Geinojin To Kaichou-sama

( Artist and President Council )

NARUTO © Masashi Kishimoto

Original Story by Kuroi Sora18

Pair : SasuFem!Naru

Rated : T+

Genre : Romance / Drama

Warning : Fem!Naru/ typo yang merusak pemandangan/ AU!/ alur kecepetan / story amburadu/

Summary : Masa SMPnya telah berakhir! Saat di puncak karirnya, Namikaze Naruto-artis muda berbakat itu harus vakum?! Menjalani hari-harinya di sekolah elit semacam St. Mangekyo membuatnya merana! Pertemuan gilanya dengan sang ketua dewan sekolah membuat trio anggota SFC dan seisi sekolah jadi heboh. Ada apakah?

.

.

.

" It"s already motion. It's already motion. Kanjiru mama dakishimete~ "

" Kyaa! Naru-chan kawaii ne!

" Naru-chan, hounto ni dai suki! "

Seorang gadis berambut pirang nampak asyik menyanyin di tengah panggung besar, Tokyo Dome. Yah, dia Namikaze Naruto - penyayi pop yang sedang naik daun itu sedang menggelar konser mini albumnya di panggung berkapasitas puluh ribuan orang . Nampak beribu-ribu penonton ikut bernyanyi bersama penyanyi berkelahiran 10 Oktober itu.

" It's already motion! Kimi datte mou tashikani hora motometeru."

" It's an motion! It's an motion! Ai no tobira wo mitometeru!"

" It's in motion!"

.

.

.

Sementara di sebuah gedung sekolah yang sangat megah bergaya eropa, seorang remaja berambut raven sedang menata berkas-berkas yang berceceran di mejanya. Saat-saat awal tahun ajaran baru seperti ini memang saat-saat yang menyibukan bagi Uchiha Sasuke- seorang anak konglomerat yang menjabat sebagai President Council di sekolah St. Mangekyo. Sekolah elit yang berisi orang -orang jenius di dalamnya.

" Kau tidak pulang, Sasuke?" tanya seorang remaja berambut coklat panjang di seberang bangku Sasuke.

" Hn." ujar Sasuke ambigu.

Tangan berbalut kulit abalster itu dengan cekatan membereskan kertas- kertas di mejanya. Dahinya mengkerut ketika ia melihat foto gadis berambut pirang di kertas yang dia pegang.

" Namikaze Naruto? "

Neji yang sedang memasukan beberapa dokumen kedalam tasnya menoleh kearah Sasuke.

" Ah, bintang pop itu? Seminggu lalu berkas pendaftarannya di kirim ke sini. Ku rasa dia akan bersekolah disini. Oh, jangan bilang kau baru tahu, Sasuke."

Mendengarnya, Sasuke berdecak lalu meletakan kertas itu di meja.

" Ck, aku tidak ada waktu untuk mengurusi hal yang tidak penting seperti itu."

Neji menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata sahabatnya. Ya ampun, bisa -bisanya dia bisa tahan berteman dengan makhluk jejadian berhati dingin semacam Uchiha Sasuke.

" Ne Sasuke, bagaimana keadaan Fugaku-jiisan? Kudengar dia jatuh sakit setelah kunjungannya ke cabang Uchiha Corp di Hongkong?"

Sasuke masih sibuk membereskan kertas-kertas yang berserakan dan menumpuknya menjadi satu. Mata onyxnya menatap jam yang melingkar di tangan kirinya. Pukul lima sore. Supirnya sudah setengah jam lalu sampai di sekolah untuk menjemputnya.

" Hn. Dia baik- baik saja. Dia memang keras kepala jika menyangkut dengan pekerjaannya."

Neji yang sudah selesai membereskan pekerjaannya menghampiri Sasuke dan menepuk bahunya pelan.

" Fugaku-jiisan melakukan itu semua demi keluargamu juga. Harusnya kau mendukungnya. "

" Ck, diamlah aku sedang tidak ingin diceramahi olehmu." ujar Sasuke. Dia berjalan ke arah lemari dan mengambil blazer berwarna putih dan tasnya.

" Baiklah, Sasuke. Aku duluan. Jaa na!"

" Hn. " balas Sasuke sambil menatap langit yang berubah menjadi berwarna orange lewat jendela.

' -dobe. '

Akhirnya Sasuke melenggang pergi dengar senyum tipis yang terukir di bibirnya.

.

.

.

" Heh?! Vakum?!"

Hoshino Rin- bersumpah telinganya hampir jebol gara-gara mendengar teriakan artisnya yang berisik itu. Konser sudah satu jam yang lalu berakhir. Dan sekarang Naruto sedang duduk di ruang artis bersama managerjnya.

" Tidak usah berteriak, baka!" semprot Rin.

" Nande, Rin-san?" bola mata Naruto memandang wanita berusia 24 tahun itu bak anak kucing yang terlantar.

" Karirku sedang ada di puncaknya, kenapa malah menyuruhku untuk vakum?"

Naruto memalingkan wajah memasang pose ngambek andalannya.

" Ne, kau salah paham." Rin mengibas-ngibaskan tangannya di depan dada seperti mengusir lalat.

" Lalu apa? " tanya Naruto dengan nada malas.

" Eto, kau tahu sekolah St. Mangekyo di tengah kota itu kan?"

" Yeah, saat SMU Tou-san bersekolah disitu. Memangnya kenapa?"

" Kau akan bersekolah disana, Naru-chan." sahut seorang pria paruh baya berambut pirang yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan itu.

" Tou-san?!"

" Kobanwa, Sanchou-sama." Rin berojigi di depan Namikaze Minato yang merupakan ayah Naruto sekaligus Direktur agensi yang menaungi putrinya sendiri.

" Bersekolah disana? Yang benar saja! Aku tidak mau."

Naruto menolak keinginan ayahnya. Bersekolah di tempat menjunjung tinggi tata krama dan nilai akademis pasti akan membuat otaknya meledak. Padahal Naruto ingin bersekolah di Uzushio Entertaint School milik keluarga almarhum ibunya di Uzushio yang memang merupakan sekolah yang akan menjadikan murid-muridnya artis papan atas. Meskipun Naruto berasal dari SMP biasa layaknya sekolah-sekolah lain.

" Kenapa Tou-san tidak menyekolahkanku di Uzushio saja? Di sana aku akan belajar menjadi penyanyi hebat seperti ibu. Mendapat dua puluh satu piala award dan menjadi the be-"

" Tidak bisa."

Naruto memandang kearah ayahnya yang tiba-tiba menatapnya tajam.

" Demo, Tou-san! "

Rin hanya mampu melihat bagaimana sepasang ayah -anak itu saling berdebat. Yah, dia hanya pihak luar dan sebaiknya memang diam saja. Pikirnya pendek.

" Kau lebih mementingkan karirmu dari pada sekolah. Membolos, demi menghadiri konser dan meninggalkan ulangan. "

" Aku tidak membolos Tou-san! Aku mendapat ijin dari Asuma-sensei."

" Di ujian kemarin, nilai akademikmu begitu buruk! Aku menyekolahkanmu agar kau menjadi anak yang pintar dan berguna bagi keluarga."

" Jadi menurut Tou-san aku anak yang tidak berguna?" Mata biru yang diwariskan ayahnya mulai berkaca-kaca.

" Chigau! Tou-san hanya-"

Naruto menundukan kepalanya. Dia merasa jika kehadirannya dinilai tak berguna oleh ayahnya.

" Selama ini aku berusaha keras agar aku bisa jadi penyanyi hebat seperti Kaa-san. Aku ingin membuat Kaa-san dan Tou-san bangga ketika aku mendapat piala award." ujar Naruto lirih.

" Naruto-"

Rin mengelus bahu Naruto lembut. Melihat Naruto sedih seperti ini mau tak mau membuat ia merasa sedih juga. Apalagi penyanyi berusia enam belas tahun itu sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

" Ano, Sanchou-sama. Saya tidak bermaksud mencampuri urusan rumah tangga anda. Tapi, tidakkah ini terlalu berlebihan? Saya tahu perjuangan Naruto begitu keras hingga dia bisa jadi penyanyi populer saat ini. Bahkan dia bisa membiayai sekolahnya sendiri di usianya yang masih tergolong sangat muda. Saya rasa mengekangnya seperti ini tidak akan memecahkan masalah."

Minato memijit keningnya keras-keras. Kepalanya jadi begitu pusing hanya karena masalah putri tunggalnya itu.

" Baiklah kuberi kau kesempatan. Kau bisa melanjutkan karirmu namun kau harus bisa masuk sepuluh besar di St. Mangekyo saat ujian."

Mendengar keputusan ayahnya, Naruto tersenyum memeluk ayahnya dengan erat.

" Arigatou, Tou-san! Aku janji jika aku tidak akan mengecewakanmu."

Minato mengelus puncak kepala anaknya lembut sambil tersenyum tipis.

"Ganbaru yo! Omae wa dekiru zettai ni."

.

.

.

Pagi yang cerah di St. Mangekyo. Siswa -siswi baru nampak satu per satu berdatangan ke sekolah bertaraf internasional itu. Mayoritas dari mereka akan berdecak kagum hanya dengan melihat bangunannya saja.

" Ohayou, Kaichou!"

" Hn."

Beberapa siswa menyapa Sasuke yang bejalan dengan tenang melewati koridor dan di tanggapi seadanya oleh siempunya.

" Ohayou~ Kaichou-sama!" sapa para Sasuke FC yang dengan sengaja berbaris guna menyambut idola super ganteng mereka.

Mengabaikan sapaan para penggemar fanatiknya, Sasuke mempercepat langkahnya kearah pintu gerbang sekolah. Ia merogoh kantung blazernya dan mengambil buku catatan kecil dan sebuah pulpen.

Sementara itu...

" KUSoooooo!" maki gadis pirang berblazer putih yang berlari -lari menuju gerbang. Dia mengumpat ketika di melihat jam tangannya. Pukul 8 pagi. Damn! Dia sudah sangat telat. Gara-gara menghadiri sebuah acara Talk show yang disiarkan live pukul sepuluh malam membuat dirinya bangun kesiangan di hari pertamanya masuk sekolah karena terlalu ngantuk.

" Chotto matte kudasai!" serunya keras-keras ketika ia melihat satpam penjaga sekolah mulai menutup pintu gerbang.

Satpam penjaga bername tag Izumo Kamizuki itu terkaget melihat Naruto berdiri di balik gerbang dengan nafas yang tersengal sengal.

" Tolong buka pintunya. Aku sudah terlambat."

Naruto memasang pose paling memelasnya.

Izumo hanya bisa menganga di tatap seperti itu oleh Naruto yang merupakan penyanyi idolanya.

" Ano... Aku tidak bisa membuka pintunya. Karena- " mata onyx Izuma bergulir kesana kemari menghindari tatapan kucing terbuang milik Naruto.

CRING

" Onegaishimasu."

Tangan Izumo membuka sedikit pintu gerbang agar Naruto bisa masuk.

" Jangan beritahu siapapun."

" Arigatou, Izu-"

Dorong. Cklek! Pintu gerbang tiba-tiba tergembok.

" Jangan biarkan makhluk kuning ini masuk tanpa seijinku."

Naruto terbengong mendapati dirinya di dorong begitu saja keluar dari gerbang sekolah. Sementara Izumo nampak menelan ludahnya susah payah mendapati sosok di hadapannya.

" Sumimasen, Kaichou-sama! "

Mata onyx sosok itu menatap Naruto yang masih terbengong di balik pintu gerbang.

" Kau boleh masuk saat jam sembilan nanti. Dan temui aku sepulang sekolah nanti, Dobe." ujar Sasuke sambil menyeringai. Ia kembali berjalan menjauh sambil melempar - lemparkan kunci gerbang yang di ambilnya. Mengabaikan teriakan bertema vulgar milik Namikaze Naruto.

.

.

.

TBC