BLACK

Halo semua, ini HunKai gak tahu kenapa ingin nulis HunKai karena lihat pic mereka, tapi tenang saja couple yang sudah saya tulis sebelumnya, WINNER Minho X Seungyoon dan EXO Chanyeol X Jongin (Kai) gak akan saya tinggalkan kok, silakan yang bersedia membaca, maaf atas segala kesalahan Happy Reading all…,

BAB SATU

Cinta itu tak bisa ditebak

Kapan datang dan kapan pergi

Dan dalam kegelapan

Aku rasakan cintamu

Sehun mendesah panjang, hari ini tak ada bedanya dengan hari-hari lain, sama-sama sibuk, sama-sama menyebalkan. Semua orang hanya akan memandang keberhasilan saja dan tak melihat kerja keras di belakangnya.

"Sehun kau tak ikut pergi?!" Kris menjulurkan lehernya dari luar pintu ruang kerja Sehun, menatap Sehun yang masih duduk di belakang meja kerjanya.

"Tidak, Hyung dan lainnya saja yang pergi, aku akan langsung pulang."

"Ayolah, sekali-sekali kau bisa bersenang-senang, ayolah adikku yang manis." Kris mengeluarkan rayuan gagalnya.

Sehun menggeleng pelan, ia tidak tertarik dengan cara bersenang-senang Kris dan teman-temannya. Mereka selalu pergi ke bar bising dan pulang mabuk. "Lalu apa yang akan kau lakukan? Aku rasa kau akan menginap di kantor lagi?" Sehun mengendikkan bahu.

Kris membuka pintu ruangan Sehun lebar, ia kini melangkah masuk mendekati Sehun. "Tapi malam ini kau harus ikut, ini bukan pesta biasa, apa kau lupa?" Sehun melempar tatapan datar, Kris mendengus, sudah ia duga Sehun akan lupa. "Pesta lajang Lay sebelum pernikahannya dengan Suho besok, kau ini."

"Oh ya ampun!" pekik Sehun, ia langsung berdiri dari kursinya menjatuhkan novel tebal yang sudah lima hari ini belum habis ia baca. "Aku belum membeli hadiah, Hyung apa yang harus aku lakukan?! sekarang sudah malam…,"

"Aku sudah membelikannya untukmu, aku tahu kau akan lupa, jangan lupa mengganti uangku."

"Terima kasih Hyung, kau penyelamatku!" pekik Sehun gembira luar biasa, Kris hanya tersenyum melihat tingkah kekanakan Sehun yang beberapa tahun terakhir ini sangat jarang ia lihat. "Tunggu, hadiah apa yang Hyung belikan untuk Lay dan Suho hyung?"

"Tiket bulan madu ke Bali."

Sehun melirik tajam. "Bukan hanya itukan? Aku tahu kau tidak pernah setengah-setengah."

"Beserta hotel, restoran, spa, tiket mengunjungi beberapa tempat hiburan di sana…,"

"Baiklah!" putus Sehun. "Pasti harganya lumayan, baiklah, terima kasih sudah memilih hadiah terbaik Hyung."

Kris tersenyum lebar. "Pesawat pribadi juga." Dan Sehun hanya bisa mendesis sambil memijit batang hidungnya.

"Ayo, ayo!" pekik Kris antusias, ia tarik tangan kanan Sehun paksa dan menarik jas Sehun di gantungan.

"Hyung tak apa ketinggalan pesta, aku benar-benar lelah."

"Bersemangatlah! Malam ini kita akan bersenang-senang!" Kris kembali berteriak bahagia, Sehun curiga mungkin Kris sudah minum di kantor dan dia setengah mabuk sekarang.

"Kau mabuk ya Hyung?"

"Tidak, aku selalu bersemangat jika menyangkut sesuatu yang menyenangkan."

"Memang apa yang menyenangkan di pesta lajang?"

"Banyak, contohnya mengenang masa lalu dan mempermalukan satu sama lain."

Dahi Sehun mengernyit, tidak, dia tidak suka mendengar kalimat mempermalukan satu sama lain, karena pasti dirinya yang bakal jadi korban. Sebagai yang termuda. "Oh tidak, kalian jangan coba-coba menyeretku dalam permainan mari mempermalukan satu sama lain."

"Oh masalah itu, maaf, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu Oh Sehun." Kris menjawab enteng. Sehun menghembuskan napas kasar, malam ini sepertinya tak akan berakhir dengan baik.

Di depan gedung dua sedan dengan warna serupa, yaitu putih menunggu keduanya. Jendela kedua mobil terbuka dalam waktu yang hampir bersamaan.

"Ya! Kenapa kalian lama sekali?!" Chen dengan suara nyaringnya langsung melempar protes.

"Dia." Gumam Kris sambil menunjuk Sehun. Sehun hanya diam dengan wajah datar.

"Cepat masuk. Sehun kau mau ikut aku atau Chen?" Xiumin yang berada di mobil kedua angkat bicara.

"Aku ikut Xiumin hyung saja." Balas Sehun, ia berlari menghampiri mobil Xiumin, sementara Kris berlari menghampiri mobil Chen. Alasan Sehun memilih semobil dengan Xiumin tentu saja karena dia tak ingin mendengar omelan dari Chen. Xiumin juga selalu tenang, dan Sehun menginginkan ketenangan malam ini.

Masing-masing mobil dikemudikan sopir pribadi, berjaga-jaga jika mereka semua akan minum malam ini, karena biasanya memang seperti itu tak ada yang pulang dalam keadaan sadar. Untuk menghindari hal tak diinginkan sopir pribadi menjadi pilihan cerdas.

"Pesta lajang dimana?"

"Restoran Lay." Balas Xiumin, sementara kedua tangan dan matanya sibuk dengan ponsel. "Aku sedang menunggu pesan Lay apa dia sudah ada di restoran atau belum."

"Hmm." Balas Sehun.

"Kau tidak merindukan Lay, kalian sangat dekat dulu." Xiumin menoleh ke belakang menatap Sehun.

"Kami sering bertemu. Hyung aku bukan anak sepuluh tahun yang meminta gendong."

"Dulu kau begitu bahkan sampai besar."

"Sudahlah jangan membahasnya." Putus Sehun, ia menoleh ke kiri memandangi keadaan di luar jendela. Ia dengar kikik pelan Xiumin, bahkan Xiumin pasti memiliki niatan untuk mempermalukannya nanti, salahkan masa lalu Sehun yang kelam, sebagai anak tidak keren.

.

.

.

"Hyung….," Jongin mengeluarkan rengekan terbaiknya kepada Suho.

"Eits, tidak ada bantahan." Balas Suho tegas. "Kau tampan dalam balutan jas hitam."

"Biarkan aku di kamar dan memikirkan ide tulisan baruku Hyung, ayolah aku akan membuat kekacauan di hari pentingmu."

"Tidak kau akan hadir di hari pentingku."

"Pesta lajang…," gumam Jongin malas. "Aku tidak mengenal siapapun di sana."

"Karena kau tidak ingin mengenal orang lain dan mengurung diri di kamar."

"Apa mereka mau mengenalku."

"Jongin, jangan pernah memandang rendah dirimu. Siapa penulis Best Seller di sini." Suho berusaha keras untuk menaikkan kepercayaan diri adik tercintanya.

Jongin hanya mendesah dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang. "Aku tidak ingin bertemu orang-orang dan menerima belas kasihan."

"Jongin." Suho memanggil nama adiknya lembut, berlutut di depan Jongin dan memegang kedua telapak tangannya. "Ayah dan Ibu ingin sekali kau memiliki teman selain kami, keluargamu, aku akan selalu di sisimu, dan teman-temanku sangat baik."

Jongin menggigit pelan bibir bawahnya, mencoba mempertimbangan tawaran Suho. "Hmmm, baiklah tapi jangan pergi dari sisiku."

"Aku janji, Lay juga ada dia akan membunuhku jika aku menelantarkanmu." Jongin mengangguk pelan. "Ayo." Suho berdiri dan menggenggam tangan kanan Jongin dengan lembut dan mantap.

"Monggu?"

"Tidak, malam ini tidak ada Monggu dan tongkat."

"Hyung aku…,"

"Tidak, kau sempurna Kim Jongin." Potong Suho tegas.

"Terserahlah." Jongin jengah berdebat dengan Suho karena dia tak akan pernah menang.

"Lay sudah menunggu di depan, ayo bergegas Jongin!"

"Hyung." Protes Jongin karena Suho menarik tangannya.

"Ah maaf, maaf, kau baik-baik saja kan?"

"Ya, jangan menyeretku." Balas Jongin.

Suho melempar senyum permintaan maaf yang tak akan bisa dilihat oleh Jongin karena kekurangannya. "Kemari." Suho menarik tangan Jongin pelan, menyejajarkan tubuh mereka, membuat Jongin berdiri di sampingnya. Suho melingkarkan tangan kirinya pada pinggang sang adik. "Lebih baik?"

"Ya." Gumam Jongin pelan, ia tak tahu apakah datang ke pesta lajang kakaknya adalah ide baik atau buruk. Keduanya melangkah bersama keluar rumah, Jongin mendengar suara ayah dan ibunya yang terdengar antusias, mereka sangat menyetujui dirinya keluar rumah, rupanya.

"Hai!" suara Lay terdengar ceria, Jongin menyungging seulas senyuman ia senang mendengar suara orang-orang terdekatnya yang bahagia.

"Apa kabarmu Jongin?" Lay meraih tangan kanan Jongin menggenggamnya lembut.

"Aku baik-baik saja Hyung."

"Kudengar kau menolak tawaran wawancara dari majalah?" Jongin hanya mengangguk pelan.

"Yang lain hampir sampai, ayo." Ucap Lay kemudian berlari memasuki mobil setelah Suho memberi isyarat dirinya akan membantu Jongin seorang diri.

Suho membantu Jongin duduk di kursi belakang. "Aku bisa sendiri Hyung." Ucap Jongin, menghentikan kedua tangan Suho yang hendak memasangkan sabuk pengaman pada tubuh Jongin.

Jongin menyandarkan tubuhnya, menikmati lagu yang Lay putar di dalam mobil. Bukan lagu yang ia sukai tapi lumayanlah daripada menunggu sampai ke tempat tujuan tanpa kegiatan. "Di mana pesta lajangnya digelar?" Jongin tak bisa menekan rasa penasarannya.

"Restoran milik Lay."

"Apa—akan ada banyak orang yang hadir?"

"Jongin kami tak akan pergi dari sisimu."

"Tidak, kalian boleh bersenang-senang, maksudku—bersenang-senanglah ini malam penting untuk kalian sebelum pernikahan." Jongin merasa tidak enak hati, karena dirinya selalu menjadi beban. "Aku tidak ingin merusak malam penting kalian," gumamnya sambil menyandarkan tubuhnya kembali.

"Kau tidak akan merusak malam siapapun Jongin." Suara Suho terdengar menenangkan seperti biasa.

"Suho benar, malam ini kita akan bersenang-senang bersama." Lay terdengar tulus mengucapkan kalimatnya, dan Jongin hanya berusaha untuk percaya dan berharap semuanya akan berjalan dengan baik untuk semua orang malam ini.

Jongin tak tahu berapa lama perjalanan mereka berlangsung, yang jelas saat mobil yang ia tumpangi berhenti, Jongin bisa merasakan detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ia tak pernah bertemu dengan banyak orang dalam waktu yang sangat lama, orang lain yang pernah ia temui hanya Lay.

Jongin melepaskan sabuk pengamannya, saat ia mendengar langkah kaki mendekati pintu penumpang belakang mobil. Tak lama suara pintu mobil yang dibuka terdengar. "Kita sudah sampai." Suara Suho diiringi genggaman lembut Suho di tangannya.

Jujur, Jongin tak ingin keluar, tapi Suho akan kecewa nanti, dia sudah bersusah payah membawanya keluar rumah. Dengan helaan napas berat, Jongin membalas genggaman tangan kakaknya dan melangkah keluar dari mobil.

"Hyung bilang kita di restoran Lay hyung?" Jongin sangsi karena lagu Hands Up milik 2PM terdengar keras.

"Ya, tapi restorannya tutup sekarang. Jongin semuanya akan baik-baik saja." Suho berusaha menenangkan sang adik saat ia rasakan tubuh Jongin yang mulai menegang.

"Tidak Hyung, aku tidak bisa." Jongin menghentikan langkah kakinya.

"Jongin…,"

"Tidak!" pekik Jongin. "Maaf, aku tidak bisa, tolong, aku ingin pulang Hyung." Jongin menarik napas dalam-dalam, menenangkan diri, ia tak boleh bersikap egois. "Atau carikan tempat yang tenang."

"Bagaimana jika di halaman belakang, pesta diadakan di bagian depan dan lantai dua, di sana sepi dan pemandangannya…, baiklah, di sana tenang." Ucap Lay, dia ingin mengatakan jika halaman belakang restorannya menghadap langsung ke kolam buatan yang indah dan taman tapi dia melupakan hal penting, Jongin tak bisa melihat.

"Aku rasa halaman belakang ide bagus." Balas Jongin kemudian tersenyum, dia tak mendengar tanggapan Suho dan tak perlu melihat untuk mengetahui kakaknya itu sedang merasa sedih.

Sebelum mencapai halaman belakang mereka melewati dapur, Lay mengambil minuman dan potongan kue dari lemari pendingin. Beranda yang menghadap taman terlihat nyaman, hangat, dan indah. Suho membantu Jongin duduk, dan Lay meletakkan minuman serta potongan di meja rotan berukuran sedang di samping kanan Jongin.

"Ada minuman dan kue di samping kananmu, jika terjadi sesuatu aku ada di panggilan pertamamu, ingat Jongin jangan berjalan-jalan sendirian jika bosan atau lelah langsung hubungi aku, mengerti?"

"Ya Suho hyung, aku tahu jangan cemas nikmati pestamu saja."

"Jongin…," gumam Suho tak tega meninggalkan Jongin seorang diri di beranda halaman belakang. Tapi tak ada pilihan lagi, mengantar Jongin pulang juga tak mungkin ini yang Jongin inginkan berada di sini, dia bisa tersinggung jika dirinya bersikap terlalu mengasihani.

"Aku akan baik-baik saja Hyung." Jongin tersenyum tulus mencoba menenangkan Suho.

"Baiklah aku pergi dulu, ingat jika terjadi sesuatu atau kau tidak nyaman lagi di sini langsung hubungi aku, mengerti?"

"Iya, Hyung tenang saja."

Sebelum pergi Suho memberi pelukan singkat pada adiknya. Lay memeluk pinggang Suho, mengerti akan kecemasan calon suaminya itu terhadap adiknya. "Ini kemajuan yang pesat Jongin mau keluar rumah." Hibur Lay. Suho hanya mengangguk tanpa menjawab.

"Pestanya tak sampai tengah malam, tapi jika kau ingin segera pergi kau bisa pergi Suho."

Mendengar kalimat tulus itu membuat Suho tersenyum bahagia, tak pernah ada orang lain yang begitu tulus dan baik seperti Lay. "Terima kasih banyak."

"Jongin juga adikku."

.

.

.

Sehun melangkah malas mengikuti ketiga hyungnya. Diam-diam dia mengagumi interior restoran milik Lay, dirinya memang tak pernah menginjakkan kaki di sini. Lebih sering Lay yang datang ke kantor dan mengirimi makanan sejak dirinya berubah menjadi orang sibuk.

"Kalian tiba!" Lay memekik bahagia, dia langsung memeluk Kris, Xiumin, Chen, dan Sehun bergantian. "Sehun." Lay menarik tangan kanan Sehun mendekatkannya pada Suho. "Kalian belum pernah bertemu kan?" Sehun hanya mengangguk pelan, membenarkan pertanyaan Lay. "Suho dia adikku Sehun."

Suho menyambut uluran tangan Sehun, meneliti singkat adik tiri Lay yang sering Lay ceritakan, adik yang menolak berganti marga dan adik yang menolak tinggal bersama, Oh Sehun, dan Sehun adalah adik yang sangat tampan. Bicara tentang adik, Suho kembali mencemaskan Jongin adiknya yang berada di beranda belakang seorang diri.

"Oh Sehun." Ucap Sehun sopan.

"Kim Junmyeon, panggil saja Suho."

"Aku tahu itu Hyung." Ucap Sehun disusul senyum simpul.

"Mari mulai pestanya, waktu tak akan menunggu!" pekik Chen antusias.

"Aku setuju dengan Chen." Kris menjawab antusias tentu saja, dia yang paling bersemangat dengan pesta dan semacamnya.

Lay melepaskan pelukannya pada pinggang Suho dan menggiring semua orang menuju tengah ruangan. Entah mengapa Suho merasa tatapan Sehun terhadap dirinya berbeda. Mungkinkah celotehan asal Baekhyun yang mengatakan jika Sehun sempat jatuh cinta pada Lay sebelum ayah Lay memutuskan untuk menikahi ibunya benar adanya?

Suho merasa sedikit risih saat Sehun memilih kursi yang menghadapnya langsung. Sehun memiliki tatapan mata tajam yang mampu membuat siapapun terpesona atau terancam dengan mudah.

"Kenapa kau serius sekali minum Sprite?!" pekik Chen sambil memukul pelan pundak kiri Sehun.

"Aku biasa saja Hyung." Ucap Sehun membela diri.

"Tatapanmu itu." Chen kembali menyerang Sehun.

"Tatapanku sudah seperti ini sejak lahir."

"Aku sarankan kau mengoperasi plastik kedua matamu seperti milik Luhan. Lebar dan berbinar-binar pasti cocok, wajah kalian kan hampir mirip." Kali ini Kris melancarkan serangan, menyamakan Sehun dengan teman baiknya. Sehun hanya mendengus.

"Operasi plastik terlalu lama." Ucap Xiumin, dia yang biasanya tenang dan dewasa bisa-bisanya masuk ke topik pembicaraan menyebalkan ini. Xiumin menyerahkan kacamata hitam pada Sehun.

Tanpa pembelaan Sehun menerima pinjaman kacamata dari Xiumin kemudian memakainya. "Bagaimana?" Sehun bertanya mencoba mencari tahu pendapat semua orang.

"Masih menyeramkan tapi lumayanlah." Balas Kris, tidak sadar jika dirinya juga memiliki tatapan mata yang mengintimidasi.

Sehun tak peduli, ia memilih meminum minuman berkarbonasinya, di balik kacamata hitam yang ia kenakan, dipandanginya dengan tajam dua orang yang sedang berbahagia sekarang. Suho dan Lay, berharap seandainya takdir bisa berubah, seandainya Lay memilih dirinya sebagai pendamping, seandainya orangtua mereka tak egois dengan mementingkan kebahagiaan diri sendiri, Sehun yakin Lay akan memilihnya.

Membayangkan semua itu, tanpa sadar tangan kanannya yang sedang memegang kaleng minuman meremas terlalu kuat.

"Kalengmu penyok Sehun." Ucap Xiumin. Dan ucapan itu membuat seluruh perhatian tertuju pada Sehun.

"Ah benarkah?" Sehun pura-pura polos dengan melempar pertanyaan.

"Kau benar-benar berubah menjadi pria tampan dan kuat." Ucap Kris entah memuji atau mencela, sambil menepuk-nepuk pundak kanan Sehun. "Padahal kau cadel sampai besar."

Benar kan, firasat Sehun tidak pernah salah, dimulailah permainan mari mempermalukan satu sama lain. Dan dirinya menjadi target utama malam ini. "Tak masalah cadel sampai besar daripada wajah mirip Angry Bird."

"Sial." Umpat Kris mendengar serangan balik Sehun dan semua orang yang berada di meja langsung tertawa puas.

"Tutup mulutmu pipi bakpao, kau juga wajah kotak!" hardik Kris, rupanya dia tak ingin dinistakan seorang diri di sini. Semua orang tertawa keras termasuk Sehun.

Berikutnya, makanan dan minuman beredar cepat di atas meja, semuanya juga habis dengan cepat. "Baiklah, cukup acara saling mencelanya, kita sudah tertawa puas, sekarang waktunya serius, Lay ceritakan bagaimana awal pertemuanmu dengan Suho?"

Sehun menahan diri untuk tidak mendengus, kenapa Xiumin harus mengubah topik menyenangkan menjadi memuakkan. "Baiklah pertemuan kami…,"

"Hyung aku ke toilet dulu." Sehun menginterupsi Lay, ia berdiri dari kursi melepas kacamatanya kemudian melangkah pergi.

"Sehun, perlu kuantar?" Lay bertanya karena adiknya itu belum pernah menginjakkan kakinya di restoran miliknya.

"Ada arah petunjuknya kan?"

"Ya."

"Baiklah, tidak perlu diantar, nikmati saja pestanya Hyung."

.

.

.

Jongin meminum minuman karbonasi rasa stroberinya, suara serangga malam terdengar merdu dengan cara yang menyenangkan, ia sandarkan punggungnya pada dinding dingin di belakang tubuhnya. Saat ia menangkap suara langkah kaki, Jongin tersenyum berharap itu adalah kakaknya, meski berkata bahwa dirinya akan menunggu hingga pesat usai tak dipungkiri ia juga ingin pulang. "Suho hyung." Tubuh Jongin menegang saat dia tak menerima balasan.

Suara langkah kaki semakin mendekat, Jongin tanpa sadar mencengkeram kaleng minumannya erat-erat. "Apa yang kau lakukan di sini?" suara berat itu bukan milik Suho atau Lay.

"Aku tidak suka keramaian." Jongin membalas dengan nada santai mencoba menekan ketekutannnya, dia juga menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.

Orang asing itu tertawa pelan. "Di dalam menyenangkan, ya, jika kau melewatkan semua yang menyebalkan. Boleh aku duduk di sebelahmu?"

"Tentu."

"Terima kasih banyak."

"Tak masalah." Jongin memaki dalam hati, kenapa dia bisa mempersilakan orang asing semudah itu untuk duduk di sampingnya. Seharusnya dia menolak dan cepat-cepat memanggil Suho.

"Ahhh…, di sini menyenangkan sekali, pemandangannya indah, bagaimana menurutmu?"

"Ya." Jongin hanya menjawab singkat karena dia tentu saja tidak tahu pemandangan seperti apa yang ada di hadapannya.

"Kau teman siapa kalau boleh tahu Lay hyung atau Suho hyung?"

"Aku—aku adik Suho hyung." Jongin membalas ragu, dia sungguh tak ingin mengatakan ini pada semua orang, dan membuat mereka tahu jika Suho memiliki adik yang tidak sempurna.

"Ah benarkah! Kebetulan sekali, aku adik Lay hyung." Sehun ingin terdengar antusias, tapi orang di sampingnya sekarang pasti curiga kenapa dirinya bahkan tak mengenal nama calon keluarga barunya. "Maaf, aku tak mengenalimu, aku dan Lay hyung tak begitu dekat, kami saudara tiri."

"Suho hyung tidak pernah membahas jika Lay hyung memiliki adik, ternyata itu masalahnya."

Sehun mengendikkan bahunya. "Mungkin. Kita benar-benar tak saling kenal, buruk sekali." Jongin memilih menundukkan wajahnya berpura-pura memandangi tangan dan kaleng minuman yang ia pegang.

"Aku Oh Sehun."

"Kau tak mengubah nama margamu?"

"Tidak. Aku Oh Sehun." Tegas Sehun kemudian mengulurkan tangannya.

"Kim Jongin." Balas Jongin.

Sehun mengerutkan keningnya, ia gerakkan tangan kanannya menarik perhatian Jongin untuk menyambutnya. "Aku Oh Sehun."

"Ya, aku sudah mendengar namamu Oh Sehun."

"Maaf aku tak mengenalimu dan maaf karena Lay hyung tak pernah menyebutku."

"Hmm." Jongin bergumam.

"Tapi kau kasar sekali tak menyambut tanganku."

"Ah maaf!" Jongin menoleh ke arah Sehun.

Dan saat itulah Sehun curiga karena Jongin tak memandangnya dan tangannya yang masih terulur diabaikan. Perlahan Sehun menggerakan tangannya kemudian menggenggam tangan kanan Jongin. "Maaf apa kau…,"

"Ya, aku tidak bisa melihat." Balas Jongin memotong kalimat Sehun kemudian tersenyum simpul kepada Sehun.

Tanpa sadar tangan Sehun menggenggam tangan Jongin sedikit lebih lama, dan Jongin tak suka dengan hal itu, saat orang-orang mulai memberinya belas kasihan. Jongin menarik tangannya dari genggaman Sehun.

"Semoga kita bisa berteman baik Jongin." Ucap Sehun mencoba meperbaiki situasi. Perubahan raut wajah Jongin sudah cukup untuk memberitahukan bahwa ada yang salah.

"Ya." Balas Jongin singkat, tak pernah ada yang meminta dirinya untuk menjadi seorang teman, mereka pasti pergi setelah mengetahui kekurangannya. Atau jika mereka tinggal pasti ada sesuatu yang diinginkan. Jadi, Jongin menganggap kalimat Sehun sebagai angin lalu.

"Kau tidak bosan di sini?"

"Di sini lebih baik daripada di dalam."

Sehun menautkan kedua alisnya, mengobrol dengan Jongin ternyata cukup sulit. "Mau jalan-jalan, maksudku jika kau mau, aku ingin melihat kolam teratai Lay hyung."

"Pergilah, aku ingin di sini."

Sehun menoleh ke belakang, tak ada seorangpun yang datang mencarinya. Mungkin, mereka terlalu asyik di dalam. "Kurasa mereka akan sangat lama."

"Aku akan menunggu di sini, kau bisa pergi."

Sehun menelan ludahnya kasar, ia tak sadar dengan kalimat yang akan ia ucapkan selanjutnya. "Aku akan menemanimu di sini."

"Terima kasih Sehun." Sehun menautkan alisnya tak menyangka Jongin akan setuju dengan ide sok akrabnya, sedangkan Jongin dia tak pernah semudah ini dengan orang lain.

TBC