"Kawarimi, dengan teknik ini, pengguna dapat mengganti tubuh mereka sendiri dengan beberapa objek lainnya, pada umumnya dengan balok kayu, pada saat terdapat serangan darat. Teknik ini menciptakan sebuah tipuan mata, yang membuat musuh berpikir bahwa serangannya itu berhasil. Di sinilah, pengguna dapat menggunakan kesempatan untuk mengalihkan perhatian musuh agar bisa menyerang balik atau melarikan diri dari medan perang. Kertas peledak juga dapat ditempelkan ke objek pengganti sebagai kejutan tambahan. Ini merupakan teknik dasar ninjutsu, bahkan diajarkan di Akademi, tetapi ini adalah teknik yang berguna untuk dapat diterapkan dalam berbagai situasi, karena memungkinkan untuk menghindar secara cepat dari bahaya. Teknik ini bahkan memungkinkan shinobi tahanan untuk menghindari penangkapan." Naruto yang baru berusia 6 tahun sedang membaca buku dasar-dasar yang perlukan untuk menjadi ninja dan syarat umum untuk lulus dari akademi ninja Konoha. "Wow, bukankah ini berguna." dahinya mengerut ketika ia memahami lagi. "Tapi kenapa hanya terbatas pada log, aku berpikir itu akan lebih berguna jika aku bisa berganti dengan objek lainnya." mengangkat bahu tidak peduli, Naruto kembali melanjutkan bacaannya.

DISCLAIMER: MASASHI KISHIMOTO

Naruto: Jalan Hidupku

.

.

.

"Orochimaru - sama, kita harus menyelamatkan Naruto." ucap Kabuto yang melihat Naruto dalam bahaya. Walau Kabuto tidak begitu menyukai Naruto, ia masih tidak mau kehilangan calon wadah tuannya yang cukup potensial.

"Naruto-kun tidak akan dikalahkan dengan mudah Kabuto. Walaupun melawan kage sekalipun." Orochimaru cukup yakin dengan kemampuan bertarung Naruto, jadi ia tidak terlalu kuatir. 'Tunjukan semua hasil latihanmu Naruto-kun' batinnya dengan seringai yang memuakkan.

Sementara itu Naruto menatap tajam gelombang pasir yang kini mencoba menguburnya hidup hidup. 'Sulit, melawan Kage bukanlah levelku. Apalagi Chakraku tinggal sedikit, Sage mode sudah aku gunakan untuk melawan bocah pasir. Ck, sialan! Ini sudah batasku.'

"Pakai kekuatanku, kita bisa menahannya lebih lama." Saran Yami.

"Hn, walau itu sangat menggoda aku masih menolak. Lagi pula itu percuma saja, ini hanya cara Orochimaru mengujiku."

"Kamu hanya keras kepala bukan?" dengus Yami. "Jadi kamu hanya mau mati konyol ditumpukkan pasir."

Menghela napas, Naruto mencibir komentar Yami. "Kau pikir aku bodoh? Tentu saja... Aku tidak ingin mati!"

Brushh!

Gelombang pasir menerjang tempat Naruto, menyapu apa saja yang ada dihadapannya dan hanya neninggalkan tumpukan pasir emas.

Rasa menatap tanpa emosi hasil jutsunya, matanya melirik kebelakang saat mendengar desing senjata diudara. Menggerakan tangannya keatas perisai pasir emas terbentuk disekitarnya melindunginya dari kunai dan shuriken yang dilemparkan Naruto.

Slab! Slab! Slab!

Melihat semua serangannya di tahan, Naruto kembali menganalitis situasi. 'Sulit, pertahanannya kuat. Hanya elemen air yang saat ini cukup efektif terhadapnya. Tapi didaerah seperti ini keadaanku sangat tidak menguntungkan.' Melihat daerah sekitarnya sekali lagi, mata Naruto terfokus pada kumpulan kunai dan shuriken disekitar Rasa. ' Itu patut dicoba, walau masih dalam tahap perkembangan.' Menyegel Kubikiribocho, Naruto mengeluarkan tanto dan langsung melesat kearah Kazekage.

'Ini hanya membuang-buang waktu saja. Aku akan mengakhiri ini dengan cepat.' batin Rasa. Ia mengankat tangannya dan dalam sekejap puluhan shuriken yang terbuat dari pasir terbentuk disekitarnya dan dengan perintah batinnya semua shuriken menyerang Naruto.

Menggenggam erat tantonya, Naruto menghindari dan menebas semua serangan yang mengarah padanya. Naruto terus mendekati Rasa dan saat jarak atara mereka terpaut 10 meter Naruto menghilang.

Srakk!

Mata Rasa sedikit melebar saat Naruto muncul dibelakangnya, beruntung ia dengan cepat membentuk perisai pasir untuk melindungi dari tebasan Naruto. Ia kembali dikejutkan saat Naruto menghilang lagi dan kini berada disampingnya siap menebasnya. Saat Rasa akan menangkisnya Naruto kembali menghilang dan muncul disisi lainnya. Hal ini terus berlangsung dan membuat Rasa sedikit kesal.

Kimimaro yang melihat pertarungan tidak bisa tidak berpikir itu sangat mengagumkan. "Apa itu?" tanyanya.

"Orochimaru-sama apakah itu Hiraishin?" tanya Kabuto tidak yakin.

Orochimaru yang melihat pertarungan Naruto sedikit kagum dengan kemampuan dan analitis Naruto. "Tidak Kabuto, Hiraishin bukanlah hal mudah untuk dikuasai tanpa formula asli dari Minato dan Naruto-kun sedang dalam proses mempelajarinya."

"Kalau begitu..."

"Itu hanya Kawarimi." lanjut Orochimaru memotong ucapan Kabuto.

"Kawarimi? Tapi bagaimana mungkin?"

"Naruto-kun adalah orang yang sangat kompeten, semua jutsu yang ia pelajari dia memaksimalkan semuanya." jelas Orochimaru. "Sebagian orang berpikir Kawarimi mungkin hanya jutsu dasar yang tidak terlalu berguna, tapi Naruto-kun berbeda dia memaksimalkannya dan menggunakannya untuk kombinasi serangannya."

"Itu hanya... luar biasa bukan? Dia jenius." Kabuto berdecak kagum, untuk menggunakan jutsu yang dianggap sepele menjadi sangat berbahaya, hanya seorang jenius yang bisa memikirkan hal tersebut. Kabuto sendiri bahkan tidak berfikir itu sangat berguna selain hanya untuk menghindari serangan.

"Sepertinya Naruto-kun sudah mencapai batasnya." ucap Orochimaru saat melihat serangan Naruto mulai melambat. "Waktu bermain sudah selesai." ucapnya lagi, lalu menghilang dengan shunshin.

Naruto menyesuaikan napasnya yang mulai memberat, serangannya juga mulai melambat, kaki serta matanya juga mulai lelah dari menggunakan teknik Kawarimi terus menerus. Instingnya berteriak bahaya saat merasakan lonjakan Chakra dari Rasa dan benar saja sebuah bola pasir membungkus semua tubuh Rasa disertai paku paku besar yang mengelilinginya. Naruto segera melompat menjauh dan segera mulai menyusun ulang strateginya lagi, fokusnya terganggu saat melihat kehadiran Orochimaru.

"Mundur Naruto-kun." perintah Orochimaru.

Tanpa menjawab, Naruto menyarungkan tantonya dan segera meninggalkan medan pertempuran.

"Jadi bisa kita mulai pertarungan sesungguhnya?"

.

.

.

Seminggu setelah pertarungan melawan Kazekage, terlihat Naruto sedang memoles pedang barunya yang baru selesai. Ia memandangi segel rumit yang menghiasi setiap sisi bilahnya. Mengangkatnya sedikit Naruto menyalurkan Chakranya ke pedang dan dengan senang hati pedang menerima Chakra Naruto. Naruto menyeringai saat merasakan pedangnya terasa sangat cocok dengan Chakranya seolah pedang itu tau bahwa Naruto adalah tuannya.

"Jadi bagaimana pedangnya?"

Naruto mendongak melihat sosok pria tinggi dan kurus, pria tersebut menggunakan setelah jas dokter yang terlalu besar untuk tubuhnya, rambutnya hitam kusut tak terawat dan mengenakan kaca mata bundar. "Memuaskan Kato."

Kato nama pria tersebut tersenyum lebar, "Syukurlah kamu menyukainya." ia membenarkan letak kaca matanya yang sedikit melorot. "Saya sudah mendesain pedang tersebut supaya hanya dapat merespon Chakra kamu saja." Naruto mengangguk mendengar informasi tersebut.

Kato melihat segel yang berada di sekitar pedang, "Sepertinya kamu sudah menghiasinya." Ia berjongkok melihat lebih dekat. "Yah,,, bukan sekedar hiasan saja, ini segel yang rumit." Kato kembali berdiri saat Naruto menyarungkan pedangnya. "Seperti yang diharapkan, Uzumaki dan kemampuannya dengan Fuinjutsu."

"Jadi Kato, ada keperluan apa kau kemari?" Naruto menata letak pedangnya dipinggangnya. "Tidak mungkin kau hanya datang untuk membicarakan pedangku." Naruto menatap langsung wajah Kato. Pria tersebut tersenyum lebar lalu tertawa keras. Naruto sedikit tidak nyaman dengan pria tersebut bukan karena dia kuat tapi, karena dia gila dan kejam. Kato sangat suka bereksperimen dengan tubuh manusia. Sudah puluhan bahkan ratusan manusia sudah dia jadikan percobaannya dan hasilnya sangat buruk beberapa bahkan kehilangan akal sehat, ada yang mati dan yang lebih parah menjadi monster.

"Hahaha! Saya sangat menyukai sikap kamu Naruto. Andai saja Orochimaru-sama memperbolehkan menjadikan kamu pasienku, saya pasti akan merubah ekspresi wajah kamu."

Naruto hanya mendengus, "Teruslah bermimpi Kato."

Kato hanya tersenyum lebar, "Tentu Naruto, tentu saja." Ia kembali membenarkan letak kaca matanya yang melorot. "Saya akan menggantikan Guren di base 37 dan melihat kamu tidak dalam rencana invasi, Orochimaru-sama memerintahkanmu untuk mengawalku. Kita akan berangkat dalam dua hari lagi." Kato lalu meninggalkan Naruto.

Satu bulan lagi invasi terhadap Konoha akan dilakukan oleh Orochimaru dan Naruto tidak akan ikut ambil dalam aksi. Orochimaru sendiri saat ini sedang berada di Suna dan menyamar sebagai Kazekage untuk memanipulasi para ninja disana. Sebenarnya Naruto cukup khawatir dengan saudaranya nanti saat dalam perang terutama Naruko, ia tidak perlu khawatir tentang Menma karena ada Kyuubi bersamanya. Menghela napas Naruto melangkah menuju kamarnya untuk istirahat.

Sara Uzumaki babak belur, bajunya kusut dan sobek, beberapa memar juga terlihat diwajahnya. Ia dengan cemberut menuju kamar mandi. Melepas bajunya ia sedikit meringis saat merasakan luka di pinggang dan bagian bawah dadanya. "Perempuan jalang itu!" ia kembali meringis saatair dingin mengguyur badannya. "Sialan! Bajingan! Lihat saja aku akan membalas wanita jalang itu!" Sara tersentak lalu menutup mulutnya. "Astaga, ajaran Tayuya benar-benar membekas." ia segera menyelesaikan mandinya. Mengeringkan tubuhnya dengan handuk, Sara memandang datar bajunya. "Sepertinya sudah tidak bisa dipakai lagi." melilitkan handuk disekitar tubuhnya, Sara segera menuju kamarnya dan Naruto. Di dalam kamar Sara melihat Naruto sedang tidur disisi kasurnya, ia lalu mendekat dan melihat Naruto lebih dekat. Mengulurkan tangannya ke wajah Naruto, ia kaget saat Naruto tiba-tiba membuka matanya dan memegang tangannya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan?"

"Ugh... Maaf Naruto-sama."

Naruto memperhatikan wajah Sara yang memar, merubah posisinya menjadi duduk Naruto menarik Sara hingga duduk disebelahnya. "Perlihatkan wajahmu." kata Naruto.

Sara dengan gugup menatap wajah Naruto, ia langsung dihadapkan dengan warna biru kusam mata Naruto. Ia bahkan tidak menyadari bahwa tangan Naruto yang diselimuti Chakra penyembuhan mulai menyembuhkan wajahnya. Ia baru sadar saat Naruto sudah selesai. "Eh?" Sara mengerjap bingung.

"Sudah, cepat pindah." perintah Naruto.

Sara yang masih binggung segera bangun, tapi ia segera meringis saat pinggangnya terasa sakit.

Naruto menghela napas, melihat sikap kikuk Sara. "Berbaring di kasur." Sara mengangguk dan berbaring di kasur Naruto.

Mata Sara terbuka lebar saat Naruto membuka lilitan handuknya. "Na-Naruto-sama?"

"Diam." perintah Naruto.

Sara terdiam dan menutup matanya saat tangan Naruto mulai menjelajahi tubuh telanjangnya. 'Apakah Naruto - sama akan melakukan ITU? Tapi tidak mungkin, Naruto - sama bukan orang yang seperti itu.' terlalu banyak pikiran Sara hanya dapat menikmati sensasi hangat setiap tangan Naruto menyentuh kulitnya.

Naruto melakukan pemeriksaan pada tubuh Sara, mencari semua luka cideranya. Tayuya sepertinya tidak main-main dalam pelatihannya dan menjadikan Sara seperti kantung tinju saja. Ia segera menyembuhkan pinggang dan bagian bawah dada Sara yang terdapat lebam. Matanya sedikit tidak fokus saat melihat tubuh telanjang Sara, Naruto adalah anak laki-laki normal jadi wajar saja ia sedikit tertarik dengan tubuh perempuan. 'Hanya apa yang ku pikirkan?' Naruto sedikit menggelengkan kepalanya, mengusir semua pikiran kotor yang tiba-tiba muncul.

"Apa yang ku lihat ini? Seorang anak cabul?" ejek Yami.

'Seolah-olah aku akan menjadi cabul.'

"Ya ya ya,,, lagi pula kenapa kamu menyembuhkan gadis itu?"

Naruto terdiam, ia menatap tangannya yang masih menyembuhkan tubuh Sara. Ya, kenapa ia menyembuhkannya? Naruto bertanya-tanya dalam pikirannya. Sejak kapan ia menjadi begitu lunak? 'Ini pasti karena aku memikirkan Naruko'

"Na-Naruto - sama?"

Naruto tersentak dari pikirannya saat mendengar suara Sara. Ia memindahkan tangannya dari tubuh Sara saat melihat semua memarnya sembuh. "Bangun dan segera pakai bajumu."

Sara membuka matanya yang dari tadi tertutup. Ia melihat Naruto yang berdiri membelakanginya, tanpa sadar ia merasa kecewa. 'Tunggu? Dari mana datangnya pikiran itu?' menggelengkan kepalanya Sara segera menutupi tubuhnya dengan handuk dan segera bangun untuk ganti baju dan saat itulah Sara menyadari bahwa tubuhnya sudah tidak terasa sakit. 'Dia menyembuhkanku?' senyum mengembang di wajahnya. "Terima kasih Naruto - sama"

Naruto tidak membalas dan hanya kembali duduk saat Sara sudah pergi dari kasurnya.

.

.

.

Naruko Namikaze tidak senang, kesal dan sedikit marah, masalahnya adalah ia tidak akan melakukan misi diatas peringkat D selama satu bulan mendatang. Ujian Chunin akan dilakukan sebulan lagi dan yang dari ia dengar dari ayahnya kemungkinan semua lulusan Rokie 9 akan ikut berpartisipasi termasuk dirinya sendiri. Jadi semua sensei melakukan latihan rutin tiap hari dan kadang latih tanding dengan tim lainnya setiap seminggu sekali. Harusnya ia senang dengan kabar tersebut hanya saja saat ini ia menganggur, senseinya sedang ada rapat membahas ujian Chunin karena ia kemungkinan akan menjadi panitia disana. Kadang jika senseinya tidak bisa membantu, biasanya ibunya yang melatihnya, tapi ibunya juga tidak bisa karena ada pertemuan bulanan para ibu-ibu klan. "Ibu-ibu klan bodoh, buat apa membuat pertemuan yang bodoh seperti itu." ia menggerutu. "Apa aku mengambil misi solo saja?" ia berpikir. Tanpa sadar karena terlalu berpikir ia sampai didepan gedung Hokage.

"Oh Naruko,mau bertemu Hokage?"

"Oh, hay Iruka-sensei. Maaf tidak melihatmu datang."

Iruka hanya melambaikan tangannya, "Tidak apa-apa Naruko. Jadi, kamu mau bertemu Hokage-sama?"

Naruko menganggukan kepalanya, "Iya, mau bertanya apakah ada misi yang kosong."

"Misi? Kamu tidak berlatih dengan senseimu untuk persiapan ujian Chunin?"

"Sensei sibuk dan aku sedang bosan berlatih sendiri."

"Oh, yah... Semoga masih ada misi yang tersedia."

"Aku juga harap begitu sensei. Maaf sensei tapi aku mau masuk dulu. Sampai jumpa lagi sensei."

"Tentu, sampai jumpa lagi Naruko."

Mereka berpisah di depan gedung dengan Naruko masuk ke kantor ayahnya. Ia mengetuk pintu didepannya dan menunggu jawaban dari dalam.

"Masuk."

Mendengar jawaban dari dalam Naruko segera membuka pintu. Ia melihat ayahnya yang sedang memandang keluar dari jendela, memperhatikan desa dari sana. Naruko juga melihat klon bayangan ayahnya yang sedang mengerjakan dokumen dan Hokage ke-3 yang sedang merokok di sofa.

"Oh Naruko-chan." sapa Hiruzen.

"Hay kakek." Naruko sudah terbiasa dengan lelaki tua tersebut dan sudah menganggapnya seperti kakeknya sendiri.

"Naruko, ada apa kesini?" Minato berbalik dan melihat putrinya.

"Aku bosan. Aku butuh misi Tou-san."

"Kamu tau kan Naruko bahwa lulusanmu saat ini dibebaskan dari misi."

Naruko mengangguk, "Aku tau Tou-san tapi aku bosan hanya diam saja."

"Hah... Baik tapi hanya D peringkat saja." Minato mengambil lembar misi yang diberikan oleh klonnya. "Disini kita punya misi, emm..." Minato membolak balik lembar misi ditangannya. "Ah,, disini ada yang kosong. Kucing istri Daimyo To-"

"Jangan kucing sialan itu!" Naruko berteriak terengah-engah saat melihat kilasan kucing hitam, kucing yang menjadi hampir mimpi buruk semua genin. "Apa tidak ada yang lain?"

"Sayangnya tidak ada, semua misi peringkat D sudah diambil." Minato meletakan lembar misi dimeja dekat dokumen. "Aku tau senseimu sedang ada rapat dan Kushina sedang ada pertemuan juga." Minato menatap putrinya dengan senyum lebar. "Bagaimana jika aku melat-"

"Ehm, Minato kau masih punya tugas disini." Potong Hiruzen sambil masih menghisap pipanya.

"Tapi ada klon."

"Sementara itu bisa berkerja, tapi tidak pantas bagi Hokage untuk meninggalkan tugasnya."

"Tapi-tapi,,,"

"Nah Naruko-chan, aku tau kamu punya kedekatan elemen api. Jadi, ini mungkin bisa membantu untuk menghilangkan kebosananmu." Hiruzen melemparkan sebuah gulungan kepada Naruko.

Naruko menangkap gulungan dan membukanya, senyum melebar dengan cepat saat melihat isi gulungan. "Jiji terima kasih!" Naruko menghampiri lelaki tua tersebut dan memberikan pelukan cepat. "Sekarang aku akan berlatih lagi." dan dengan itu Naruko meninggalkan kantor Hokage.

"Hiruzen, anda sengaja kan?" Minato menatap datar Hiruzen.

"Apa yang kamu katakan Minato, aku hanya sedikit membantumu." Ucap Hiruzen sambil menghisap rokoknya.

"Jika anda ingin membantu, anda bisa mengerjakan beberapa dokumen ini."

"Ah, tulang tuaku sudah tidak dapat melakukan hal hal berat Minato."

Minato hanya menghela napas dan menarik kursi disamping klon dan ikut memeriksa dokumen. Dalam beberapa menit suasana menjadi tenang, hanya goresan pena dan suara stampel dari meja Minato.

Ctik

Hiruzen kembali menyalakan pipa rokoknya, "Minato, Suna dari yang kudengar dari Jiraya semakin tertutup dengan Konoha."

Minato menghentikan tugasnya sejenak, "Ya, Jiraya-sensei juga menyebutkan adanya aktifitas ninja asing di sekitar dan dalam tembok Suna."

"Ninja asing."

"Dari informan Jiraya-sensei mereka berasal dari desa ninja kecil yang bernama Otogakure."

"Otogakure kah? Aku belum pernah mendengar tentang desa tersebut."

"Rupanya itu desa yang baru terbentuk sekitar 2 tahun lalu dan sangat rahasia. Walau Jiraya-sensei berhasil masuk disana, dia masih belum tahu siapa pemimpin desa tersebut."

"Hah... Minato, sepertinya kita harus memperketat keamanan untuk ujian chunin mendatang."

"Itulah yang ku pikirkan saat ini, pergerakan Suna sangat mencurigakan aku tidak ingin mengambil resiko." Minato kembali menatap dokumen, wajahnya sedikit mengkerut saat melihat tumpukannya bertambah tinggi. "Untuk sekarang kita kesampingkan masalah tersebut, aku akan mengadakan pertemuan dewan untuk membahasnya." Wajahnya semakin mengkerut saat tumpukan dokumennya bertambah tinggi, ia mulai berpikir dokumen bisa menggunakan klon bayangan. "Aku bersumpah dokumen ini bisa menggunakan klon!"

"Ah... Nostalgia."

.

.

.

Sunagakure no Sato.

Temari no subaku berdecak kesal, dengan cemberut menghiasi wajahnya ia berjalan menuju tempat latihan. Ia membuka lebar kipasnya dan mengayunkan ke target boneka latihan.

"Kamaitachi!"

Boneka yang menjadi sasarannya terkoyak saat hembusan angin tercipta keluar dari kipas besar Temari, tidak hanya itu saja ia kembali mengayunkan kipasnya.

"Daikamaitachi!"

Brakk!

Boneka tersebut hancur saat menerima jutsu rank B Temari, dadanya naik turun setelah menggunakan justu yang sudah menguras seperempat cadangannya.

"Sudah tenang?" kata Kankuro yang muncul dari balik pohon. "Sudah ku bilang para tetua tidak akan mendengarkanmu."

"Bajingan tua bangka itu! Kenapa mereka tidak mendengarkanku! Dan bajingan itu!" tubuh Temari bergetar menahan amarah. "Bagaimana dia bisa menggunakan Gaara seolah hanya alat! Itu bukan ayah kita!"

"Temari, itu memang sudah tugas Gaara untuk menjadi sen-"

"DIAM! Gaara adalah adik kita dan dia juga adalah manusia, dia sama seperti kita!"

"Dia sudah mau membunuh kita beberapa kali Temari. Dia bukan Gaara kecil yang kita kenal dulu, dia sudah berubah Temari, dia berubah menjadi mons-"

Srakk!

"Jangan berani-beraninya kamu memanggilnya itu." Temari mendesis dan menodongkan kipas besarnya kearah Kankuro.

Kankuro menghela napas dan menyingkirkan kipas Temari. "Aku tau perasaanmu, tapi perintah Kazekage mutlak." Kankuro lalu berjalan menjauh dari tempat latihan. "Jangan bertindak gegabah Temari, sudah cukup Gaara aku tidak ingin kehilangan saudara lagi."

Setelah kepergian Kankuro, Temari hanya berdiri diam disana untuk beberapa saat. Beberapa tetes air mata mengalir di pipinya, "Sialan, aku Kunoichi dan aku menangis?" ia menghapus air matanya dengan kasar, tapi air matanya tidak mau berhenti. "Kenapa tidak berhenti!?" ia membiarkan kipasnya jatuh dan ia jatuh berlutut. "Kaa-san aku rindu kamu."

Orochimaru yang sedang menyamar sebagai Kazekage sedang duduk dan mengerjakan beberapa dokumen di manara Kazekage. Suara ketukan pintu membuatnya berhenti dari aktifitasnya. "Masuk."

Seorang Jonin dengan sebagian wajahnya yang tertutup selembar kain masuk kedalam kantor.

"Baki, ada apa kamu kesini?" tanya Orochimaru yang sedang menyamar.

"Kazekage-sama saya ini membicarakan sesuatu dengan anda." melihat Kazekage memberi intruksi melanjutkan Baki kembali melanjutkan, "Ini soal anak-anak anda. Seperti yang anda tau, sepertinya Temari tidak menyetujui renca anda untuk menggunakan Gaara sebag-"

"Baki, hal ini sudah kita bicarakan dengan dewan dan mereka sudah setuju." Orochimaru kembali mengerjakan dokumennya dan mengabaikan Baki. "Jika hanya itu yang ingin kamu bicarakan, lebih baik kamu keluar dari kantorku."

"Baik Kazekage - sama." Baki lalu berjalan keluar dari ruangan. Ia mengertakan giginya, 'Sial, dia sama sekali tidak peduli dengan anaknya.' menghela napas sejenak Baki menutup pintu di belakangnya. 'Maaf Temari, aku tidak bisa membantumu.'

"Khu khu khu... Ternyata sangat mudah mengendalikan desa ini." ucap Orochimaru saat Baki sudah keluar ruangan. Ia mengambil selembar kertas dimejanya, "Saa... Permainan akan segera dimulai."

TBC

.

.

.

Ugh,, halo! Semoga ini cukup memuaskan. Saya sudah lama tidak menulis, jadi jika ini jelek dan tata penulisan yang berantakan saya minta maaf. Saya gak kepikiran untuk melanjutkan fict ini tapi, karena saat ini terlalu banyak waktu yang senggang saya membaca ulang cerita ini dan akhirnya memiliki ide untuk membuat chapter ini. Saya tidak janji untuk melanjutkan lagi, jadi jangan harap untuk update rutin.

.

.

.

Ah, sedikit tambahan. Beberapa mungkin sudah pernah membaca ini.

Omake.

Tombirama Senju Nindaime Hokage saat ini tengah bingung. Ia baru saja menyelesaikan jutsu barunya yaitu, Edo Tensei. Masalahnya adalah ia tidak bisa mencobanya. Jutsu ini memungkinkan untuk membangkitkan orang yang sudah mati dengan pengorbanan dari orang yang masih hidup, singkatnya seperti pertukaran jiwa. Ia tidak bisa hanya mengambil acak orang yang hidup dan menjadikannya kelinci percobaan, Hokage macam apa yang melakukan hal kejam tersebut.

Brak!

"Hokage-sama! Tora kucing milik istri Daimyo mati ditangan genin saat dalam penangkapan!"

Tobirama berpikir itu tidak masalah baginya tapi, sekali lagi komplain dari klien dan terutama jika itu istri Daimyo akan merepotkan. Seolah baru mendapat pencerahan senyum mengembang di wajah Tobirama mengagetkan chunin di depannya. "Cari seekor kucing liar dan bawa kesini." dan tanpa menunggu chunin langsung melesat keluar.

Bagi Tobirama ini situasi yang menguntungkan ia bisa mencoba jutsunya dan istri Daimyo akan senang. Ia tidak tahu neraka apa yang telah ia ciptakan.

End.