OWNER : MASASHI KISHIMOTO

STORY BY : LLYCHU

Pair : Itachi x Hinata

Rated : M

Happy Reading!.

.

.

.

"Aku pulang,"

Itachi mengernyit sebentar melihat banyak sekali pasang sepatu didepannya. Seingatnya Sasuke dan dirinya tak memiliki sepatu sekecil itu. Detik berikutnya ia mengangguk maklum. Sejam lalu ia baru ingat bahwa Sasuke menelponnya dan meminta izin untuk teman-temannya datang ke apartemen mereka. Kerja kelompok katanya.

"Nii-san, ini teman-temanku." Suara Sasuke menyapanya saat kaki jenjang Itachi sudah mencapai ruang tengah. Ada beberapa wajah yang Itachi baru lihat.

"Selamat sore, Itachi-niisan." Sapa mereka semua.

Itachi tersenyum, "Sore."

"Nii-san bawa pesananku?" kali ini Sasuke bangkit dan menghampiri Itachi. Dari raut terkejut yang Itachi berikan padanya, Sasuke tahu bahwa aniki-nya itu lupa. "Yasudah, pesan saja."

"Maaf, ya. Aku lupa membeli makanan tadi." Dengan sedikit kikuk Itachi menunjukan cengirannya.

"Tidak apa-apa kok, Itachi-nii." Naruto menyahut. Kalau bocah dengan warna kulit yang mencolok itu Itachi sudah sering lihat. Naruto cukup sering menemani Sasuke ketika ia harus dinas di luar kota. Ada juga si malas Shikamaru. Ia sering diboyong Sasuke jika masalah pelajaran. Itachi sendiri bingung ada orang malas sejenius dirinya. Sisanya Itachi baru melihat kali ini.

"Kalau begitu kita pesan pizza saja bagaimana?" tawaran menggiurkan itu disoraki gembira oleh teman-teman Sasuke. Sasuke sendiri segera mengambil telpon rumah dan memencet beberapa angka yang sering ia hubungi. Itachi memutuskan masuk ke kamarnya dan membersihkan diri. Tidak enak juga memperlihatkan wajah lusuhnya sehabis kerja.

Mungkin perkenalan dengan teman yang baru Sasuke bawa ke apartemen mereka bisa dilakukan nanti. Sebagai kakak yang baik menjurus brother complex, Itachi merasa harus membantu Sasuke dalam menyaring teman. Tidak bermaksud membatasi ruang lingkup sosial adik kesayangannya itu. Hanya mencegah tak ada salahnya, kan?

.

.

.

"Aku Sakura Haruno. Itachi-nii panggil saja aku Sakura."

"Aku Kiba Inuzuka, anjing yang Itachi-nii pelihara di kediaman Uchiha benar-benar keren! Sasuke memberikan gambarnya padaku."

Itachi tersenyum mendapati teman baru sesama penggila anjing. Oke, Itachi rasa Sakura gadis yang cantik dan energik. Itu terasa saat tawa kencang gadis itu sampai kekamarnya. Untuk Kiba, karena sesama penyuka anjing, ia lolos sensor yang Itachi berikan. Lelaki penyuka anjing biasanya baik, contoh saja dirinya.

"Aku Ino Yamanaka. Perusahaan Itachi-nii sering memesan bunga di toko bunga ibuku, loh."

Yamanaka? Itachi memang merasa tak asing dengan marga satu itu. Karena gadis yang sedikit nyentrik itu penyuka bunga, Itachi kira Ino gadis yang baik. Walaupun penampilannya sedikit lebih terbuka. Tak masalah, gejolak remaja.

"A-aku Hi-nata Hyuuga."

Mata onyx Itachi menatap lebih lama pada gadis yang duduk paling ujung dari tempatnya. Mereka semua sedang duduk santai sambil menonton tayangan sore dan menyantap pizza hangat yang baru lima menit lalu diantar. Tepat saat mereka semua selesai mengerjakan tugas.

Gadis itu, gadis dengan mata unik berwarna perak keabu-abuan. Rambutnya juga sedikit mencolok –walaupun Sakura dan Ino tak kalah mencolok- dengan warna indigo yang jarang Itachi lihat. Perkenalan dirinya lebih singkat. Dan itu berhasil membuat Itachi sedikit penasaran. Hyuuga? Rasa-rasanya ia pernah mendengar marga itu.

"Kau kenal Neji tidak?" semua mata tertuju pada Itachi yang kini entah berbicara pada siapa. Karena dari tadi pemuda dengan garis senyum yang mencolok itu hanya diam. Pertanyaan itu entah diperuntukan pada siapa.

"Kau bertanya pada siapa, aniki?"

"Hinata." jawaban Itachi tanpa melepas pandangannya, "Kau seorang Hyuuga, kan? Aku kenal Neji, dia juga Hyuuga. Teman kuliahku dulu."

Semua yang tadi mengerutkan dahi hanya mengangguk-ngangguk dan kembali sibuk dengan potongan pizza masing-masing.

"I-iya, nii-san. Neji-nii sepupuku." Hinata sedikit bersemu. Dia memang tidak biasa ditatap lama-lama oleh orang baru.

"Wah, kebetulan sekali. Sekarang dimana dia? Aku terakhir bertemu saat wisuda tahun lalu."

"Hinata pindah kesini saja, sepertinya kalian mau mengobrol." Dengan tak peka seperti biasa, Naruto bangkit dan menyuruh Hinata berpindah tempat dengannya, sebelah Shikamaru yang kebetulan berhadapan langsung dengan Itachi. Kepekaan Naruto memang nol jika menyangkut Hinata. Karena gadis itu lebih banyak diam dan jarang menunjukan emosinya, jadi Naruto sering seenaknya menyimpulkan tentang Hinata.

Dan mau tak mau Hinata pindah. Yang tadinya duduk ujung ke ujung dengan Itachi menjadi berhadapan langsung dengannya. Itu membuat kedua pipinya makin memerah. Beruntung teman-temannya sibuk mengunyah dan tak sadar perubahan warna pada wajahnya.

"N-Neji-nii mengurus penginapan keluarga Hyuuga di Hokkaido, nii-san. Dia sudah di sana dari 6 bulan lalu."

Itachi mengangguk beberapa kali. Berteman dengan Neji dari SMA, ia baru tahu bahwa teman sesama rambut panjangnya itu memilki adik sepupu semanis ini. Itachi tak perlu menyeleksi Hinata karena gadis itu berhubungan dengan Neji. Pasti Neji mengajari dan menjaga Hinata dengan baik. Diantara 3 perempuan yang ada, Hinata yang paling sopan dan pendiam.

Sisa sore itu Itachi mengobrol sedikit demi sedikit dengan Hinata. Walaupun obrolan masih didominasi tentang Neji, tapi setidaknya Itachi sedikit mengenal Hinata. Gadis itu sekelas dengan Sasuke –tentu saja-. Umur Hinata terpaut 6 tahun dengan Neji. Berarti sama dengannya dan gadis beraromakan lavender itu. Neji dan dirinya lahir ditahun yang sama. Hinata suka sastra, tapi dipaksa Neji mengikuti jejaknya dalam mengambil perkulihaan bisnis. Dan beberapa hal yang Itachi tahu dengan beralasan Neji tentu saja.

"Kurasa Hinata harus pulang, nii-san."

Suara Sasuke mengintrupsi obrolannya dengan Hinata di dapur. Gadis lavender itu bersikeras ingin membantu Itachi membereskan perlengkapan makan. Sedangkan yang lain asik menonton film.

"Sudah dijemput?" mengabaikan adiknya yang berdiri di pembatas dapur dan ruang tengah, Itachi bertanya pada Hinata yang sibuk mengelap gelas di sampingnya. Itachi harus menunduk karena tinggi Hinata hanya sebatas bahunya.

"T-tidak. Aku pulang bersama yang lain." Jawab Hinata gugup dan segera membereskan pekerjaanya.

"Kalau begitu kuantar saja,"

"Ti-tidak perlu, nii-san! Aku berangkat bersama yang lain. J-jadi pulang juga bersama." Hinata menunduk, sedikit malu mendengar kekehan kecil Sasuke yang seperti meledeknya dan Itachi.

"Yasudah. Hati-hati, ya! Salam untuk Neji jika kau bertemu dengannya."

Setelah mengangguk, Hinata segera bergegas ke arah teman-temannya yang sedang membereskan barang masing-masing kedalam tas. Mata Itachi tak lepas hingga tubuh mungil Hinata tertutupi pembatas.

"Kau menyukainya, ya?" Sasuke mengejek. Memperlihatkan senyum jahilnya.

"Kalau ya, kenapa? Kau juga suka padanya?" tak mau kalah, Itachi menantang ejekan Sasuke. Pantang bagi Itachi menunjukan sisi lemahnya pada adiknya itu.

"Tidak. Tapi kau harus bersaing dengan panda merah di sekolahku." Selesai berkata ambigu, Sasuke pergi untuk mengantar teman-temannya yang lain. Meninggalkan Itachi yang mengerutkan alisnya bingung.

'Panda merah? Memang ada?' batinnya.

.

.

.

Saat ini Itachi suntuk. Pekerjaan yang seharusnya tak perlu dikerjakan dua kali menghimpit waktu istirahatnya. Salahkan ayahnya yang sedikit teledor dengan cangkir kopi yang tadi siang menemaninya saat meeting. Kenapa juga tangan besar ayahnya harus menumpahkan air hitam itu ke tab Itachi yang berisi rincian keuangan bulan ini. Jadinya Itachi harus mengkopi semua dan merapikannya lagi. Benar-benar melelahkan.

Sasuke juga tak banyak membantu. Suara-suara bising dari kamarnya yang sekarang berisi lebih dari 5 orang membuatnya sulit beristirahat. Seingatnya dulu, Itachi tidak ada ritual konyol dengan tidur bersama sebagai sahabat seminggu sekali dengan tempat bergilir. Sialnya, minggu ini giliran apartemennya yang menjadi sasaran. Waktu kadang tak bersahabat.

"Sasuke…" geraman Itachi tertahan dengan bantal yang menutupi seluruh wajahnya. Tidak tahan, ia bangkit dari kasurnya dan berjalan malas ke samping kamarnya, kamar Sasuke.

Ketukan Itachi cukup mencapai empat kali dan pintu yang sama dengan pintu kamarnya itu terbuka.

"Kenapa, nii-san?" Naruto yang membuka pintunya. Sedikit lebar hingga Itachi bisa lihat Sasuke yang bertarung lewat PS 4 nya dengan Shikamaru. Laki-laki berambut mangkuk yang dia ingat bernama Lee sedang asik dengan PSP, Kiba sedang tidur-tiduran tak jelas dan ada satu lagi pemuda yang tadi absen dari penglihatan Itachi. Kapan ia sampai? Itachi tak melihat saat pemuda rambut merah itu datang.

"Bisa kalian tenang sedikit? Aku sedikit lelah hari ini."

Naruto mengangguk mantap dan meminta maaf atas keributan yang terjadi. Dan benar saja, suasana lebih hening walaupun tak sepenuhnya sunyi. Itachi memilih ke dapur untuk mengisi kerongkongannya yang sedikit kering. Dibuka kulkas dua pintu itu dan mengeluarkan sebotol air mineral dingin.

"Nii-san tadi lihat panda merah?"

Niatan untuk meneguk langsung dari botol Itachi batalkan karena tiba-tiba Sasuke sudah berdiri di belakangnya. Bisa-bisa ia kena marahan Sasuke karena minum dengan tidak sopan. Padahal selama ini ia yang melarang Sasuke melakukan itu.

"Panda merah apa, sih?" tangan kekarnya menjangkau gelas yang ada di samping kulkas, "Masalah Hinata lagi?"

Sasuke mengangguk, "Namanya Sabaku Gaara. Dia menembak Hinata siang tadi."

Phruuuuut!

Semburan air itu mengucur mulus dari mulut Itachi. Membuat Sasuke terkekeh geli dan sedikit jijik.

"A-apa?"

"Kau kalah start, nii-san." ujar Sasuke, "Dan kurasa Senin nanti Hinata akan memberikan jawabannya."

Itachi mematung. Ia tak lagi memperhatikan Sasuke yang mengambil sesuatu di kulkas dan meninggalkannya sendiri di dapur. Ada perasaan aneh saat mendengar informasi dari Sasuke. Hinata? ditembak Gaara? Si panda merah itu? Yang rambutnya merah itu?

Rasa panas tiba-tiba menjalar hingga terasa dipipinya, apalagi hatinya sekarang.

'Apa ini?' Itachi memegangi dadanya yang berdetak tak karuan. Terasa cepat hingga tanpa sadar nafasnya memburu. Detik itu juga Itachi menggeleng saat sadar sesuatu. Dirinya. Pemuda berumur 23 menyukai gadis 17 tahun? Yang benar saja! Bahkan ia baru sekali bertemu dengan gadis itu. Itachi bukan penyuka roman picisan yang bertemakan love at the first sight. Apa itu? Itachi bahkan enggan membayangkan.

Tapi sekarang apa daya. Dirinya sudah terpikat dengan gadis manis bernama Hinata. Gadis pendiam yang membuatnya penasaran. Gadis yang mungil dan terasa manis dipenciumannya. Manis. Hinata terlalu manis hingga membuat Itachi serasa diabetes seketika. Dan sialnya, Itachi dengan suka rela ditawarkan kelebihan manisan itu.

TBC….