"Apa seperti ini sambutan yang kalian berikan kepada setiap orang yang datang?" Gaara mendelik tajam pada Kiba dan Naruto.
"Berengsek!" umpat Naruto, tangannya mengepal dengan keras dan ingin sekali rasanya langsung meninju wajah pemuda berambut merah itu.
"Tenanglah Naruto" Shikamaru menahan pundak Naruto, dia paham bagaimana sikap Naruto. Jika tidak dicegah, maka Naruto akan langsung menyerang Gaara.
Akan ku panggilkan Sasuke" Sai pergi ke arah lantai dua, walau tetap tidak ada ekspresi disana tapi didalam hatinya juga tidak senang dengan kedatangan Toneri.

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

Seraya menuggu kedatangan Sasuke, Toneri memperhatikan baik-baik keadaan dalam garasi tersebut.

'Ini bahkan tidak pantas disebut dengan garasi'. pikir Toneri.

Tentu saja tidak pantas disebut dengan garasi, tempat tersebut mempunyai tatanan ruangan yang sangat rapi dan apik. Banyak perabotan mahal yang berjejer serasi dengan puluhan supercar yang harganya selangit. Tempat tersebut bahkan lebih cocok disebut dengan pameran museum supercar daripada harus disebut sebagai garasi mobil.

"Berani sekali kau menginjakkan kakimu disini" Sasuke berjalan mendekat ke arah Toneri, dagu nya yang sedikit terangkat menambah kesan angkuh yang mendalam bagi pemuda Uchiha tampan itu.

"Aku hanya ingin mengajakmu bermain" Toneri menyeringai lebar pada Sasuke.

"Cih, aku tidak seperti bocah yang hobi bermain sepertimu" sahut Sasuke dengan nada dingin.

"Hahahaha, Kalau begitu kau tidak takut bukan jika harus bermain dengan seorang bocah?" Toneri tertawa lepas dan mengeluarkan ledekan tajam yang membuat Sasuke menggeram.

"Langsung saja katakan apa maumu" Naruto yang ikut tersulut emosi juga semakin memelototkan mata biru nya pada Toneri.

"Tanding, aku ingin mengajakmu bertanding diatas aspal"

"Tanding, katamu? Aku adalah seorang drifting, dan kau? kau hanyalah seorang biker" ucapan yang Sasuke keluarkan membuat Gaara menatap sinis ke arahnya, sedangkan yang disepelekan hanya tersenyum palsu.

"Takut?" Toneri mengeluarkan seringai tajamnya, mata indahnya yang menyipit membuat dirinya terlihat sangat tampan.

"Dalam mimpimu. Jenis bertandingan apa yang kau ingikan?" secara tidak langsung, Sasuke telah menerima ajakan Toneri untuk bermain. Kali ini, Sasuke sudah tidak memikirkan taruhan uang yang seharusnya dia dapatkan. Dirinya hanya ingin mengahabisi Toneri, hanya ingin menjauhkan Toneri dari kekasihnya.

"Kau adalah seorang drifting , dan aku adalah seorang biker. Jadi, mungkin akan lebih baik jika kita melakukan keduanya. Mobil dan motor akan menjadi pasangan kita berdua nanti"

"..."

"Balapan pertama, kita akan mengunakan roda empat bermesin jet. Lalu, yang kedua kita akan mengendarai roda dua bermesin pesawat. Bagaimana?" Toneri menjelaskan dengan detail pertandingan yang ingin lakukan bersama rivalnya, Sasuke.

"Baiklah, aku terima" sejujurnya Sasuke sedikit ragu untuk melakukan hal tersebut. Jangan kalian berpikir bahwa dia takut, hanya saja Sasuke tidak tahu apa yang Toneri rencanakan sebenarnya. Waspada. Ya, Sasuke harus tetap waspada.

"Tapi Sasuke, jika aku menang dalam kedua turnamen, bolehkan aku memiliki Hinata-chan?"

Seketika hati Sasuke melonjak marah mendengar hal tersebut, dengan reflek tubuhnya langsung mendekat cepat ke arah Toneri dan menarik kerah baju pemuda Otsutsuki tersebut.

"Inikah yang kau rencanakan hah?!" gigi Sasuke yang saling menggelutuk satu sama lain menjadi saksi bahwa pemuda Uchiha itu memang sedang sangat marah.

"Keh keh keh. Kalau aku yang kalah, maka dengan senang hati aku akan menjauhi gadismu itu. Bagaimana? Cukup adil bukan?" Toneri melepaskan cengkraman tangan kotor Sasuke dari dirinya.

"Lalu bagaimana jika hasilnya seri?" Shikamaru menatap malas pada Toneri.

"Jika seri, maka kita akan melakukan sebuah undian untuk menentukan jenis pertandingan akhir. Supercar or superbike?" Toneri menjawab pertanyaan Shikamaru dengan lancar, sepertinya Toneri memang sudah merencakan ini semua dengan matang.

"Hei kau keparat! sebelum pertandingan ini dimulai. Jauhi Hinata, jauhi tangan busukmu darinya. Kau mengerti?" ancaman pedas yang dilontarkan Sasuke hanya direspon anggukan santai oleh Toneri.

"Sasuke, kita sama-sama ingin memiliki Hinata. Kita berdua sama-sama mencintainya, kita berdua sangat terobsesi padanya. Jadi, jika saat aku yang menang nanti, maka aku harap kau rela melepas Hinata untukku" Toneri menepuk pelan pundak kiri Sasuke, lalu segera berbalik badan dan pergi keluar dari garasi Devil Drift dengan diikuti anak buahnya dari belakang.

Sasuke sendiri masih diam, dirinya diam mematung setelah mendengar perkataan Toneri. Seketika terbayang wajah Hinata, terbayang saat gadis itu tersenyum padanya, terbayang saat gadis itu tengah memeluk erat dirinya.

'Merelakan Hinata? Apa aku bisa? Bagaimana jika aku kalah? Bagaimana jika si 'Berengsek' itu menang? Apa aku bisa kembali hidup saat Hinata pergi dariku?'

Otak dan hatinya saling berbicara tentang nama seorang gadis, Hyuuga Hinata.

"Teme, apa kau yakin ingin melakukan pertandingan itu?" Naruto berjalan mendekat pada Sasuke. Naruto yakin, jika sahabatnya itu tengah memikirkan tentang konsekuensi kekalahannya.

"Lebih baik kau batalkan saja Sasuke, bagaimana jika kita kalah?" Kiba juga ikut prihatin memandang Sasuke.

"Lagipula, Hinata mungkin akan marah jika mengetahui dirinya menjadi sebuah bahan taruhan diantara kalian" Sai tahu betul bagaimana sepupu nya itu, Sasuke bisa gila jika dia kehilangan Hinata.

"Tidak! Aku tidak akan kalah! Kita tidak akan kalah dari 'Keparat' itu. Aku tidak akan kehilangan Hinata, dan Hinata tidak akan kehilangan diriku. Kita akan menyiapkan semua keperluan yang dibutuhkan untuk pertandingan nanti. Shikamaru, kau batalkan beberapa pertandingan yang sudah disetujui untuk beberapa hari kedepan" Sasuke berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia akan menang dari Toneri. Kenapa? Karena dia adalah Uchiha, karena dia adalah leader dari Devil Drift , dan karena dia adalah pemuda yang Hinata cintai. Dia akan berjuang untuk menjauhkan Hinata dari si Berengsek Toneri.

Shikamaru tersenyum medengar kata-kata semangat dari pemimpinnya, dirinya mengangguk mengerti dan segera mencari ponsel miliknya untuk menelepon orang-oran bersangkutan yang sudah membuat rencana pasti untuk bertanding dengan Devil Drift.

"Teme, kau serius?" Naruto kembali bertanya.

"Tentu saja Dobe, kita akan menang" Sasuke tersenyum tipis pada sahabatnya itu.

"Baiklah kalau begitu, mari kita mulai mempersiapkan semuanya!" Kiba bersorak kencang, lalu segera berlalu untuk mengecek kira-kira mobil apa yang akan Sasuke kencarai untuk menghancurkan Toneri.

"Kalau masalah motor, serahkan padaku" Sai juga langsung pergi keluar garasi, dia akan menyiapkan superbike untuk sepupunya.

"Berarti aku akan mengecek mesin mobil. Teme, kau juga harus bekerja" Naruto ikut menyusul Kiba.

Sasuke kembali tersenyum, walau terkadang Sasuke bersikap kasar pada kawan-kawannya, tapi tidak bisa Sasuke pungkiri bahwa Sasuke merasa bahagia mempunyai sahabat seperti mereka semua. Yang selalu mendukungnya dan selalu ada untuk dirinya, ya walau terkadang mereka juga bisa menjerusmuskan Sasuke kedalam kesesatan tapi Sasuke menikmati itu semua.

DEVIL DRIFT

Bukan hanya sekedar kawanan kelompok drifting kelas atas, tapi juga sekawanan sahabat yang berkumpul menjadi satu dan menjadi sebuah rumah untuk mereka yang berada didalamnya. Untuk Sasuke, untuk Naruto, untuk Shikamaru, untuk Kiba dan untuk Sai. Merupakan sebuah rumah untuk lima sekawan yang berandal dan liar namun berotaj jenius.

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

"Hime, kau sedang dimana?"

"Aku sedang berada dirumah Sakura-chan. Ada apa meneleponku, Sasuke-kun?"

"Aku akan menjemputmu, aku ingin bertemu denganmu"

"B-bertemu? L-lagi?"

"Kenapa? Apa kau bosan bertemu denganku hah?"

"B-bukan begitu, kau ini sensitif sekali"

"Heheheh, baiklah aku akan segera menjemputmu, jadi bersiaplah"

"Baiklah Sasuek-kun"

Setelah menutup panggilan masuk dari Sasuke, Hinata menghela napas panjang dan menunduk lemas. Padahal dirinya baru saja akan kerja kelompok bersama Sakura dan Ino, tapi lagi dan lagi Sasuke berhasil membatalkan itu semua.

"Kenapa Hinata-chan? Sasuke lagi ya?" tanya Ino, dirinya akan hapal jika Sasuke akan mengganggu sahabanya untuk berkumpul bersama dirinya dan Sakura.

"B-begitulah Ino-chan. Maaf ya, aku harus segera pulang" Hinata mulai merapikan buku-buku miliknya dan memasukkan kedalam tas biru.

"Dia protektif sekali ya? Beruntung sekali Hinata-chan mendapatkan kekasih tampan dan perhatian seperti Sasuke-kun" Sakura tersenyum seraya ikut merapikan buku Hinata.

"Oh ya, bagaimana hubunganmu dengan Toneri-kun?" Ino melipat kedua tangannya diatas meja dan menempelkan dagunya disana, seketika Hinata langsung menatap mata aquamarine gadis Yamanaka tersebut.

"Kenapa?" Ino merasa sedikit heran karena Hinata memandangnya dengan tatapan seperti itu.

"A-ano, a-aku dan Toneri-kun tidak punya hubungan apa-apa. Kami hanya teman, kalian kan sudah tahu itu" jelas Hinata.

"Apa kau benar-benar tidak menyukai Toneri-kun?" tanya Sakura memastikan, dan dijawab dengan gelengan mantap oleh Hinata.

"Lalu, apa Sasuke akan membunuh Toneri karena telah mendekati kesayangannya?" Sakura kembali bertanya, mata Hinata sedikit membulat mendengar pertanyaan aneh tersebut.

"J-jangan bicara sembarangan Sakura-chan" omel Hinata.

"Hehehe, maaf. Hanya saja, setiap orang yang bermasalah dengan Devil Drift maka orang itu akan berakhir dengan tragis" Sakura membayangkan betapa menakutkannya Devil Drift jika dipikir-pikir, Hinata sendiri juga ikut kembali mengingat kejadian saat seorang pemuda bernama Suigetsu yang hampir mati ditangan Sasuke.

"Jangan terlalu dipikirkan Hinata, mungkin lebih baik kau tunggu saja Sasuke diluar, mungkin dia sudah datang" Ino yang mengerti pola pikir Hinata langsung berusaha menenangkannya.

"Baiklah, aku pamit pulang dulu ya" Hinata tersenyum singkat dan segera berlalu.

"Dasar bodoh! Kenapa kau mengatakan hal seperti itu pada Hinata?!" Ino memukul lumayan kencang kening Saskura yang lebar.

"S-sakit Ino! Aku kan hanya bicara apa adanya, kau sendiri juga tahu jika Devil Drift itu memang seperti iblis" Sakura mengerucutkan bibirnya seraya mengelus keningnya yang sedikit terasa sakit.

"Tapi seharusnya kau bisa menjga mulutmu Sakura!"

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

Hinata duduk manis tak bersuara selama diperjalanan, dirinya sedikit canggung untuk memulai pembicaraan. Sasuke sendiri juga hanya hening dan berkonsentrasi mengendarai mobilnya. Tapi Hinata sudah tahu jika dirinya akan diajak kerumah Sasuke.

"S-Sasuku-kun" panggil Hinata ragu.

"Hn?"

"A-aku lapar" bodoh! Seharusnya Hinata tidak mengatakan itu, dirinya sangat bingung harus memulai pembicaraan macam apa.

"Dasar! Kau ini kan sudah makan, sebegitu bingungnya kah kau mengajakku berbicara sampai-sampai harus beralasan klasik seperti itu?" ejekan tajam yang dibuat Sasuke membuat Hinata tersentak, gadis itu langsung menundukkan kepalanya dalam-dalam. Sasuke sudah paham betul Hinata, dia sudah sangat hapal kelakuan gadisnya.

"Hey! Jangan merajuk seperti itu Hime" Sasuke mengulurkan tangannya guna mengelus pipi gembil kekasihnya, nada bicaranya yang lembut membuat Hinata tersenyum.

"Sepertinya kau sudah sangat mengantuk, jika sudah sampai lebih baik langsung tidur dikamarku" ucap Sasuke.

"K-kau tahu Sasuke-kun, t-terkadang kau menyebalkan sekali" Hinata mengerucutkan bibirnya, dia masih sedikit sebal karena ejekan Sasuke tadi.

"Aku tahu kalau diriku itu tampan Hime" jahil! Sasuke sangat senang jika menjahili Hinata.

"Aku bilang kau itu menyebalkan, aku tidak bilang kau itu tampan!" Hinata mencubit gemas pipi Sasuke.

"Ssssttt! Sudahlah Hime, jangan terus-terus memuji ketampananku. Kau ini membuatku semakin tersanjung saja"

"Yang tampan itu adalah Itachi-nii, bukan kau!" Hinata berusaha menahan tawa nya saat mengatakan hal tersebut.

"A-apa katamu? katakan sekali lagi yang kau katakan barusan hah?!" seketika Sasuke langsung menatap tajam kekasihnya.

"Hahahahahaha" dan Hinata, gadis Hyuuga itu tertawa meledak didalam mobil.

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

"Kenapa mereka datanganya lama sekali kaasan?" Itachi sudah terlalu bosan menunggu kedatangan Sasuke dan Hinata. Hari ini, Mikoto sengaja mengundang Hinata ke mansion Uchiha untuk makan malam bersama. Tentu saja hal ini disambut baik oleh Hinata dan Sasuke. Sasuke telah mendapat restu dari kedua orangtua nya tentang hubungannya dengan Hinata. Dan Hinata, dirinya juga telah mendapat restu dari orangtua sang kekasih tercinta.

"Bersabarlah sedikit, sebentar lagi mungkin sampai" sebenarnya Mikoto juga sudah tidak sabar menunggu kedatangan Sasuke dan Hinata. Kali ini Mikoto yang memasak makan malam nya, dia ingin sang calon menantu mencicipi masakan buatan dirinya.

"Kau yakin Hinata membawa dampak baik bagi Sasuke?" Fugaku yang telah siap segera duduk dikursi utama meja makan, istri nya merespon pertanyaan tersebut dengan anggukan dan senyuman.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara beberapa maid menyambut kedatangan Sasuke. Sosok yang dinantikan pun telah datang, Sasuke menggandeng Hinata menuju ruang makan.

"Wah kalian sudah datang" Mikoto dengan cepat menghampiri Hinata, menyambut dengan senang kedatangan calon menantu.

"Apa kabar baasan? Senang rasanya diundang makan malam bersama" Hinata tersenyum lembut, Hinata juga langsung melangkah mendekat pada Fugaku.

"Jiisan, senang bertemu dengan anda" Hinata membungkuk, senyuman tak pernah lepas dari wajah manisnya.

"Ya, silahkan langsung duduk Hinata" Fugaku ikut tersenyum simpul melihat penampilan dan tata krama Hinata. Gadis itu memang sepertinya cocok untuk Sasuke- pikir Fugaku.

"Hinata-chan, aku Itachi, kakak dari Sasuke" Itachi merangkul pundak mungi Hinata, membawa nya untuk duduk dikursi makan yang berada didekatnya.

"Aniki, jauhi tanganmu!" Sasuke menepis kasar tangan kakak nya dari tubuh Hinata, deathglare gratis juga dia berikan untuk kakak laki-laki nya tersebut.

"Ck, kasar sekali kau ini Sasuke-kun. Memangnya aku tidak boleh berkenalan dengan Hinata-chan?" Itachi memasang ekspresi meledek untuk adiknya.

"Kau menakutinya baka!"

"Kalian ini, sudahlah cepat duduk" Mikoto hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua anak laki-laki nya.

Makan malam terasa begitu hangat, pembicaraan-pembicaraan ringan menjadi pelengkap bagi hidangan-hidangan mewah nan ezat buatan Mikoto. Mikoto yang terus saja mengoceh dan Itachi yang sesekali meledak Sasuke membuat Hinata merasa nyaman berada ditengah-tengah keluarga Uchiha. Fugaku sendiri hanya makan dengan tenang, sesekali dirinya mengeluarkan beberapa pertanyaan untuk Hinata. Sedangkan Sasuke, wajahnya tetap datar menikmati sajian makan malam buatan ibu nya. Dirinya hanya menyimak pembicaraan antara sang ibu, Hinata dan Itachi. Tapi Sasuke sangat merasa bahagia, sudah lama sekali dia tidak merasakan suasana makan malam yang sepeti ini. Sesekali mata kelamnya memandang lembut ke arah Hinata, dirinya akan menemukan kebahagiaan yang juga tersirat diwajah kekasihnya. Tapi tiba-tiba sekelibat bayangan melintasi pikirannya, terbayang pertandingan yang akan dilaksanakan dengan Toneri. Ah, membayangkannya saja sudah membuat Sasuke muak.

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

"Kiba! Wanita yang kemarin itu berapa harganya?" tanya Naruto, entah kenapa dirinya ingin sekali menyewa perempuan bayaan untuk nanti malam.

"Yang mana? Yang berambut panajng?" Kiba balik bertanya, dia bingung perempuan mana yang dimaksud temannya itu.

"Dasar pervert!" ejek Shikamaru.

"Apa katamu?!" Naruto dan Kiba langsung mendelik tajam pada Shikamaru.

"Kalian sadar tentang perubahan pada diri Sasuke?" tanya Sai, matanya yang hitam tetap tidak berpindah dari komik hentai yang sedang dia baca, itu merupakan komik yang baru saja dibeli oleh Kiba.

"Apa maksudmu Sai?" Naruto mengerutkan keningnya, dia kurang paham atas pertanyaan Sai.

"Semenjak Sasuke menjalin hubungan dengan Hinata, dirinya sudah tidak lagi menyewa perempuan murahan untuk sekedar bermalam dengannya. Mengerti?" setelah menjelaskan apa maksudnya, Sai kembali bertanya pada Naruto.

"Ah! kau benar" Kiba mengangguk paham,

"Apa kita harus seperti Sasuke? Menari seorang tambatan hati agar terhindar dari sifat mesum seperti ini?" Naruto mulai cengengesan dan menganggap jika itu adalah bahan lelucon.

"Bodoh!" umpat Shikamaru.

"Kenapa hah? Apa ada yang salah? Maksudmu seperti itu kan Sai?" seolah merasa tidak bersalah, Naruto menatap Sai dengan tatapan innocent.

"Kau memang bodoh" Sai ikut-ikutan mengejek Naruto seperti yang Shikamaru lakukan.

"Lalu apa maksud kalian hah?!" Naruto merasa kesal.

"Lupakan, kau tidak pantas untuk diajak serius seperti ini" Sai segera bangkit dan pergi berlalu, meninggalkan Naruto yang terus meneriaki dirinya.

.

.

That's Devil But I Love Him

.

.

Suasana malam dikediaman Hyuuga nampak sepi, terlihat dari ruang tamu yang kosong melompong, begitupun dengan ruangan yang lainnya. Tapi, keributan besar tengah terjadi disalah satu kamar. Dan itu, bersumber dari kamar kakak tertua- kamarnya Neji.

"kau tidak akan pernah bisa menang dariku!" - Neji.

"Hah? Apa katamu? Kau terlalu banyak bermimpi, Sadako-chan" - Sasuke.

"Cih, lihat saha nanti! Kalau kau kalah, kau harus segera pulang dari sini!" - Neji.

"Tentu! Tapi jika aku menang maka aku akan menginap disini" - Sasuke.

"Itu tidak masalah, dan itu tidak akan terjadi karena akulah pemenangnya, Uchiha!" - Neji.

"Keh, terlalu percaya diri!" - Sasuke.

Adu bacot antara kedua pemuda yang umurnya saling tertaut 2tahun itu menjadi alunan berisik didalam kamar bernuansa serba coklat tersebut. Mulut keduanya yang tidak berhenti mengumpat dan mengutuk satu sama lain, mata kontras mereka yang menatap fokus pada layar televisi yang menampilkan simulasi game, dan masig-masing telapak tangan yang memegang erat stick ps disertai ibu jari dan jari telunjuk yang bergerak lihai memainkannya.

Sasuke dan Neji sedang duel bermain play stasion. Game yang mereka mainkan adalah WWE SmackDown. Keduanya akan saling berusaha memukul, menendang bahkan membunuh satu sama lain. Hinata dan Hanabi hanya terus asyik memperhatikan pertarungan sengit diantara keduanya. Hinata yang terus menyemanagati Sasuke, dan Hanabi yang berada diambang kelabilan- terkadang dia menyemangati Neji dan terkadang mendukung Sasuke.

"Ayo Sasuke-kun! kalahkan Nii-san!"

"Semangat Nii-san! Jangan mau kalah dari Sasuke-nii! Ah, Nii-san jangan kalah seperti itu! pukul dia! Ayp cepat habisi dia!"

Suara penyemangat antara keduanya membuat Sasuke dan Neji menjadi gemas sendir ingin cepat-cepat menang. Ditambah lagi suara volume televisi yang sangat besar semakin membuat suasana kamar hampir seperti ring tinju sungguhan.

Dan pada akhitnya...

"Yeayyyyy! Aku menang!"

.

.

.

.

.

^^TBC^^

.

.

Akhirnya bisa update juga yaa, sudah hampir 2bulan lebih author ga bisa update.
Maaf ya, maaf!
Author sekarang cuma bisa update seminggu sekali ataupun dua minggu sekali, udah ga bisa update 3hari sekali kaya dulu lagi :( Dulu author update cepet karena lagi PKL, dan skarang author udah sekolah lagi seperti biasa jadi ya gitu deh.

Tapi kalian tenang aja, author udah punya banyak story SasuHina yang udah author ketik. Hanya tinggal nunggu kapan publish nya. Dan perihal story 'Prince Of The Darkness', author belum bisa lanjutin dulu, soalnya mau tamatin yang ini dulu. Jadi kalian bersabar yaa^^

Maaf jika menemukan banyak typo berserakan, dan maaf jika chap ini pendek ataupun kurang memuaskan atau mungkin cerita makin ga jelas -"

Jangan lupa review yaa

dan follow instagram author :: Luluo_ilham
Ada banyak pic SasuHina disana^^

okey, arigatou!