"WUANJEEEEEEEEEEEENNNNNNGGGGG!"

Kagami baru pertama kali ini ngerasain rasanya digendong lelaki macho berkulit kelewat gosong yang buronan psikopat.

'Oh mama, ku ingin pulang,' tangis batin Kagami. Secara rasanya digendong maling itu berasa kayak jadi barang curian, alias diculik (ya iyalah). Habis diculik, dilarikan ke coretRSJcoret tempat sepi, lalu di'anu-anu'. Kagami nggak rela keperawa-eh, keperjakaannya, diambil oleh maling dekil yang Kagami yakin sempaknya nggak pernah ganti. Berbeda dengan dirinya, yang dalemannya selalu steril karena dicuci pake kloroform, antiseptik yang ngalah-ngalahin segala jenis pembersih. Saking bersihnya, sempaknya aja sampe transparan. Luar biasa emang ajaran orangtua kandungnya dulu. Sebelum Kagami tetiba nyasar di tong sampah kebun binatang dan ditemukan oleh keluarga Himuro, Kagami ingat betul dia selalu teler setelah maminya menggantikan popoknya. Bau kloroform emang jos gandos kotos kotos nganti mbledos.

.

.

.

Rantai Rambut Harimau

(CERITANYA CHAPTER DUA, KARENA coretAUTHORNYA MASOcoret YANG KEMAREN BELOM SELESE)

Kuroko no Basuke by Fujimaki Tadatoshi, mangaka yang (rela, ya, Sensei?) mahakaryanya di anu-anu di fic ini

coretSinetroncoret Fic alay ini hasil Cal/Ordin/Authorcchi mabok congyang semalem suntuk

Warning bagian kedua : Chapter ini dapat mengakibatkan impotensi, gangguan kehamilan dan janin-/SALAH BEGOK/ Ulangin. Chapter ini dapat mengakibatkan hilang pinggang, readers dilarikan ke eresje terdekat, panu, kutil, kadas, kurap, dan bermacam penyakit kulit lainnya. Bila sakit berlanjut hubungi Midorima-sensei coretyanggantengcoret. Kalo pusing bacanya, minum SP pancen oye.

Thanks to : (ANTIMENSTREM CREDITS DI DEPAN UHYEH)

SiDer yang membuat saya tidak menjadi helaian sempak belom dicuci

Reviewers yang baik hati, tidak sombong, rajin menabung dan menyiram tanaman

Follow dan Fav baik di fic ini dan akun Ordin, kalian bikin Ordin nangis bahagia dapet notif di email, KAU BUAT HIDUPKU BERARTI LEBIH :)

Semua orang, karakter, dan makhluk lain yang secara rela (maupun nggak) dilibatkan di fic ini.

Beware of typo(s), gaje, EYD (Ejaan yang Dibelokkan), [over]OOC-ness, humor yang minta dilemparin nanas Bang Miya.

YAK, KARENA DISCLAIMER UDAH SELESAI FIC INI JUGA UDAH-/dibegal

.

.

(Cal harap masih belom bosen yak. Pintu teather baru saja dibuka. Selamat membaca :v)

.

Rasanya digendong pemuda yang entah kenapa meskipun gendong-gendong Kagami yang nggak ringan-tepatnya sekitar 80 kg-tapi tetep lari ngalahin lari kuda dikejar singa, berasa mirip kayak naik Hysteria-Tornado-Halilintar-Perosotan anak TK-Niagaragara dicampur jadi satu. Bikin deg-degan sekaligus di garis antara hidup dan mati. Kagami bakal minta Mba Hayati tenggelemin dia di rawa-rawa kalo Kagami harus lebih lama lagi ada di pelukan mas-mas dekil yang Kagami akui ganteng ini.

Kenapa? Padahal kan romantis? Tanya author kepada rumput yang nyanyi dangdut.

Persoalannya kembali ke masalah sempak yang belum dicuci ini. Buat Kagami, kebersihan sempak itu sangat penting. Mau orangnya dekil, tapi sempak nya bersih, okelah. It's fine. Tapi manusia(?) yang tanpa angin tanpa hujan main kabur bawa-bawa anak orang di pelukannya ini tidak kelihatan punya sempak bersih. Semoga Kagami nggak illfeel.

"WOI! JANGAN PINGSAN DULU!" pemuda bersurai biru gelap membangunkan Kagami dari lamunannya menatap awan berbentuk segitiga yang mengingatkannya pada bentuk Kau-Tahu-Apa.

"Turunin gue!" Kagami angkat bicara.

.

.

"ALAMAAAAAAKKKK BUNUH DAIKI DI RAWA-RAWA MZ. DEMI SEMPAKNYA AKASHI, SUARANYAAAAA~~~ BIKIN HATI GOYANG DOMBREEEETTTTT~~~"

Gantian Aomine yang bengong.

Bengong menatap bidadari hadiah dari Dewa-Dewi Cinta yang minta diturunin dari dekapan Aomine. Mana mintanya pake suara bergetar-kayaknya karena dia ketakutan-gitu. Kalo lagi nggak dikejar setan bergunting dengan jabatan Pangeran Kerajaan Rakuzan, Aomine mau minta interupsi buat capoiera dulu. Pelampiasan dari energi jreng yang timbul akibat mas-mas manis bersurai merah ini.

"Oi!" Manik crimson sudah berkaca-kaca menahannya air mata akibat ketakutan luar biasa.

Berhubung udah agak jauh dari kejaran Akashi, Aomine menurunkan pemuda itu dari pelukannya nggak rela. Keduanya berlari-lari kecil untuk mencari tempat perlindungan yang lebih aman, yang nggak kelihatan manik heterochrome Akashi-sama. Pilihannya : di atas pohon, di dalam gua, dan di dalam air.

Aomine dipaksa berpikir cepat. Di atas pohon ,bisa-bisa ketauan kalo dia blasteran manusia dan lutung (nggak nyambung). Di dalam air, salahkan nggak punya insang. Biarlah dikira manusia purba, yang penting sekarang aman.

Lagian kalo di dalem gua dia juga bisa pamer sama pemuda asing itu, kalo dia bisa bikin api unggun dengan menggesek-gesekkan dua helai bulu ketek. Kemampuan langka yang cuma para preman kelas lele kuning ngambang yang bisa.

"Ngumpet sini aja yuk," ajak Aomine pada pemuda yang bakal menemani perjalanannya mencari sempak yang dicuci pake kloroform untuk masuk ke gua yang Aomine yakin betul kosong.

Yakin kok, nggak ada beruang atau semacamnya. Kok bisa? Ya bisa lah. Kan Authorcchi yang nulis.

"Nggak pa pa, nih?" pemuda beralis cabang itu terdengar ragu.

"Boleh sih nggak percaya, Tapi percayakan, hatimu padaku~" Aomine gombal sejenak.

Pemuda bersurai super panjang itu monyong illfeel. Aomine bernostalgia tentang pacarnya Jaki yang sering monyong itu, yang sekarang ini lagi ngejar dia juga karena perintah Akashi-sama.

Sebelum Aomine makin terjebak di rumah nostalgia, Aomine memilih fokus ke jalan masuk gua. Ternyata, makin dalam mereka berjalan masuk gua, makin gelap.

"Ih, gelap. Atut," pemuda dari menara itu mendadak cadel. "Olang aneh lu dimana aa, owe atut jalan sendilian maaa," logatnya semakin ngawur.

"Sini, sini," Aomine modus meluk-meluk pemuda asing itu. "Duduk sini," Aomine mendudukkan (BUKAN menduduki! Nanti modus) pemuda itu di sebelahnya.

Crek crek

Crrrssshhh

Api menyala.

"Kelihatan kan, sekarang?" Aomine mendekatkan wajahnya ke wajah pemuda itu dengan modusnya.

"K-Kelihatan," pemuda di hadapannya blushing.

"ASEKKAAHHH," batin Aomine.

Berduaan di gua yang gelap, hanya diterangi sedikit api unggun, romantis. Aomine sukses besar nge-modus hari ini. Hari ini Authorcchi tetapkan sebagai 'Hari Aomine Modus Sedunia'. ASEKKAAHH

"Nyalahin api pake apa?"

Pertanyaan yang ditunggu-tunggu Aomine buat pamer.

"PAKE BULU KETEK LOH"

Reaksi pemuda asing itu nggak lebih dari sekedar "Oh" sambil mengernyit jijik.

Aomine hanya bisa terdiam. Ternyata kemampuan langkanya itu nggak terlalu keren buat dibanggain.

Lima menit yang diam, kaku, dan awkward sesudahnya. Insiden nyalain api pake bulu ketek itu bikin Aomine beneran kapok. Tapi sebelum Aomine beneran ngambek dan mengundurkan diri jadi tokoh di fic ini, pemuda asing di sebelah preman dekil ini buka mulut.

"Jadi... Mau sampe berapa lama di sini?" tanyanya polos.

"Nggak lama lagi sih. Paling 10 menit lagi," jawab Aomine.

"Maaf buat yang tadi," ucap si surai merah.

"K-Kenapa maaf?"

"Lo tadi lagi dikejar-kejar siapapun itu, kan? Dan gue nggak bisa bantuin lo biar bisa ngumpet di menara gue aja tadi. Maaf jadi ngerepotin lo, harus bawa-bawa gue gini."

"Serius, bukan apa-apa kok. Gue yang nggak enak karena udah bikin lo ikutan terlibat."

"Gue nggak peduli. Tapi yang jelas sekarang... Please take a good care of me."

Kalo Aomine boleh langsung kawinin anak orang sembarangan, saat ini juga Aomine pengen ngawinin pemuda polos nan manis di depannya ini. Jarak mereka kurang dari satu hasta, kalau Aomine mau bisa saja langsung terjang.

Tapi kalo ukenya manis begini Aomine nggak sampai hati mau memperkaos.

Ternyata si dekil cuma kulit sama pikirannya doang yang kotor. Hatinya nggak.#CIEEEEE

"Ya. Pasti." Aomine berubah melankolis gegara uke manis ini. Beda banget sama sisi badass-nya yang selalu diperlihatkan dengan gamblang.

"Nama lo?" tanya pemuda bersurai merah pada yang bersurai biru tua.

"Lo nggak kenal gue? Gue kan preman pasar kelas lele kuning ngambang yang tenar itu!" Aomine nggak percaya ternyata di sudut kota ini masih ada yang belum kenal dirinya. Padahal sempak setiap wanita muda dan majalah porno di setiap kios buku sudah pernah dimalingin.

Pemuda alis belah menggeleng. "Dari lima tahun yang lalu, gue tinggal di menara itu. Gara-gara ketimbun sempak waktu masih kecil," jawabnya bete.

"Ketimbun sempak...? Ah, nggak penting lah sekarang ini. Yang lebih penting sekarang..." Aomine mengubek-ubek isi tas kulit kambing yang dibawanya, tempat untuk memasukkan sempak suci colongan, masalah porno yang dicolongnya, juga beberapa lembar kertas poster.

"Nih!" Aomine menunjukkan poster bertuliskan 'DICARIH : BURONANH DEKILH KARENAH MENCURIH SEMPAKH SUCIH HADIAHH MENJAMINH' yang ada nama dan gambar pemuda itu.

"Ini nama gue. Aomine Daiki," tunjuknya. "Tapi ini warna kulitnya salah! Salah banget! Masa di setiap poster nggak ada yang muka gue kelihatan? Warna kulitnya di blok hitam tinta gitu?! Padahal kan warna kulit gue coklat karamel manis!" protes Aomine sambil menunjukkan beberapa poster yang sama pada pemuda di depannya.

Si alis belah terkekeh. "Ya makanya, punya kulit jangan kegosongan," katanya. "Ngomong-ngomong, gue Kagami. Kagami Taiga."

Mungkin inilah rasanya~

Backsound lagu empat remaja setengah puber mengalun di hati Aomine.

Rasa suka pada dirinya~

Anehnya Aomine nggak illfeel. Padahal jenis sempak yang dipakai pemuda yang bernama Kagami ini bukan g-string seksi.

Sejak pertama, aku bertanya...

"Kagami."

"Hm?"

"Nggak jadi deh."

Ternyata eh ternyata, Aomine ragu untuk menanyakan fesbuk dan nomer hape Kagami. PDKT bakal seret, Bang.

Keheningan menyelimuti keduanya lagi.

Hanya siul-siul Aomine dan gumam lagu yang nggak jelas.

"Kenapa?" Kagami menoleh ke arah Aomine dengan tatapan heran.

"Eh? Nggak," jawab Aomine.

"Betewe, lo kenapa bisa sampe dikejar-kejar gitu sih?"

"Karena gue ganteng," jawab Aomine sekenanya. Kata terakhir diberi penekanan dengan najongnya. Kagami nampol surai birunya keras keras.

"Duh! Iya, iya! Karena gue maling sempak!"

"Maling. Oke lo emang tampang kriminal..." Kejam kali kata-katamu, Gam. "Tapi kenapa sempak? Sempak dari emas yang lo colong?"

"Nggak dari emas sih. Cuma sempak itu sempak pusaka Kerajaan Rakuzan. Bahkan ada jinnya juga di dalem sempak itu." Oke Bang, CUMA.

"Ai si, ai si,"sempak Kagami magut-magut tanda paham. "Terus, lo dapet 3 permintaannya dari jin itu kan? Kayak di tipi-tipi," katanya. "Kenapa nggak lo minta sempak baru dan kulit lebih putih biar lo nggak jones?"

Kagami emang pengertian. Kalimatnya aja persis ngena di hati Aomine yang rapuh dan haus kasih sayang saking pasnya dengan keadaan si dekil sekarang.

Aomine terbatuk-batuk, berusaha mengembalikan kesadarannya dari habis kena tombak di dada. "Masalahnya ya itu, jin nggak mau ngabulin keinginan gue sebelum gue ngasih dia sesajen," jawabnya.

"Jadi, sekarang lo maling sempak tempat jin itu bersemayam, jadi kalo sesajennya ketemu, lo bisa dapet 3 permintaannya tanpa diganggu?"

"Tepat sekali."

Kagami ngangguk-ngangguk lagi. Untung tanda mengerti itu ngangguk, bukan geleng. Kalo geleng-geleng terus, Kagami bisa dikira lagi tripping.

"Kalo boleh tau yah, Aomine. Sesajennya apa, ya?"

"Cuaca hari ini cerah ya." Aomine mengalihkan pembicaraan.

"Nggak kok, agak mendung tadi. Sesajennya apa?"

"Kagami, mata lo bagus deh." Dialihkan lagi.

"Nggak segitumya kok. Makasih betewe. Tapi sesajen yang diminta jin itu apa?"

"Ssssttt! Kayaknya Akashi-sama sama prajuritnya udah hampir nyampe. Lanjut lari lagi. Yuk!" Aomine masih mengalihkan topik pembicaraan. Tangan Kagami digandeng, keduanya berlari keluar gua dan mendapati rombongan dari Kerajaan Rakuzan hanya berjarak beberapa meter di depan mereka.

Aomine dan Kagami lari ke arah sebaliknya, menjauh dari rombongan itu.

"Sei-sama! Itu dia!" Ternyata ada prajurit yang cukup waspada untuk tahu keberadaan Aomine. Aomine merasa rugi dia tidak mempelajari jurus menghilang dari guru silatnya dulu. Guru yang saking hebatnya dengan jurus itu, sampai-sampai hampir selalu menghilang setiap saat.

Balik lagi ke kejar-kejaran. Jujur Authorcchi heran, kenapa dari chap satu sampe sekarang adegan ala film action, yakni kejar-kejaran. Kagami juga heran. Jangan-jangan habis ini dia dan si dekil bakalan ketangkep atau dikubur sempak lagi, terus mereka mendekam di menara berdua. Asik kali yah. Jadi tawanan sambil pacaran.

"ADUH GUSTI MAHA BESAR YA ALLAH SEGALA FIRMAN-MU"

"SOMBODE HELEP MEH"

"DIEM ANJER"

"MAAPIN"

Pokoknya udah kacau banget lah. Kedua sejoli ini lari-lari di bawah lohon yang menggugurkan daun, romantis. Sayang mereka nggak sitting on a tree, k-i-s-s-i-n-g.

Salah.

Sayang mereka nggak seutuhnya bebas. Malah mereka di garis akhir hidup mereka. Kagami susah payah menggulung-gulung rambutnya yang super panjang itu. Aomine dengan agak terpaksa turun tangan membantu.

"Pemanah!" titah Akashi pada prajuritnya.

"AOMINEEEEE TEMEEEE! JANGAN TINGGALIN GUE BEGOOOOKKK"

Syut syut syut

Anak panah berterbangan menuju arah Kagami dan Aomine. Aomine berusaha membuat Kagami lari lebih cepat. Setengah surai merah gelap Kagami yang ada di tangannya ditarik.

"ANJENG SAKIT AHO"

"Ya makanya buruan!"

Keduanya lari ke daerah pertambangan. Salah pilih jalan, sih. Secara, daerah pertambangan sebenernya medan yang susah dilalui kalo punya rambut sepanjang Kagami.

"Lari, Bakagami. Lari!" seru Aomine.

"Ini juga gue lari! Lo kira?!"

"Kurang cepet."

"Mending gue lo gendong lagi dah."

"Serius?" Aomine senyum najong.

"YA NGGAK LAH DASAR MESUM LO"

Keduanya lanjut lari lagi. Jalan berkelok yang gelap bukan rintangan, meskipun dua-duanya sama -sama was-was kali ada sesuanu yang tetiba muncul.

Kalau dicermati lagi, paragraf di atas banyak banget kata berulangnya. Dan kalau dicermati, paragraf ini nggak penting /YHA

Mendekati sungai kecil yang dipakai buat mendulang emas hasil tambang, rasanya anak panah yang berterbangan dan menancap di tanah sekitar kaki mereka makin banyak.

"Lompat, Kagami!"

Tepat sebelum kedua sejoli itu masuk ke air, salah satu anak panah melukai kaki kanan Kagami.

Byuurrr

Sedikit darah menyebar di air.

"Aomine!" panggil Kagami.

Aomine lagi-lagi harus turun tangan membantu si pemuda bersurai merah. Kedua belah tangan Kagami ditarik, jangan sampai coretcintanyacoret pemuda itu hanyut. Aomine me-notis luka di kaki kanan Kagami. Sepertinya cukup parah, karena darah terus mengalir. Dipeluknya pemuda bersurai merah gelap itu erat-erat. Tanpa diduga, Kagami juga membalas pelukan itu. Biar saja keduanya hanyut mengikuti air sungai, paling penting sekarang ini bagi mereka adalah tetap bersama.

'Jangan ninggalin gue,' batin Aomine.

.

.

.

'Jangan. Jangan pernah.'

.

.

.

Sekali-sekali Aomine menarik nafas dari udara bebas di atas permukaan air. Setelah agak lama baru dia sadar Kagami pingsan. Antara banyak kehilangan darah, atau terlalu banyak air sungai yang terminum. Untung saja tanah hanya sekitar 20 meter dari posisi mereka.

"Kagami," panggil Aomine.

Jawaban lemah yang ia terima. Hampir tak mungkin bagi Kagami untuk menarik nafas.

Aomine terdiam. Ia ragu. Nggak yakin dengan apa yang harus ia perbuat.

"Sori, Kagami."

Cup

Sedikit demi sedikit oksigen dipaksa masuk ke paru-paru Kagami. Perlahan, air dipompa keluar dari paru-parunya. Bibir yang lembut dan hangat menempel bada bibirnya yang agak biru dan dingin. Berusaha membuatnya menarik nafas, membuatnya kembali pada kehidupan.

"Uhuk!"

"Kagami!"

Aomine tersenyum lega. Kagami sudah sadar.

Sedikit kain dari pakaiannya disobek, lalu diikatkan ke kaki Kagami untuk menutupi lukanya.

"Sini," Aomine berjongkok, mengisyaratkan pada Kagami untuk naik ke punggungnya.

"Nggak lah, gue bisa jalan sendiri, kok." Kagami mencoba berdiri.

"Yang bener?" Evil grin yang sering membuat wanita dan pria penganut paham pelanginisme(?) meleleh seketika kembali tergambar di bibir Aomine. Senyum seakan sudah tahu kejadian masa depan, senyum seakan tahu ia takkan salah.

Jbruk!

"Gue bilang juga apa, makanya jadi orang jangan bego-bego dong," senyum puas yang terkesan ngeledek itu balik lagi di wajah buronan ganteng satu ini.

"Kampret lu... Ya deh, iya.." Kagami mau gak mau (harus mau!) digendong [lagi] sama Aomine. Mending gendong belakang sih daripada bridal style, secara Kagami gak kuat kalo harus liat wajah gosong Aomine dari jarak yang deket banget.

Ciye.

"Gam, istirahat dulu aja ya."

"Huh?" Kagami gagal konek.

"Istirahat bentar. Capek juga ternyata gendong-gendong elu. Di warkopnya Cik Reo. Langganan gue tuh."

'KENAPA BARU SEKARANG CAPEKNYA? TADI LARI-LARI SAMBIL GENDONG GUE GAK CAPEK?!' Kagami emosi jiwa. Yah, mungkin si alis belah nggak tau istilah 'The Power of Ngepet', eh... 'The Power of Kepepet'.

.

.

.

"Ciiikkk, kopi susu nggak pake kopi dua ya!" Aomine membuka pintu warkop itu sambil memesan ke mbak atau mas pemilik yang berdiri di balik meja pesan.

"Pake gula nggak, ganteng~?" tanya mas atau mbak yang diketahui namanya Mibuchi Reo dengan genitnya.

"Pake, tapi nggak usah dikasih es."

"Lhooh, ganteng? Kalo nggak pake 's' nanti jadinya kopi uu dong?"

Lawakan lama yang garing dan mengundang reaksinya cengo dari Aomine. Kecuali Kagami yang kelewat kudet karena 5 taun di menara terus, dia ngakak sekenceng-kencengnya.

"Ngapain lo ketawa, Gam."

"Loh. Lucu kok!"

"Itu lawakan udah basi dari jaman nenek gue SMP, Gam."

"Eh? Ciyus?"

"Enelan."

"Miapah?"

"UDAH DIBILANGIN BENERAN JUGA"

"Muup"

"Nggak usah sok moe lu."

"Masnya yang ganteng, kopi susu nggak pake kopinya udah jadi looh~~"

Kagami diturunin dengan kejamnya, langsung dilepas gitu aja. Pantatnya ngebentur lantai dengan bohainya, lalu setelang nyusruk bibirnya nyium lantai. Kagami menduga Aomine pengalaman bedeesem. Berdoa Dulu Sebelum Makan /yha

Kagami monyong lagi, atau Authorcchi ketuker sama bibirnya Kagami dower karena nyium lantai. Monyongnya Kagami lagi-lagi mengingatkan Aomine akan Shuuzou. Setelah akhirnya berdiri, Kagami duduk di kursi tepat di sebelah Aomine.

"Aduh, Mas Mine. Terakhir ke sini bawanya masih perempuan semok loh mas~ Sekarang sukanya yang ada batangnya ya~~?"

Pertanyaan najong buat orang yang sama najongnya.

Ekspresi wajah Aomine dan Kagami agak berubah. Kagami mukanya merah, Aomine kelihatan tambah gosong karena blushing nggak jelas.

"Bukan kok, Cik Reo."

"Nggak pa-pa kok mas, eyke restuin~~"" Reo mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

"M-Makasih.." Aomine dan Kagami udah nggak tau lagi kudu jawab gimana.

Cie. Get a room, you two.

.

.

.

"Oi, Gam."

"Yo?"

"Gue mau tanya boleh ya."

Kagami sweatdrop. Jangan-jangan Aomine mau ngelamar dia sekarang. Nanya kesanggupannya jagain 11 anak mereka nanti. Nanyain kesanggupannya dianu-anu kapan aja Atau malah cuma nanya akun fesbuk dan nomer hapenya. Kagami negthink.

"Kenapa rambut lo panjang banget sih?"

Krik.

Ternyata cuma itu.

"Eeuuhhhh... Karena..."

"Karena?"

"Karena..."

"Ya, ya?"

"YA YA TIDAK TIDAK BISA JADI BISA JADI"

Rasanya Aomine mau aja kalo dia bisa ngelempar bola basket ke kepala merah Kagami. Sayang waktu itu basket belom ada. /TERUS

"Serius Gam."

"Oke deh. Jadi... Rambut gue panjang... Karena... Jangan ketawa ya!"

Aomine ngangguk sekeras-kerasnya. Secara udah nggak sabar soal jawabannya.

"Karena gue takut gunting."

"Oh"

"Yha"

Awkward kan.

"Sekarang gantian. Sesajen yang dimaksud si jin apaan. Dari tadi lo belom jawab."

"Sempak"

"HAH?! Kok lo malah bilang sempak?"

"Nggak gitu, tapi yang diminta jin itu emang sempak."

"Ya kenapa nggak lo kasih sempak lo sendiri? Apa karena sempak lo cuma satu dan nggak pernah ganti, makanya lo nggak bisa kasihin sempak lo?"

Aomine sweatdrop. Kagami tau aja sempaknya nggak pernah ganti.

"Bukan gitu. Sempak yang diminta sama jin tu sempak yang dicuci pake kloroform."

"APAAAAAAAAHHHHHHHH?"

Jeng jeng jeng jeng *le main Symphony 5-nya Beethoven*

.

.

.

"Ternyata... Mereka berdua di sini. Siap laporan sama Akashicchi, ssu."

Ternyata di coretkencan pertamacoret warkop itu, ada juga yang mengawasi mereka berdua.

.

.

.

To be continued (lagi) dengan masonya.

.

.

Ordinary's Notes

HUEHE

Gimana? Nganu gak? /APANYA

Ada bagian yang drama banget kan yah. Kurang ngocol. Ah. Maapkan daku kalo pinggang readers belom lepas. Secara daku juga lagi baper. Lagi mid semesteran. Doain moga-moga nilainya Cal bagus yah. Kalo bagus dibonusin update ret M kurang dari sebulan deh.-/boong ding

Chap ini semakin ngawur, jujur saja. Setengah Cal tulis waktu lagi mabok duren. Setengah lagi pas lagi baper. yang sedikit waktu lagi mabok bakpao. Pasti keliatan bedanya.

Ah, yang kemaren gaada yang bener jawab film Disney apa yang Cal nistain lagi di sini. Jawabanmu paling mendekati itu jawabannya Penikia, yaitu Aladdin. Film lainnya itu Pirates of Caribbean : The Dead Man's Chest. Kompasnya Aomine itu komps yang dia colong dari Jack Sparrow (ceritanya sih gitu :v)

Pojok Balasan Cintamu

Letty-Chan19 : Pusing? Entah kenapa, kalo kamu belom segila Cal emang gagal paham. OOC sudah jadi keharusan humor dan jalannya cerita. Pairing greget sudah biasa. Semakin crack semakin indah. Mohon dimaklumi.

B-Rabbit Ai : Ini Mb Jeng kan ya? Eh? Mb Luk ya? Gimana mbak? Pinggangnya sudah lepas? Demi 7 lautan ku terhura membaca reviewmu mb. Penistaan suatu keharusan. Semua tokoh yang sudah, belum, dan akan disebut pasti dikacaukan. Soal Kagapunzel sendiri, ya Cal nyomot dari mana-mana :'( Rasanya kurang afdol kalo nggak dianu.

Rengginang : Hai Mb Rengginang Dahling :'( Maapkan daku nyebut rengginang tanpa bayar royalti :'( lain kali yang disebut Keripik Coro deh :'( /dibegal Aisy/

Guest : MAIN SEMPAK YEE! Authorcchi jualan sempak /ganyambung/ Makasih udah merelakan 10-15 menit waktumu terbuang demi baca hasil pikiran Cal. Jadi pembaca setia ya :v

Kecoak Kece : Hai Ai. Sudah lanjut yah ._. Dan YHA INI EMANG ISINYA PENGANUAN CHARA SEMUA. TAPI UNTUK KEBUTUHAN HUMOR. YHA GITULAH. /TEBAR SEMPAK DAN CAPS JEBOL/-IKUTAN

Kisa The Author : Dari maling sempak bisa jadi fic kacau balau begini. Maklum Authorcchi obatnya abis :'(

Peni : Ciyeeee gang ngumpet waktu baca fic ini :') Makasih loh udah rela waktunya kebuang buat baca. Kenapa bukan alisnya? Karena... Alis belahnya Kagami ghoib /ganyambung. Pokoknya ada aja alasan buat kuberi oreo. /tambah ganyambung/

melmichaelis : HAI MEEELLLL! Ordin emang lagi lumayan apdet sosmed dan segala jenis humor kelas lele ngambang lainnya. Bisa nemu Ordin di fb dengan nama serupa tapi tak sama dengan penname. Dan... Ordin bukan anak roleplayer. Dugaanmu meleset :v Cheater bakal apdet sekitar seminggu setelah saia selesai mid semester... Sabar yaaa~~~

Okei. Karena udah selesai semua urusannya...

Salam Fujo!