpaduan warna hitam dan orange menghiasi kamar tersebut. Berbanding terbalik dengan kamar Naruto, sekeras apa pun Hinata membereskannya, pasti akan berantakan lagi dan lagi.

Kushina membuka kamarnya sendiri, Minato sedang sibuk dengan alam mimpinya. Tertidur di meja kerjanya dengan gulungan yang terbuka di sekitar meja. Ada gulungan yang sampai tergantung kebawah. Kushina menepuk pundak suaminya pelan, makin lama malah makin keras. Suami tercintanya itu tak terkunjung terbangun. Tetap menikmati bunga tidurnya, kepalanya menyentuh sebuah gulungan yang tintanya masih agak basah, sehingga di pipinya terpampang kanji-kanji hitam bekas tinta dan sesekali mengeluarkan dengkuran halus.

BRAK-

"Apa? Apa? Hoam, sayang, ada apa?" tanya Minato dengan polosnya, ia sepertinya ia tidak terlalu terkejut setelah jatuh dari kursi kerjanya. Baru saja, salah satu kaki kursinya di patahkan Kushina dengan ganasnya, sang kursi pun berakhir tragis.

"Cepat cari Menma, anak itu menghilang! Gadis kecil itu membutuhkannya! Awas, jika kau tidak menemukannya, aku akan..." Kushina menunjukkan tinjunya, serta aura membunuh yang menguar dari seluruh bagian tubuhnya. Pantas saja dia disebut the Red Habbanero, memang agak menyeramkan saat dia marah.

"Tunggu disini ya sayang," Minato sempat mencuri kecupan bibir dengan Kushina, sebelum menghilang via Hiraishin. Wajah Kushina memerah sewarna rambutnya, ia memegang bibirnya yang baru saja dikecup suami tersayangnya. "Aku akan menunggumu, selalu menunggumu pulang."

Menma terduduk di atas pahatan wajah Hokage, wajah seseorang tidak tampak asing baginya. Danzo, pemimpin anbu yang terkenal dengan kebijaksanaannya dan kesetiaannya dalam melindungi desa.

"Kau mengenal orang tua anak itu, kan ayah?" Menma terus menatap ke depan, memperhatikan keindahan desa di waktu malam.

"Dari mana kau tau itu?"

"Sorot matamu dan cara pandangmu terhadapnya. Seolah-olah gadis kecil itu bukan mata-mata dari desa lain."

"Ya, dia bukan dari dimensi ini, ia berasal dari dunia yang berbeda dengan kita. Warga atau anbu akan meneliti anak itu, jika kita membiarkan ia pergi dari rumah kita."

"Bagaimana jika kita mengembalikannya ke dimensinya?"

"Kita belum menemukan cara itu, lagi pula Kushina sudah terlanjur menyayanginya. Ia sudah tidak memikirkan kematian gokage, semenjak kehadiran Himawari. Ia jadi jarang bersedih."

Menma terdiam sembari menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. "Ayah tidak ingin melepasnya? Aku akan menjadi seorang ayah dimatanya."

"Anggaplah ia anakmu dengan Hinata Hyuga."

"Bagaimana bisa? Ia memang mencintaiku, ini tidak akan semudah itu."

"Terdengar rumor bahwa marga Hyuga akan melakukan kudeta. Jika kita melakukan penyatuan kedua keluarga ini, maka hal itu tidak akan terjadi. Apa kau mau mengorbankan nyawa banyak orang hanya untuk keegoisanmu? Hanya ini satu-satunya jalan."

Menma tidak memberikan jawaban, pikirannya masih berkutat dengan kasus pernikahan paksa oleh orang tuanya itu. Bagaimana bisa ayahnya memikirkan cara seperti itu? Anak itu, Himawari, bukan anaknya dan bukan anak Hinata. Dia anak orang lain yang mereka adopsi.

"Himawari pasti mengetahui siapa orang tua kandungnya."

"Akan ku hapus sebagian ingatannya. Ayo pulang, kushina menunggumu!" Minato kembali menghilang via hiraishin.

Mengkorbankan satu orang untuk nyawa banyak orang. Keinginan memang membutuhkan pengorbanan. Kehidupan ini memang pelik. Sadarkah gadis kecil itu bahwa ia hanya dimanfaatkan?

.

.

.

Naruto memasuki rumahnya dengan senyum mengembang. Inilah hari terbaiknya dimulai, ia bisa pulang dengan selamat, meski pun ada beberapa luka ringan. Itu bukan hambatan, pemulihannya cepat dengan bantuan chakra Kyuubi. Jadi, ia tidak perlu mengecek dirinya ke rumah sakit.

"Tadaima!" teriak Naruto diambang pintu masuk. Tidak ada orang yang menyambutnya sejauh mata memandang. Tidak ada suara langkah kaki turun, ruang makan di sebelah kiri tidak jauh dari pintu masuk juga tampak sepi. Naruto beralih ke dalam dapur, mungkin saja istri tercintanya sedang memasak disana.

"Tidak ada,"

"Tidak ada!"

"Kosong!"

"Kemana mereka? Hinata-chan! Hima-chan!"

Seluruh ruangan lantai satu dan dua sepi, tidak ada orang yang tersisa disana. Barang-barang juga tertata rapi, tidak ada hal ganjil disana.

"Hey gaki, aku tidak dapat mendeteksi chakra mereka."

Naruto menggunakan mode sennin dan mode Kyuubi sekaligus, "aku merasakan chakra Hima-chan di tempat yang jauh, hanya saja aku tidak bisa mendeteksi chakra Hinata."

"Ada chakra asing di sekitar hutan bukit Hokage," Naruto melakukan shunsin.

"Itu dia!"

Naruto mengejar sekelebat bayangan yang tiba-tiba melintas. Ia mengejarnya hingga tanpa sadar, ia masuk ke dalam tengah hutan. Berungkali ia berusaha menghentikannya dengan berbagai cara, bisa saja orang itu penduduk desa lain atau seorang missing-nin.

Grep

Naruto melihat kebawah, sebuah lingkaran dengan kanji-kanji aneh berada di bawah kakinya. Pergerakan tubuhnya terhenti, ia seperti dilumpuhkan dan menjadi patung batu.

"Kyuubi!"

"KYUUBII!"

Tidak ada respon dari dalam sana, sekeras apapun teriakan dalam pikirannya.

.

.

.

TBC (again!)

.

.

.

Gomen ne atas keterlambatan chapter 2 ini, tadinya puru mau up 2 minggu lagi /plak. Karena sudah 'banyak' yang review jadi puru up lebih cepat dari jadwal yang seharusnya. Arigatou untuk yang sudah bersedia review, fav n foll n pm! Maaf (lagi), tidak bisa membalas review ya. ((ga nyangka ada yang bersedia memberikan fav n foll n pm n review~~~))

Kalau soal tokoh Naruto dkk. yang baru muncul sekarang (di chap 2). Itu karena pahlawan selalu datang belakangan kan?/ngeles.

Review ya~

Fav n Foll please!