Cast:

Lee Hyukjae as Choi Hyukjae

Cho Kyuhyun as Choi Kyuhyun ( Hyukjae's brother)

Henry Lau as Choi Henry (Hyukjae's brother)

Choi Siwon as Choi Siwon (Hyukjae's father)

Kim Kibum as Choi Kibum (Hyukjae's mother)

Genre: Family, Sad, Angst

Disclaimer: Semua Cast yang ada di ff ini semuanya milik Tuhan, tapi plot ff ini sepenuhnya milik saya ^^

Summary:

.

.

.

Di suatu pagi yang cerah, semua siswa Seoul National High School sudah beranjak memasuki pekarangan sekolah mereka. Ada yang bersama teman- temannya dengan sambil berceloteh, bercerita mengenai pelajaran ataupun mengenai banyak hal. Adapun sepasang saudara yang datang bersama-sama dengan senyuman cerah, saling bertukar senyuman, sang hyung mengacak rambut sang adik bahkan ada adik yang menjahili hyungnya ataupun sebaliknya. Namun, dari semua yang terlihat, mereka sangat menikmati dan hidup dengan bahagia.

Namun, dibalik semuanya itu ada seorang anak yang bernama Choi Hyukjae yang berjalan sendirian di antara keramaian lapangan sekolah mereka yang dihiasi para siswa yang berjalan menuju kelas masing-masing. Ia menatap nanar pada seluruh kejadian yang terjadi saat itu. Sebenarnya bukan hanya hari itu ia melakukannya, namun ia sudah melakukannya 5 tahun yang lalu sejak suatu kejadian menimpa dirinya beserta adik bungsunya.

Ia tersenyum miris mengingat kejadian itu bahkan air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Kejadian itu, merupakan awal mula dari segala penderitaan yang ia alami hingga saat ini. Kejadian yang juga tidak bisa menghilangkan perasaan bersalah dari dalam lubuk hatinya. Kejadian yang tidak akan pernah menghilang dari benaknya walaupun ia berusaha dengan keras untuk menghilangkannya. Kejadian yang seharusnya menimpanya tetapi menimpa orang lain, orang yang sangat ia kasihi.

Tidak ingin terlarut terlalu lama dalam keterpurukan yang sudah ia alami sejak lama, ia segera menengadahkan kepalanya ke atas untuk menahan air mata yang sudah bersiap turun. Setelah dirasa cukup, ia kembali menghadap ke depan sambil menggumankan ucapan semangat untuk dirinya sendiri.

Bugh

Tiba-tiba ada yang mendorongnya dari belakang dengan cukup kuat yang mengakibatkan dirinya terjerembab ke atas rerumputan yang tumbuh di halaman sekolahnya. Ia tidak usah berbalik untuk mengetahui siapa pelakunya karena ia sudah tahu pasti kalau yang mendorongnya adalah sang adik – Choi Kyuhyun – yang diikuti beberapa temannya kelompoknya yang lain.

Hyukjae berusaha bangkit dan membersihkan telapak tangannya dari kotoran. Setelah ia sudah berdiri, ia tetap menundukkan kepalanya.

"Cih, dasar sampah tidak tahu diuntung. Enyah kau." Kata Kyuhyun dengan seringainya. Setelah itu, Kyuhyun beserta teman-temannya segera pergi meninggalkan Hyukjae seorang diri.

Hyukjae menghela napasnya sejenak lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk mencapai gedung sekolahnya.

"YA! Hyukjae!" Seseorang tiba-tiba datang dari belakang sambil mengaggetkan Hyukjae dengan menepuk bahunya dengan cukup keras. Hyukjae yang mendapat perlakuan itu, segera menimpakan pukulan sayang ke kepala pelaku.

BUGH

"Aish.. Bisakah kau tidak mengaggetkanku dengan cara seperti itu, Hae-ya? Kala kau terus melakukannya, mungkin saja aku bisa mati serangan jantung." Gerutu Hyukjae dengan mengelus dadanya.

"Mian, Hyukkie.." Kata sang pelaku yang tak lain adalah Lee Donghae – sahabat Eunhyuk.

Berbicara mengenai sahabat, Hyukjae dan Donghae sudah menjadi sahabat sejak mereka berada di Taman Kanak-kanak. Jadi, sudah pasti Donghae mengetahui seluruh seluk beluk kehidupan Hyukjae. Bahkan kehidupan kelam sang sahabat yang mengakibatkan kehidupan Hyukjae menjadi seperti saat ini.

Ia melakukan berbagai hal bodoh kepada Hyukjae, bertujuan untuk menghibur Hyukjae walaupun itu Cuma sesaat. Contoh sahabat yang baik bukan?

.

.

.

Pelajaran telah usai. Hyukjae memasukkan seluruh peralatan belajarnya ke dalam tas usangnya dan mulai membawanya. Ia melirik sedikit ke arah Donghae yang saat ini sedang menerima telepon dari orang tuanya.

"Baiklah, eomma.. Hm.. Ne.. Aku tutup dulu.." Setidaknya seperti itulah akhir pembicaraan Donghae dengan ibunya yang sempat terdengar oleh telinga Hyukjae.

"Hyukkie-ah.. sepertinya hari ini aku tidak bias pulang bersamamu. Aku harus menemani eommaku ke butik. Tidak apa-apa, kan?" Tanya Donghae dengan raut bersalah.

"Tentu, Hae-ya. Aku tidak apa-apa. Cha, Ppalli, jangan buat ahjumma Lee menunggu.." kata Hyukjae tersenyum. Kemudian mendorong badan Donghae dari belakang.

"Baiklah. Aku pamit ya, Hyukkie-ah.. Sampai jumpa besok." Jawab Donghae lagi dan berlari ke luar kelas dan meninggalkan Hyukjae sendiri di ruang kelas itu. Sedang Hyukjae hanya menatap kepergian Donghae dengan senyuman singkat.

Sesaat kemudian, ia melangkahkan kakinya ke luar kelas. Namun tiba-tiba,

"Akh.." Hyukjae mengerang kesakitan sambil memegang bagian perut sebelah kirinya dengan erat. Lama kelamaan, wajahnya berubah menjadi pucat pasi dan keringat dingin bercucuran dari dahinya. Rasa sakit yang ia rasakan di daerah perutnya semakin menjadi.

Ia teringat kalau ia membawa obat peredam rasa sakit untuk penyakitnya – kanker lambung. Dengan perlahan, ia mendudukkan badannya dan berusaha meraih bungkusan berbagai macam obat. Setelah berhasil, ia mengambil salah satu dari mereka dan menelannya langsung. Perlahan, sakit yang mendera perutnya kian menghilang.

'Aku sudah tidak kuat, Tuhan..' Batin Hyukjae. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Lalu menangis dalam diam sambil menyandarkan kepalanya di dinding kelasnya.

Tidak ada yang mengetahui penyakit yang ia derita, termasuk Donghae sahabatnya. Ia tidak ingin membuat orang-orang yang ia sayangi menjadi khawatir dan sedih dengan penyakit yang dideritanya. Itulah sebabnya ia tidak ingin menceritakan hal itu kepada siapapun bahkan tidak berniat melakukan tindakan pengobatan untuk memperlambat pertumbuhan kanker yang ada di tubuhnya.

.

.

.

Udara dingin di tambah gelapnya malam membuat suasana sunyi semakin menjadi. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang di kompleks itu – tepatnya kompleks para kaum elit. Terang saja tidak ada yang melintas, itu dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.

Namun, terlihat seorang pria kurus bertubuh cukup tinggi berjalan lemas di pinggran jalan. Ya, itu adalah Hyukjae. Hyukjae baru saja menyelesaikan pekerjaan part timenya di sebuah kedai makanan di daerah myeongdong.

Ia berjalan lemas sambil menundukkan kepalanya, wajahnya juga menunjukkan gurat lelah dan terlihat cukup pucat dari biasanya. Penyakit yang sudah hampir 5 bulan ini ia derita, semakin sering kambuh. Bahkan, rasa sakit yang ia rasakan dua kali lipat dari yang dulu ia rasakan.

Ia sudah berkali-kali menyatakan menyerah dengan kehidupannya namun sepertinya Sang Empunya Kehidupan belum mengijinkannya untuk meninggalkan dunia ini. Jadi ia tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menunggu hingga waktunya tiba.

.

Flashback

Di pagi yang cerah, tiga orang anak lelaki sedang bermain di taman di temani orang tuanya yang sedang duduk berdua di taman itu sambil berbincang, dan tak lupa memerhatikan ketiga anak mereka yang keasikan bermain bersama.

Sebut saja Choi Hyukjae berumur 13 tahun, Choi Kyuhyun berumur 12 tahun, dan Choi Henry yang berusia 10 tahun.

Mereka bertiga bermain bola bersama. Terkadang, mereka melampar ataupun menendang bola itu sehingga menghasilkan senyum bahagia di wajah ketiganya.

"Hyukkie hyung, Henry-ya, Kyu mau ambil minuman dulu yah yang dipegang eomma." Kata Kyuhyun kecil dengan wajah polosnya.

"Eoh, ppalli Kyunnie-ah.." Jawab Hyukjae selaku tertua diantara mereka.

Setelah itu, Hyukjae dan Henry kembali menlanjutkan permainan mereka seperti tadi. Mereka bahkan tertawa bersama saat mereka saling mengoporkan bola biru itu satu sama lain.

Namun, tiba-tiba bola itu menggelinding ke arah lain tepatnya ke jalan yang sedang ramai dengan kendaraan bermotor.

"Henry-ya, kau tunggu di sini ya. Hyung mau ambil bolanya dulu." Kata Hyukjae. Sedangkan Henry hanya menganggukan kepalanya dengan imut sambil mengatakan iya kepada Hyukjae. Setelah itu, Hyukjae berlari mengambil bola yang sudah ada di jalan.

Henry yang sedang menunggu Hyukjae, kaget melihat ada mobil yang melaju dengan gila-gilaan dan itu mengarah ke arah Hyukjae. Dengan cepat Henry berlari dan berteriak,

"HYUKKIE HYUNGGG AWASSS"

Brakkkk

Hyukjae merasa terpental namun ia tidak merasa sakit yang luar biasa. Perlahan tapi pasti, ia membuka matanya dan melihat segerombolan orang sudah mengerubunginya. Ia berusaha bangkit dari posisinya dan saat ia sudah berdiri, ia melihat ada gerombolan lainnya di depannya. Perasaannya mulai tidak karuan. Ia merasa pasti ada sesuatu yang buruk terjadi.

Ia memberanikan menggerakkan kaki kecilnya untuk menembus gerombolan itu.

Saat ia telah tiba di tengah-tengahnya, napasnya tercekat. Matanya sudah melabar dan air matanya sudah mulai tergenang di pelupuk matanya. Lidahnya serasa keluh untuk mengeluarkan sepatah kata pun. Lututnya bergetar sehingga ia tidak bisa menopang berat badannya dan menjatuhkan dirinya lalu duduk bersimpuh di atas aspal.

"Andwae.." Lirihnya. Ia mendengar tangisan lirih dari sang eomma dan Kyuhyun – sang adik – yang terisak sambil memeluk tubuh adik bungsunya yang sudah dipenuhi oleh darahnya sendiri.

"Hiks.. Andwae.. Hiks.. Henry-ya.." Hyukjae mulai terisak kencang. Sang ayah yang sedari tadi menelpon rumah sakit untuk membawa ambulans segera sudah memasang raut yang sangat kacau. Kemudian, dengan cepat ayah Hyukjae mengarahkan pandangannya ke arah Hyukjae dan memasang tatapan mematikan pada Hyukjae. Hyukjae sangat tahu arti tatapan itu.

Tidak sampai beberapa menit, mobil ambulans yang dipanggil oleh ayahnya tadi telah sampai dan para petugasnya dengan sigap memindahkan tubuh henry ke dalam ambulans.

.

.

.

Siwon, Kibum, Kyuhyun, dan Hyukjae menunggu dengan harap-harap cemas di depan pintu ruang operasi yang lampunya saat ini masih menyala yang menandakan kegiatan yang ada di dalam ruangan itu masih berjalan.

Kibum – Eomma Hyukjae, Kyuhyun, dan Henry – masih terus menangis sambil melipat tangannya memohon kepada Tuhan agar anak bungsunya bisa di selamatkan. Sedangkan Siwon – Appa Hyukjae, Kyuhyun, dan Henry – berusaha menenangkan sang istri. Sudah pasti ia juga dilanda kekhawatiran yang besar, namun ia sadar jika dia kepala keluarga, jadi tidak ada selain dirinya yang bisa menopang keluarganya.

Setelah lewat tiga jam, seorang dokter yang masih memakai pakaian khas operasi keluar dari ruangan itu sambil membuka maskernya. Dapat terlihat raut lelah dari dokter itu.

"Uisanim.. bagaimana dengan anakku?" Tanya Kibum yang menyadari kehadiran sang dokter yang menangani operasi sang anak bungsu.

Dokter itu tidak langsung menjawab, namun menatap dalam semua yang ada di koridor itu. Setelah itu, ia menghela napas beratnya.

"Kami sudah berusaha sebisa kami.. tapi.. sepertinya Tuhan berkehendak lain.. Relakan dia agar dia bisa istirahat dengan tenang, Tuan dan Nyonya." Kata dokter itu menunjukkan ekspresi penyesalan karena tidak bisa menyelamatkan satu nyawa.

"Tidak! Henry!" Teriak Kibum dan berhambur masuk ke ruangan itu. Sedangkan Siwon, Hyukjae, dan Kyuhyun tertinggal di depan pintu ruang Operasi itu.

"Seharusnya… Seharusnya kau yang mati Hyukjae.." Kata Kyuhyun dingin dan berlari masuk ke dalam. Sedangkan Siwon, ia menatap sinis Hyukjae yang terus menundukkan wajahnya karena ia sudah bisa merasakan tatapan Siwon. Setelahnya, Siwon ikut menyusuk istri beserta anak keduanya untuk masuk ke dalam ruangan itu.

Setelah ditinggal oleh Appanya, tinggal Hyukjae sendiri yang ada di depan pintu ruangan itu. Ia merasa hatinya sangat sesak. Ia menjatuhkan dirinya ke atas lantai yang dingin dan menangis terisak sambil memegang dadanya yang seperti terhimpit baju besar.

Ia ingat dan mendengar ketika Henry berteriak awas kepadanya tadi. Ia mendengarnya dengan sangat jelas namun ia tidak mengerti dengan maksud adiknya itu.

Ya, seharusnya dia yang mati. Bukan Henry. Seharusnya yang berada di dalam sana adalah dirinya, bukan adik bungsunya.

Hyukjae terus menangis.

.

.

.

End of flashback

Eunhyuk memasuki pekarangan rumahnya yang bisa di bilang mewah. Ia terus melangkah hingga tiba di dalam rumah, tepatnya di dapur rumah itu. Rumah itu sudah terlihat lengang tanpa ada aktifitas sama sekali dari penghuninya.

Hyukjae menyimpulkan jika semua orang telah terbuai di alam mimpinya masing-masing. Namun, saat ia sudah hampir melewati tangga untuk mencapai kamarnya yang terletak di belakang atau tepatnya gudang yang diubah menjadi kamar untuknya, Kyuhyun turun dari tangga.

"Cih, kenapa kau masih kembali ke rumah ini, hah? Kenapa tidak mati saja kau?! Dasar sampah." Kata Kyuhyun lalu ia kembali melanjutkan langkahnya.

Hyukjae berbalik. "Tenang saja, aku akan segera menghilang dari muka kalian. Kau hanya perlu menunggu hingga saat itu tiba. Dan.. aku minta agar kalian bahagia dan tersenyum saat hari itu tiba." Kata Hyukjae tersenyum miris. Perkataannya itu, sontak membuat langkah Kyuhyun terhenti.

"Ya.. dengan senang hati aku akan menunggu dan melakukan permintaanmu, SAMPAH." Kata Kyuhyun lagi dan menekankan kata sampah di akhir kalimatnya lalu berjalan meninggalkan Hyukjae di sana sendirian.

Hyukjae hanya terus memasang senyum tipisnya. "Kuharap hari itu cepat datang." Lirih Hyukjae dan kembali ke kamarnya.

.

.

Hari demi hari, bulan demi bulan telah berlalu. Tidak ada perubahan yang berarti untuk dikenang di kehidupan Hyukjae. Bahkan saat ini, ia sudah berhenti sekolah. Ia berhenti bukan karena ia malas, tapi karena ia sudah tidak kuat lagi untuk melakukan perjalanan diluar baik ke sekolah ataupun ke tempat kerjanya. Penyakitnya semakin bertambah parah dari hari ke hari. Ia sudah sering memuntahkan darah saat penyakitnya kambuh.

Maka jadilah ia hanya di rumah dan mengerjakan pekerjaan rumah. Ia tidak ingin dianggap sakit oleh salah satu anggota keluarganya, maka jadilah ia melakukan semua tugas yang dilakukan oleh pembantu yang ada di rumah itu.

Ia hanya ingin melewati sisa waktunya yang ia miliki dengan baik tanpa ada yang mengetahui penyakitnya.

.

.

"Mwo?! Jonghyun mau membuat perhitungan denganku karena Junhee meminta putus darinya? Lalu apa hubungannya denganku?" Tanya Kyuhyun kepada orang yang ada di seberang sana dengan muka bingungnya.

"…"

"Sejak kapan aku berdekatan dengan Junhee. Mungkin saja yang terlalu ingin berdekatan denganku." Kata Kyuhyun santai setelah mengetahui permasalahan yang sebenarnya.

"Eoh. Katakan kepada yang lain untuk bersiap saja. Kita bertemu di Tous Les Jours untuk membuat rencananya. Aku tutup." Setelah menekan tombol untuk mengakhiri sambungan teleponnya, kemudian ia membuang smartphonenya secara asal ke atas tempat tidurnya. Lalu ia berlalu berganti pakaian kemudian beranjak keluar dari kamarnya untuk pergi menemui teman-temannya.

Beberapa saat setelah Kyuhyun keluar dari kamarnya, Hyukjae muncul dari arah yang berlawanan kemudian masuk ke kamar Kyuhyun karena ia berniat untuk membersihkan kamar adiknya ini untuk terakhir kalinya dan juga menyimpan sebuah surat untuk Kyuhyun dan juga untuk kedua orang tuanya. Tadi ia sudah menyelipkan dua surat di kamar eomma dan appanya. Dan sekarang kamar Kyuhyun.

Ia sudah bulat untuk pergi dari rumah ini karena ia tidak ingin merepotkan appa, eomma, dan Kyuhyun lebih banyak lagi karena mengurus jasadnya nanti. Walaupun ia harus mati, ia tidak boleh mati di rumah itu, pikir nya dalam hati.

Ia melakukannya dengan cepat lalu menyelipkan suratnya di tempat yang strategis. Setelahnya, ia ingin melangkah keluar, agar ia bisa pergi secepatnya dari sini. Namun, sebelum ia mencapai pintu kamar Kyuhyun, ia di kagetkan dengan suara dering smartphone Kyuhyun yang tergeletak di atas kasur Kyuhyun.

Ia segera melangkahkan kakinya ke tempat dimana smartphone Kyuhyun terletak. Ia melihat ada pemberitahuan sms baru yang masuk, dan tanpa pikir panjang, Hyukjae membacanya. Ia terbelalak kaget. Setelahnya ia berlari keluar. Dalam hati, pasti yang tidak beres. Lebih baik dirinya saja, daripada Kyuhyun yang terluka.

'Hei, Choi Kyuhyun. Datang ke Gudang yang ada di daerah XXXX pukul 8 malam'

.

.

Hyukjae sudah tiba di tempat yang ditunjukkan dari sms yang masuk di smartphone Kyuhyun. Dari jauh, ia sudah melihat beberapa anak sebaya Kyuhyun yang berpakaian layaknya berandalan telah berdiri di depan gerbang Gudang yang di sebutkan melalui sms yang ia baca sebelumnya sambil membawa balok kayu di tangan mereka masing-masing.

Hyukjae mengumpulkan keberaniannya dan berjalan maju ke arah kumpulan orang itu.

"Apa yang kalian mau dari Kyuhyun?" Tanya Hyukjae setelah ia mencapai area yang berada di dekat mereka.

"Hey, hey, hey, coba lihat siapa yang datang. Hahahaha.." Salah satu dari mereka berujar setelah melihat kedatangan Hyukjae di tempat itu.

"Setahuku kau adalah orang yang sering di bully oleh Kyuhyun kan? Buat apa kau kesini, hah?"

"Aku.. Kalau kalian ingin berbuat sesuatu pada Kyuhyun, lebih baik kalian lakukan padaku saja, jangan padanya." Jawab Hyukjae tegas.

Jawaban Hyukjae mengundang tawa dari semua yang ada di sana.

"Dia menantang kita.. Ayo kita tunjukkan apa yang kita bisa lakukan." Setelah mengatakan itu, mereka semua menyerang Hyukjae dengan membabi buta. Mereka menggunakan tinju bahkan menggunakan balok kayu yang sudah ada di tangan mereka.

.

.

Kyuhyun yang baru saja kembali, langsung masuk ke kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya yang empuk. Kemudian ia mengambil smartphonenya. Saat ia menekan tombolnya, layar smartphonenya itu menampilkan sederet kata-kata yang dibaca oleh Hyukjae sebelumnya. Ia sontak terbangun.

Ia berpikir tidak mungkin layarnya akan menampilkan sms baru sebelum menekan tombol untuk menampilkannya, namun ada yang aneh. Dan hanya ada satu kemungkinan..

Ada seseorang yang membacanya terlebih dahulu.

Ia segera berlari keluar. "Ahjumma, siapa yang masuk ke kamarku saat aku keluar tadi?" Tanya Kyuhyun dengan terburu-buru kepada salah satu pelayan yang melintas di luar kamarnya.

"Terakhir yang saya lihat, Tuan muda Hyukjae yang masuk ke kamar anda, Tuan muda." Kata pembantu itu. Setelah itu, pelayan itu membungkuk sopan lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Kyuhyun langsung pergi meninggalkan tempat itu dan segera berlari ke kamar Hyukjae.

Saat ia sudah membuka pintu, yang ia lihat hanya kekosongan. Semuanya rapi pada tempatnya namun, ada tas ransel berisi pakaian sedikit berhamburan di sisi ranjang kecil dan lusuh yang menjadi tempat tidur hyungnya – Hyukjae – selama lima tahun terakhir ini. Kyuhyun masuk lebih dalam dan meneliti seisi kamar itu.

Matanya kemudian terjatuh lagi pada tumpukan buku di sudut ruangan itu. Sebenarnya bukan buku-buku itu yang menarik perhatiannya, melainkan sebuah amplop coklat yang berlabelkan rumah sakit. Ia segera mendekatkan dirinya lalu mengambil amplop itu. Ia meneliti amplop itu dengan intens kemudian membukanya dengan gerakan perlahan. Setelah itu, ia mengambil berkas yang ada di dalamnya lalu membaca kata per kata yang tertulis di berkas itu. Dan.. kenyataan yang membuatnya tercengang terungkap.

Di berkas itu tertara jika Hyukjae positif menderita Kanker Lambung dan sudah mencapai stadium akhir. Ia menutup mulutnya dan tanpa dikomando, air matanya langsung saja menetes dari manik onyxnya.

Walaupun ia membenci Hyukjae, namun di dasar hatinya yang paling dalam, ia tetap menyayangi kakaknya itu, saudara satu-satunya yang ia miliki saat ini. Dan sekarang, ia harus dihadapkan dengan kenyataan kalau kakaknya itu juga akan segera meninggalkannya sama seperti Henry yang meninggalkan mereka dulu.

Ia menangis terisak ditemani sepinya kamar Hyukjae. Setelah beberapa lama, ia lalu bangkit berdiri dan segera berlari keluar karena ia yakin jika Hyukjae yang membaca sms dari Jonghyun dan pergi menghadapi Jonghyun beserta anak buahnya sendirian.

"Yeoboseyo, kalian cepat ke gudang XXXX." Titah Kyuhyun saat ia menelpon salah satu pengikutnya.

.

.

.

Hyukjae merasakan sakit yang luar biasa yang mendera seluruh tubuhnya dikarenakan pukulan yang bertubi-tubi yang dilakukan oleh seluruh anak buah Jonghyun padanya. Namun, ia berusaha untuk terus melindungi perutnya agar tidak terkena pukulan.

Jika ada yang melintas atau melihat keadaan Hyukjae, ia pasti akan merasa sangat kasihan karena Hyukjae yang sudah terlihat sangat lemah akibat yang terus dilayangkan kepadanya dengan seluruh luka dan memar yang menghiasi bagian-bagian tubuhnya.

"HENTIKAN!" Teriak seseorang yang tidak lain adalah Kyuhyun yang diikuti beberapa anak buahnya yang terlihat memegang tongkat dan senjata lainnya untuk melawan anak buah Jonghyun.

"Cih.. dari mana saja kau tua CHO KYUHYUN? Kenapa orang ini yang datang dengan sok berani ke sini?" Tanya Jonghyun dengan memasang evil smirk miliknya.

"KAU! Aku akan membalas apa yang telah kau lakukan pada hyungku, BAJINGAN!" Kyuhyun dengan penuh emosi langsung maju tanpa mempedulikan yang lain, anak buahnya juga ikut di belakangnya dan mulai melayangkan berbagai pukulan kepada lawan masing-masing.

Setelah beberapa lama pertarungan antar geng itu terjadi, akhirnya terhenti karena kebanyakan anak buah Jonghyun sudah jatuh dengan mengerang kesakitan. Kyuhyun yang sudah mengalahkan Jonghyun segera melangkahkan kakinya menuju Hyukjae yang terkapar tidak sadarkan diri.

"H-hyukjae hyung? Hyung ireonaa.." Kyuhyun langsung memangkukan kepala Hyukjae ke atas pahanya dan mengguncangkan tubuh Hyukjae kecil. Hyukjae langsung membukakan matanya perlahan saat mendengar suara Kyuhyun. Ia menatap Kyuhyun dengan pandangan sayu namun begitu dalam.

"Hyung, mianhae.. hiks hiks gara-gara aku hyung terluka seperti ini.. hiks.." Isak Kyuhyun.

Hyukjae kemudian menggelengkan kepalanyya dengan lemah. "G-gwaen.. chana.." Kata Hyukjae dengan lemah dan sedikit terbata lalu tersenyum tipis.

"Uljimaaa.." Kata Hyukjae lagi dengan lemah. Kemudian, Kyuhyun dengan cepat menghapus air matanya dan menganggukkan kepalanya seperti anak kecil. Hyukjae melihat sosok Kyuhyun kecil yang begitu menyayanginya dulu, ia tersenyum samar lagi.

.

.

.

Kyuhyun dan Hyukjae pulang bersama-sama. Kyuhyun dengan kuat menopang badan Hyukjae untuk tetap berdiri sekaligus menuntunnya jalan dengan perlahan. Saat ini mereka sudah sampai di teras rumah mereka. Lalu, setelah itu Kyuhyun membuka pintu dan masuk bersama Hyukjae yang dipapahnya.

"Dari mana saja kalian?" Suara berat ayah mereka tiba-tiba terdengar dan tiba-tiba ayahnya sudah ada di depan mereka berdua. Kyuhyun hanya terdiam. Namun, ia dikejutkan dengan Hyukjae yang tiba-tiba ingin mencoba berdiri sendiri.

"Aku yang s-salah appa.." Kata Hyukjae pelan sambil menunduk. Kyuhyun terbelalak mendengar penuturan hyungnya itu.

"Ani! Hyung ti-" perkataan Kyuhyun langsung terputus karena tiba-tiba Eunhyuk tersenyum kepadanya "Ani, itu salahku."

Melihat hal itu, hati Kyuhyun berdesir. Kenapa ia bisa membenci hyung yang begitu menyayanginya. Oh, Tuhan. Bahkan ia teringat dengan berkas hasil lab yang ia baca tadi mengenai keadaan hyungnya.

"Cih, selain seorang pembunuh, kau juga berandalan rupanya, eoh? Dan kau ingin Kyuhyun ikut sepertimu?!" Teriak ayahnya marah. Ibunya tiba-tiba berjalan mendekat ke arah mereka.

"Ada apa ini, yeobo?" Tanya Kibum.

"Lihat anak berandalan ini. Dia berani-beraninya ingin mengajak Kyuhyun menjadi seperti dirinya." Setelah mendengar jawaban suaminya, Kibum kemudian melirik sinis ke arah Hyukjae yang semakin menundukkan kepalanya.

Hyukjae yang terus ditatap seperti itu menjadi sangat takut. Walaupun ia selalu mengalami situasi seperti ini beberapa tahun terakhir, bukan berarti itu akan membuatnya kebal dan tidak takut, melainkan dirinya merasakan sebaliknya. Namun tiba-tiba, rasa sakit muncul di perut sebelah kiri bawahnya. Ia mencoba menahan rasa sakit itu dengan menggigit bibirnya. Namun, rasa sakit yang ia rasakan bukan malah menghilang, melainkan makin menjadi dan tak tertahankan. Ia berusaha bertahan, namun pertahanannya seakan runtuh ketika ada yang memaksa keluar dari dalam perutnya. Kemudian, satu tangannya menekan perutnya kuat, sedangkan tangannya yang lain menutup mulutnya.

Kyuhyun yang melihat gelagat yang aneh dari sang hyung, menatap Hyungnya dengan cukup intens dengan alis bertaut. Bukan hanya Kyuhyun, tetapi Siwon dan Kibum juga melakukan hal yang sama.

Hyukjae yang merasa sesuatu yang ingin keluar itu sudah sampai di pangkal tenggorokannya. Ia berusaha untuk tidak mengeluarkan, namun sepertinya ia tidak bisa menahannya lagi. Hyukjae yang berusaha untuk menampungnya dengan tangannya ternyata tidak muat sehingga merembes melalui sela-sela jarinya. Hal itu, membuat mata Kyuhyun melebar diikuti oleh Siwon dan Kibum karena terkejut.

Perlahan tapi pasti, tetesan cair yang berwarna merah gelap pekat menetes dari sela-sela jarinya yang gemetaran. Hyukjae yang melihat cairan berwarna merah itu – darah – yang sudah mengotori lantai tidak bisa berbuat banyak, karena rasa sakit yang mendera lambung dan kepalnya.

"M-mianhae.." Kata Hyukjae dengan suara yang begitu lirih. Kemudian membalikkan dirinya untuk keluar dari rumah itu. Namun, saat ia mencoba melangkahkan kakinya, sakit di kepalanya tidak tertahankan lagi ditambah lagi sakit di pinggang kirinya semakin menjadi. Sebelum ia mencapai pintu keluar, pandangannya semakin mengabur dan semakin lama ia sudah tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. Lalu,

BRUK

Tubuh Hyukjae melemas dan terjatuh di lantai yang dingin. Sebelum dirinya benar-benar menutup matanya, ia melihat Kyuhyun yang menghampirinya dengan wajah cemas sedangkan appa dan eommanya – Siwon dan Kibum – memandangnya dengan tatapan terkejut dan terselip kekhawatiran yang besar dari pandangan mereka.

Hyukjae sudah tidak bisa menahan matanya lagi yang sudah semakin kian memberat.

Kyuhyun yang sudah sangat panik dengan keadaan hyungnya yang tiba-tiba muntah darah kemudian pingsan itupun menjadi kalang kabut. Ia tidak tahu ingin melakukan apa lagi. Wajah hyungnya pun kian memucat.

"Eo-eomma, appa.. kumohon bantu aku hiks.."

.

.

.

.

.

TBC

Haiiii, Kimchan balik lagi nih dengan FF baru.. tapi ga akan lama kok, paling lama 2 chapter doing ^^

Yang nanya kpn saya bakal update Chance lagi, jawabannya saya blm tau juga TT Tpi semoga bisa secepatnya. Sekarang sya sdh aktif kuliah dan udh dpt tugas banyak -_- jadi mohon pengertiannya..

Sya jarang banget buka akun sya dif fn, jdi yang mau tanya sya, langsung mention twitter sya ys824_ ^_^

Would you mind to review this fict?

Thankseu~~

-Kimchan83-