Chapter 9

MY NAMJA

By : Han Kang Woo

Cast : Xi Luhan, Oh Sehun, etc

Main Cast : HunHan

Genre : Romance

Warning : BL (Boys Love), NC, Banyak Typo, FF ini hanya pinjam nama saja

Rated : M

DLDR

= Happy Reading =

O…O…O…O…O…O…O…O…O

o

o

o

o

A.N : Lagi lagi chapter lalu terpotong, aku tidak tahu penyebabnya apa. Sudah coba juga publish ulang, tapi saja saja. Sekali lagi maaf, mudah mudahan chapter ini tidak kepotong lagi.

o

o

o

o

Luhan tanpa berlama lama langsung memeluk Sehun, pelukan yang dilakukannya tepat didepan umum. Pelukan cinta dan sayangnya.

"Aku sangat mencintaimu Sehun ah." gumam Luhan, dari hatinya yang paling dalam.

"aku juga mencintaimu." timpal Sehun, membalas pelukan Luhan tersebut. Dia juga mempunyai perasaan yang sama.

Sehun yang pada awalnya belum sadar dan bimbang dengan perasaannya, kini telah sadar dan yakin seratus persen, bahwa dia juga mencintai Luhan. Cinta yang hadir seiring interaksi dan moment moment mereka selama ini.

Hingga beberapa saat pelukan tersebut lepas. Mereka berdua saling tatap. Tidak memperdulikan masyarakat yang melintas dan memperhatikan mereka dengan tatapan aneh.

"Luhan ah, aku janji akan terus bersamamu dan membahagiakanmu. Jangan ragukan itu." kata Sehun, yang sudah mendengar percakapan antara Luhan dan ibunya ditelefon malam tadi. Dan untung saja dia sedikit paham bahasa mandarin dan mengerti apa yang diucapkan oleh kekasihnya itu.

"Terima kasih Sehun ah. Se.. Sebenarnya aku takut jika semua ini hanya mimpi. Aku takut jika aku terbangun dan kau tidak bersamaku." ujar Luhan, menarik nafas dalam dalam.

"Ini bukan mimpi. Ini kenyataan. Akan kubuktikan..."

Sehun bergerak perlahan, mendekatkan wajahnya ke wajah Luhan. Lalu mendaratkan sebuah ciuman lembut ke bibir Luhan. Sehun mencium Luhan dipinggir jalan.

Bibir mereka bertemu dan bertautan, lembut.

Ini adalah ciuman kedua yang terjadi antara dua insan anak manusia itu. Sehun menekan bibirnya dan memiringkan kepala, agar ciuman itu tenggelam lebih dalam. Sedangkan Luhan memejamkan matanya. Dia menikmati ciuman tiba tiba itu. Ciuman yang membuatnya serasa terbang ke awang awang. Dan tentu saja ini bukan mimpi.

Dan beberapa detik kemudian ciuman singkat itu terlepas juga.

"Ayo kita pergi, kau harus istirahat." gumam Sehun. Yang takut jika Luhan pingsan mendadak, dia sangat tahu 'kebiasaan' Luhan itu, dari beberapa pengalaman dan moment mereka dulu.

Luhan mengangguk, wajahnya memerah hebat. Saliva Sehun yang tertinggal disudut bibirnya dibiarkan, biarlah angin atau waktu yang menghapus jejak bibir Sehun itu.

Mereka berdua kembali menautkan tangan, berpegangan. Lalu berjalan beriringan untuk mencari tempat bernaung alias tempat tinggal.

'Maafkan aku appa. Aku pergi... Aku yakin appa akan baik baik saja tanpaku.' batin Sehun, menengadah kelangit, sambil jalan. Tangan kirinya tidak lepas dari Luhan.

'Maafkan aku Ma Ma. Aku mengejar kebahagiaanku. Kebahagiaanku adalah bersama Sehun.' Luhan juga membatin, dia menundukkan wajahnya, juga sambil jalan.

Hari baru telah dimulai.

o

o

o

o

o

o

Sejam lamanya Sehun dan Luhan berputar putar. Awalnya mereka menggunakan angkutan umum biasa untuk mencari kontrakan dengan harga terjangkau, tapi tidak efektif. dan akhirnya mereka menggunakan jasa taksi untuk kesekian kalinya.

"Maaf ahjussi. Apa ahjussi tahu kontrakan disekitar sini?" tanya Sehun, bertanya kepada sang supir taksi yang membawanya.

"Tahu, tapi sepertinya kontrakan itu khusus perempuan." jawab si supir taksi, kalem.

"Bawa saja kami kesana." tukas Sehun. Siapa tahu saja disekitar kontarakan yeoja itu ada kontrakan khusus namja, biasanya seperti itu.

Si supir mengangguk, dan langsung memutar arah mobilnya, menuju kontrakan yang dimaksudkannya itu.

Waktu terus berjalan.

Sejak tadi Luhan hanya diam, dia menyerahkan semuanya kepada Sehun. Biarlah namja tampan itu yang menentukan semuanya. Dia percaya pada Sehun. Dia sudah menyerahkan hidupnya secara utuh pada namja tampan tersebut.

'Terima kasih Tuhan. Sehun adalah namja yang baik, dan aku beruntung mendapatkan namja sepertinya.' Luhan membatin, rasa bahagia itu membuncah lagi.

o

o

o

o

Sepuluh menit kemudian, Sehun dan Luhan tiba ditempat tujuan. Mereka melalui jalan sempit semacam lorong, tapi masih bisa dilewati oleh taksi.

Luhan dan Sehun turun, Sehun membayar ongkos taksi dan berterima kasih, tidak lupa juga membungkuk sebagai salah satu budaya menghormati khas Korea.

Mereka berdua memandangi bangunan panjang berderet, bangunan yang hampir mirip dengan tempat mereka dulu di Seoul.

"Apa kau yakin kita akan tinggal disini?" tanya Luhan. Memperhatikan suasana suram disekitar bangunan.

"Yakin. Tapi jika kau keberatan kita bisa cari tempat lain dan..."

"Tidak tidak. Aku tidak keberatan. Asal ada kau bersamaku." potong Luhan, memberikan senyuman bahagianya.

Sehun balas tersenyum, lalu mengecup dahi Luhan. Lagi lagi itu dilakukannya didepan umum. Wajah Luhan memerah setelahnya.

Moment itu harus terhenti, karena tiba tiba seorang wanita gemuk muncul, dia membawa kipas besar ditangannya, mengipasi wajahnya yang penuh dengan maku up tebal. Dia berdeham pada Sehun dan Luhan.

Sehun dan Luhan terlonjak kaget, kemudian tersenyum bersamaan kepada wanita gemuk tersebut.

"Apa yang kalian lakukan didepan kontrakan milikku? Apa kalian mencari anak anak kosku?" tanya si wanita gemuk, yang ternyata adalah pemilik kontrakan itu.

"Tidak. Sebenarnya kami mencari tempat tinggal. Kami berniat menyewa disini." Sehun yang menjawab, maju sedikit, melangkah lalu membungkuk sekali.

Si wanita gemuk tertawa, seakan kalimat Sehun adalah sebuah lelucon konyol.

"Sayang sekali anak muda. Kos disini khusus perempuan. Aku tidak menerima pemuda..."

"Oh, kalau begitu apa ahjumma tahu kontrakan khusus namja disekitar sini?" Sehun bertanya lagi.

"Setahuku tidak ada. Tapi..." si wanita gemuk itu menjeda kalimatnya, nampak berpikir. Dia memandangi Luhan dan Sehun, bergantian.

"Tapi... Aku bisa mengijinkan kalian berdua menyewa tempatku. Dengan syarat kalian menjaga sikap, terutama kepada tetangga kost kalian yang semuanya perempuan." lanjut si pemilik kost, kembali mengipasi dirinya.

Sehun sumringah seketika.

"Benarkah?

"Ya, tentu saja. Kalian pengecualian. Sepertinya kalian pemuda baik baik."

Sehun tersenyum, lalu menoleh kepada Luhan disampingnya.

"Apa kau mau tinggal disini?" Sehun meminta persetujuan Luhan.

"Asal kau mau. Aku juga mau." jawab Luhan, mengangguk.

Sehun menambah senyumannya. Dia fokus lagi pada si pemilik kos. Namja itu melakukan tawar menawar harga sewa. Dan memperoleh kesepakatan dengan cepat, tanpa basa basi.

"Deal."

"Baiklah. Siapa nama kalian berdua?" tanya si wanita gemuk. Ingin tahu.

Sehun dan Luhan saling pandang sejenak, berpikir.

"Namaku Oh Sehun, dan ini adikku Oh Luhan." jawab Sehun, yang memutuskan berbohong saja. Tidak mungkin dia mengaku bahwa mereka sepasang kekasih. Itu bisa gawat.

Si pemilik kontrakan mengangguk paham. Dia memasukkan uang sewa dari Sehun ke dalam tas tangannya, sewa selama 6 bulan lamanya. Dia lalu mengeluarkan kunci kontrakan berwarna silver.

"Itu kamar kalian, sudah bersih." kata si wanita, seraya menunjuk kamar paling ujung dengan pintu bercat biru. Dia memberikan kunci kamar itu.

"Terima kasih." Sehun membungkuk dan menerima kunci tersebut. Akhirnya mereka berdua mendapatkan tempat berteduh juga.

Si pemilik kost pamit. Kebetulan rumahnya ada dibelakang kontrakan miliknya. Jadi dia bisa mengawasi anak anak penghuni kontrakannya. Dia tidak ingin terjadi hal hal tidak diinginkan, seperti pencurian, pemerkosaan atau pembunuhan didalam kost.

Luhan memandangi penampakan gemuk pemilik kost yang menjauh,

"Apa tidak apa apa menyewa selama enam bulan?" tanya Luhan.

"Tidak apa apa. Uangku sangat cukup untuk itu." jawab Sehun, tersenyum.

"Maaf, eh.. Apa kau memakai uang appamu untuk menyewa kamar ini?" Luhan bertanya lagi, takut takut.

"Tentu saja tidak. Aku menggunakan uang hasil kerjaku sendiri. Bukan uang appaku." jawab Sehun, seraya memegang kedua bahu Luhan. Wajah mereka berhadap hadapan.

"Memangnya dulu kau kerja apa?"

"Nanti kuceritakan. Kita masuk dulu. Kau harus istirahat." Sehun menutup percakapan, lalu meraih tangan kanan Luhan, menuntunnya masuk kedalam 'rumah sempit' baru mereka.

Baru saja berjalan beberapa langkah, tiba tiba seorang yeoja cantik muncul dan mengangetkan mereka semua.

"Halo oppa oppa..." sapa yeoja itu, kecentilan, mirip gaya Baekhyun. Dia menghalangi jalan Sehun dan Luhan.

Luhan dan Sehun berhenti, saling pandang untuk beberapa saat, lalu tersenyum pada yeoja itu.

"Perkenalkan namaku Yura. Aku tinggal disebelah kamar kalian." lanjut si yeoja, yang bernama Yura itu. Dia memang sejak tadi memperhatikan pendatang baru yang adalah Luhan dan Sehun.

"Salam kenal. Namaku Sehun, dan ini Luhan." Sehun juga memperkenalkan diri, seadanya saja.

Yura tampak menggigit bibir bawahnya, dia fokus memandangi wajah Sehun, dari atas hingga bawah. Memandangi dengan intens. Dan Sehun menyadari itu.

"Maaf. Kami harus istirahat. Permisi." sahut Sehun, kembali memegangi tangan Luhan.

"Eit.. Tunggu dulu oppa. Aku belum selesai." yeoja itu pasang badan dan langsung memegang tangan Sehun yang lain, menariknya keras.

"Maaf. Kami ingin istirahat." ulang Sehun, mencoba melepaskan tangannya yang dipegang itu. Namun pegangan si yeoja kuat juga, dan jika dia menariknya, kemungkinan tangannya bisa lecet terkena kuku panjang si yeoja yang penuh kutex berwarna mencolok.

"Oppa, jangan kasar kasar... Oppa ayo masuk kedalam kamarku." desah Yura, mengajak Sehun 'bertamu' kedalam kamarnya.

"Bukannya aku kasar, tapi..."

"Lepaskan tangan Sehun, sekarang." kali ini Luhan yang bicara, dia membentak Yura, sangat keras. Bentakan itu tercetus otomatis, dia geram.

Si yeoja ciut, tidak menyangka akan dibentak oleh Luhan seperti itu. Dia memandang sinis kepada Luhan, pandangan tidak suka.

Sehun menoleh dan tersenyum kepada Luhan, dia suka dengan gaya membentak Luhan itu. Yang menandakan bahwa Luhan cemburu, karena dirinya dipegang pegang oleh si yeoja.

Yura ahirnya menepi, tidak menutupi jalan Sehun dan Luhan lagi, tapi yang pasti dia sangat kesal, terlalu kesal. Terbukti dengan wajahnya yang kini cemberut dan tertekuk, jelek.

"Permisi." kata Sehun, melewati Yura.

Dua namja itu masuk kedalam kamar mereka, dan langsung menguncinya dari dalam, tidak ingin diganggu lagi.

Sepeninggal Sehun dan Luhan, Yura nampak masih kesal. Yeoja itu melipat tangannya kedadanya.

"Apa aku kurang cantik? Kurang seksi?" Yura berbicara sendiri. Berpikir.

"Tapi... Apakah dua namja itu berpacaran? Oh, kalau itu benar berarti ohh No. Dunia memang sudah sangat tua." lanjut Yura, menoleh singkat ke kamar Sehun dan Luhan, kemudian pergi dan masuk ke kamarnya sendiri.

o

o

o

o

O...O...O...O

Kamar atau ruangan yang ditinggali oleh Sehun dan Luhan ukurannya lebih besar dari kost mereka dulu. Ada sebuah kasur dilantai, sebuah lemari pakaian besar, perlengkapan lain, dan juga kamar mandi dalam.

"Aku akan membersihkan kamar ini dulu." kata Luhan, setelah berkeliling melihat lihat isi kamar.

"Tidak usah. Kamar ini sudah bersih. Lebih baik kau istirahat." ucap Sehun, dia memegang kedua bahu Luhan, untuk mendudukkan namja itu diatas kasur.

Luhan tersenyum, membiarkan dirinya didudukkan. Sehun juga duduk disampingnya.

"Tidurlah." gumam Sehun, lembut.

"Aku tidak mengantuk." kata Luhan, sama lembutnya.

"Tapi kau harus istirahat. Perjalanan kita cukup melelahkan. Tidurlah."

"Ak.. Aku ingin kau menemaniku tidur." timpal Luhan, malu malu, dia menundukkan wajahnya.

"Tentu saja. Tapi kau jangan malu malu begitu. Kita sudah pacaran sekarang." Sehun memegang dagu Luhan, menormalkan wajah namja itu, agar berhadap hadapan dengannya.

Wajah imut Luhan menjadi semakin merah.

"Ehh, kau belum menceritakan apa pekerjaanmu dulu?" tanya Luhan, mengalihkan topik. Berharap rona wajahnya bisa normal lagi.

"Aku akan bercerita. Tapi kau juga harus janji menceritakan tentang dirimu." ujar Sehun, kembali memegang sekaligus meremas pelan tangan kekasih hatinya itu.

"I.. Iya, aku janji." angguk Luhan, menyanggupi.

Sehun menarik nafas dalam, lalu menghembuskannya sangat pelan.

"Aku bekerja sebagai penari semi telanjang disebuah klub malam. Itu kulakukan setelah aku kabur dari rumah, karena appaku mau menikahkanku dengan wanita yang umurnya jauh lebih tua dariku." kata Sehun, menceritakan semuanya. Lengkap.

Luhan mendengarkan tanpa menyela, dia fokus pada cerita Sehun, juga pada bibir tipis namja itu yang bergerak saat bercerita. Bibir tipis Sehun merupakan salah satu bagian yang disukainya. Selain 'bagian lain' tentu saja.

"Apa wanita itu mengejarmu? Menurutku, alasan appamu sudah tepat. Kau semestinya menikah dengan wanita yang statusnya sama denganmu, dan..."

"Jangan bilang begitu. Aku tidak mencintainya. Dia wanita yang picik dan licik. Dia memang mengejarku selama ini. Dan sekarang pernikahan yang direncanakan itu tidak akan pernah terjadi."

"Tapi..."

"Sudah. Jangan bicarakan wanita itu lagi. Sekarang yang penting adalah cinta kita. Bukan yang lain." Sehun meletakkan telunjuk tangannya ke bibir merah Luhan, menekannya lembut.

Lagi lagi wajah Luhan memerah. dia tidak akan membahas mengenai wanita itu lagi.

"Kenapa kau memilih menjadi penari semi telanjang sebagai pekerjaanmu?" tanya Luhan, ingin tahu.

"Karena cuma itu yang kubisa. Aku belum tamat sekolah, dan kau pasti tahu sangat sulit mencari pekerjaan di Seoul. Persaingannya sengit. Suaraku kurang bagus, tidak mungkin menjadi penyanyi. Aku juga tidak punya bakat menjadi seorang bartender seperti Suho. Satu satunya keahlian yang kumiliki adalah menari atau dance. Kau paham kan?"

"Tapi kenapa harus telanjang?"

"Bukan telanjang. Aku masih memakai celana dalam. Tidak mungkin akan menunjukkan ituku pada penonton." jawab Sehun, memberikan senyuman yang terkesan mesum.

Wajah imut Luhan semakin merah saat mendengar Sehun mengatakan 'ituku', yang tentu saja mengarah kepada kejantanan kekasihnya itu.

"Menjadi penari semi telanjang mendatangkan uang yang lumayan banyak. Aku tidak perlu menunggu digaji selama sebulan. Honorku langsung ada setelah tampil."

"Apa kau ikut audisi atau langsung diterima?"

"Tentu saja langsung diterima. Aku jago dance dan juga tampan. Itulah kelebihanku." Sehun membusungkan dadanya, percaya diri. Dia lalu tertawa sendiri. Menganggap kalimatnya adalah sebuah candaan.

Luhan juga tertawa, teringat kata kata Baekhyun yang pernah mengatakan bahwa kelebihan Sehun hanya dua, yaitu kulit putih dan wajah tampan saja. Pernyataan itu tentu saja salah, karena Sehun mempunyai kelebihan lain, yaitu dance dan kemampuan diranjang yang wow. Hal terakhir itu membuat wajah Luhan merah semerah merahnya.

"Hei, apa kau sakit?" tanya Sehun, saat melihat wajah Luhan yang terlalu merah.

"Ti.. Tidak. Aku tidak apa apa." gagap Luhan. Malu.

"Baiklah. Sekarang giliranmu bercerita mengenai dirimu." kata Sehun, menagih janji Luhan.

Mendengar itu, Luhan nampak mendesah. Matanya langsung berkaca kaca, entah mengapa dia tidak bisa menceritakan kehidupannya selama ini, kehidupan yang sulit yang dikarenakan orientasi seks yang beda.

"Aku tidak akan memaksamu..." ucap Sehun cepat, ketika melihat kesedihan kembali melanda Luhan nya itu. Dia tidak ingin membuat Luhan sedih, lagipula dia sudah tahu sedikit mengenai kehidupan namja itu yang diceritakan di buku harian yang pernah dibacanya.

Hening.

"Aku tidak ingin melihat kau bersedih. Aku ingin kau terus bahagia." gumam Sehun, lembut. Namja itu dengan gerakan pelan memajukan wajahnya, dan...

Chup.

Sehun kembali mencium bibir ini dia melumatnya secara intens, bergairah. Disisi lain, Luhan yang awalnya kaget, secara otomatis memejamkan matanya, dia menikmati ciuman itu.

Bunyi kecipak saliva terdengar jelas. Bibir kedua insan itu berpagutan, saling isap. Sehun memasukkan lidahnya, dan Luhan menerima lidah itu.

"Hmmfff.. Ah.."

"Mmff.."

Saliva mereka tertukar. Luhan terlihat sangat menikmati ciuman Sehun itu. Dia tidak ingin pasif, tangannya langsung bergerak dan memegang tengkuk Sehun, agar ciuman mereka tenggelam semakin dalam.

Panas, panas, hot. Kamar baru itu menjadi saksi bisu dua anak manusia yang dilanda asmara yang membara. Tangan mereka berdua mulai kesana kemari, saling raba. Meraba apa saja yang terjangkau. Sampai kemudian ciuman itu harus lepas karena mereka kehabisan oksigen.

Sehun dan Luhan saling tatap, fokus kepada mata masing masing. Deru nafas mereka bertemu, hangat.

"Sehun ah..." Luhan menggumam, dengan wajah masih memerah hebat.

"Ya."

"Ak.. Aku... Bisa aku meminta... Lagi..." Luhan tergagap, kalimatnya putus putus.

Sehun langsung tersenyum, sangat paham dengan apa yang ingin dikatakan oleh Luhan, dia bisa membaca sikap dan bahasa tubuhnya.

"Kau bisa meminta apa saja... Aku akan memberikannya..." kata Sehun, lalu memegang kedua pipi Luhan.

Dan entah siapa yang memulai, kedua namja itu kembali berpagutan. Kali ini terlihat lebih agresif dari sebelumnya. Bibir mereka kembali menyatu. Luhan menarik keras baju kaos Sehun, hingga baju itu robek.

Kreekk.

Sehun membiarkannya. Membiarkan Luhan yang ingin berbuat apa saja padanya, itu sudah janjinya.

"Maaf, Aku merusak bajumu." kata Luhan, melelaskan pagutan bibirnya. Dia jadi tidak enak.

"Tidak apa apa. Itu bukan masalah." balas Sehun, yang langsung menanggalkan baju kaosnya yang robek itu, hingga menampakkan body seksinya yang mulai terbentuk.

Glek. Luhan menelan ludahnya. Untuk kesekian kalinya kembali menikmati memandangi tubuh telanjang Sehun.

"Apa kau tidak ingin memelukku lagi?" tanya Sehun, suaranya sangat pelan, seperti berbisik.

Luhan diam, tidak menjawab. Mulutnya memang tidak berbicara, tapi tangannya langsung bergerak melingkar, memeluk tubuh Sehun dengan erat.

Mereka berpelukan, Sehun menciumi leher Luhan, dengan sesekali menggingitnya. Luhan menggelinjang, desahan keluar dari bibir kecilnya. Dia membalasnya dengan meraba setiap inci punggung Sehun dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya bergerilya dan meraba kejantanan Sehun dibawah sana yang masih tertutupi celana jins.

Tidak perlu dijelaskan apa yang terjadi setelahnya. Tapi yang pasti kedua insan yang dilanda asmara itu larut dalam indahnya penyatuan diri. Tidak peduli dengan perkataan dan cemohan orang diluar sana, tidak peduli dengan ejekan dan pandangan heran orang orang yang tidak mengerti. Yang ada hanya mereka berdua, cinta mereka. Cinta yang akan terus ada sampai kapanpun.

Mungkin banyak yang geleng geleng kepala, mengapa bisa cinta hadir dalam diri namja kepada namja yang lain? Kenapa ada cinta 'berbeda' seperti itu? Kenapa dan kenapa? Jawabanya sulit, sangat sulit. Dan harus dijawab oleh yang merasakannya sendiri. Dan contoh nyata yang merasakannya adalah Sehun dan Luhan. Dua namja beda negara, beda budaya dan beda bahasa.

My Namja, My Love.

o

o

o

o

o

o

o

END

O...O...O...O...O...O...O

Maaf, harus end dichapter ini. Sebenarnya mau dipanjangin lagi, ada NC juga, dan berbagai penjelasan pelengkap lainnya. Tapi karena sering terpotong ditengah cerita, jadi yaa gitulah. Agak kurang semangat gitu. Pembaca pasti kecewa, tapi mau bagaimana lagi, maaf yaa.

Sekali lagi terima kasih buat yang baca dan memberikan respon dan reviewnya. Karena kalianlah FF ini bisa fast terus, walau banyak kekurangannya. Mengupdate FF ini dengan cepat merupakan salah satu cara menghargai review kalian, sekali lagi terima kasih.

Aku mau vakum dulu, dengan waktu yang tidak ditentukan. Hehehee... Maaf jika ada kata yang menyinggung selama ini. FF ini hanya hiburan semata dan untuk meramaikan dunia perfanfictionan.

Sampai jumpa lagi dilain kesempatan.

SalamCinta, I Love You All.

Han Kang Woo