Setelah selesai membaca chap terakhir ini, jangan lupa review yaa^^

tulis pendapat kalian tentang chap terakhir ini


MASASHI KISHIMOTO


Mungkin ini akan menjadi akhir untuk Sasuke...

Akan datangnya mimpi buruk bagi dirinya setelah kepergian Hinata...

Penyesalan? Ya, Sasuke sangat menyesal...

Kini tidak ada lagi seorang Hyuuga Hinata didalam hidupnya...


Lagi dan lagi hatiku kembali menangis, aku terus berharap agar Hinata tidak meninggalkanku tapi dia malah pergi lebih jauh terasa lemas seketika, tubuhku langsung merosot tak berdaya dilantai, dan ku berusaha menahan untuk tetap berdiri dengan kedua lututku. Aku meremas seragam dibagian dadaku, tanganku mengepal erat, aku belum bisa menerima ini semua!

.

.

.

Hinata's POV

Mungkin lebih baik begini, menyendiri sendiri disudut kota selama beberapa jam, bahkan sekarang sudah jam 9 malam. Aku menyendiri untuk menenangkan pikiran yang berkecamuk, tapi sepertinya aku memang harus segera pulang.
Aku melngkah dengan lemas melewati jalan yang sepi, tidak ada satupun mobil atau kendaraan lain yang lewat. Ku hela napas panjang, jika memang aku dan Sasuke berjodoh, pasti akan dipertemukan lagi. Tapi jika memang tidak, aku harus menerima dengan ikhlas semua itu. Karena aku yakin, Kami-sama tahu yang terbaik untuk diriku.

Dari kejauhan aku dapat melihat sebuah mobil yang melaju kencang, dan setelah ku perhatikan baik-baik ternyata itu adalah mobil Sasuke. Dengan cepat aku segera bersembunyi disebuah gang kecil yang tak berada jauh dari tempat ku berdiri. Dari belakang mobil Sasuke, terlihat ada tiga mobil yang mengikuti dengan laju kencang.

'Bruakkkk'

Mataku membelalak, mobil Sasuke menabrak trotoar jalan, aku dapat melihat jelas bagian kap depannya terbuka dan mengeluarkan asap. Tiga mobil lain yang mengikutinya ikut mengepung mobil Sasuke. Pria-pria mulai berhamburan ke arah mobil Sasuke, mereka menyeret Sasuke keluar dari mobil, dan ternyata Sakura juga ada didalamnya. Aku tidak dapat mendengar percakapan mereka. Tapi aku melihat dua orang pria memegang masing-masing tangan Sasuke dan pria lainnya memukuli perut dan wajah Sasuke. Sebagian pria yang lain menahan tubuh Sakura.

Tubuhku mulai gemetar, aku tidak ingin melihat Sasuke diperlakukan seperti itu. Aku tidak kuasa melihat orang yang ku cintai dipukuli seperti itu. Airmataku mulai menetes, aku tidak bisa melihat pria yang berharga untukku tengah dihajar oleh sekelompok pria yang menyeramkan.
'Haruskan aku lari? aku tidak bisa melihat Sasuke dipukuli oleh mereka. Kami-Sama, apa yang harus kulakukan?'

.

.

.

Sasuke's POV

Aku merasakan sakit menjalar begitu cepat disekitar perut dan wajahku. Aku melirik ke arah Sakura, aku dapat melihat kalau Sakura terlihat sangat ketakutan.

"Sakura, kau tidak perlu takut" aku berusaha untuk berdiri walau rasanya sangat sulit, dengan langkah gemetar aku mencoba menghampiri Sakura, gadisku itu mulai terisak.

'Bughhhh'

Lagi-lagi aku mendapatkan pukulan tepat diwajahku. Pria-pria berengsek ini merupakan bandit driver yang suka memukuli dan seseorang dijalanan, bahkan mereka tak segan-segan untuk memperkosa gadis-gadis yang mereka temui dijalan. Sungguh kesialan untukku diriku karena bertemu dengan mereka dijalan.

"Cih, k-kalian hanya berani keroyokan" aku meludah diwajah salah satu dari mereka.

"Berengsek! pukuli dia terus!" tak butuh waktu lama bagiku untuk menerima pukulan bertubi-tubi.

"Kau cantik juga, ingin bermain dengan kami?" salah satu dari mereka mulai memeluk Sakura, emosiku memuncak, tidak akan kubiarkan mereka menyentuh Sakura.

"Jangan sentuh dia!" aku berteriak disertai mencoba berontak, aku berhasil melepaskan satu tanganku dan berhasil memukul wajah pria yang memegang tanganku.

"Semakin kau melarang kami, semakin kami penasaran dengan kekasihmu ini" mereka kembali memukuliku, pandanganku mulai kabur, aku dapat mendengar Sakura berteriak minta tolong padaku, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"H-hentikan!"

Aku tersentak ketika mendengar suara yang sangat familiar ditelingaku.

"Hinata?" aku melihat Hinata berdiri dengan gemetar. Untuk apa gadis bodoh itu kemari? Dia bisa mencelakakan dirinya sendiri.

"Hei hei hei, gadis ini jauh lebih cantik daripada si 'Pink itu" salah satu pria mulai menarik paksa tangan Hinata.

"Bodoh! Untuk apa kau kemari?" aku berteriak dengan cukup keras.

"A-aku i-ingin m-melindungimu S-Sasuke-kun" aku terperangah mendengarnya. Hinata? Ingin melindungiku? Dasar benar-benar gadis bodoh!

"Aku tak perlu perlindunganmu! Cepat pergi dari sini!" aku kembali berusaha untuk melepaskan diri.

"T-tidak, a-aku t-tidak a-akan m-meninggalkanmu, t-tidak akan pernah" aku bisa melihat jelas senyuman dan airmata diwajahnya.

'Hinata'

Kini bukan tubuhku yang merasakan sakit, melainkan di dadaku- didalam hatiku.

"Hey nona ayo cepat kemari" salah satu dari mereka kembali menarik paksa Hinata untuk masuk kedalam mobil.

"Lepaskan dia!" aku kembali mencoba berontak, dengan sekuat tenaga aku berusaha melepaskan diri dari dua pria sialan yang tengah menahan tanganku.

"Keh keh keh, kau ini pria labil. Kau tidak bisa meminta kami untuk melepaskan keduanya. Kau harus memilih diantara mereka" aku tercekat mendengar perkataan pria sialan itu.

"Berengsek! Lepaskan mereka berdua! Aku akan memberikan apapun untuk kalian asalkan lepaskan mereka!" aku tetap berusaha berontak. Aku dapat melihat Hinata dan Sakura yang sangat ketakutan.

"Kami tidak butuh apapun, yang kami butuhkan adalah salah satu dari kedua gadis ini" salah satu pria berjalan mendekatiku, dia langsung meninju bagian perutku, dan itu membuat darah langsung keluar dari mulutku.

"Lebih baik kita lepaskan saja yang ini" salah satu pria berengsek itu menyentuh dagu Sakura. Aku melihat dengan jelas ada airmata diwajahnya, begitupun dengan Hinata.

"Hahhh kau benar, kita bebaskan pria ini dan kekasihnya. Lalu kita akan bersenang-senang dengan gadis manis ini".

'Bughhhh'

Satu pukulan keras kembali melayang keperutku, sontak itu langsung membuat diriku terhempas jauh. Dengan pandangan mata yang mula mengabur, aku melihat samar-samar bandit sialan itu melepaskan Sakura, tapi mereka membawa Hinata. Akan ku dapatkan Hinata kembali, tidaka akn kubiarkan mereka menyentuhnya! Dengan sekuat tenaga, aku berusaha bangkit. Rasa nyeri diperut dapat kurasakan dengan jelas, darah juga tidak berhenti mengalir dari sudut bibirku.

"S-Sasuke-kun. k-kau tidak apa-apa?" Sakura membantuku berdiri, aku melirik ke arah wajahnya, dia terlihat sangat ketakutan.

"Telepon polisi Sakura, aku akan mengejar Hinata" dengan langkah tertatih-tatih, aku berjalan ke arah mobilku.

"Apa kau gila S-Sasuke-kun? mereka akan membunuhmu jika kau mengikutinya" Sakura memeluk erat tubuh dari belakang dan menahan agar aku tidak lagi melangkah.

"Aku akan lebih gila jika mereka berani menyentuh Hinata" ku lepaskan lengan Sakura yang melingkar dipinggangku, lalu aku dapat mendengar Sakura yang menangis.

"Sakura, dengarkan aku baik-baik. Cepatlah cari bantuan dan telepon polisi. Jika Hinata datang untuk melindungi kita, lalu kenapa tidak kita balas perlindungannya? Apa kau mengerti?" aku menyentuh ujung rambut pink nya, Sakura pun mengangguk, dia mengusap kasar airmata yang mengalir dipipinya. Sebelum pergi, aku menyempatkan untuk mengecup pelan keningnya.

Ku nyalakan mobilku yang hampir rusak karena tabrakan dengan trotoar. ku kemudikan dengan cepat mobil kesayanganku ini, ku tajamkan indra penglihatanku untuk mencari mobil-mobil sialan tadi.

'Hinata'

Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Hinata tidak seperti Sakura, gadis itu jauh lebih lemah dari Sakura. Aku benar-benar takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Kutambahkan kecepatan penuh mobilku untuk mencari mereka. Setelah mengingat kejadian tadi saat disekolah, aku menjadi sangat takut Hinata kenapa-kenapa.

'Ketemu'

Aku menemukan tiga mobil tadi terparkir didepan halaman gedung kosong.

"Aku datang Hinata"

.

.

.

Hinata's POV

Aku membuka mataku perlahan, aku kehilangan kesadaran semenjak salah satu dari mereka menyekap mulutku saat dimobil. Mataku masih berkunang-kunang, dan aku merasakan tanganku diikat keatas.

"Wah wah wah, dia sudah sadar" aku kembali gemetar ketakutan, kakiku benar-benar mati rasa, aku benar-benar takut. Pandanganku mulai jelas, kini aku berada dalam sebuah ruangan berukuran lumayan besar dengan ditemani delapan orang pria. Mereka menggunakan pakaian seragam sekolah, tapi aku tidak tahu darimana asal sekolah mereka.

"Kau ini sangat sexy" salah satu pria mendekatiku, wajahnya tampan, tapi tetap saja dia menakutkan bagiku.

"L-lepaskan aku" aku mulai menangis, aku berusaha menggoyangkan tanganku agar terlepas dari ikatan tali yang mengikatku. Aku bergidik ngeri saat pria ini mulai membuka satu per satu kancing seragamku. Pria lainnya terus tertawa dan bersiul, bahkan salah satu dari mereka memegang sebuah handycam ditangannya. Mereka mengerubuniku, memperhatikan satu temannya yang sedang melepaskan kancing bajuku.

"A-aku m-mohon j-jangan, l-lepaskan a-aku"

Aku terus menggerakan tubuhku untuk mempersulit bagi pria dihadapanku ini yang tengah membuka kancing seragamku, airmataku mengalir tanpa henti. Semua kancingku telah terbuka, memperlihatkan dadaku yang tertutupi bra.

"Wow, betapa besarnya dada ini"

"Aku benar-benar sudah tidak sabar"

"Baka! cepatlah buka semua pakaian nya"

"Ini adalah hari keberuntungan kita"

Mataku terpejam saat meresakan celana dalamku mulai ditarik kebawah.

"A-aku mohon jangan" aku memberanikan diri untuk menendang wajah salah satu dari mereka.

"Gadis kuramg ajar! apa perlu aku mengikat kakinya?"

"Tidak perlu, mungkin lebih baik jika kita bermain dibagian atasnya dulu"

Mataku membelalak seketika saat tangan-tangan mereka mulai menggerayangi dadaku. Ingin rasanya aku menjerit, tapi sepertinya itu akan sia-sia.

.

.

.

Sasuke's POV

'Brakkkk'

Aku berhasil mendobrak pintu yang ku yakini mereka semua ada didalam- termasuk Hinata. Mataku membulat seakan tak percaya dengan apa ku lihat. Tangan Hinata diikat ke atas dan baju seragamnya juga terbuka, bahkan mereka menyentuh dada Hinata yang masih tertutupi bra.

"Pahlawan telah datang" salah satu dari mereka menghampiri, tanpa banyak bicara aku langsung memukul wajahnya bertubi-tubi.

"Berengsek! Beraninya kalian menyentuh Hinata!" aku benar-benar marah, emosiku memuncak dengan cepat, aku terus menerus memukul wajah pria sialan ini satu persatu.
Ck, lagi-lagi tanganku berhasil ditahan, dua orang kembali memegang masing-masing tanganku.

'Bughhhh'

Wajahku langsung menjadi sasaran para driver sialan ini. Lebam kebiruan dan darah terus mengalir dari setiap sudut wajahku. Aku melihat sepintas ke arah Hinata, gadis itu menangis, dan aku tidak ingin melihat dia menangis Kami-Sama.

"Hentikan! J-jangan pukuli S-Sasuke-kun lagi" Hinata berteriak dengan keras.

"Hinata" aku menyebut namanya dengan lirih.

"Apa gadis ini kekasihmu juga? keh keh keh, ternyata kau rakus juga ya" mereka kembali memukuli perut dan wajahku berkali-kali. Aku dapat mendengar tangisan pilu dari mulut Hinata.

"K-kumohon h-hentikan, j-jangan pukuli Sasuke-kun lagi" airmata tidak berhenti mengalir dari sudut matanya. Aku berusaha bangkit, dengan susah payah aku berusaha mednekati Hinata yang masih dalam keadaan tangan terikat.

'Bughhhh'

Tubuhku kembali tersungkur ke lantai, tetesan darah kental dari sudut bibirku terus mengotori lantai berwarna putih ini.

"Jarang sekali kami mendapat kepuasaan seperti ini" mereka menendang kaki ku secara bergantian, tendangan yang begitu keras dan menyakitkan.

"Melihat orang tersiksa adalah kepuasaan bagi kami" kerah baju hitam yang ku kenakan langsung ditarik oleh salah satu dari mereka. Menghempaskan tubuhku yang sudah tidak berdaya ke tembok dengan sangat keras, bahkan aku bisa merasakan tulang rusukku yang mulai retak. Secara bergantian mereka memukuli wajahku, dan bahkan mereka menendang bagian perutku.

"Hey! lepaskan ikatan gadis itu! Kita lihat apa yang akan mereka lakukan" salah satu dari mereka melepas ikatan tangan Hinata, suara tertawa terdengar begitu memuakkan yang keluar dari mulut para bajingan ini.

Aku berusaha membuka kelopak mataku, Hinata berjalan menghampiriku, langkahnya tertatih-tatih, dia juga terus menangis sesenggukan.

"S-Sasuke-kun" telapak tangan halusnya mengusap lembut pipiku yang sudah sangat memar. Ku gerakan salah satu tanganku, berusaha untuk mengancingkan kembali bajunya yang terbuka.

"T-tutuplah tubuhmu"

.

.

.

Normal'S POV

Isakan Hinata sudah tidak terbendung lagi, dengan gemetar ia mencoba mendengarkan perintah Sasuke, kembali mengancingkan baju nya yang telah terbuka. Sasuke tersenyum, pria tampan Uchiha ini tidak ingin tubuh gadisnya dilihat oleh siapapun. Keadaan Sasuke sudah sangat buruk; darah yang tidak berhenti keluar dari sudut bibirnya, lebam dan memar biru terlihat jelas disetiap inci kulit putihnya, pandangan mata yang mulai mengabur, punggung dan kaki yang terasa sangat sakit bila digerakkan.

"Sungguh pemandangan yang mengharukan, bisakah kalian ambilkan aku tissue? Aku ingin menangis disini" bahakan tertawa kembali terdengar setelah salah satu siswa liar itu mengeluarkan gurauan.

"Kita bunuh dia, dan lalu kita buang gadis itu dijalan" dua dari delapan pria itu langsung menyeret tubuh Hinata untuk menjauh dari Sasuke. Hinata berusaha melepaskan diri, tapi tenaganya tidak berarti apa-apa.

"Sudah ku bilang pada kalian, j-jangan sentuh dia!" Sasuke kembali bangkit, napasnya tersengal-sengal, dia mengusap kasar darah disudut bibirnya. Dengan berusaha mengumpulkan tenaga, Sasuke mengayunkan tangannya dengan keras untuk meninju salah satu wajah mereka. Namun apa daya, itu semua hanya sia-sia. Sasuke kembali dihajar habis-habisan oleh para siswa berandal ini. Sedangkan Hinata hanya mampu terisak menangis melihat Sasuke diperlakukan seperti itu.

"Ada kata-kata terakhir untuk gadismu itu?"

Mata Hinata membulat setelah mendengar pertanyaan yang diajukan untuk Sasuke. Sasuke yang tersungkur hanya diam, perlahan kepalanya mendongak untuk memandang ke arah Hinata.

"Hinata, k-kau adalah gadis bodoh yang pernah ku cintai. M-maafkan aku karena telah menduakanmu, m-maaf karena aku telah berselingkuh dan maaf karena telah menyakitimu. Tapi sungguh, t-tidak bisa ku pungkiri bahwa aku masih sangat mencintaimu. S-sebentar lagi hari jadi kita yang ke l-lima tahun, aku masih berharap kita dapat merayakannya bersama. Aku mencintaimu, s-sangat mencintaimu"

Sasuke berpikir kalau ini adalah akhir dari hidupnya, tapi itu tidak masalah. Setidaknya dia telah meminta maaf pada Hinata karena telah berselingkuh, Sasuke juga telah mengatakan pada Hinata kalau dia masih sangat mencintai Hinata. Sasuke sadar hal itu sekarang, dia jauh lebih takut hal buruk terjadi pada Hinata dibanding dengan Sakura.

"Hanya itu? apa ada hal lain yang ingin kau sampaikan? kami masih bisa memberimu banyak waktu" salah satu pria memainkan pisau dengan tangannya, pisau yang tampak terlihat sangat tajam.

"T-tidak ada, h-hanya itu. Kalian bisa membunuhku" mata onyx Sasuke hanya terus memandang ke arah Hinata. Hinata terpaku mendengar penjelasan Sasuke barusan. Airmata kembali menumpuk pada pelupuk matanya, lalu kembali menetes.

"Sasuke-kun!" Hinata berteriak, dia terus meronta agar berhasil melepaskan cengkraman para pria yang memegang tangannya, tapi hasilnya tetap sama aja- nihil.

Dua orang pria telah memegang masing-masing tangan Sasuke, sedangkan seorang pria lain telah berdirii didepan Sasuke dengan jarak 2meter, ditangannya terdapat pisau yang siap dihunuskan ke perut Uchiha malang ini.

"Kumohon jangan! hentikan!" Hinata terus berteriak, dia tidak mau melihat orang yang dia cintai mati terbunuh dihadapannya.

"Aku akan merekam adegan ini"

"Sudah lama sekali tidak melihat pembunuhan seperti ini"

"Mungkin ini akan menjadi rekor baru untuk kita, hahahaha!"

Saat mereka masih asyik berbincang-bincang menertawakan detik-detik terakhir Sasuke, dari bawah gedung terdengar suara sirine mobil polisi.

"A-apa?"

"Polisi? Kenapa mereka bisa tahu lokasi kita?"

"Ck, sial!"

"Jangan panik! kita masih bisa kabur dari sini"

"Sakura" gumam Sasuke, dia tersenyum, Sakura telah berhasil menyelamatkan dirinya dan Hinata.

"Apa? jadi gadis 'Pink yang melapor?"

"Kurang ajar!"

'Bughhhh'

Sasuke kembali ditendang pada bagian perut. Tapi justru Sasuke langsung membalasnya dengan tertawa, terlihat jelas bibirnya yang membentuk seringai.

"K-kalian akan tamat" nada dingin yang terlontar dari Sasuke membuat ke delapan pria ini tersentak.

"Tempat ini sudah kami kepung! Cepatlah keluar dan menyerah!"

Terdengar suara lantang dari bawah, polisi-polisi juga mulai memasuki gedung berlantai 15 ini.

"Lebih baik kita tinggalkan saja mereka" sebagian para siswa liar ini mulai meninggalkan Sasuke dan Hinata. Tapi sebagian lagi masih enggan untuk meninggalkan keduanya, mereka masih belum puas.

"Berengsek! padahal sebentar lagi adalah pucaknya" siswa berandal yang memegang pisau terlihat sangat frustasi.

"Sudahlah ayo kita pergi"

Hinata memanfaatkan kesempatan ini untuk menghampiri Sasuke, langkah gontai nya berjalan mendekati Sasuke yang tersungkur tak berdaya dilantai. Sasuke sendiri pun mendongakkan kepalanya, dia tersenyum melihat keadaan Hinata yang baik-baiik saja tengah berjalan menghampirinya. Tapi senyuman itu hanya sementara, mata gelapnya membelalak dengan sempurna ketika melihat pemandangan yang mengejutkan.

Itu semua bagaikan Slow Motion~

Siswa liar yang tengah memegang pisau juga langsung berlari ke arah Sasuke, dia bersiap untuk menghunuskan pisau ke perut Uchiha bungsu ini. Dia tidak mau pergi sebelum berhasil membunuh Sasuke. Hinata yang melihat Sasuke dalam keadaan bahaya pun langsung berlari untuk menyelamatkan Sasuke. Hinata memposisikan tubuhnya membungkuk tepat didepan Sasuke yang tersungkur dan...

'Crakkkk'

Sepasang mata amethsyt bertemu dengan sepasang mata onyx, tapi kedua tatapan itu mengartikan pandangan yang berbeda.

"H-Hinata?" Sasuke benar-benar tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"S-Sasuke-kun k-kau b-baik-baik saja?" Hinata merasakan rasa sakit menjalar begitu cepat ke seluruh tubuhnya.

Dengan cepat Sasuke segera berusaha bangkit, lalu merengkuh tubuh gadis mungil dihadapannya, membawanya erat dalam dekapannya. Sedangkan siswa tadi langsung melarikan diri keluar, dia juga sempat mengumpat karena salah sasaran.

Sasuke semakin panik saat melihat perut bagian belakang Hinata mengeluarkan banyak darah, pisau juga masih bertengger dengan setia disana. Seragam putih gadis Hyuuga ini mulai berubah warna menjadi merah.

'Tes'

'Tes

'Tes'

Airmata mulai meneteas dari mata seorang Uchiha Sasuke. Tubuhnya gemetar dengan hebat melihat keadaan Hinata. Baru pertama kalinya Sasuke merasakan rasa takut yang begitu kuat.

"H-Hinata, bertahanlah, k-kau pasti bisa bertahan, bantuan akan datang"

"S-Sasuke-kun, b-benarkah k-kau m-masih m-mencintaiku?" Hinata merasakan detak jantungnya mulai melemah.

"A-aku sangat mencintaimu. Aku sangat mencintaimu Hinata!" Sasuke semakin mengeratkan pelukannya, airmata tidak berhenti mengalir dari kedua matanya.

"A-aku juga sangat m-mencintaimu S-Sasuke-kun" tangan Hinata meraih pipi Sasuke, lalu mengusap airmata pemuda tampan itu.

"K-kau pernah b-berjanji padaku H-Hinata, k-kau tak akan pernah meninggalkanku! apa kau dengar Hinata? Kau tidak boleh meninggalkanku sendirian didunia ini!" Sasuke menggenggam kuat tangan Hinata, mencium punggung tangan Hinata dengan lembut.

"K-kita bisa memulai semua dari awal Hinata. K-kau sangat berarti untukku, k-kau segalanya untukku" ditempelkannya pipi Sasuke pada pipi chubby Hinata, sesekali bibir yang penuh darah itu mencium lembut pipi Hinata. Hinata merasakan pandangannya mulai mengabur, napasnya semakin lemah, bahkan rasanya sulit sekali untuk bernapas. Ingin rasanya Sasuke mengendong tubuh Hinata untuk keluar dari ruangan itu, tapi kedua kaki nya tidak bisa digerakkan akibat tendangan-tendangan yang dia alami.

"Siapapun tolong kami! kumohon tolong kami!" Sasuke berteriak dengan keras, berharap para polisi itu tahu dimana posisi nya sekarang.

"S-Sasuke-kun, b-berjanjilah s-satu hal p-padaku, b-berjanjilah k-kau akan s-sering mengunjungi m-makam ku nanti" isakan Sasuke semakin menjadi setelah mendengar permintaan Hinata, dia tidak mampu menjawab. Hinata berusaha mengangkat sedikit kepalanya, diciumnya perlahan pipi Sasuke.

"Aku sangat mencintaimu Sasuke-kun"

Dengan satu tarikan napas, Hinata telah mampu mengatakan betapa dia mencintai pemuda Uchiha ini, dan itu adalah kata-kata terakhir dari seorang Hyuuga Hinata. Sasuke tidak mampu berkata apa-apa, hanya airmata yang mewakili betapa hancurnya dirinya saat ini. Sasuke merasakan tubuh mungil Hinata yang sudah tidak bernyawa.

"Hinata! kau tidak boleh meninggalkanku! Hinata, apa kau tidak mendengarkanku?!" Sasuke terus mengguncang pelan tubuh Hinata, walau dia tahu Hinata telah tiada, tapi dia belum bisa menerima semua ini.

"Buka matamu Hime" isakan Sasuke terdengar jelas sangat pilu, airmatanya menetes tepat diwajah Hinata. Dia peluk erat tubuh gadis yang sangat dia cintai ini, memeluk tubuh gadis yang sudah tidak bernyawa.

.

Dimalam itu, malam penuh tragedi bagi Sasuke. Tragedi dimana dia menyaksikan kematian Hinata dengan mata kepalanya sendiri. Sasuke tidak pernah bisa melupakan kejadian tragis itu, bahkan mungkin tidak akan pernah.

Seminggu sejak kematian Hinata, seorang Uchiha Sasuke menjadi pribadinya yang berbeda. Dia juga telah memutuskan hubungannya dengan Sakura. Sasuke sering menyendiri, dia tidak berbicara jika itu bukan hal penting. Para fans girl nya pun menjadi enggan untuk mendekati idolanya, karena mereka tahu hati Sasuke masih sangat berkabung. Sasuke juga tidak mau masuk sekolah beberapa hari, karena menurut Sasuke ada banyak sekali kenangan yang dia lalui bersama Hinata disekolah itu.

Setiap Sasuke bangun tidur, bantalnya selalu basah karena airmatanya selalu mengalir- selalu seperti pagi.
Dia selalu memimpikan Hinata, Sasuke juga selalu dapat merasakan kehadiran gadis itu saat dia tertidur.

Sasuke juga selalu memandangi foto Hinata yang sedang tersenyum, lalu pemuda Uchiha ini berkata...

"Aku tidak bisa hidup tanpamu, tidak bisa jika bukan kau, aku tidak akan pernah bisa hidup jika tidak bersamamu Hinata"

Sasuke selalu berdoa pada Kami-Sama, dia memohon pada langit agar dapat melihat Hinata lagi, walau itu tidak akan terjadi.

Sasuke juga selalu mengumamkan kalau dia ingin sekali melihat dan memegang Hinata lagi. Sasuke sangat menyesal telah menyia-nyiakan Hinata. Sasuke seperti orang bodoh sekarang, dia kehilangan arah tujuannya.

Tapi setidaknya Sasuke punya cara tersendiri untuk menghibur dirinya sendiri, yaitu dengan mengunjungi makam Hinata setiap pulang sekolah. Sasuke juga akan selalu membawakan bunga untuk gadisnya yang telah tiada, dia akan bercerita banyak tentang kegiatan kesehariannya pada batu nisan yang bertuliskan nama 'Hyuuga Hinata'.

Sasuke sudah memutuskan, dia akan menutup hatinya untuk gadis manapun. Dia tidak ingin menjalin hubungan lagi dengan perempuan lain. Karena bagi Sasuke, tidak akan ada yang mampu menggantikan posisi Hinata dihatinya- tidak akan ada yang seperti Hinata.

.

.

.

END

Maaf jika ending nya buruk dan maaf jika harus 'Sad Ending'