Silent And Sound

Silent And Sound : Hujan

Kediaman Kurosaki

Dari jendela terlihat embun yang menyelimuti kaca menghalangi pandangan untuk melihat hujan yang suaranya terdengar semakin deras. Suara petir berkejaran dengan cahaya kilat dilangit yang gelap.

Suara dari televisi [….Hujan deras mengguyur seluruh wilayah Tokyo disertai angin berkekuatan 20 km/jam, ini merupakan dampak dari badai Phanfone yang terjadi di utara Tokyo. Diharapkan seluruh masyarakat tidak keluar rumah dan bagi masyarakat yang sedang berkendara dihimbau untuk berlindung ditempat yang aman agar tidak terjadi hal….]

"Otousan. Kenapa Okaasan belum kembali?" tanya anak umur 7 tahun itu sambil asyik membongkar pasang mainan robotnya.

"Mmm..mungkin setelah hujan reda dia akan kembali dengan Kanae" jawab ayahnya yang sedang sibuk mengganti popok salah satu peri kembar kecilnya.

Riiinggg Riiinggg Riiinggg

"Biar aku yang angkat" pinta ayahnya yang berjalan mendekati telepon.

Anak lelaki kecil itu melihat ayahnya kemudian kembali lagi pada mainannya.

"Hallo. Keluarga Kurosaki…"

[...]

"Benar. Dia istri saya"

[…..]

"Dimana sekarang?"

[…..]

Angin yang menerjang hujan, Hujan yang terjatuh dari awan gelap, Awan gelap yang ditembus petir, Petir yang memberi ketakutan…

Kediaman Ishida

Dari jendela terlihat embun yang menyelimuti kaca menghalangi pandangan untuk melihat hujan yang suaranya terdengar semakin deras. Suara petir berkejaran dengan cahaya kilat dilangit yang gelap.

Suara dari televisi [….Hujan deras mengguyur seluruh wilayah Tokyo disertai angin berkekuatan 20 km/jam, ini merupakan dampak dari badai Phanfone yang terjadi di utara Tokyo. Diharapkan seluruh masyarakat tidak keluar rumah dan bagi masyarakat yang sedang berkendara dihimbau untuk berlindung ditempat yang aman agar tidak terjadi hal….]

"Otousan. Kenapa Okaasan belum kembali?" tanya anak umur 7 tahun itu sambil membalik selembar halaman dalam buku yang dibacanya.

"Mmm..mungkin setelah hujan reda dia akan kembali dengan Misaki" jawab ayahnya yang sedang mengetik sesuatu di notebooknya.

Riiinggg Riiinggg Riiinggg

"Biar aku yang angkat" pinta ayahnya yang berjalan mendekati telepon.

Anak lelaki kecil itu melihat ayahnya sambil membenarkan kaca matanya.

"Hallo. Keluarga Ishida…"

[…..]

"Benar. Dia istri saya"

[…..]

"Dimana sekarang?"

[…..]

Angin yang menerjang hujan, Hujan yang terjatuh dari awan gelap, Awan gelap yang ditembus petir, Petir yang memberi ketakutan…

Kurosaki Misaki dan Ishida Kanae ditakdirkan terlahir untuk menjadi sahabat, cinta dan keluarga. Bahkan mereka ditakdirkan untuk mati bersama.

Satu tahun berlalu…

"Cepat! nanti kita akan terlambat, bodoh" anak kecil dengan laga tengil itu bersandar dipintu menunggu temannya memakai sepatu.

"Berisik kau, idiot" anak berkaca mata itu terlihat kesal.

Kurosaki Ichigo, tinggal bersebelahan dengan Ishida Uryuu, teman dekatnya. Walau terlihat seperti tikus dan kucing. Mereka sangat dekat setelah kejadian kecelakaan yang menyebabkan orang yang mereka cintai pergi untuk selamanya dari dunia ini.

"Hei. Kau tahu tidak kalau rumah itu berhantu?" tunjuk bocah berambut oranye itu pada sebuah rumah besar bagai istana.

"Kau bisa dipenjara kalau menyebarkan isu tidak benar!" omel anak berkaca mata yang berjalan disampingnya.

"Bagaimana setelah pulang sekolah kita selidiki rumah itu?" ajak Ichigo sambil mengaitkan tangan kanannya ke bahu Uryuu.

"Masih banyak yang harus aku kerjakan setelah pulang sekolah. Club memanah, kursus bahasa inggris dan mengerjakan PR. Aku punya masa depan" sambil melepaskan tangan Ichigo dari bahunya dengan bangga Uryuu menyebutkan kegiatannya hari itu.

"Yo. Kau kira dirimu saja yang punya masa depan. Aku juga! Lagi pula aku tak perduli dengan kegiatanmu" dengan isengnya anak bergigi ompong didepan itu menendang bokong temannya.

"Brengsek kau Ichigooooo!" teriaknya kesal. Kejar-kejaran dijalan menuju sekolah tak bisa dihindarkan lagi.

"Ayo kejar aku, mata empat" Ichigo menjulurkan lidahnya dan itu membuat Ishida tambah marah.


Rumah besar dengan gaya art deco itu berdiri angkuh diantara rumah-rumah disekitarnya. Tidak banyak yang tahu siapa pemiliknya hanya beredar kabar kalau rumah itu milik seorang pengusaha yang mengendalikan bisnis kotor dan salah satu dari pentinggi yakuza. Mungkin itu benar, mungkin itu salah hanya sekedar rumor. Dari sekian banyak cerita tentang rumah itu adalah cerita tentang hantu. Banyak yang bilang anak lelaki pemilik rumah yang tewas bunuh diri sering terlihat sedang berdiri di dekat jendela dan menatap ke jalan siapapun yang melihatnya akan terhipnotis kemudian akan bunuh diri juga. Ada juga cerita, sering terlihatnya anak kecil berdiri ditaman dengan pakaian lusuh dan kotor jika kita menghampirinya dia akan menghilang.

"Hah. Dasar Uryuu bilang saja takut. Banyak alasan saja!" Anak lelaki yang penuh rasa ingin tahu itu benar-benar datang setelah pulang sekolah.

Ichigo berdiri didepan pagar yang menjulang tinggi seperti pembatas antara kerajaan dan rakyat jelata. Kedua tanganya dikaitkan pada jeruji besi pagar kemudian wajahnya ditempelkan diantara kedua jeruji besi pagar itu. Matanya melirik kesegala sudut, tempat itu terlihat bersih dan rapih seperti ada yang mengurusnya. Taman luas yang dihiasi bunga-bunga indah, pohon sakura, bonsai, kolam ikan, dan air mancur segalanya sempurna.

"Bagaimana bisa orang-orang menyebut rumah ini berhantu" gumamnya pelan.

Terdengar suara dari balik semak-semak pohon alhasil membuat Ichigo kaget. Anak itu penasaran ada apa dibalik semak-semak. Tanpa pikir panjang ia mengambil batu kecil didekatnya dan melemparnya kearah semak-semak. Hanya terdengar erangan pelan dan itu membuat Ichigo semakin penasaran. Dia berpikir mungkin itu anjing kecil yang terperangkap. Dibuka tas sekolahnya kemudian dia mengambil sepotong sosis berbentuk tako-san winna yang tersisa saat makan siang tadi.

"Ayo puppy…Ini makanan untukmu. Aku punya sosis" Ichigo mejulurkan tangannya yang memegang sosis "Ayo jangan takut" lanjutnya merayu.

Keluarlah sesuatu dari semak-semak itu.

"Wah! K-k-kkau manusia" teriak Ichigo terkejut dengan sedikit melompat.

Seorang anak kecil entah lelaki atau perempuan berbadan sangat kurus memakai kaos pink bergambar beruang yang sudah lusuh dan kotor, serta mengenakan celana dalam berdiri dihadapan Ichigo. Rambut yang dipotong tak beraturan itu memiliki warna yang sedikit lebih gelap darinya. Ditangan dan kakinya penuh luka, baik luka baru atau bekas luka, juga ada lebam disana. Yang menarik perhatian Ichigo ialah matanya yang besar berwarna silver abu-abu. Tapi sayang salah satu matanya, mata kirinya bengkak dan terlihat ada sedikit darah kering dikelopak mata.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Ichigo pelan

Anak itu hanya terdiam tak ada reaksi.

"Ini untukmu" Ichigo menyodorkan tempat makanya yang berisi 3 buah sosis.

Anak itu masih saja diam tapi matanya melirik ke sosis.

"Ayo makan jangan malu. Otousan membuat terlalu banyak" Ichigo mendorong tubuhnya lebih kedepan sedikit supaya anak perempuan itu lebih dekat mengambil makanannya.

Dengan ragu-ragu anak itu berjalan perlahan menghampiri Ichigo. Dengan sedikit tertatih-tatih karena dikakinya ada luka dia mengambil tempat makan itu dan melahap sosis itu dengan rakusnya.

"Yo. Pelan-pelan saja nanti kau tersedak"

Anak itu tak perduli dengan perkataan Ichigo. Benar saja dia tersedak. Ichigo menarik tangannya untuk mendekat kemudian dengan pelan menepuk-nepuk punggungnya.

"Lihat. Kau tersedak kan?"

Anak dihadapan Ichigo hanya diam. Mata indahnya berkaca-kaca.


Sudah satu minggu setelah pertemuan itu Ichigo belum bertemu lagi dengan anak malang yang tinggal dirumah besar diujung jalan. Setiap bel pulang sekolah berbunyi Ichigo keluar kelas lebih cepat untuk sesegera mungkin bertemu dengannya. Tapi, tak pernah bertemu padahal Ichigo selalu membawa makanan lebih untuk diberikan.

Hari ini Ichigo tak putus asa dia datang kembali kerumah anak itu. Berlari sekencang mungkin untuk melihat apa dia baik-baik saja.

"Hah..hah..hah.." Ichigo berhenti didepan rumah itu dan mengatur nafasnya, dilihat anak itu sudah berdiri didepan semak-semak pohon dimana pertama kali dia muncul. Dengan baju yang sama namun kali ini Ichigo melihat luka baru. Bibir atasnya pecah masih terlihat darah yang basah seperti baru saja terluka.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Ichigo dan anak itu hanya diam.

Ichigo menggengam jeruji besi itu dengan kuat, kepalanya tertunduk dan matanya terpejam.

"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana aku harus menolongnya? Haruskah aku minta bantuan Otousan atau Uryuu? Bagaimana ini?" Ocehnya dalam hati kemudian terisak menangis. Saat dia membuka mata anak itu berjalan perlahan kehadapannya meraih wajah Ichigo dengan tangan kanannya untuk mengusap air mata yang jatuh dipipi.

"Aku punya roti melon untukmu" Ichigo mengalihkan pembicaraan supaya tak terlarut oleh kesedihan kemudian membuka tas dan mengeluarkan roti sambil tersenyum memperlihatkan gigi ompongnya "ini susu rasa strawberry. Kau pasti suka" lanjutnya lagi masih tersenyum.

Anak itu langsung menyambar dan memeluk erat makanan dan minuman dari tangan Ichigo. Hanya tawa yang keluar dari mulut Ichigo karena melihat tingkah teman barunya yang lucu.

"Mm.. dari pertama bertemu aku belum tahu namamu. Aku Kurosaki Ichigo dan kau?"

Anak itu masih bungkam tak bersuara.

"Sudah..sudah.. jangan dipaksakan" pinta Ichigo "Maafkan aku. Seharusnya aku tidak bertanya. Bibirmu sedang terluka" Ichigo membuang pandangannya kearah lain agar tidak terlihat rasa sedihnya.

Dengan berani Ichigo melihat kembali kearah anak itu dan berkata "Siapapun namamu aku tak perduli aku hanya ingin berteman denganmu. Kau mau jadi temanku?"

Lagi-lagi anak itu hanya diam saja.

"Ok, kita berteman sekarang. Ini untukmu. Hadiah dariku" Ichigo memberi sebuah benda berbentuk bulat berwarna orange dengan tali warna senada yang bisa dikaitkan dimana saja dan jika diguncang-guncangkan akan terdengar bunyi bergerincing. Dia membelinya di konbini dekat sekolah.

Gadis kecil itu kemudian mengambil hadiahnya dari tangan Ichigo.

"Anggap saja suaranya adalah aku yang sedang berbicara padamu. Jangan takut jika sendiri karena aku ada bersamamu"


Ruangan serupa penjara yang berada dibawah tanah rumah hanya diberi sebuah lampu tempel dengan watt kecil untuk sedikit menerangi isi ruangan itu. Lembab juga bau dari urin dan kotoran manusia bercampur menjadi satu. Tempat tidur besi berkarat dengan alas futon tipis yang kotor dan sebuah bantal juga ada disana. Seorang anak kecil sedang asyik mengunyah roti pemberian teman barunya diatas tempat tidur.

"Hei. Apa yang kau makan?" teriak seorang perempuan berwajah garang itu sambil membuka gembok yang mengunci pintu besi.

Anak kecil itu terkejut melihat perempuan dihadapannya tiba-tiba datang. Cepat-cepat dia menaruh roti dan susu dibawah bantal. Namun hal itu tidak berhasil dengan segera perempuan itu mengambil roti dan susu kemudian menyeret anak itu keluar ruangan. Dibawanya anak itu keruangan megah yang ternyata adalah ruang makan. Kursi dengan kayu oak merah terbaik dihiasi beludru warna marun halus untuk sandaran dan tempat duduknya. Tiap sisi ada 10 kursi tak terbayang berapa panjang meja makan itu.

"Nyonya, dia mencoba menyembunyikan roti dan susu" perempuan itu memperlihatkan roti dan susu pada wanita cantik yang ada dihadapannya.

"Cih. Makanan sampah itu jangan diperlihatkan padaku!"

"Maaf nyonya. Saya akan membuangnya" perempuan yang ternyata pelayan itu berjalan menuju dapur tapi belum satu langkah, kakinya dipeluk erat oleh anak yang menangis memohon untuk tidak dibuang.

"Engh..engh.." anak kecil itu mencoba berbicara namun sulit diungkapkan.

Pelayan itu mencoba melepaskan kakinya dengan menendang sang anak.

"Lolly, berikan saja makanan sampah itu padanya! Sebagai hukuman ikat dia masukan ke bathtub dan biarkan shower itu menyala sampai tengah malam" wanita cantik itu melihat jam ditangan kanannya waktu menunjukan 19.05 "Aku akan makan malam dengan pacar baruku jadi, laksanakan perintahku sekarang!" dengan perasaan puas menyiksa, wanita itu melihat pada anak kecil yang masih menangis kemudian pergi meninggalkannya.

Malam sudah larut tapi Ichigo belum bisa memejamkan mata. Pikirannya jauh mengira-ngira apa yang terjadi selama 2 minggu ini. Anak itu dan dirinya. Ia akan mencari tahu dan berbicara perlahan apa yang sebenarnya terjadi dengan teman barunya itu. Bagaimana bisa bertemu lagi dengannya sedangkan dalam 2 minggu ini bertemu 2 kali saja dan itu hanya dihari Selasa.

"Selasa!" teriak Ichigo ditengah malam.

Ayahnya berlari keluar kamar tidur setelah mendengar teriakan anak lelakinya "Nak, Kau baik-baik saja? apa kau bermimpi buruk?" tanyanya dari depan pintu kamar jagoannya.

"Oops!" Ichigo menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya "Gomen. Jangan kuwatir aku hanya bermimpi" lanjutnya menenangkan ayahnya.

"Ok. Kembalilah tidur" perintah ayahnya

"Mm"


Pagi yang kelabu awan mendung menyelimuti Karakura dimusim penghujan ini. Sebuah taxi berhenti didepan rumah besar itu. Dari taxi keluarlah seorang pria dengan mengenakan stelan jas mewah merk ternama. Dengan wajah marah masuk kedalam rumah.

"Oh. Tuan sudah kembali" sapa pelayan yang bernama Lolly itu.

"Dimana pelacur itu?!" bentak pria paruh baya sambil berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas.

"Ah. Dear, kau sudah kembali? Kenapa tiba-tiba…" wanita itu tersenyum manis menghampiri suaminya.

Tanpa banyak bicara pria itu langsung menjambak rambut istrinya menyeretnya menuruni tangga kemudian mendorongnya ke lantai. Setelah wanita itu tersungkur dilantai tendangan bertubi-tubi diterimanya. Pelayan yang dari tadi menyaksikan kemurkaan tuannya mencoba berlari untuk meminta bantuan tapi dia kalah cepat dengan tuannya. Darr! Terlesatlah satu peluru membolongi kepala pelayan malang tersebut. Wanita yang masih merintih kesakitan itu tak percaya dengan apa yang dilakukan suaminya. Pria itu menaruh pistolnya dibalik kantung jasnya kemudian melepaskan dasi dari kerah kemejanya dan mengaitkan keleher istrinya dengan sekuat tenaga sang suami menarik dasinya.

"Kau membohongiku! Berpacaran dengan pria lain, menghambur-hamburkan uangku untuk memenuhi nafsumu, kau kalah judi hingga menjual asset perusahaan tanpa sepengetahuanku, kau menyiksa kakakmu sendiri dan sekarang anakku. Dasar kau wanita biadab!" pria itu meludahi wajah istrinya.

Inoue Ryuji (32 tahun), pria tampan itu merupakan menantu dari pengusaha kaya raya Genryusai Yamamoto. Karena kepandaian dan dedikasi tinggi terhadap perusahaan tempatnya bekerja maka dia diangkat menjadi wakil presiden. Diapun jatuh cinta pada Anna (19 tahun) putri pertama pemilik perusahaan. Dengan tangan terbuka Yamamoto menerima sebagai suami untuk putrinya walaupun Ryuji bukan dari keluarga kaya. Pernikahan berjalan harmonis, setelah 1 tahun menunggu mereka dikaruniai seorang anak lelaki yang diberi nama Inoue Sora. Seiring berjalannya waktu Sora tumbuh dengan fisik yang lemah seperti ibunya dan diusianya yang ke 15 tahun Sora pergi untuk selamanya. Dalam kekecewaan terhadap perjalanan rumah tangga, Inoue Ryuji, lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah daripada bersama istrinya. Kekacauwan mulai terjadi disini, setelah adik angkat dari Anna kembali ke Jepang setelah lama tinggal di London sebagai model. Tia Herribel, itu nama popularnya. Mencoba merebut perhatian Inoue Ryuji dengan sikap manis dan simpatinya. Tapi, Ryuji tidak tergoda malah semakin cinta dengan istrinya karena saat itu sedang mengandung kembali anak kedua setelah satu setengah tahun lalu Sora meninggal.

Inoue Orihime, princess lucu nan cantik akhirnya bisa melihat dunianya. Ryuji sangat bangga dengan malaikat kecilnya, dia tak pernah lagi pergi keluar rumah kecuali ke kantor atau business trip. Saat Orihime menginjak usia 2 tahun, Anna masuk rumah sakit dengan diagnose komplikasi jantung. Ryuji hanya bisa menemui istrinya sebulan 2 kali saja karena sibuk menjadi presiden direktur menggantikan Yamamoto yang meninggal satu tahun lalu. Kesibukan mengejar materi hingga lupa dengan anak juga Istrinya yang sedang sakit. Tidak dipungkiri, Ryuji seorang lelaki yang juga butuh dilayani. Mendapat perhatian lebih dari adik iparnya, Ryuji mulai tergoda. Bermula dari sekedar makan malam hingga akhirnya tinggal bersama. Saat Orihime berusia 4 tahun, Ryuji menikahi adik iparnya yang telah direstui istrinya. Satu tahun kemudian Anna meninggal setelah mendapatkan penderitaan secara psikis dari adik angkatnya sendiri.

Wanita dihadapannya meronta-ronta kesakitan dari mulutnya mengucap kata maaf tapi, pria itu tak perduli. Dikeluarkan kembali pistol dari balik kantung jasnya dan…

Darr! Darr!

Wanita itu tewas mengenaskan, darah keluar dari 2 lubang tembakan didada yang tepat dijantung. Dengan gemetar pria berpistol itu berjalan perlahan menuju ruang bawah tanah menghampiri anak perempuannya yang terkurung diruangan gelap dan bau. Melihat putrinya tumbuh dengan ketidak sempurnaan dan siksaan membuat penyesalan yang tidak pernah akan bisa diperbaiki.

"Maafkan akuuu!" teriaknya histeris.

Anak perempuan itu ketakutan setengah mati, wajahnya pucat pasi tubuhnya gemetar kencang ketika pistol diacungkan ke kepala.

Darr!


Hujan benar-benar tidak lelah membasahi bumi. Hujan membuat orang tersenyum dan hujan juga dapat membuat orang menangis.

"Ada apa ini?" tanya Ichigo sambil berlari mendekati rumah besar diseberangnya. Dipagar besi rumah besar itu diberi garis polisi dan terlihat 2 orang polisi sedang berdiri didepannya.

"Ichigo!" teriak Uryuu sambil mengejar mengikuti sahabatnya.

"Hei. Bocah mau apa disini?" tanya polisi berbadan tegap.

"Dimana anak kecil yang…" belum selesai bicara Uryuu menarik Ichigo menjauhi rumah itu.

"Ichigo dengarkan aku!" Uryuu berusaha memegangi Ichigo yang berontak tetap ingin mendekati rumah tersebut "Dengarkan aku! Kalau kau berusaha menanyakan tentang kejadian ini kau akan kena masalah. Ini kasus besar bukan main-main kita masih dianggap belum dewasa untuk masalah ini. Semalam aku melihat berita, kejadian ini terjadi kemarin semua yang ada dirumah itu tak ada yang selamat. Aku tidak tau kau punya urusan apa dengan rumah ini tapi aku ingin kau cerita semua padaku setelah kau tenang"

Ichigo merasa perkataan teman yang dianggap seperti saudara laki-lakinya ada benarnya. Dia tidak mau mencari masalah untuk dirinya dan orang-orang yang mencintainya.

Aku tidak benci hujan tetapi aku merasa gelisah jika disentuhnya.

-TBC-


Original karakter : Tite Kubo Sensei

Tulisan dengan italic untuk suara hati/pikiran & flashback.

Baca juga fanfic Kanoko Tada lainnya My Happiness Is You

Happy Reading ^^


Badai Phanfone : Badai angin disertai hujan.

Tako-san winna : sosis yang dibentuk seperti gurita.