++Summary++

"Menjadi isteri dari seorang Hatake Kakashi tak pernah terbayangkan olehnya, bahkan dalam mimpi buruknya sekalipun. Namun perjalanan kisah rumah tangga gadis Yamanaka ini menuntunnya untuk mengungkapkan kisah dibalik masa lalu"

Chapter one : *Atataki (Musim Semi)

.

.

.

.

Bunga-bunga musim semi telah kembali tumbuh. Setelah musim dingin yang seakan membekukan segalanya kini mulai tumbuh kembali. Musim kali ini menjadi musim yang paling dinanti, sama halnya dengan gadis yang sedang sibuk menyiram bunga di toko yang baru saja ia buka. Sesekali terdengar ia bersenandung pelan, menyanyi adalah hobinya yang ke dua selain gemar merawat bunga.

Ia terlihat sangat bersemangat saat memindahkan satu persatu pot-pot bunganya. Baginya musim baru adalah awal hidup yang baru juga, terutama di musim semi yang menjadi simbol musim kelahiran kembali seluruh tumbuhan serta mahluk hidup lainnya yang telah mati di musim dingin sebelumnya. Meski ini awal musim semi, namun karena musim semi tak pernah jauh dari musim panas maka cuaca saat itu sedikit membuatnya berkeringat meski di minggu pagi ini ia hanya akan menjaga toko bunga keluarganya seharian penuh.

Setelah selesai merapikan pot-pot bunga, kemudian ia berjalan menuju tempat di mana ia akan menunggu para pembeli nanti. Sudut matanya tak sengaja menangkap benda kecil yang tergeletak tak jauh dari sana. Sedetik kemudian mood-nya yang tadi sudah ia bangun, hilang begitu saja saat dengan jelas ia melihat sesuatu itu.

DUGH!

"Sialan! Kenapa benda itu ada di sini. Padahal aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakan segala sesuatu yang berhubungan dengannya" dan seakan belum puas dengan meninju benda manis yang tak bedosa itu, dengan kekuatan penuh ia melemparnya kesembarang tempat, kemudian tanpa kendali ia mulai menjerit dan mengeluarkan sumpah serapah yang entah pada siapa

"Arrggghhh! Memalukan, memalukan! Tidak. Tidak. Tenang Ino, tenang, ditolak cinta bukanlah akhir dalam hidupmu" tangannya ia kepalkan perlahan

"Tapi itu sangat memalukan! Arrgghhh! Lupakan, lupakan Ino lupakan!" ia kembali berteriak di dalam tokonya yang untung saja masih belum ada pembeli. Kebrutalannya masih akan terus berlanjut jika saja tak ada suara lembut yang tiba-tiba mengitrupsinya

"I- Ino-san?"

"Eh?" kagetnya sambil menoleh ke asal suara

"Ohayou" sapanya pelan

"Hinata? Kenapa pagi-pagi ke sini? Apa ada yang perlu kubantu?" tanyanya masih setengah bingung

"Iie, aku sengaja datang ke sini untuk ikut membantu menjaga toko bunga Ino-san"

"Eh? Serius nih? Kenapa tiba-tiba, dan juga bagaimana dengan si Neji-mon* kalau ia tahu kau pergi sendiri seperti ini?" tanyanya sambil memberi gestur agar Hinata duduk

"A-ano, tadi sebelum aku kemari, aku sudah meminta ijin untuk pergi keluar sebentar"

"Souka... eh bukannya hari minggu kau ada les menari?"

"Ah itu, aku juga sudah meminta ijin untuk bolos hari ini" jawabnya sambil tersenyum canggung. Melihat hal langka seperti ini, radar kekepoan Ino langsung meningkat drastis, dan mungkin acara menjaga toko akan berganti menjadi acara gosip, meskipun Ino yang lebih mendominasi dan Hinata akan sesekali menambahkan atau hanya mengangguk mengiyakan saja.

"Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan membuatkan minum untukmu. Kalau ada pembeli datang, panggil saja aku"

"Tidak usah repot-repot Ino-san, aku ke sini untuk membantumu"

"Iie. Kau adalah tamuku, dan jangan membantu apapun. Cukup temani aku saja" ucapnya sambil berlalu ke arah dapur. Saat Ino sudah pergi, Hinata melirik benda kecil berbentuk jepit rambut berwarna merah yang bentuknya sudah ringsek tergeletak di antara rak sepatu dan lemari penyimpanan pupuk bunga, "Eh benda apa itu?" gumamnya. Tak lama setelah itu seorang lelaki berbaju serba hijau masuk ke dalam toko

"Aku butuh sebuket bunga cantik" ucapnya dan melihat kearah Hinata yang masih duduk manis

"Ah, tunggu sebentar. Saya akan memanggil Ino-san" Hinata baru saja akan beranjak dan menyusul Ino ke dapur, namun ternyata Ino sudah kembali dan kemudian meletakan dua gelas jus jeruk

"Maaf, bisa sebutkan lagi apa pesanan bunga yang anda inginkan" ucap Ino ramah pada lelaki itu

"Aku ingin sebuket bunga cantik"

"Ah! ... baiklah, mohon tunggu sebentar" kemudian dengan cekatan ia langsung memilih beberapa jenis bunga dan merangkainya dalam buket kecil

"Silahkan" ucapnya sambil menyerahkan pesanan lelaki tersebut. Tanpa berlama-lama lelaki itu mengambil dan mengeluarkan uang kemudian membayarnya

"Ino-san memang sangat hebat dalam merangkai bunga cantik seperti tadi" puji Hinata tulus, saat pembeli tersebut berjalan keluar toko

"Ahaha, biasa saja sih. Tapi terima kasih untuk pujiannya" Ino memamerkan cengiran khasnya, kemudian ikut duduk bersama untuk menikmati jus yang ia buat tadi. Saat hendak meminumnya, tiba-tiba terdengar Hinata berkata

"Se-sebenarnya aku ingin menghibur Ino-san, yang sedang patah hati karena telah ditolak oleh Sasuke—"

BYUURRRR!

"Uhuk, uhuk, uhuk" Ino tersedak dan memuncratkan minuman yang baru sampai ketenggorokan demi didengarnya Hinata mengatakan hal yang paling ia hindari

"Ah! Kau tidak apa-apa Ino-san?" tanya Hinata Khawatir saat melihat Ino terbatuk-batuk

"Hinata! Jangan mengatakan hal itu. Aku sudah bersusah payah untuk tidak mengingatnya! Kau merusak mood yang sudah rusak gara-gara benda sialan tadi"

"Eh? Go-gomenasai, aku tidak bermaksud seperti itu"

"Pokoknya jangan pernah mengungkit apalagi membahas hal itu lagi!" ucapnya tegas, membuat Hinata sedikit menunduk karena merasa bersalah

"B-baik" jawabnya pelan. Melihat hal itu Ino langsung menghela napas pelan

"Yasudah. Tidak apa, jangan jadi murung seperti itu. Aku tak suka melihatnya" ia bangkit dan membersihkan bekas muncratannya tadi. Melihat Hinata yang masih menunduk membuatnya kemudian melanjutkan

"Dasar, kau ini tak pernah berubah. Jangan pernah memperlihatkan tampang murungmu itu di depanku. Aku tidak suka. Aku lebih suka melihatmu tersenyum Hinata"

"..."

"Baiklah, karena kau sudah ada di toko Yamanaka yang paling terkenal ini, maka kau tak boleh murung apalagi bersedih. Jadi Hianta, minumlah jusmu dan kau juga boleh melihat-lihat bunga yang baru mekar di musim semi ini" ucapnya sambil tersenyum membuat Hinata mengangguk dan ikut tersenyum

"Em!"

.

.

.

.

I do not own any Characters of Naruto

All Characters in this fanfiction except Honey are belong to Masashi Kishimoto, the creator of Naruto.

.

.

.

.

Langit cerah itu kini berubah menjadi oranye kemerahan. Hari sudah menjelang malam. Ditandai dengan adanya warna jingga menghiasi pojok langit. Walau belum terbenam, matahari sudah condong dan akan segera meninggalkan peraduannya

Jalan sekitar sudah nampak sepi. Dan sudah bisa dipastikan tak akan ada pembeli lagi yang akan datang ke toko. Akhirnya gadis pirang itupun memutusakn untuk segera menutup toko bunganya. Namun saat mengangkat pot terakhir untuk ia masukkan ke dalam. Tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari arah belakang

"Yamanaka"

"Eh!?" Ino yang kaget dan mendapati tubuhnya sedikit oleng sebelum sempat barbalik. Ia akan tersungkur jika saja tangan kekar milik pemuda itu tak segera sigap menangkapnya. Sepasang bola aquamarine-nya ditatap intens oleh sepasang bola mata perak milik pemuda berambut cokelat panjang itu

1 detik

2 detik

3 detik

BRUGGHH

"Gyaa! B-baka Neji-mon*" teriak Ino saat tubuhnya ambruk ke bawah

"..."

"I-Ite, kenapa kau tiba-tiba—"

"Di mana Hinata?" tanyanya tanpa menggubris Ino, membuat Ino gemetar menahan diri untuk tidak menjadi liar dan mencakar wajah mulus pria tampan itu

"Ka-kau..." geramnya seakan aura hitam dan background api menyala-nyala di sekitar tubuhnya. Namun tiba-tiba suara cemas Hinata terdengar dari dalam

"Ino-san Kau tidak apa-apa? Tadi aku mendengar kau teriak—eh Neji-kun?"

"Hinata, kau tahu jam berapa sekarang? Paman Hiashi akan mencemaskanmu jika tak segera pulang"

"Ah, gomenasai"

"Lagi pula kenapa kau harus datang ke tempat jelek ini?" tanya Neji tanpa dosa

"HAAAAH...? Apa kau bilang tuan kemayu?" timpal Ino horror

"Aku bilang tempat ini—"

"Neji-kun aku akan segera siap-siap untuk pulang, jadi tolong kau tak usah menungguku" sela Hinata cepat, melihat Ino akan segera diluar kendali

"Baiklah, kalau begitu aku duluan. Dan mohon pulang segera" ucapnya sambil berbalik dan berjalan menjauh dari toko bunga

"Hah! Pulang sana Monster kemayu! Jangan pernah berani menginjakan kakimu di sini lagi" semprot Ino saat Neji sudah berada cukup jauh, namun sepertinya teriakan Ino masih bisa ia dengar. Dan pemuda itu sempat menghentikan langkahnya, namun kembali berjalan dengan tenang

"Ino-san..."

"Kenapa sifat kalian begitu berbeda!? Heran, kalian bagaikan dua kutub yang berlainan" dumelnya sambil melanjutkan mengangkat pot terakhir yang sempat tertunda

"..."

"Hinata—"

"Aku juga sebenarnya heran Ino-san"

"Eh? Sudahlah, cepat siap-siap aku tidak mau mahluk itu kembali kemari"

"Gomen"

"Iie, aku senang kau mau datang dan menemaniku seharian" ucapnya lembut, *oi oi oi. Moodnya cepat sekali berubah

"Aku senang menghabiskan waktu seharian dengan Ino-san"

"Em! Sering-seringlah mampir jika ada waktu luang"

Sore itu akhirnya, Hinata berpamitan untuk pulang. Senyum di gadis pirang itu cukup membuat harinya berwarna.

Setidaknya Ino melupakan kejadian tragis dua minggu lalu yang sempat membuatnya down berat. Lupakan tentang pemuda raven yang sempat mencabik-cabik hatinya, song-song masa depan dengan pemuda yang tak kalah tampan, meski dengan kulitnya yang seputih susu(?) dan saat malam tiba Ino terlihat sedikit lebih bersemangat saat ia keluar kamar mandi dan berjalan mendekati tempat tidur

"Aahhh~ berendam dengan air hangat adalah pilihan yang paling tepat" ucapnya sambil merebahkan diri di atas kasur

"Ah! rambutku masih basah" ia bangikt dan duduk di kursi kemudian melihat foto Sai yang sengaja ia taruh di sana

"Sai-senpai... kira-kira kau sedang apa ya? Apa kau sudah pulang dan berhasil memenangkan lomba lukis nasional itu eh?"

"Aku tak bisa menunggu lebih lama lagi, aku benar-benar sudah jatuh cinta padamu! Meski kita baru saja kenal, tapi kurasa dua minggu itu adalah waktu yang cukup. Kau datang ketika hatiku hancur... kali ini aku yakin, kau pasti memiliki perasaan yang sama. Yosh! Obat patah hati itu adalah cinta yang baru! Ganbatte Ino!" ucapnya semangat.

"Tunggu aku Sai-senpai" lanjutnya dalam hati, kemudian ia kembali merebahkan diri di atas kasur dengan tangan yang masih menggenggam foto. Lupakan soal rambut yang masih basah, yang ia inginkan hanya dapat bermimpi indah di malam ini, sebagai pelengkap hari yang sedikit membuat hatinya menghangat

To Be Continued...