Naruto menemukan alamat Yumi Archer di kota York, dekat York Minister. Pria pirang itu melihat bungalo mewah dan banyak penjaga dari depan hingga belakang. Banyak kamera terpasang di sana-sini, dan akan sangat sulit mendekati bungalo mewah milik Yumi. Naruto segera meletakan transmitter penyadap telepon dekat pagar beton yang tiada pengawasan kamera, dengan cepat pria pirang itu menjauh dan melangkah pergi dari bungalo mewah milik Yumi Archer.

..

. .

..

..

. .

..

Hinata dan Hanabi mengobrol dengan wanita yang merupakan bibi dari Junior interpol kenalan Naruto.

"Naruto Niisan jangan gila, sudah berapa orang niisan habisi dan membalas dendam demi Minato Jisan dan Kushina basan. Jika Shion neesan ada disini, dia tak kan setuju perbuatan niisan seperti ini" ucap seorang pria baru berumur 20 tahun tersebut dengan serius.

"Jika... Hanya 'jika' istriku masih hidup. 'Jika' Kedua orang tuaku masih hidup, Konohamaru ototou!. Aku akan tetap menjalankan apa yang aku lakukan sekarang. Dan mereka tak bisa mengembalikan orang-orang yang kusayangi, di tambah mereka juga membunuh calon anakku juga. Perbuatan mereka juga merenggut beberapa orang yang tak bersalah. Kau lihat dua gadis yang bersama Kurenai senpai. Mereka adalah klan Hyuuga yang terakhir." Balas Naruto tak mau kalah sambil menunjuk Hinata dan Hanabi yang sedang mengobrol dengan bibinya Konohamaru, Sarutobi Kurenai. Di ruang tamu pribadi Sarutobi mansion.

"Paman Asuma akan marah apabila aku tak memperingatkanmu Naruto niisan, aku memang masih muda di interpol. Tapi aku tak mau kau sampai kehilangan nyawa karena balas dendammu ini. Aku paham kau juga membalaskan dendam dua gadis itu. Biarkan kami para interpol yang menangani kasus ini. Dan kau adalah kakakku satu-satunya yang kumiliki meskipun kita tak ada hubungan darah sama sekali. Aku tetap melarangmu Naruto niisan..." ucapan Konohamaru terpotong oleh ucapan Naruto.

"Aku hanya memintamu melindungi dua gadis itu, dan aku tak kan melibatkanmu dalam situasi ini. Dan ini permintaanku satu saja Konohamaru. LINDUNGI HINATA DAN HANABI. Anggap saja kau tak melihatku, Ototou. Ini urusanku dengan geng ular, kumohon dengan sangat. Jangan halangi aku kali ini dan jangan bilang pada Asuma Senpai juga."

Konohamaru menghela nafas sabar, Naruto tak pernah memohon seperti ini sebelumnya. "Jika Kakakku memohon seperti ini, aku tak akan menghalangi. Apa yang kau perlukan sekarang, Aniki?" tanya Konohamaru.

Naruto tersenyum, kali ini dia mengontrol suasana Konohamaru. "Aku perlu Laser Hijau, penyadap ruangan, 2 senjata Desert eagle ditambah 8 magasin desert eagle, dan Katana kecil" kata Naruto datar.

. .

..

. .

..

. .

..

. .

Sasuke lagi-lagi menggelengkan kepalanya, Semua kawannya menghela nafas. "Naruto lolos lagi." keluh Sasuke.

"Bagaimana sekarang?" tanya Sai.

"Kita berdoa saja yang terbaik, dan tetap mencari Naruto sebisa mungkin" sahut Shikamaru menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Sebaiknya kita cari informasi tentang geng ular lebih dalam lagi" usul Kabuto. Semua mengangguk mengerti.

..

. .

. .

..

. .

..

Naruto beruntung ada pesta di bungalo mewah Yumi Archer. Bahkan pria itu tak peduli seberapa ketat penjagaan bungalo tersebut. Naruto menggeluarkan kamera miliknya dan melihat kartu undangan yang dibawa para tamu serta memotretnya tanpa ketahuan dari kejauhan. Naruto mempunyai ide untuk menyusup kesana.

..

. .

..

_THE_EXECUTIONERS_

Rate Mature for bloody scene, action and violence

NARUHINA

Author: The Last MoGeRz

..

..

..

Naruto memasuki bungalo mewah milik Yumi melewati pengamanan ketat dan semua bodyguard Yumi seperti di kecoh oleh penampilan Naruto yang seperti bos Mafia. Pria pirang itu lantas melihat sekelilingnya dengan ekor matanya. Membaur dengan para tamu sewajarnya, banyak para bodyguard berjaga di setiap sisi dan ruangan. Naruto melangkah menuju pintu masuk bungalo dan menempelkan sesuatu pada pintu kayu Jati berbentuk gading gajah.

Naruto mengambil minuman di gelas kerucut yang tertata rapi di meja. Naruto mendekati ruang perapian milik Yumi dan melemparkan sesuatu pada perapian tersebut.

Banyaknya tamu undangan berhasil meloloskan aksi kecilnya. Naruto memasang penyadap ruangan di bawah lemari besar Yumi. Secepatnya Pria itu pergi dan segera meninggalkan bungalo mewah milik Yumi.

Namun matanya menangkap ruangan tak asing di matanya dari kejauhan. "Ruang pengawasan" gumam Naruto.

Naruto melangkah pergi dan meninggalkan bungalo mewah itu.

..

. .

..

. .

..

Hinata menunggu kepulangan Naruto, wanita muda itu wajahnya nampak sabar menunggu pria pirang itu. Mata Hinata langsung berbinar begitu melihat Naruto pulang.

"Selamat datang, Naruto-kun" sambut Hinata tersenyum malu-malu.

"Kenapa kau belum tidur, Hinata?" tanya Naruto datar namun matanya biru safirnya melihat mata Hinata yang sudah lelah, mengantuk.

"Aku menunggumu pulang, karena dari tadi siang kau belum makan" Hinata nampak khawatir pada pria dihadapannya. Naruto tersenyum simpul, entah kenapa dadanya menghangat. Pikirannya teringat almarhumah istrinya yang selalu menunggunya pulang dan selalu mengkhawatirkannya. Andai Shion masih hidup, pasti istrinya juga seperti Hinata yang mengkhawatirkan dirinya sekarang.

"Tenang saja, aku sudah makan diluar tadi." jawab Naruto.

"Sekarang tidurlah, aku tak mau kau jadi sakit karena kurang tidur" Naruto mengelus rambut Hinata pelan, wajah Hinata memerah karena perlakuan Naruto. Naruto merangkul pundak Hinata dan membawa gadis itu masuk ke dalam rumah.

..

. .

..

. .

..

Sudah 3 jam Asuma menganalisa mayat di depannya, dan semuanya bersih dari sidik jari.

"Naruto hebat juga menghilangkan jejak sidik jarinya, bahkan peluru dan benda-benda lainnya juga tak ada sidik jari sama sekali." Asuma melepaskan kaos tangan plastiknya dan memijat pelipisnya pelan.

"Anak didik Kakashi dan Yamato terlalu pintar, Asuma. Bahkan aku tak menemukan tanda darimana peluru ini diperjual belikan" ucap Chiriku, rekan kerja Asuma di interpol.

"Bagus, sangat bagus. Dengan begini, akan susah melacak Naruto mendapatkan supplay senjata darimana." gerutu Asuma membanting kaos tangan plastiknya ke meja. Hari ini, Asuma dan rekannya mendapatkan hasil kosong dari pekerjaannya kini.

..

. .

. .

..

. .

. .

..

Naruto mengisi magasin desert eagle miliknya sembari mempelajari lika-liku bungalo mewah di layar laptop milik Konohamaru. Wajahnya nampak datar memperhatikan bangunan bungalo mewah, namun dalam hatinya bergejolak hebat dendamnya. Naruto menyarungkan katana kecil miliknya.

CKREKK

"Saatnya berangkat"

..

. .

..

. .

..

. .

Naruto menghentikan mobilnya dari jarak empat rumah dari bungalo mewah milik Yumi, Naruto berjalan kaki membawa tas kecil beserta katana kecil di pinggangnya. Setelah sampai di dekat bungalo itu, barulah Naruto meletakkan tasnya tersebut. Ditangan kanannya sudah ada remote untuk mengontrol sesuatu.

"Katakan halo pada petasan ini" gumam Naruto pelan lalu memencet tombol merah pada remote itu.

BLARRR BLARRR

Di tempat lain tepatnya sebuah gardu listrik berjarak 1 Km dari perumahan York, meledak tempat aliran listrik cadangan dan listrik utama. Dalam sekejap kawasan Perumahan mewah di York langsung gelap gulita, Naruto mengeluarkan 6 bola kecil dari tasnya dan beserta magasin peluru desert eagle yang di selipkan di jas hitam miliknya.

..

"Mati lampu? Hidupkan generatornya!" perintah Yumi pada salah satu bawahannya.

"Gawat tuan, ada yang meledakkan generator kita di York Ranger." seorang bawahan Yumi masuk melaporkan keadaan generator pada bosnya tersebut. "Kenapa lagi ini!" umpat Yumi kesal.

..

Naruto melemparkan bola-bola kecil ke arah kamera pengawas luar. Laser-laser hijau langsung menyala mengacaukan kamera luar. Naruto lantas melompati pagar tinggi dan menembaki para bodyguard yang menghampiri laser hijau miliknya.

DOR DOR DOR DOR DOR

Lima bodyguard Yumi langsung tewas dengan luka tembakan di kepala.

..

"ADA APA RIBUT-RIBUT?! APA YANG TERJADI" raung Yumi nampak was-was mendengar suara tembakan.

"TUAN YUMI, kita diserang!" lapor seorang bawahannya dengan panik.

"APA?!"

..

Naruto menembaki tujuh bodyguard Yumi dan mengacaukan kamera pengawas yang hidup dengan laser bola hijau miliknya.

DOR DOR DOR DOR

Isi kepala para bodyguard yang melawan Naruto seketika pecah karena melakukan perlawanan.

..

DOR DOR DOR DOR

Yumi ketakutan dan banyak bodyguardnya tewas. Ditambah lagi laser hijau yang berputar -putar layaknya gasing mengacaukan seluruh kamera dan alarm keamanan di bungalo-nya.

CRASSSH ZRAKK JRAKK BUAGH

Suara sayatan, tebasan pedang serta pukulan membahana di area bungalo milik Yumi. Naruto menebas kepala para bodyguard Yumi di kegelapan malam ini. Mata biru safir itu seakan merah menyala di kegelapan yang gulita di bungalo mewah itu. Beberapa pengawal Yumi yang tersisa mengelilingi Yumi, kegelapan membuat ruangan dimana Yumi berada bersama para pengawalnya.

"TEMBAK SAJA APA YANG ADA DIHADAPAN KALIAN!" teriak Yumi pada para bawahannya yang tersisa.

DOR DOR DOR DOR

Suara desingan peluru membahana kembali ke penjuru ruangan, tapi terdengar suara lain selain suara timah panas memekakkan telinga.

"AAAAARGGGHHH!" , "GYAAAAAAA!" , "UUARRGGHH!"

JRAKKK BUAAGH DRAKK

Naruto tak terlihat oleh mata telanjang para pengawal Yumi termasuk Yumi sendiri di kegelapan malam nan mencekam ini.

DOR DOR DOR DOR DOR DOR

Enam bodyguard yang melindungi yumi tewas seketika dengan keadaan yang berbeda-beda. Ada yang tertembak dikepala, ada yang tertembak tepat jantungnya, ada yang ditenggorokan, hidung bahkan telinga. Yumi ketakutan setengah mati melihat semua bodyguardnya mati mengenaskan. Yumi mengeluarkan revolver miliknya sambil menembak tanpa arah dengan kepanikan yang tak terkontrol.

"MATI KAU BRENGSEK!" Raung Yumi.

DOR DOR DOR DOR DOR

Pria tua itu menembak ke seluruh arah tanpa bisa melihat Naruto berada dimana.

JRASSH

Pergelangan tangan Yumi yang memegang revolver langsung terpotong dan mengeluarkan darah segar yang mengalir nampak juga tulang hasil karya Naruto.

"AAAARGGGHHHH!" pekik Yumi kesakitan.

"Tangan kotormu yang pernah menyentuh tubuh almarhumah istriku" suara Naruto terdengar tapi raga Naruto tak menampak pada Yumi. Yumi memegang tangan kanannya yang buntung itu.

"S-Siapa k-kau?" tanya Yumi kesakitan.

"Kau tak ingat, keluarga kecil yang kau bantai 1 setengah tahun yang lalu. Lalu kau memperkosa istriku atau lebih tepatnya istri seorang polisi jujur yang pernah menyeret geng ular ke pengadilan negeri di Kyoto" ucap Naruto dingin.

"O-OMAE!" Yumi terkejut setengah mati.

"Saatnya peng-eksekusi-an" ujar Naruto datar. Yumi terkejut sebuah suara sabetan mengarah pada kakinya.

JRAAKK JRAAKK

Kedua kaki Yumi seketika buntung dan membuat Yumi tersungkur serta berteriak kesakitan.

"AAAAAAAAARRRRGGGGHH!" Sebuah sabetan lain datang menuju tangan kiri Yumi.

BAATS JRAAKK

"GGYYAAAAAAAAAA!" Yumi kini benar-benar layaknya orang cacat, tanpa tangan dan tanpa kaki.

"Ini adalah hukuman untukmu, Yumi Archer. EKSEKUSI MATI DILAKSANAKAN" kata Naruto dengan penuh penekanan. Sebuah sabetan kembali melayang, kali ini katana Naruto mengarah leher Yumi.

JRAASSH "Yumi Archer, telah di eksekusi"

..

. .

..

. .

..

Hinata mempersiapkan pakaiannya dalam tas punggung miliknya, entah akan kemana perginya gadis itu? Pagi ini dia benar-benar tahu, kenapa berita di pagi hari sudah membuatnya menyadari sesuatu. Di kamar terpisah, Naruto menata semua pakaiannya ke dalam tas punggung juga, bahkan dia tak menyadari bahwa Hinata juga tengah menata pakaiannya.

"Oneesama akan pergi kemana?" tanya Hanabi memasang wajah bingung kini. Kakak perempuan tercintanya sudah bersiap pergi.

"Aku akan ikut Naruto-kun, Hana-chan. Ada hal penting yang harus ku lakukan bersamanya." jawab gadis bersurai indigo itu.

"Apa maksud Oneesama, bukankah kau... Maksudku kita disuruh tinggal di sini oleh Naruto-niisan?" Hanabi menyadari ketidak beresan kakaknya kini.

"Kau yang akan tinggal di sini Hana-chan. Kurenai-senpai akan merawatmu selama aku pergi dengan Naruto-kun" Hinata membawa tas punggungnya dan keluar dari kamar, Hanabi mengangguk saja dan mengikuti Hinata keluar kamar. "Hinata? Kau mau kemana?" tanya Naruto yang kini siap berangkat.

Melihat gadis didepannya berlaku sama dengannya, siap pergi dari mansion Sarutobi.

"Aku ikut denganmu, Naruto-kun." sahut Hinata dengan nada tegas.

Naruto mulai tak suka dengan nada bicara Hinata, apalagi gadis itu mau mengikutinya pergi.

"Kau tetap disini!" pinta Naruto dengan nada pelan namun ada penekanan disana.

"Ada apa ini? Lho Naruto-kun kok buru-buru sekali" sapa Kurenai.

"Gomen Kurenai-senpai, ada urusan lain yang harus ku urus di Jakarta. Aku tak bisa lama-lama disini" ujar Naruto tersenyum simpul.

"Ara, Hinata-san mau mengikuti Naruto-kun juga?" tanya Kurenai pada Hinata. Belum sempat Naruto akan mengelak omongan Hinata, Hinata sudah menjawab dengan cepat.

"Iya, aku mau menemani Naruto-kun ke Jakarta. Apalagi pemberitaan pariwisata sedang gencar-gencarnya di Indonesia" ungkap Hinata berdusta sambil menatap mata biru safir Naruto dalam-dalam. Naruto seakan paham maksud Hinata.

'Jadi dia tahu berita criminal terkini dan kemarin. Cepat juga gadis ini menyadarinya.' batin Naruto kesal.

"Terserah kau sajalah, yang penting jangan bawa muatan lebih di pesawat" celetuk Naruto memakai peribahasa yang tak di sadari Kurenai maupun Hanabi.

"Tenang saja, Muatan itu akan tetap di rumah ini." Hinata tersenyum menang. Dia sengaja tak membawa Hanabi agar tak masuk dalam masalahnya maupun masalah Naruto.

"Kurenai-senpai sampaikan terima kasihku pada Konohamaru, terima kasih paket kembang apinya setelah dia pulang siang nanti. Dan aku titip Hanabi padamu" ucap Naruto pada Kurenai.

"Baiklah, akan ku sampaikan salammu dan aku akan menjaga Hanabi dengan baik." balas Kurenai tersenyum.

"Oneesama akan pulang secepatnya ke manchester kan?" tanya Hanabi.

"Tentu Hana-chan, aku segera pulang. Setelah urusan Naruto-kun selesai" jawab Hinata mantap. Naruto menyambar tangan Hinata dan mengajaknya keluar dari mansion Sarutobi.

"Jaa, Minna!" pamit Hinata melambaikan tangan kanannya pada Hanabi maupun Kurenai.

"Hati-hati dijalan!" sahut Hanabi. Naruto hanya tersenyum saja pada Hanabi dan Kurenai sebagai tanda pamitan.

..

. .

..

. .

..

"Sekarang jelaskan padaku, apa yang kau rencanakan sekarang?" Hinata kini menghadapkan wajahnya pada Naruto kali ini.

Perjalanan melalui pesawat digunakan Hinata sebagai kesempatan untuk mengintrogasi Naruto.

Naruto memutar bola matanya, namun Naruto sadar akan sesuatu. Hinata bukan gadis kemarin sore yang tidak tahu apapun tentang dendam Naruto.

"Aku memburu Moryo Takeshi sebagai target berikutnya. Ditambah lagi , ada kesempatan juga bertemu Sakon dan Ukon. Menurut informasi anak buah Yumi Archer, mereka akan mengadakan pertemuan di hotel Sh***-ri ** di Jakarta dan Hotel Zeibatsu, Malang, Jawa timur. Kemungkinan juga ada transaksi penjualan wanita akan terjadi juga di sana. Ada juga kemungkinan ada Hanzo Hattori" ungkap Naruto berterus terang. Naruto tahu, berbohong pada Hinata percuma saja. Gadis itu menyadari semua kegiatan Naruto saat dia berada di Kowloon, Hongkong.

"Lalu?" tanya Hinata lagi.

"Aku akan memberi kejutan pada mereka satu persatu, jangan halangi aku" Naruto menatap mata lavender Hinata lekat-lekat.

"Hn, Aku tak kan menghalangimu. Tapi biarkan aku masuk dalam rencanamu ini, aku bias berguna untukmu Naruto-kun" ucap Hinata dengan penuh keyakinan.

Naruto membelai pipi kanan Hinata, kali ini Naruto sudah tak sendirian. Akan ada wanita disampingnya yang akan selalu mendukungnya kini.

..

..

..

..

..

Bersambung