Tap tap tap tap...

Kabut datang entah dari mana, mengisi terowongan yang sudah gelap, cukup tebal untuk menyamarkan sinar lampu senter di tangan pemuda itu.

Tap tap tap tap.

Pemuda itu mempercepat langkahnya, berjuang menemukan jalan keluar.

Tap tap tap tap!

Suara langkah kaki dan napasnya yang tidak beraturan terdengar memantul-mantul di antara dinding terowongan. Namun tidak cukup meredam suara tawa seseorang, tak jauh darinya, yang entah bagaimana terdengar tidak wajar. Pemuda itu menoleh, melihat sosok yang seharusnya tidak bisa dilihatnya di antara kegelapan, tidak lebih dari 3 meter darinya, berusaha mengejar dengan sesuatu yang tidak dapat dikenali oleh pemuda itu ditangannya.

Tap tap—BRUGH!

Pemuda itu tersandung, jatuh diatas tangan dan lututnya. Pemuda itu bisa merasakan jantungnya berdegup dengan sangat kencang, baik karena berlari dan perasaan mengganggu di dadanya. Tawa itu berhenti. Tidak ada suara yang terdengar, kecuali napasnya yang terasa seperti tersumbat... dan langkah kaki dibelakangnya, semakin dekat dan dekat.

Tap tap tap—

Detik selanjutnya, sunyi. Dan seseorang memegang bahunya.


..

..

Ghost Panic Chapter 2: Name

Boboiboy milik Animonsta. Kalau punyaku, ceritanya bakalan horror, gore... dan Fang bakalan dapat screentime yang banyak. Aku serius.

Horror, Suspense, Mystery

Pairing: ... gak ada. Mungkin Cuma hint. Mungkin.

Warning: HighSchool!AU, No Super Power, OOC (...kot), mungkin Dark Themes?

Raizu: *chanting* Stupid Writer's Block... Stupid school... Stupid bet... Stupid laptop... Stupid work... Stupid sister... Stupid phone... Stupid Writer's Block... Stupid competition... Stupid test... Stupid result... Stupid girl... Stupid Writer's Block... Stupid amazingly awesome fanfic... Stupid Writer's Block...

Inshi: Pernah liat orang yang sedang rehabilitasi dari kecanduan kopi? Begitulah jadinya.

Kumato: Eniwei, Happy Reading! ... or not.

..

..


Tok Aba tersenyum bahagia. Bagaimana tidak? Tiba-tiba cucunya yang baru pulang sekolah menawarkan diri untuk menjaga kedai sendirian dan menyuruhnya beristirahat. Yah, Tok Aba sendiri tau bahwa Boboiboy adalah anak penurut yang berbakti padanya. Tapi tetap saja menawarkan diri untuk menjaga kedai itu agak luar biasa, atau mungkin tepatnya tidak biasa.

"Kenapa tiba-tiba ingin jaga kedai sendirian?" tanya Tok Abaheran, meskipun senang juga.

"Yah... Atok kan pasti capek sudah berjaga seharian. Jadi Boboiboy ingin menggantikan." Boboiboy tersenyum polos, yah setidaknya dia mencoba. Tok Aba bisa melihat ada sesuatu yang disembunyikan cucunya itu, tapi tidak ambil pusing. Lagipula apa yang disembunyikan Boboiboy mungkin tidak begitu penting untuk dia ketahui.

"Terserah kau lah," ucap Tok Aba akhirnya. "Tapi kalau kamu mengharapkan tambahan uang jajan dengan ini..." Tubuh Boboiboy menegak. "... kamu akan mendapatkannya." sambung Tok Aba tersenyum simpul, membuat Boboiboy bernapas lega.

"Ah Tok Aba ini... Mana mungkin Boboiboy melakukan hal ini untuk minta tambahan uang jajan. Boboiboy tulus kok." Boboiboy tidak menatap Tok Aba, menggaruk belakang kepalanya dengan senyum canggung.

"Oh? Jadi gak mau tambahan uang jajan nih?" said Tok Aba teasingly, succesfully bringing a pout to his grandson face.

"No no! I-I mean, yes of course i want!" said Boboiboy furiously. "Ju-Just go already,"

"Ok, ok," Tok Aba beranjak pergi dengan tersenyum puas telah berhasil mengerjai cucunya. Seperti yang dia duga, Boboiboy punya maksud tersembunyi di balik sikap anehnya. Tapi yang jelas bukan karena uang jajan.

Boboiboy menatap kepergian kakeknya hingga sosok renta itu mengecil dan mengecil sebelum akhirnya menghilang dari pandangan. Kakeknya mencurigainya hanya mengincar tambahan uang jajan, tapi sebenarnya bukan itu. Dan sepertinya kakeknya juga menyadarinya.

Boboiboy kembali memperhatikan keadaan sekitarnya. Tak ada siapapun. Dia sudah mengecek siapapun yang melintasi taman. Suasana siang hari itu sangat cerah jika bukan terik karena awan pun tidak terlihat. Suasana taman sepi, tapi itu wajar. Siapa yang mau jalan-jalan di taman di tengah terik begini? Pokoknya kali ini tidak ada yang bisa mengejutkannya.

Boboiboy membersihkan kedai seperti biasanya, meski kali ini dengan penuh kewaspadaan akan seseorang yang datang. Setelah yakin tak ada satu sampah atau pun barang yang bukan milik Tok Aba ada di kedai dan semuanya sudah rapi bin bersih, Boboiboy bisa tenang. Kini Boboiboy dengan santai meminum Special Ice Chocolate yang tadi sudah dibuatnya sebelum kepergian Tok Aba sambil menunggu kedatangan gadis itu.

Sambil menikmati cairan lezat itu, Boboiboy teringat percakapannya dengan teman-temannya saat jam istirahat di sekolah tadi.

...

Flashback di sekolah, jam istirahat. Kantin sekolah.

"Jadi gadis itu menghilang begitu saja?" tanya Yaya tidak percaya.

"Begitulah," jawab Boboiboy sekenanya sambil menyeruput es teh di hadapannya.

"Hantu! Dia itu hantu Boboiboy!" ucap Gopal gemetaran, hampir menjatuhkan tahu goreng di tangannya. Hampir.

"Kurasa tidak," Ying menyerobot dalam pembicaraan. "Dia hanya gadis biasa yang gugup dalam pergaulan." sambung Ying sambil bertopang dagu.

"Dey! Gugup juga gak sampe segitunya," bantah Gopal cepat. "Gadis itu pasti hantu!"

"Mana ada hantu di dunia ini lah Gopal." ucap Boboiboy memutar bola matanya.

"Kalo gitu kenapa dia menghilang begitu saja?" tanya Gopal masih ngotot. "Dari kejauhan yang kulihat cuma Boboiboy di kedai!" tambah pemuda bertubuh gempal itu sambil mencomot tahu goreng ke mulutnya dengan ekspresi tidak habis pikir.

"Berarti dia pergi sebelum kamu datang ke kedai. Beres kan." jawab Boboiboy.

"Tapi itu tidak menjelaskan kenapa dia menghilang begitu saja." ucap Yaya memasang pose berpikirnya.

"Ooh! Aku tau!" ucap Ying dengan senyum lebar. "Boboiboy, dia pasti suka padamu!"

"Hah?" tanya Boboiboy dan Yaya berbarengan, hampir dengan ekspresi yang sama: heran. Bahkan Fang yang sebenarnya duduk tak jauh dari mereka pun mengangkat alis. Gopal langsung tersedak.

"Ma-Maksudmu, Gadis Hantu itu menyukai Boboiboy?" Gopal hampir berteriak, menjerit mungkin. "Bagaimana ini Boboiboy?! Bagaimana ini?" Gopal mengguncang tubuh sahabatnya, seperti biasanya saat dia merasa panik.

"Ih, gadis itu manusia lah Gopal." kata Ying singkat sambil mengangkat alis.

"Lalu, apa maksudmu dia menyukai Boboiboy, Ying?" Pemuda berkacamata bertanya dengan nada heran.

"Dia hanya ingin berduaan sama Boboiboy di kedai. Ketika melihat Gopal datang, dia segera pergi karena malu," jawab Ying bertopang dagu dengan kedua tangannya, senyum kecil tersungging di bibirnya. "Dan dia baru pindah kemari. Pasti cinta pada pandangan pertama! Kyaa~!"

"A-Ah, masa' sih?" Yaya tampak skeptis, namun juga gelisah karena suatu hal. "... Bisa juga sih. Tapi..."

"Ying, kamu mau menyaingi kekonyolan Gopal?" Boboiboy gak bisa menahan diri untuk tidak menyilangkan tangan dan tertawa, sementara Gopal yang merasa terhina Cuma bisa bergumam protes dan tidak ada yang memperhatikan.

"Ah, kau tidak mengerti cinta Boboiboy," jawab Ying mendengus.

"Heh, kau saja yang kebanyakan baca novel," cibir Fang dengan senyum mengejek, dibalas oleh tatapan tajam dari Ying.

"Oh ya? Lalu menurutmu apa, Tuan Populer?" tanya Ying ketus.

Fang tau Ying bermaksud sarkastik, tapi tetap merasa tersanjung. "Terima kasih atas pujiannya," jawab Fang tersenyum sinis, membuat Ying semakin panas. Tapi Fang tidak menghiraukan gadis berambut pigtail itu lagi, saat pemuda berkacamata itu melayangkan pandangannya pada Boboiboy. "Kau yakin namanya 'Irine'?" tanya Fang.

Boboiboy memperbaiki posisi duduknya, melihat keseriusan wajah Fang. "Begitulah. Kenapa?" Tapi, dia tidak yakin Fang akan mengatakan sesuatu yang benar-benar membantu. Melihat kejadian tadi pagi, Boboiboy tidak akan berharap banyak.

Fang terdiam sebentar, sebelum menjawab. "Nama itu gak asing. Aku pernah mendengar nama itu, tapi gak ingat," Fang bertopang dagu, tampak berpikir keras.

"Yeee, kalo gitu sih gak usah dikasih tau," cibir Gopal, tapi dapat reaksi pasif dari Fang. Bukannya dia mengiginkan respon juga sih, ntar dia kena bogem mentah.

"Menurutmu dia akan datang lagi hari ini?" tanya Yaya.

"Entahlah. Mungkin?" Boboiboy tampak tidak yakin.

"Tentu saja dia akan kembali," jawab Ying dengan yakin. "Karena dia mau mendekatimu!"

"Bukan, karena dia akan terus menghantuimu!" bantah Gopal cepat, ngotot daripada yakin.

Boboiboy menghela napas. Yaya memutar bola matanya. Fang masih berpikir keras.

..

Flashback yang berlangsung sekitar 1 setengah halaman, membuat Boboiboy tidak sadar ia sudah menyeruput tetesan terakhir minumannya. Masih tidak ada tanda-tanda siapapun yang datang, bahkan lewat sekalipun. Boboiboy berniat untuk membuat segelas lagi, tapi berhenti.

'Ah, sebaiknya gak usah. Dari kemarin aku sudah minum banyak cokelat, ntar ditagih sama Tok Aba lagi,' pikir Boboiboy mengurungkan niatnya. Kemarin saat dia menceritakan kisah gadis itu pada kakeknya itu, Tok Aba justru menuduhnya kebanyakan makan cokelat. Lagipula, dia tidak mau gadis itu mengejutkannya lagi—

Boboiboy menoleh dengan cepat saat dia melihat pergerakan seseorang dari sudut matanya. Sayangnya dia tidak cukup cepat. Sosok itu sudah menghilang, tapi Boboiboy tidak menyerah begitu saja. Seseorang baru saja lewat dan tidak mungkin menghilang begitu saja.

Boboiboy berdiri dan memperhatikan sekitarnya. Benar-benar sepi. Pemuda bertopi itu memeriksa area belakang kedai dan juga keadaan sekitarnya. Tidak ada siapapun. Tidak ada apapun. Boboiboy memperbaiki letak topinya yang jadi miring karena lari tergesah-gesah dengan mimik heran.

'Yang benar saja... Tidak ada orang yang bisa bergerak secepat itu!' pikir Boboiboy.

Kecuali jika itu bukan orang...

Tubuh Boboiboy menegak, tidak percaya dengan apa yang barusan dipikirkannya. Tentu saja itu adalah orang! Oke, bisa juga hewan. Kucing, ayam, burung, alien... Argh! Pikiran Boboiboy pasti sangat kacau, kalau dia mengira alien adalah hewan. Boboiboy menarik napas, menenangkan pikirannya.

"Oke, sekarang kembali dulu ke kedai dan— Huwaa!" Boboiboy menjerit kaget ketika ia merasa seseorang memegang bahu dan berbalik. "Fang?!"

"Yo," sapa Fang dengan kasual dengan senyum diujung bibirnya, terlihat puas dengan ekspresi dan jeritan Boboiboy. "Sekarang aku mengerti kenapa Gopal sering melakukannya; ini cukup menyenangkan,"

"Dang it Fang! Apa kamu harus datang mengendap-ngendap begitu!?" omel Boboiboy kesal. Yang benar saja, kemarin Gopal dan sekarang Fang; rivalnya yang tidak akan pernah berhenti mengerjainya karena ini. Boboiboy mulai berpikir orang-orang disekitarnya bersekongkol untuk mengejutkannya.

"Hei, hei. Aku Cuma bercanda," Fang mencoba menangkan rivalnya, kaget dengan reaksi berlebihan itu.

Boboiboy menarik napas panjang. Fang benar. Boboiboy sendiri baru menyadari betapa tegang dirinya sampai dia berteriak pada kawannya itu. "Sorry," ucap Boboiboy singkat.

Fang menatap Boboiboy dengan tatapan menyelidik. "Kedai masih buka, kan? Aku mau pesan Special Ice Chocolate,"

"... Oke,"

Fang adalah pemuda yang menyukai keheningan dan ketenangan, meskipun tidak lebih dari donat lobak merah. Dan masa kecilnya bersama Boboiboy membuktikan kedua hal itu sangatlah mahal dan langka dimana pun pemuda bertopi dinosaurus itu berada.

Tapi kesunyian yang akhirnya didapatkannya ini sangat tidak terduga dan... asing. Jika saja Boboiboy tidak memasang ekspresi itu, mungkin Fang akan menikmatinya. Pasti ada yang terjadi sebelum ia datang, tapi apa? Dan kenapa membuat Boboiboy begitu tertekan?

"Mana Tok Aba?" tanya Fang memecahkan keheningan.

"Oh, ada urusan sebentar," Boboiboy berhenti mengaduk sebentar, "Sudah beberapa hari ini Tok Aba pergi ke suatu tempat,"

"Suatu tempat? Kamu gak tau ke mana Tok Aba pergi?" tanya Fang mengangkat sebelah alisnya.

"Tok Aba gak ngasih tau," Boboiboy hanya mengangkat bahu, tapi dari ekspresinya Boboiboy juga sama kagetnya dengan Fang. Kemana Tok Aba pergi?

"Woi, jangan melamun terus. Minumanku mana?" tagih Fang menyentakkan Boboiboy.

Boboiboy cemberut. "Iya, iya. Nih,"

"Jadi, gadis itu datang lagi?" tanya Fang dengan datar, seraya mengangkat cangkirnya.

Boboiboy ragu tapi tetap menjawab. "Belum. Dari tadi aku sendirian,"

"Iya, ngomong sendirian," ucap Fang dengan nada mengejek, sukses membuat alis Boboiboy berkedut kesal.

"Ngomong sendiri menunjukkan seseorang mempunyai bakat seni yang tinggi tau," balas Boboiboy cepat.

"Hah, itu juga menunjukkan seseorang mempunyai potensi jadi orang gila," Dengan senyum puas Fang menyeruput cokelatnya, sementara Boboiboy terlihat kesal. Saat indra perasanya bersentuhan dengan cokelat buatan Boboiboy, Fang hampir mau muntah. "Huweeekk! Apaan nih?!" seru Fang dengan muka jijik. "ASIN!"

Melihat itu, Boboiboy tertawa keras sambil memegangi perutnya. Sementara itu Fang dengan muka eneg menahan mual dan mencari air putih di dalam kedai. "Hahahahaha!"

"Boboiboy... Kau sengaja ya!" ujar Fang kesal.

"So-Sorry... Aku salah masukin antara gula dan garam. Pffftt..." Boboiboy mencoba menahan tawanya, tapi tetap saja lolos dan ia kembali tertawa. Ia segera mengambil cangkir Fang dan menyiapkan pesanan yang baru. "Tapi jangan-jangan kamu kualat sama aku, makanya jadi begini. Hehehe, terbaek ah!"

"Ukh, apanya yang kualat..." ucap Fang pelan. "Lagipula kenapa di kedai cokelat begini ada gara hah? ini pasti ulahmu,"

"Ayolah, aku sudah bilang sorry kan? Lagian aku beneran gak sengaja kok,"

Gantian Boboiboy yang tersenyum puas dan Fang yang cemberut dan kesal. Tapi jujur saja, pemuda bekacamata itu tidak keberatan dengan situasi seperti ini. Rival sekaligus kawab baiknya itu memang lebih cocok jadi pemuda cerewet yang gak bisa diam daripada diam dengan ekspresi tidak nyaman dan terganggu akan sesuatu. It's just feel right.

"Ngomong-ngomong bagaimana rasanya cokelat panas dengan campuran garam, eh? Sedap ke tak?" Oke, sekarang Fang keberatan. Cokelat dengan rasa ancur lebur itu mengingatkannya pada biskuit Yaya. Kombinasi sempurna jika keduanya dipertemukan, atau mungkin lebih tepatnya: Kombinasi Mematikan. Fang merasa perutnya kembali mual hanya dengan memikirkannya, jadi pemuda berkacamata itu membungkuk untuk menghilang sedikit perasaan tidak nyaman itu.

Saat itulah ia melihatnya.

"Oy, Boboiboy," panggil Fang.

Kebetulan Boboiboy sudah selesai menyiapkan pesanan Fang dan segera meletakkan cangkir berisi cokelat normal di atas meja counter dihadapan Fang yang sedang membungkuk ke bawah meja. "Apa? Kalo mau muntah jangan disini,"

"Aku gak pengen muntah! ... well, gak sekarang," Fang bangkit dan menunjukkan sesuatu di tangannya. "Ini apa?"

"Hah?" Boboiboy mengangkat sebelah alisnya sambil menatap benda yang dipegang oleh Fang. "Tentu saja itu sebuah kaset. Pake tanya lagi," jawab Boboiboy heran. Fang mencoba untuk mengetesnya atau apa?

"Tentu aja aku tau ini kaset!" Fang hampir membanting kaset itu ke atas meja. "Aku barusan menemukannya di bawah meja, mungkin seseorang menjatuhkannya," Fang kemudian meletakkan kaset itu di atas meja.

Boboiboy terdiam sebentar, sebelum menatap Fang dengan tajam. "Fang, kau sedang mengerjaiku lagi? Gak lucu tau," Ada kekesalan di dalam nada bicara Boboiboy. Gantian Fang yang mengangat sebelah alisnya.

"Apa maksudmu?" tanya Fang bingung. Reaksinya yang benar-benar bingung dengan kata-kata Boboiboy menbuat pemuda berompi jingga itu menegang kembali.

"Aku sudah merapikan kedai sebelum kau datang dan aku gak nemuin sampah apalagi barang seperti ini di kedai," jelas Boboiboy kaku, seakan tidak ikhlas untuk berterus terang saat dia menyadari ke mana arah pembicaraan. "Dan gak ada seorang pun yang datang ke kedai ini kecuali kamu,"

Fang terbelalak, kaget dengan fakta yang barusan Boboiboy sampaikan. Fang melirik kaset di atas meja, ekspresinya masih datar tapi kali ini dibarengi dengan kegugupan. "Satu point untuk teori Gopal... Jadi bagaimana?"

"..." Boboiboy tampak diam, seakan mencerna apa yang terjadi. Ada jeda selama beberapa menit yang dibiarkan saja oleh Fang karena dia juga punya hal yang dipikirkannya, sampai akhirnya Boboiboy menjawab dengan keberanian dan tekad baru. "Berikan kaset itu. Aku akan nonton di rumah. Cewek itu sudah repot-repot mengantarnya ke sini,"

Fang menatapnya tanpa ekspresi. Dari mana sih Boboiboy ini dapat keberanian dan keyakinan itu? Kemarin gadis yang muncul dan hilang tiba-tiba lalu kali ini kaset yang muncul entah dari mana, jelas-jelas hal itu gak bisa dijelaskan dengan logika dan rivalnya itu masih mencoba menyangkal. Serius, terkadang Fang merasa Boboiboy lebih keras kepala darinya.

"Terserah. Hati-hati, kali aja hantunya bakalan keluar lewat TV seperti di film," Fang berdiri dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi. kata-katanya menunjukkan ejekan, tapi tersirat sedikit rasa khawatir. Karena keganjilan ini nyata dan sungguhan, tidak ada yang tau apa yang selanjutkan akan terjadi.

"Hah, kau kebanyakan nonton film. Hantu itu tidak ada," Boboiboy menyilangkan tangannya dengan senyum percaya diri. Fang menghela napas, menyesal sudah khawatir dan meninggalkan Boboiboy tanpa mengatakan apa-apa lagi. Tapi kemudian langkahnya terhenti saat ia teringat sesuatu yang sangat penting.

"Hei, kau yakin namanya 'Irine'?"

Boboiboy memutar bola matanya, tidak menghiraukan ekspresi serius dan nada bicara Fang yang berat. "Iya, Fang... Namanya Iiiiiriiinneee," jawab Boboiboy dengan nada mengejek. Fang tidak menanggapi ejekan itu, karena ada sesuatu yang lebih penting dalam pikirannya.

'Kayaknya aku memang harus mengecek album,'


Yo, Raizu here. Maaf soal yang pertama tadi. Rehabilitasi itu mengerikan, jadi jangan pernah kecanduan. Itu saja saranku.

Inshi: Hah, itulah kata orang yang gak bisa bertahan tanpa kopi lebih dari 3 jam!

Aku sedang sakit kepala, jangan ganggu aku...

Inshi: Can't do~~~ X3

Urgh.. Anyway, maaf juga karena lambat update. Tapi setidaknya sekarang aku update kan? Jadwal lagi padat dan sakit kepala karena rehab juga gak membantu, tapi aku bakalan update minggu depan (mungkin)

Kumato: Jangan janji sesuatu yang gak bisa kamu tepati =w=)/

Aku gak janji, lagipula sudah selesai setengahnya juga ._.) Terima kasih atas reviewnya, dan jangan lupa RnR k?

Raizu, out.