You are My Opium?


Cast:

Kris, Chanyeol (Krisyeol)

Support Cast in this Chapter: Chen, Xiumin, Jongin, Sehun

Rating: M (NC-17)

Length: Chaptered

Genre : Romance, Yaoi, Yadong, BL, AU, OOC, dll

Disclaimer: Para pemain milik Yang Maha Kuasa. FF ini murni milik saya dan bener – bener datang dari otak saya. Titik.

Bahasa: FF ini menggunakan bahasa Indonesia gaul acakadut

W arning!: Disini Chanyeol nista banget agak agak gimanaaa gitu…Don't like don't read, don't bash and don't be a silent reader ^^

Summary Lengkap:

Chanyeol benar – benar tidak habis pikir. Bagaimana bisa sentuhan tangan orang itu membuat Chanyeol begitu… begitu… DOMPETKU HILANG!


Chapter 5

"Oi, darimana aja lo? Udah berhasil begituannya?"

Chanyeol mendelik emosi. Sehun ini gak penting banget sih. Temen baru pulang bukannya ditanyain kabar, baik-baik aja apa enggak, eh malah itu yang ditanyaian!

Chanyeol nyelonong cuek aja. Sebenarnya dia mau cerita kalau kemarin dia berhasil bernaked-naked ria di depannya Kris dan soal ucapan 'putus' sepihak tadi yang berhasil bikin dia down to the max. Cuma dia lagi gak kepengen aja. Yang Chanyeol butuhkan sekarang adalah mandi dan tidur .

"Eh, ditanyain noh sama bebeb gue!" tegur Jongin, "Ngeloyor aja kayak kambing kekenyangan."

"Gak penting lo berdua, males." jawab Chanyeol sambil nuangin air ke gelas terus diminum. Soda sialan itu masih berasa sedikit di tenggorokannya. Semoga aja gak berefek jangka panjang.

"Kenapa sih sensi amat? Marahan ya? Baru juga ketemu udah marahan. Dasar gak jelas." cibir Sehun.

Chanyeol melempar pelototan ke Sehun. Kayak si Jongin jelas aja!

Sehun balik melotot, nantangin. "Apa lu pelatat pelotot? Ngomong!" tukasnya nyolot.

"Berisikk woiii! Gue besok mau UTS! Ribut aja!" seru Chen dari dalam kamar.

Tiga orang itu akhirnya kicep dan memilih kembali ke aktifitas masing-masing. Jongin dan Sehun main laptop berdua, sedangkan Chanyeol memlih bersembunyi di kamarnya. Di balik selimut. Dan di bawah bantal. Menyalurkan segala kekesalan dan sakit hatinya pada seprai kasur.

.

.

.

.

Kris berdecak kasar sambil mengacak rambutnya frustasi melihat nomer yang tertera di layar hapenya.

Mau apa lagi nih orang?!

"Halo." tukas Kris ogah-ogahan.

"Heeii, Kris. What's up?"

Kris berdecak lagi. "To the point aja deh deh, sialan. Ada apa?"

Suara berat seorang pria diseberang sana tertawa keras. "Dasar anak buah durhaka. Dari awal masuk sampai sekarang nggak pernah nganggep gue bos. Tapi gue suka sih gaya lo, makanya gue lebih seneng mainin lo daripada yang lain."

Kurang ajar!

Kris mengatupkan rahang rapat-rapat menahan emosinya yang membludak. Tahaan, tahaaan… biar gimanapun dia nggak boleh kepancing. Bisa-bisa kacau semua rencana yang sudah dia susun rapi.

"Barang yang dianterin si Yongguk udah lo terima kan?"

Kris menghela napas panjang sambil mengusap mukanya. "Sudah. Barusan dateng tadi." Ucapnya kali ini dengan nada agak melunak.

"Sip. Gue mau malem ini tuh barang udah terjual habis. Soal lokasinya, entar gue kabarin mana mana aja yang mesti lo datengin. Inget, sebisa mungkin gunain trik bayangan lo atau apapun lah, gue gak peduli gimana cara lo. Yang jelas, pastiin jangan sampai ada saksi mata atau intel yang ngeliat lo. Pokoknya ini harus! Gak pake tapi dan gak perlu gue jelasin lagi apa akibatnya kalo berani mangkir dari tugas."

GERGGHH! MENYEBALKAN! Kris melirik sandal jepit butut yang tergeletak pasrah di dekat lampu merah. Membayangkan muka bosnya yang picik dan culas, pengen banget Kris memungut sendal butut itu terus dia praktekin jurus yang baru dia ciptain tadi. Jurus 'kepretan setan' di muka si bos.

"Gak, gue gak mau jual barang cacat kayak gitu. Tadi gue udah sempet liat efeknya dan itu lebih dari berbahaya." tolak Kris. "Lagipula Yongguk tadi sempet bilang kalau itu belum sempurna."

Orang itu tertawa, seolah-olah Kris lagi nyeritain cerita humor yang lucu banget. "Ya, ya, itu masih bisa disempurnain nanti setelah putaran pertama laku terjual. Gue gak mau rugi. Lagipula drug itu ya emang barang cacat. Lo kira permen bubuk yang enak dan cuma menimbulkan efek sakit gigi?"

Santai banget ngomongnya! Padahal Kris udah kebayang-bayang puluhan anak muda minum gituan, terus tiba-tiba pada buka baju semua dan menggelar pesta seks. Omg… dia lebih milih mendekam di penjara sekarang juga daripada menyesatkan anak orang lebih banyak lagi. Cukup adiknya aja yang nggak beres.

"Oh ya satu lagi, lo kenal gak siapa anak ini?"

Belum sempat Kris menyahut, hapenya bergetar menandakan ada satu pesan baru yang masuk. Cowok itu cepat-cepat membukanya dan kedua matanya melebar dramatis melihat foto-foto papparazi yang baru saja dikirim oleh si bos besar. Ada fotonya sama Chanyeol waktu lagi bocengan diatas motor, ada foto mereka lagi makan bareng di warung sari laut, ada foto mereka pas lagi berdiri-berdiri depan angkot. Gila! Pasti kerjaan dua kingkong stress itu!

"Itu… itu… pacar gue." Habis ngomong asbun begitu, Kris langsung kebingungan dan terkaget-kaget sendiri. Seolah apa yang dia bilang tadi keluar begitu saja tanpa diproses dulu di otak.

"Bener itu pacar lo?" tanya suara diseberang sana tidak yakin.

"Iya. Dia pacar gue. Ehm, sori, kami emang baru jadian beberapa hari yang lalu, jadi baru kelihatan akhir-akhir ini." Kris sukses mengarang satu cerita dusta tanpa gagap. Terpaksa. Soalnya kalau dia bilang Chanyeol itu adik sepupunya atau temannya Tao, nanti malah ketahuan kalo bohong.

Orang ini sudah cukup mengenal Tao dengan baik untuk tahu silsilah keluarga dan siapa-siapa saja teman nongkrong anak itu. Pokoknya sebagai 'kaki tangan' yang paling loyal (dulu), Tao itu udah dikenal luar dalem lah oleh bos mereka. Dia tahu Kris dan Tao punya seorang Ibu yang sakit-sakitan dan Ayahnya sudah lama meninggal dalam kecelakaan. Dia juga tahu sanak keluarganya berada di China, USA dan Vancouver. Tidak ada yang tinggal di Korea. Sangat kecil kemungkinan Kris memiliki saudara disini. Jika seandainya Kris polos dan lugu, dia pasti akan mengaku jujur Chanyeol cuma anak iseng yang suka nguntit dia kemana-mana. Tapi sayangnya Kris orang yang cukup cermat dan penuh perhitungan. Lagipula bego aja kalau dia pakai alasan kedua. Malah lebih gawat entar urusannya. Bisa-bisa nyawa Chanyeol yang selanjutnya jadi incaran. Ditambah lagi, dengan keberadaan duo kingkong itu yang selalu ngawasin dia kemanapun dan dimanapun, rasanya jawaban paling aman dan tepat saat ini memang 'pacar'.

Tenang saja. Komplotan ini bukan seperti agensi artis yang melarang anggotanya pacaran, berumah tangga dan memiliki hubungan spesial dengan seseorang. Selama oknum yang bersangkutan loyal, solid, patuh dan sanggup menjalankan tugas. Yang paling penting, pasangan si bad guy ini juga mau diajak berkompromi, mau bersusah-susah ria dan pintar menyimpan rahasia 'perusahaan'.

"Lo bisa jamin dia aman buat kita? Lo udah tau kan peraturannya kan? Kalo dia gak bisa lo pegang…"

"Aman, aman. Gue jamin. Jangan khawatir. Gue tau peraturannya dan gue bakal patuh." ucap Kris terdengar sangat meyakinkan. Padahal dalam hati puyeng berat. Gimana bisa dia menampakkan diri di depan Chanyeol lagi setelah tadi udah ngomong 'Goodbye'? Itu sama aja kayak menjilat ludah sendiri dong namanya.

But somehow, ada bagian dari dirinya nggak mau bocah bertelinga caplang itu kenapa-napa. Apalagi sampai ikut terancam. Hingga terlontarlah statement 'pacar baru jadian' tadi dari mulutnya.

Ya sudah. Mau gimana lagi? Setelah ini dia harus mikirin cara untuk menjelaskan ke Chanyeol dan membuat namja itu yakin. Mau nggak mau. Lagipula kalau tidak dilibatkan juga bakalan bahaya di Chanyeol-nya. Toh mereka sudah terlanjur aware dengan keberadaan Chanyeol yang notabene orang luar. Orang luar yang dengan polos dan lempengnya telah 'menyeburkan' dirinya sendiri ke kolam siluman buaya.

"Gue gak peduli ada relasi apa lo sama dia, yang jelas gue mau pekerjaan lo tetep jalan dan dia gak menjadi penghambat. Ngerti?"

Gak peduli tapi entar ngirim dua orang lagi buat ngawasin bocah itu. Gak peduli dari segi mananya?

Setelah itu, Kris lebih banyak diam mendengarkan arahan-arahan dari big boss soal planning mereka selanjutnya. Mulut boleh berucap 'Iya', 'Baik', 'Siap' dan 'Gue mengerti', tapi sebenarnya pikiran Kris lagi terbang dan melanglang-buana ke dunia lain. Bahkan saat orang itu mengakhiri telponnya, Kris masih tetap dilanda dilemma dan stress berat.

Wonderful. Amazing!

Sekarang bertambah lagi tanggungan hidupnya.

.

.

.

.

KRUK! KRUK! KRUK! Chanyeol mengunyah es batu seolah-olah sedang mengunyah cowok itu. Pakai nafsu dan bantuan tenaga dalam dari seribu power rangers. Bodo amat power rangers jumlahnya gak nyampe seribu. Ditambah dragon ball dan teman-temannya juga boleh.

"Yeol…" panggil Sehun dengan tampang serius.

"Hmm?" pipi tembem Chanyeol masih bergerak-gerak mengunyah es batu dengan sadis.

"Yeol, minum ya minum aja, jangan nyaingin limbad gitu dong." tegur Xiumin kalem. "Limbad mah giginya terbuat dari semen dan batu akik, nah elo? Rontok semua tuh gigi baru tahu rasa."

Chanyeol tetep nyomot es batu lain terus dikunyah. Sampai-sampai jus jeruknya belum habis, es batunya udah ludes duluan.

"Sok tau. Tau darimana giginya Limbad terbuat dari semen dan batu akik? Emang lu yang ngelahirin dia?" Chanyeol acuh tak acuh.

"Yeol!" kali ini suara Sehun naik satu oktaf. "Liat sini. Tatap mata gue."

Pfrrtt! Uhuk! Uhuk! Xiumin keselek es leci gara-gara omongannya Sehun. Buseet. Sejak kapan Sehun belajar hipnotis praktis bareng Deddy Corbuzier?

"Kok malah ketawa? Ini gue serius!" protes Sehun tak terima lihat Xiumin ngakak ngetawain dia.

"Udaah, Yeol. Buruan. Tatap mata Sehun dan isilah titik-titik dibawah ini." Chen malah semakin ngaco.

Sehun mendelik. Orang dia serius mau dari hati ke hati sama Chanyeol, ehh.. para kutu nangka ini daritadi ngajakin becanda melulu. Kapan kelarnya nih urusan curhat-curhatan!?

Chanyeol memutar bola matanya, sebal. "Apaan sih ngomong aja pake tatap menatap mata segala? Lagian kalau mau ngomong ya ngomong aja, Hun! Ngapain lu nyuruh gue tatap mata lo segala? Lo punya hak bicara, nah gue juga punya hak menatap kemanapun yang gue suka. Mata, mata gue. Mulut, mulut lo. Jadi gue bebas dong mau menatap ke mata lo kek, mata abang-abang parkir kek, mata pengibar bendera kek…"

"Mata tukang es cendol kek, mata tukang gali kubur kek." sambung Jongin lagi kumat isengnya.

"Jongong!" pekik Chanyeol.

"Nama gue Jongin, bukan Jongong. Monyong!" protes Jongin melotot balik.

"Ya lagian lu main potong aja, orang belum selesai." Chanyeol manyun.

"Lo tuh yang ngomong kepanjangan! Pake pidato segala bawa-bawa abang-abang parkir lah, pengibar bendera lah. Mereka salah apa coba sampe lo bawa-bawa?" balas Jongin.

"Ini kapan curhatnya sihh?!" Sehun ngamuk.

"STOP!" Xiumin tiba-tiba berdiri dan merentangkan kedua tangannya di udara.

Hening. Empat mata disekelilingnya ngeliatin dia penasaran.

Xiumin duduk lagi terus balas menatap empat mata disekelilingnya. "Pada mau curhat gak nih? Kalau nggak, kita pulang aja deh. Terus..oh iya, itu jatah pesanan kalian nanti bayar sendiri-sendiri ya? Soanya gue mau…"

"Intinya, lo jujur deh sama kami, lo lagi ada masalah apa sama Kris?" sambar Jongin setelah diancam Xiumin bayar sendiri-sendiri.

"Iya nih, mana seharian kemarin lo gak pulang dan gak ngabarin pula, terus pulang-pulang udah ngumpet aja di kamar. Pasti lo ada masalah kan kemarin?" timpal Sehun.

Chanyeol mendengus sambil iseng nusuk-nusuk jeruk nipis pakai garpu. "Tauk tuh orang. Ngeselin banget."

"Ngeselin kenapa?" tanya Chen.

Chanyeol mendadak mingkem. Ragu-ragu. Dia takut kalau cerita jujur nanti empat orang ini malah ngelarang dia ketemuan lagi sama Kris dan malah berusaha jodoh-jodohin Chanyeol dengan orang-orang gak jelas. Okelah kalau dulu, karena emang dia belum punya tambatan hati. Nah kalau sekarang?

Yang lebih ajaibnya lagi, Chanyeol bahkan nggak merasa kesal sama sekali dengan perkataan Kris yang nyuruh dia untuk menjauh itu. Malah jujur aja bukan itu yang bikin Chanyeol sebal. Melainkan sikap cuek dan lempengnya cowok itu seenaknya nyuruh-nyuruh dia jangan ngikutin lagi. Helooow. Dasar tidak bertanggung jawab! Padahal udah lihat Chanyeol telanjang bulat cuma begitu doang tanggapannya? Enak bener tuh orang! Ya dia sebel dan nggak terima lah. Meskipun kemarin dia stripteasenya murni karena kecerobohan sendiri, tapi tetep aja Chanyeol merasa nggak rela tuh orang habis 'nonton gratis' terus langsung ngusir. Emang Chanyeol apaan? Patung naked berjalan? Orang gila bugil tak berakal?

Yaaa, Chanyeol ngerti sih kalau emang cowok itu khawatir dia bakal kena pengaruh buruk dari temen-temennya yang nggak bener itu. Cuman… ya itu tadi. Ada bagian dalam diri Chanyeol yang merasa nggak rela. Bayangin aja, dia udah capek-capek jungkir balik, giliran akhirnya dapet kesempatan emas kayak kemarin, ehh… udah disuruh pergi lagi! Baru sehari lho padahal! Singkat banget ya kehidupan percintaannya? Sesingkat umur jangkrik.

Dia juga bingung plus nggak ngerti sih. Ini perasaan apa ya? Kok ganjel banget rasanya?

"Chan, bukannya gue mau bikin lo tersinggung atau apa nih, tapi…lo serius kan sama tuh orang?" tanya Sehun membuyarkan lamunan Chanyeol.

"Ha? Apanya?" tanya Chanyeol jadi agak lemot efek menggalau.

"Yeee!" Jongin nimpuk jidat Chanyeol pakai recehan lima ratus.

"Woi, item!" Chanyeol ngelus jidat sambil melotot galak kena timpuk recehan. "Lu kira gue pengemis!?"

"Makanya ditanyain itu yang fokus. Bikin kesel aja! Maksudnya bebeb gue tadi itu, perasaan lo ke si Kris Kris itu gimana? Serius apa kagak? Nah kalau emang serius, perkembangan selanjutnya gimana? Lo gak mungkin kan begini begini terus? Diperjelas dong, diperjelas!"

Chanyeol berdecak. "Ya kalau gak serius ngapain dari kemarin gue segitu ngototnya ngejer-ngejer dia sampai ngorbanin hape segala?"

"Itu sih bukan serius namanya, tapi obsesi." ralat Chen.

Chanyeol mencibir. "Apa bedanya?"

"Ya niat awal lo kan beda."

"Tapi sekarang kan gue jadi beneran tertarik." Ungkap Chanyeol jujur.

"Okelah sekarang lo udah ada hati. Nah setelah itu apa planning lo kedepannya sama si dia? Lo udah ketemuan kan kemarin? Emang dia gak cerita apa-apa gitu?" gantian Xiumin yang bertanya.

Cerita apa? Yang ada kemarin dia malah mati gondok kebanyakan dijaimin dan dijudesin. Cowok jelmaan robot rongsokan gitu. Untung ganteng. Kalo enggak, udah Chanyeol biarin geletakan di tengah jalan. Biarin aja dipungut sama kakek-kakek gelandangan.

Chanyeol menggeleng. "Nggak. Kemarin dia gak cerita apa-apa. Lebih banyak diemnya malah. Agak tertutup gitu sih orangnya."

Chen, Xiumin, Jongin dan Sehun langsung saling lirik penuh kode. Pokoknya diantara lirikan-lirikan mereka, terdapat kode-kode yang berterbangan (?).

"Nah, itu kalian ngapain tuh pada saling tatap? Gosipin gue lewat kontak batin?"

Sehun menggeleng pelan. "Lo masih belum nyerah juga sama tuh orang?"

Chanyeol gigit bibir, bimbang. "Nyerah? Yaa… gimana ya…"

"Wuiih, gue dapet undangan nih di Emperor!" seru Xiumin membuat Sehun yang lagi buka mulut jadi batal terus mingkem.

"Emperor yang deketnya Hotel VIP?" Jongin langsung melotot antusias. "Boleh bawa temen gak?"

Xiumin menunjukkan sms dari temannya ke Jongin. Tiga kepala sekaligus—kecuali Chanyeol yang masih menggalau—mendekat ke layar untuk melihat isi sms lebih jelas.

"Gimana? Pada mau ikut gak lo?" tanya Xiumin. "Jarang-jarang lho ini, Emperor pula."

Tiga pasang mata saling lirik, kemudian nyengir bareng.

"Kita sih setuju setuju aja. Lo gimana Chan? Mau gak?" Chen nyikut Chanyeol.

"Iya, lumayan loh buat refreshing. Kali aja lo bisa dapet ban serep baru…ups!" Sehun membekap mulutnya terus menyeringai ngeledek. "Sori, gue lupa kalo lo masih jomblo."

Chanyeol melempar pelototan ala singa yang tertekan.

"Iya, Yeol. Ikut aja. Sekalian melepas keperjakaan lo…ups!" Jongin ikut-ikutan Sehun. Ngeselin emang pasangan ampas kopi dan susu basi ini. Temen lagi stress bukannya dimanis-manisin malah diledekin.

"Nggak ah! Males gue." Chanyeol buang muka dengan bibir mengkerut.

"Ayolaah, sekali ini aja. Masa sih kita seneng-seneng sendiri tanpa lo?" bujuk Xiumin.

"Ini Emperor, men! Tempatnya anak-anak muda keren metropolitan pada kumpul. Wah lo ketinggalan banget kalo gak pernah sama sekali menginjakkan kaki disitu." Jongin yang paling semangat ngompor-ngomporin.

Chanyeol melengos. "Ya terus? Kayak besok bakal kiamat aja kalo gue gak pernah kesana."

"Tapi kita nggak mau ninggalin elo sendirian. Entar kita pulang lo udah tergantung di kipas angin kan tragis banget ceritanya." ledek Xiumin.

Chanyeol mengibaskan tangan. "Tenang aja, gue gak sehopeless itu kok."

"Chan, ayo dongg. Mau ya mau ya mau ya?" bujuk Sehun mengguncang-guncang heboh lengan kiri Chanyeol.

Chanyeol tarik buang napas pelan-pelan, lalu menatap empat wajah di depannya bergantian. Dia juga gak mau sih menggalau terus. Mungkin refreshing sebentar akan membuat perasaannya lebih mendingan.

"Oke, gue ikut."

.

.

.

.

Kris hampir menyerah saat melihat rumah kontrakan Chanyeol kosong melompong, menandakan tidak ada seekor manusiapun di dalamnya. Dan waktu didatangi di kampusnya, anak itu juga tidak menampakkan batang hidungnya dimanapun.

Kemana sih dia?

Ada sekitar tiga jam Kris menunggu dan bertanya ke orang-orang yang disinyalir teman kuliah dan kenal dengan Chanyeol, kebanyakan pada menggeleng, menjawab tidak tahu atau nyaranin dateng ke rumahnya aja langsung.

Orang-orang yang lihat Kris otomatis pada bertanya-tanya lah, ada hubungan apakah gerangan si ganteng itu dengan si tiang listrik. Kok sampai segitunya cowok itu nyariin Chanyeol? Ada juga yang berpikiran kalau Kris itu pacar barunya Chanyeol. Dan ada juga yang dengan sadisnya bikin asumsi Kris itu tunangannya Chanyeol yang kelewat posesif dan overprotektif, terbukti dia sampai bela-belain keliling dan nyari Chanyeol ke seluruh penjuru kampus saking takutnya ditinggal pergi.

Untungnya pencarian membuahkan hasil, begitu Kris mendatangi cafeteria fakultas kesehatan masyarakat, dia dapet info dari salah seorang temannya, yang sempat curi-curi dengar percakapan mereka tadi, kalau Chanyeol dan kawan-kawan tadi berencana ke Emperor. Mereka sudah meninggalkan kampus selama empat jam lamanya.

Empat jam? Berarti sebelum Kris datang mereka sudah pergi.

Setelah mengucapkan terima kasih kepada namja, yang mengaku teman sekelas Chanyeol, Kris langsung melesat ke parkiran depan rektorat. Memakai helm dan jaketnya, menstarter motor, dan melajukan motor bututnya dengan kecepatan ekstra minimal. Soalnya kalau ngebut-ngebut takutnya nanti malah meledak di tengah jalan. Maklum. Motor jaman pra sejarah.

Sepanjang jalan Kris terus mengeluh kenapa motor bututnya semakin hari semakin lamban dan menyumpahi orang-orang yang seenaknya menyalip dia gak pake permisi.

Semoga saja bocah-bocah itu belum pulang.

.

.

.

.

Dentuman musik yang superkeras dan memekakkan telinga membahana di seluruh penjuru. Beberapa muda-mudi di mabuk asmara tampak 'beradegan panas' di beberapa sudut ruangan. Gemerlap lampu warna-warni yang mewarnai lantai dansa diselingi dentingan suara gelas yang beradu dengan botol minuman, bersaing dengan suara tawa dan hentakan musik. Seorang DJ bergaya trendi sedang beraksi di atas panggung diiringi beberapa penari wanita berpakaian minim dengan goyangan enerjik mereka yang erotis. Para pengunjung yang staminanya masih oke ikut bergoyang mengikuti alunan musik 'How We Party' yang sepertinya sengaja didesain untuk membuat jantung dan gendang telinga ikut berguncang. Belum lagi para pelayan dengan kostum maid yang 'mengundang' dan dandanan tebal mereka semakin membuat tangan para hidung belang bergairah untuk menebarkan colekan mautnya disana-sini.

Chanyeol hanya bisa melongo takjub daritadi.

Jadi ini yang namanya tempat hang out anak-anak muda keren metropolitan? Jujur aja dia juga sudah lama jadi penduduk kota metropolitan, tapi seumur-umur baru kali ini dia nongkrong di tempat beginian. Beda sama Xiumin yang emang anak orang kaya dan temen-temen kumpulnya para diva kampus. Tempat-tempat kayak begini pasti nggak asing buat dia. Apalagi si Jongin tuh yang ngakunya anak gaul keren masa kini. Buntutnya, si Sehun yang tadinya polos-polos alim sekarang jadi ikut ketularan gak beres dan jauh lebih mesum dari Jongin.

"Yeol, mau nggak lo? Jangan plangak plongok aja. Daripada laler yang masuk ke mulut lo mending minuman." Jongin nyodorin sebotol Martini lagi ke depan Chanyeol. "Kalau lo gak suka karena pahit, entar gue pesen yang Apple Martini deh khusus buat lo."

Chanyeol menggeleng. Nyium baunya aja udah bikin dia eneg. Heran temen-temennya ini kok pada sanggup sampai bergelas-gelas.

"Yakin gak mau?" tanya Sehun.

Chanyeol menggeleng lagi. "Enggak. Makasih. Udah kenyang."

Dua orang itu kompak ngetawain Chanyeol.

"Payah lu, Chan! Badan doang gede, baru minum seuprit aja udah gak kuat." ledek Jongin sambil cengangas-cengenges dan tepuk tangan gak jelas. Makhluk satu itu udah mulai nge-fly rupanya.

"Tauk nih, mikirin apa sih? Belum move on juga lu? Sini gue bantuin nyari yang pahanya paling mulus. Kalau enggak, yang bulu keteknya paling lebat deh." Sehun omongannya mulai ngaco. "Atau yang brewokan semuka kayak om itu?" tunjuk Sehun ke om-om berpakaian necis dan berbodi tipis, sibuk goyang pinggul dengan celana ketatnya yang nggak banget.

Jongin dan Sehun ngakak bareng lihat tingkah jijay om itu.

Chanyeol tetep menggeleng sambil manyun. Dia gak mau minum, gak mau joget, dan gak mau apa-apa. Cuma mau pulang pokoknya! Tapi keempat temennya ini terlalu keasikan sendiri. Chen dan Xiumin malah sudah bergabung di lantai dansa daritadi. Ikut melonjak-lonjak hepi bareng muda-mudi yang lain.

Saking heboh dan gilanya Sehun ketawa, dia sampai ngebet mukul-mukulin dadanya Jongin. Rupanya gerakan mukul-mukul gemesnya Sehun telah membangkitkan virus mesumnya Jongin. Tau-tau cowok itu menarik Sehun sampai nempel dibadannya terus melumat bibir Sehun ala predator lapar.

Chanyeol langsung kalap. "Oi oi… ini malah pada begituan disini. Pulang yuk pulang?"

Jongin malah menarik Sehun sampai terduduk di pangkuannya, lalu kembali melakukan adegan ciuman yang dua kali lebih hot dari ciuman tadi. Saking menikmatinya, dua tangan Sehun mulai bergerak dan meremas surai hitam sang kekasih. Mana efek suara 'cap-cip-cup' bercampur lenguhan dan desahan Sehun saat bibir nakal Jongin menjalari lehernya, semua pemandangan itu bikin Chanyeol ikutan ngiler dan refleks membayangkan yang tidak-tidak.

TIDAAAKK! Dia harus minggat secepatnya sebelum tangannya mulai gatal ingin melakukan permainan solo.

Syukurlah dua orang itu masih punya belas kasihan, sebelum Chanyeol sempat berdiri dan minggat, mereka lebih dulu berdiri dan pamit ke Chanyeol ingin menyelesaikan 'urusan' mereka disuatu tempat. Chanyeol nggak perlu repot-repot bertanya. Palingan kalau bukan di bilik toilet ya sewa kamar di hotel sebelah.

Miris. Lagi-lagi Chanyeol sendirian.

Namja itu buang tarik napas berkali-kali. Bohong kalau dia nggak merasa iri melihat pasangan muda-mudi yang asik bermesra-mesraan di pojokan. Tapi dia gak mungkin juga asal narik sembarangan orang terus diajak begituan. Tidak mau. Dia kan tidak se-bitchy itu.

Karena bosan dan tidak ada kerjaan, akhirnya Chanyeol iseng menuangkan setengahnya lagi kedalam gelas. Rasa pahitnya membuat Chanyeol sempat komat-kamit dulu mempertimbangkan apakah akan dia minum apa tidak. Setelah semenit komat-kamit, Chanyeol memutuskan untuk mencoba setengah gelas yang pertama. Lagipula ini mumpung-mumpungan. Kalau bukan sekarang, kapan lagi dia bisa kayak begini?

Dipejamkannya kedua mata rapat-rapat. Dengan cepat dia pindahkan seluruh isi gelas kedalam lambungnya. Seketika dia mencengkram gelas kuat-kuat merasakan tajamnya alcohol yang melewati tenggorokan. Sepasang matanya mengerjap kaget dan badannya sempat tersentak kebelakang.

Setelah bersusah payah berjuang melawan rasa asing dalam tubuhnya, Chanyeol perlahan membuka kedua matanya. Awalnya samar-samar. Lama-lama siluet tubuh pria tinggi tegap itu semakin jelas di matanya. Pria itu berjalan kearahnya dengan kedua tangan tersembunyi di saku celana. Tak lupa dia melempar senyum lady killer dan uke killer.

Bukan. Itu bukan Kris. Pria itu sepertinya lebih tua beberapa tahun diatas Kris. Terbukti dari beberapa garis halus yang tampak di bagian matanya. Meskipun tidak Chanyeol pungkiri, ketampanan dan gaya keren pria itu telah menyaingi ketampanan maling tersayangnya. Dan Chanyeol yakin dibalik kemeja itu ada abs kotak-kotak dan otot lengan yang sempurna. Pasti lebih oke dari punya Kris…

"Hai. Sendirian?" tau-tau pria itu sudah duduk disamping Chanyeol.

Chanyeol bergeser sedikit. Orang ini kelihatannya ramah, tapi jelas sekali dia tidak boleh gampang percaya begitu saja dengan orang asing.

"Nggak, sama teman." jawab Chanyeol memaksakan senyum.

"Ohh." Orang itu manggut-manggut. Kalau diperhatikan dari dekat begini hidungnya mancung banget. "Boleh gak kalau saya ngobrol-ngobrol sebentar? Kebetulan saya juga lagi sama temen dan mereka malah keasikan sendiri."

Chanyeol tersenyum, tapi karena dia lagi was-was, senyumannya lebih mirip ringisan orang ambeyen. "Oh gitu."

"Eh, udah nyoba minuman terbaru yang disediain disini, belum?" tanya orang itu dengan sikap ramah.

Chanyeol menggeleng. Bukan karena dia gak tau terus kepengen nyoba. Nah yang tadi aja udah bikin kepalanya cenat-cenut sampai sekarang.

"Kalau gitu keberatan kalau saya traktir kamu segelas? Yaa.. itung-itung sebagai tanda perkenalan lah. Biar asik juga kita ngobrolnya."

Chanyeol menggeleng semakin kuat. Nggak, nggak, nggak! Dia nggak mau! Nggak mau kenalan sama om ganteng ini dan nggak mau minum yang aneh-aneh lagi. Chanyeol trauma. Terakhir dia coba-coba dan harus berakhir bugil di depan kecengan sendiri. Untung aja dapat ciuman dari Kris. Jadi nggak rugi rugi banget. Heheh.

Iya. Sekarang Chanyeol sudah bisa mengingat apa yang terjadi kemarin setelah memutar otak. Ingatan-ingatan itu perlahan kembali dan bersatu bagai potongan puzzle yang terpisah, membentuk satu kejadian lengkap yang memalukan dan benar-benar telah mencoreng harga dirinya. Semoga Kris bukan ingin menjauhinya karena ilfill. Lagipula itu kan bukan salah Chanyeol. Gara-gara si tato sialan itu nyodor-nyodorin soda beracun ke dia!

"Mm, gak usah, gak usah repot-repot, makasih. Saya gak haus kok. Beneran. Tadi udah minum juga dua gelas." tolak Chanyeol sedikit berbohong.

Terlambat. Pelayan sudah terlanjur datang dan membawa dua gelas berisi minuman berwarna biru dengan campuran putih bening dibawahnya.

Pria itu menyodorkan satu gelas ke Chanyeol sedangkan gelas satunya dia pegang sendiri.

"Bersulang?" tanyanya dengan smirk miring. Masih terlihat tampan dan menawan. Meskipun di mata Chanyeol, smirk itu kelihatan berbeda dengan senyuman-senyuman yang tadi.

"Mm…" dia menatap ragu genangan air dalam gelas.

"Ayo? Rasanya nggak jauh beda kok sama Martini yang kamu minum tadi. Bahkan lebih manis dari yang rasa Apelnya."

Alis Chanyeol bertaut curiga. Darimana dia tahu teman-temannya ingin pesan Apple Martini? Apa cuma kebetulan aja atau memang minuman itu yang paling laku disini?

Pria itu mengangkat gelasnya, "Bersulang?"

Chanyeol diem aja dengan muka waspada. Tidak mengangkat gelasnya dan tidak meminumnya sampai habis seperti yang orang itu lakukan.

"Nih buktinya saya aman-aman aja. Tuh saya habisin." Om ganteng itu memamerkan isi gelas beningnya ke Chanyeol, biar bocah di depannya ini percaya kalau minuman ini aman dan hanya memiliki efek alcohol yang sama. "Masa sih kamu nolak pemberian dari orang yang udah berbaik hati nraktir kamu?"

Chanyeol kekeuh menggeleng. "Eng..makasih. Tapi saya beneran udah gak haus lagi."

Oke. Ini menyeramkan. Tapi serius. Karena makhluk di depannya ini menampakkan seringai miring yang auranya jauh lebih mistis dan lebih mengerikan daripada yang tadi. Entah itu perasaan Chanyeol aja atau emang bulu-bulu halus di badannya pada berdiri semua? Dia merinding total. Sumpah. Siapa sih orang ini? Ganteng sih ganteng. Tampan sih tampan. Bahkan cocok jadi sugar daddy kalau kata anak-anak muda jaman sekarang. Bukan berarti Chanyeol berniat jadi sugar baby, tapi beneran, suer, dia gak mau punya sugar daddy pemimpin geng pembunuh berdarah dingin.

Tiba-tiba makhluk Tuhan paling seksi di depannya ini ngakak. Bikin Chanyeol melongo bingung dan heran sendiri. Antara mau ngibrit sambil terompol-ompol atau nimpuk kepala om ini pake botol baru kabur.

"Udah gak haus lagi, hm?"

Dengan polosnya, Chanyeol mengangguk takut-takut.

"Kalau begitu, jujur ya, kamu itu sebenarnya mau dibayar berapa sih?"

Hah?! Bayar?!

Chanyeol nelen ludah, seret. "B-bayar?"

Orang itu bergeser lima senti sedangkan Chanyeol bergeser sepuluh senti.

"Kamu ini emang suka akting polos ke orang-orang atau emang beneran polos, hm?" tanya orang itu dengan senyum berbahayanya. "Soalnya saya gak keberatan sih kalau partner saya malam ini masih polos kayak kamu." dari nada ramah, berubah menjadi nada genit dan penuh rayuan. Belum lagi tatapannya ke Chanyeol. Bikin Chanyeol jadi ngerasa hiiiy sendiri!

HAH? Apa tadi dia bilang…PARTNER?!

Gawat. Daritadi perasaan gak enak Chanyeol bukan tanpa alasan. Orang ini emang om-om pedofil gak beres yang demen 'main' sama bocah terus berani merogoh kocek berapapun demi memuaskan hasrat ke-pedofilan-nya itu. Alarm tanda bahaya di kepala Chanyeol berbunyi nyaring, menandakan kalau dia harus segera…

Lariiiiii!

Tahu-tahu laki-laki itu sudah berdiri menghadang langkah Chanyeol. Dari jarak sedekat ini, wangi parfumnya menyengat maut dan sukses bikin Chanyeol kliyengan pusing. Kayaknya orang ini pakai parfumnya bukan disemprot kayak orang-orang normal kebanyakan, melainkan dipake mandi dengan kemeja merahnya yang norak total ini.

"Sweety, where are you going, hm? Ayolaah, saya bakalan bersikap lembut kok sama kamu."

"Oh, hai…sori, saya sibuk. Harus ketemu temen saya disana." Jawab Chanyeol kaku, ketus dan buru-buru.

"Jangan galak-galak begitu dong, sweety. Kamu sengaja ya akting bikin orang penasaran? Karena kamu sukses besar bikin saya makin penasaran." Dia melangkah maju, Chanyeol melangkah mundur dengan tampang waspada. Namja itu celingukan mencari Chen dan Xiumin, tapi dua kampretos itu kayak menghilang ditelan lautan manusia. Padahal dia lagi butuh pertolongan banget! Mimpi apa Chanyeol semalam? Pengalaman pertamanya dateng ke tempat beginian malah bikin dia berakhir jadi santapan om-om girang! "Tapi jangan jual mahal lah, aku juga bisa bayar mahal kok biar bisa ditemenin kamu, sweety." Orang itu mencolek dagu Chanyeol dengan lancangnya.

Motherfuck…?! "SHIT!" refleks Chanyeol menepis tangan laki-laki itu kasar. "Tolong ya jangan bikin kesabaran gue habis!" Chanyeol sudah ancang-ancang buat nonjok. Jangan kira dia gak bisa ngelawan. Sementara orang-orang yang daritadi lalu lalang di dekat mereka, pada gak peduli dan sebodo amat. Iyalah, orang-orang teler gitu mana sempat musingin urusan lain?

Chanyeol benar-benar berhasil membuat pria itu kaget dan malah makin nafsu karena bete. "Heran, bocah lugu kayak kamu kok bisa nyasar disini? Heh, asal kamu tahu ya, disini itu semua orang bisa disentuh. Mau cowok kek, mau cewek kek, mau setengah mateng kek. Dan kalau harganya cocok, bisa dibawa pulang. Ngerti?! Jadi kamu gak perlu khawatir, karena saya bisa bayar kamu lebih mahal dari siapapun." tukasnya dengan tatapan meremehkan. "Udah! Pokoknya sini temenin saya minum." Laki-laki itu mencekal tangan Chanyeol dan berusaha menariknya kembali.

Chanyeol bertekad setelah ini akan mencekik keempat temannya satu persatu lalu mengubur jasad mereka di tempat yang jauh dari peradaban manusia. Habis kesel! Giliran dia lagi terjebak begini malah gak ada yang nongol satupun! Pada asik sendiri-sendiri!

"HEH! Lepasin tangan gue, biadab! Setan!" hardik Chanyeol sambil meronta-ronta. Bullshit tata karma. Orang kayak gini pantasnya dihina-hina selama tujuh turunan.

"Weits, bro, bro, lepasin bro… tolong lepasin dia…"

Chanyeol kontan melongo mendapati sosok yang kini berdiri di depannya. Kris?! Ngapain tiba-tiba cowok ini ada disini?! Oke. Gak penting apa alasannya. Intinya perasaan Chanyeol langsung lega dan tenang banget bisa ngelihat Kris lagi.

Laki-laki yang mencengkram tangan kanan Chanyeol menatap Kris bingung dan gak suka. "Lo siapa, hah? Ngapain nyuruh-nyuruh ngelepasin? Gue yang lihat dia duluan. Elo? Silahkan cari yang lain!" dengan tidak tahu malu dan seenak gundulnya om ini mengklaim Chanyeol.

Anehnya Kris tidak marah atau langsung mendaratkan bogem mentah di muka songong laki-laki itu. Dia malah kelihatan tenang dan terkendali. Seolah-olah sudah biasa menghadapi situasi seperti ini. Apa jangan-jangan… diluar hobi nyolongnya dia juga sering main-main ke tempat ginian?! Well, Chanyeol gak heran sih kalau mengingat profesi Kris sekarang. Tapi yang dia gak terima itu kalau Kris ternyata udah sering meng-hire cewek-cewek atau cowok-cowok gak bener buat diajakin 'main'…

Ehh, masa iya Kris begitu? Cowok ini kan hidupnya susah dan melarat banget, gimana caranya dia bayar orang kalau ngurusin perut sendiri aja masih kelabakan?

"Sori, bro. Kayaknya lu deh yang mesti cari partner lain, soalnya dia ini bini gue."

"HAH?" Chanyeol dan om-om girang itu kompak kaget berjamaah.

Chanyeol tercengang. Yaiyalah gimana gak kaget kalau diaku-aku bini?! Dia ini kan cowok. Apa Kris gak bisa nyari alasan lain yang lebih enak dan masuk akal?!

"Jadi gini, yaa emang secara fisik dia itu laki-laki, tapi sebenarnya dia ini baru sebulan lalu operasi ganti kelamin. Tapi beneran dia ini istri gue dan baru aja selesai ngelahirin anak kami yang kedua."

Ha-ha. Chanyeol gak tahu musti nangis sambil jongkok atau nangis sambil getok kepala Kris pake botol begitu denger penjelasannya tadi. Udah diaku-akuin istri, difitnah baru ngelahirin pula! Dia jadi curiga kalau Kris ini agak-agak juga ternyata. Dasar gak beres semua!

"Serius lo? Dia ini cewek dan baru ngelahirin?" Kris sukses membuat laki-laki mesum itu melepas tangan Chanyeol dengan tampang ilfill.

Kris mengangguk cemas. "Iya, bro. Jadi tolong lo lepasin sekarang karena kami musti buru-buru ke hotel sebelah buat… yaaa… lo tau lah. Urusan suami-istri." Pas ngomong suami-istri, Kris langsung noleh ke Chanyeol dan melempar kedipan mata yang ganteng tapi berkesan 'nakal'.

Chanyeol tahu dia harus ngapain. Nangis bahagia sambil goyang ngebor kayaknya.

Cowok berparfum selusin itu meringis malas. "Ya udah deh, mending lo bawa balik nih bini lo! Judes dan cranky banget! Jangan sampai dia berkeliaran dan ngerusak mood cowok-cowok lain di party ini." ketusnya. "Untung lo dateng. Hampir aja duit gue melayang sia-sia. Soalnya gue ogah partneran sama cewek, apalagi yang sekong. Gue maunya yang pure laki!"

Ya udah sono cari bocah ingusan lain yang pure laki! Batin Chanyeol sambil mencibir.

"Oh iya, bro… maaf kalau kami ganggu acara disini." Kris mengangguk sambil menyalami tangan laki-laki itu terus tos ala cowok. "Ayo sayang, kita ke sebelah. Nanti kamu mau pake gaya apapun aku kabulin kok."

Prftt… tawa Chanyeol nyaris berhamburan keluar kalau gak buru-buru dia tahan pake tangan. Dan Chanyeol nurut aja waktu Kris membawa dia ke lorong yang isinya pintu semua.

Chanyeol mengernyit menatap deretan pintu-pintu yang berjejer rapi disitu. Dia baru tahu kalau bar ini menyediakan 'esktra room' juga. Tapi dia gak bego-bego amat lah. Dia tahu pintu-pintu ini ada disini buat apa. Ya salah satu penggunanya pasti om-om tak tahu diri tadi. Nah… tunggu dulu…
Jangan bilang Kris sengaja jauh-jauh dateng kesini untuk…

Belum sempat Chanyeol berpikir jauh, Kris melepaskan genggaman tangannya dan menggiring punggung Chanyeol ke salah satu sisi tembok, dibelakang pilar besar yang menghalangi pandangan orang-orang.

Chanyeol bersusah payah menelan salivanya. Menatap Kris cemas dan merinding sebadan. "Ngapain kita disini?"

"Sebelum lo menghayal yang bukan-bukan, gue tegasin sekali lagi, niat gue kesini nyamperin lo karena ada sesuatu hal yang pengen gue omongin."

Chanyeol melipat kedua tangannya di dada dengan dagu terangkat. Nunjukin kalau di masih ngambek dan tidak terima. "Oh ya? Jelasin atau minta maaf?"

"Minta maaf? Untuk apa?" tanya Kris lempeng. Chanyeol bersumpah detik itu juga dia akan membenturkan kepala Kris ke pilar besar disampingnya. "Lagipula yang gue lakuin itu untuk keselamatan diri lo sendiri. Orang-orang yang berurusan dengan gue ini bukan sembarang orang. Mereka itu komplotan penjahat dan criminal kelas kakap. Lo ngerti gak sih?"

Chanyeol terpana menatap wajah Kris. Lihat ekspresi ngomongnya yang serius bak seorang ksatria begitu, Chanyeol tanpa sadar jadi tersipu-sipu geer. Gak nyangka cowok kaku ini masih memikirkan keselamatan dirinya.

"Oh iya, satu lagi, mulai sekarang, kita pacaran."

WAPAAA?! Kalau ini film kartun, pasti bola mata Chanyeol udah mental keluar kayak per. Jadi pacar Kris? Mendadak?! Tunggu dulu, ini apa urusannya dari cerita dunia kriminal nyasar ke pacar-pacaran?

Kalau tadi waktu dituduh sebagai bininya Kris yang habis ngelahirin, Chanyeol masih bisa nahan diri. Sekarang dia udah gak bisa nahan diri lagi. Nahan diri pengen pingsan!

"Kris, kamu gak mabok kan?" malah itu yang keluar dari mulut Chanyeol. Habisnya dia super bingung dan gak nyangka aja cowok aneh ini bisa nembak kayak gini, padahal tadi dengan tidak berperasaannya udah ngusir dia. Eh…sekarang dateng-dateng kok malah ngajak pacaran?! Chanyeol sih seneng-seneng aja, tapi jangan sampai dia udah menari-nari bahagia gak taunya Kris cuma lagi teler dan asal ceplos doang. Mana nembaknya pakai muka tanpa ekspresi gitu. Ya pasti aja Chanyeol heran.

"Jadi…" omongan Kris terpotong saat matanya tidak sengaja menangkap seseorang yang mengintip dari balik pilar lain. Ke sosok mencurigakan—entah siapapun itu—yang berdiri di ujung sana dan tengah mengawasi mereka.

Tanpa disangka-sangka Kris mencengkram pergelangan tangan Chanyeol dan menarik namja tinggi itu ke salah satu kamar yang berada persis paling dekat dengan posisi mereka berdiri. Kris menutup pintu dibelakangnya kemudian mendudukkan Chanyeol di salah satu sofa yang ada di ruangan mesum remang-remang ini.

Chanyeol menatap cowok dihadapannya dengan ekspresi campur aduk. Di kepalanya penuh dengan berbagai macam jenis pertanyaan. Tapi pertanyaan yang paling mendominasi saat ini adalah: "Nih orang maunya apa sih?"

Berduaan di kamar dengan pencahayaan lampu minim berwarna ungu remang-remang, membuat segala fantasi gila dan pikiran kotornya refleks terputar tanpa bisa di-stop. Chanyeol tahu tidak seharusnya dia membayangkan yang tidak-tidak disaat genting begini. Tapi jujur aja sekarang ini dia susah berpikiran jernih. Malah, pikirannya gak jernih sama sekali alias keruh banget! Apalagi lihat sorot matanya Kris yang tajam dan serius begitu, refleks dia langsung kebayang satu set adegan porno yang erotis tapi sadis.

Kris duduk disebelah Chanyeol. "Gue akan jujur sejujur jujurnya sekarang, gue harap lo simak baik-baik. Karena gak akan ada pengulangan."

Chanyeol mencibir. Dasar kaku! "Baik, pak guru."

.

.

.

.

Kayaknya udah nyaris sepuluh menit Chanyeol nggak ngedip sama sekali. Kayaknya dia terlalu takjub denger cerita Kris soal latar belakangnya jadi copet, masa lalunya yang amburadul, adiknya yang bermasalah, sampai niat baiknya yang malah bikin dia terjebak dan terjerumus lebih jauh dalam komplotan kriminal paling berbahaya. Geng kriminal yang lagi jadi buronan polisi internasional dengan bejibun kasus yang gak jauh-jauh dari pencurian, perampokan, transaksi barang haram dan human trafficking.

Ini gila. Chanyeol bener-bener gak nyangka dia sudah berurusan dengan cowok yang mempunyai kehidupan seliar dan segila itu. Oke. Chanyeol tahu kalau Kris memang pencopet, tapi hanya sebatas itu. Yang dia tidak tahu, ternyata Kris dinaungi oleh satu geng besar yang gak terfokus ke satu jenis kejahatan aja. Selain pencopet seperti dirinya, 'teman-teman' Kris ada juga yang pengedar kayak adiknya dulu. Dan sekarang, pimpinan kelompok itu menginginkan Kris untuk melanjutkan tugas sinting sang adik.

Bukan cuma itu yang bikin Chanyeol terperangah takjub sampai tanpa sadar jadi nahan napas, tapi alasan Kris buat ngejadiin dia pacar yang bikin Chanyeol sesak napas sampai sekarang.

"Mereka udah terlanjur ngeliat elo terlibat. Secara gak langsung. Apalagi Yongguk pasti udah ngelapor soal soda haram itu yang dia uji cobakan di elo. Belum lagi dua orang yang ngikutin gue berhasil menyerahkan bukti-bukti foto. Gue gak bisa mengelak apalagi ngarang alasan diluar dari itu. Sori. Gue terpaksa dan gak nemuin alternatif lain. Mereka juga pasti gak akan ngelepas lo begitu aja, karena lo udah dianggap 'cukup tahu' untuk ukuran orang luar. Gue gak mau ambil resiko dengan ngebiarin mereka memata-matai lo tanpa lo tahu apa penyebabnya."

Kepala Chanyeol makin pening. Sekarang dia beneran terlibat dalam semacam geng mafia dan cowok yang ada di depannya ini adalah salah satu anggota mereka! Perasaan Chanyeol jadi nggak enak. Dari ketakutan jadi ketakutan banget sampai-sampai dia kepengen gebukin tembok sambil teriak-teriak.

"Konsekuensinya buat gue apa?" akhirnya Chanyeol berhasil buka mulut.

Kris menghela napas panjang. "Seperti yang gue bilang tadi, mulai hari ini kita pacaran."

Cara nembak yang aneh. Seumur-umur dia belum pernah ditembak orang. Begitu giliran ada yang nembak, bukannya berbunga-bunga dia malah deg-degan horror.

Satu menit berlalu, Kris mutusin untuk diam dulu supaya Chanyeol bisa menikmati kagetnya. Mulutnya bergerak-gerak tanpa suara. Kayak mau ngomong sesuatu tapi masih bingung. Chanyeol memang belum pulih dari perasaan shock.

"Mereka akan ngawasin kita untuk memastikan kita ini benar-benar sepasang kekasih. Lo gak liat tadi orang yang sembunyi dibalik pilar sana? Gue yakin itu salah satu orang yang diutus mereka buat ngawasin lo."

YA TUHAN TOLOONNGG! Sekarang Chanyeol juga punya pengawas bayangan! Itu artinya dia gak boleh pipis sembarangan lagi. Entah kenapa malah itu yang terbayang di kepalanya.

Chanyeol menggeleng. "Gimana mau liat kalo udah keburu kamu tarik duluan? Emang bener ada tadi?"

"Iya. Makanya mulai sekarang lo harus jaga-jaga, jangan sampai melakukan secuil kecerobohan yang bikin nyawa lo terancam. Ngerti?"

Meskipun ragu dan takut, Chanyeol mengangguk pelan.

"Jadi… yaa… kita harus pacaran supaya mereka yakin omongan gue gak bullshit. Karena kalau sampai kita ketahuan gak ada hubungan apa-apa, bisa bahaya. Ada aturan soal pacar-pacaran di geng ini."

Anjir, pacaran aja pake aturan segala. "Apa itu?" tanya Chanyeol.

"Pertama, pacar gak boleh tau apa-apa sama sekali. Kedua, kalau mereka udah terlanjur lihat dan tau, meskipun hanya seuprit, cuma ada dua kemungkinan. Pacar harus mau masuk ke lingkaran komplotan dan bisa dipercaya sepenuhnya untuk ngejaga rahasia komplotan, mereka harus yakin lo bisa dipercaya sepenuhnya dan kita bisa ikuti aturan main mereka. Kemungkinan lain, kalau si pacar ini gak mau terlibat dan menolak untuk patuh, itu lain lagi ceritanya."

"A-apa? Emang kenapa kalau nolak?" tanya Chanyeol dengan nada agak gemetar.

Kris menampilkan smirk miring lalu membuat pistol dari jari tangannya, habis itu diarahkan ke kepala Chanyeol. "Jangan kaget kalau lo lagi enak-enak makan di McD, terus tau-tau 'DOR!'. Peluru sniper bersarang di otak lo." Kris benar-benar sukses bikin Chanyeol tegang. Saking tegangnya, dia sampai nyaris terbang dari sofa waktu Kris ngomong 'DOR!'. Serem juga kalau kayak begitu kasusnya. Dia bakal masuk Koran dengan headline: 'Seorang Mahasiswa mati tertembak saat sedang melahap ayam kentucky.'

"Sampai kapan sih kamu mau terlibat sama orang-orang kayak gitu?" tanya Chanyeol di sela-sela perenungannya.

Kris tarik buang napas lagi. "Gue gak bisa mundur sekarang. Jerih payah gue tinggal sedikit lagi membuahkan hasil. Gue hanya harus ngumpulin beberapa sisanya. Setelah itu gue dan Tao bakalan bebas. Keluarga gue bakalan bebas dari bayang-bayang mereka. Dan gue gak mungkin ngerusak rencana yang udah gue susun rapi hanya gara-gara satu orang yang tiba-tiba muncul dan mengacaukan semua itu!" Tatapan dan suara Kris menusuk waktu ngomong yang terakhir. Chanyeol tidak perlu melontarkan pertanyaan bodoh untuk bertanya siapa yang disinggung Kris tadi. Dirinya, sudah pasti.

Chanyeol menelan ludah, terasa pahit dan nyangkut di tenggorokan. Intinya, hidup atau matinya keluarga Kris dan keselamatan dirinya sekarang, terletak di tangan Chanyeol juga. Tentu saja dia bisa ikut terjerumus berkat ketololannya sendiri. Andai dia gak kelewat nekat dan ngotot mengikuti hawa nafsunya. Andai dia mikir dulu sebelum sok detektif nguntit Kris dan sok berniat balas dendam. Gimana caranya biar mereka semua bisa selamat dan kedok mereka sebagai sepasang 'kekasih' gak terbongkar? Apa Chanyeol bisa bertindak benar dan gak gegabah lagi? Spontan dia langsung berdoa meminta maaf pada Tuhan dan kedua orangtuanya, jauh-jauh disekolahin di kota bukannya cepat-cepat selesai dan jadi sarjana malah jadi pacar anggota komplotan penjahat.

"Ngerti kan, maksud gue?" Kris membuyarkan lamunan Chanyeol.

Chanyeol mengangguk lemas dan lesu. Yaah, mau gimana lagi? Mau nggak mau memang dia harus ikut aturan main mereka sampai Kris benar-benar lepas. Dia nggak kepengen membahayakan Kris, adiknya, Mamanya, dirinya sendiri atau siapapun. Dan untuk sementara ini dia juga gak bisa cerita di teman-temannya. Bisa gawat dan malah makin ribet nanti urusannya. Cuma yang jadi pertanyaannya sekarang: SAMPAI KAPAN?!

"Tenang aja." Kris nepuk-nepuk paha Chanyeol. Tindakan cowok itu jelas kayak semacam aliran listrik yang bikin juniornya nyaris 'turn on'.

"Gue jamin—sebagai orang yang saat ini punya tanggung jawab sepenuhnya sama lo—gue jamin lo bakal aman. Asal, lo nggak berbuat yang aneh-aneh dan gak ngeyel atau sok bertingkah di luar planning." tambahnya mantab. Bikin Chanyeol jadi tersenyum tenang dengan perasaan lega. Tapi…tetep aja masih ada perasaan cemas yang merambati diri Chanyeol. Bagaimana kalau justru mereka yang ingkar janji? Kenapa cowok ini bisa seyakin itu?

"Darimana lo tau mereka gak bakal ngibul dan berkhianat?"

Kris tersenyum. Bener lho. Si muka batu itu senyum. Chanyeol langsung bertekad, besok-besok dia akan lebih sering bawa-bawa kamera untuk mengabadikan momen indah dihadapannya.

"Feeling. Gue juga udah lumayan lama ikut mereka. Gue gak tolol. Bukannya selalu ada plan B, kan? Tapi untuk sekarang-sekarang, kita cukup ngejalanin itu dulu. Dan yang gue minta sekarang dari lo cuma kerja sama."

Cuma kerja sama? Kenapa Chanyeol berasa kayak lagi diperalat aja ya?

"Kenapa kita gak lapor polisi aja sih?"

Kris yang udah berdiri dan nyaris sampai di pintu, kontan berbalik sambil berkacak pinggang. "Heh, gundukan. Lu bawel dan banyak tanya ya?"

Gundukan?! Chanyeol mendelik protes namanya digonta-ganti seenaknya lagi.

"Gimana mau ngelapor? Kita makan bareng di sari laut aja ketauan. Mikir dong!" tukas Kris nyebelin sambil nunjuk-nunjuk jidatnya sendiri.

GEERRRRRHH! NGESELIIN! "Ya gak usah sewot juga kali!" Chanyeol mendengus keki sambil merengut.

Kris tercekat begitu mendengar suara langkah kaki berat bergema di lorong, langkah kaki itu semakin mendekat, semakin mendekat, dan kini berhenti tepat di depan pintunya. Hening. Kris tidak ingin menunggu. Dia langkah tergopoh-gopoh karena kakinya belum sembuh total, dia berjalan mendekati Chanyeol, menarik tangan namja itu hingga terduduk diatas pangkuannya lalu memasang telinga setajam mungkin. Suara di luar sana masih hening. Tapi Kris tahu dia harus cepat mengambil tindakan. Orang itu pasti masih mengawasi!

Chanyeol menemukan dirinya jatuh terduduk diatas sofa, eng…lebih tepatnya, diatas pangkuan Kris, dengan wajah cowok itu berada kurang dari satu sentimeter di hadapannya. Chanyeol bisa merasakan dan mencium napasnya yang beraroma cengkeh. Dia baru tahu ternyata Kris smoke addict juga. Dia sangat suka aroma tubuh dan napas Kris yang sangat maskulin. Membuat seluruh tubuhnya menggila dan memberontak hebat untuk cepat-cepat disentuh. Libidonya meningkat deras padahal mereka belum 'pemanasan' sama sekali. Tubuhnya mendadak kaku dan perhatiannya tidak bisa teralih sama sekali dari wajah rupawan Kris. Ya ampuuu..nn… Chanyeol tidak percaya ini. Rasanya dia ingin sekali menarik kepala Kris lalu menciumnya hingga mereka berdua sama-sama kehabisan napas.

"Fans kita ada dibalik pintu itu." bisik Kris yang entah kenapa terdengar menggoda di telinga Chanyeol. "Sudah siap dengan sedikit… fanservice?"

Dada Chanyeol bergemuruh dan berdegup spektakuler berada dalam posisi seintim ini. Meskipun hanya untuk akting dan mengelabui musuh. Biarlah. Setidaknya Chanyeol bisa say goodbye ke statusnya sebagai 'pemain solo'. Dan sebentar lagi, fantasi liarnya akan menjadi kenyataan. Siap? Are you kidding? Dia sudah sangat siap. Daridulu malah.

Chanyeol menatap Kris dan menyunggingkan senyum menggoda yang sama. "Anytime."

.

.

.

.

Seorang pria dengan jaket tebal dan topi kupluk mengintip dari lubang kunci. Sebuah senyum dingin tercetak di bibirnya manakala melihat dua insan di dalam sana bercumbu panas dan asik melakukan aktivitas seksual mereka. Ah. Benar-benar masa muda. Saat dimana segala sesuatunya penuh dengan gejolak, tantangan dan hasrat yang menggebu-gebu.

Pria itu diam-diam mengulurkan ponselnya sampai setinggi ventilasi, mengambil gambar sebanyak dua kali jepretan lalu mengirimnya ke nomor seseorang.

"Halo, bos. Sudah terima pesan gambar dari saya? Mereka kelihatannya benar-benar sepasang kekasih."

"Awasi terus. Ingat, jangan dilepas sampai lo bener-bener yakin dan mereka tidak menunjukkan gelagat yang mencurigakan."

"Baik, bos."

Usai menutup telponnya, pria paruh baya itu berjalan pergi meninggalkan pintu kamar dimana Kris dan Chanyeol asik bergumul diatas sofa.

.

.

.

.

Dan detik berikutnya berlalu dengan sangat cepat. Kris terus menyerang bibirnya dan melumatnya dengan penuh nafsu. Sepertinya dia sengaja membuat Chanyeol melenguh dan mendesah keras, biar kedengaran sampai di luar. Karena sambil melumat dan mengulum bibir, jari-jari Kris bergerak menelusuri perut rata Chanyeol, perlahan-lahan turun dan terus turun hingga sampai di selangkangannya yang sudah membengkak.

"Gundukan." desis Kris dengan seringai yang membuat Chanyeol gila. Tanpa melepaskan ciuman panas mereka, Kris menarik tubuh Chanyeol hingga menempel semakin erat di dadanya. Setelah itu, dia mengurut pelan batang kemaluan Chanyeol yang masih terbungkus dalam celana. Seluruh tubuh Chanyeol menggelinjang dan melengkung keenakan dibawah perlakuan 'surgawi' Kris. Sementara tangan kanan bermain di selangkangan, tangan kiri Kris meremas bokong empuk Chanyeol.

"Ahh…" sebuah desahan lolos dari mulut Chanyeol saking menikmatinya dia. Kedua tangan Chanyeol melingkari kepala dan leher Kris. Sesekali dia memainkan dan meremas surai kecoklatan milik namja itu sebagai respon balik.

Ketika Chanyeol melepaskan tautan bibirnya dengan milik Kris untuk mengambil pasokan oksigen sesaat, dia bisa merasakan tangan Kris bergerak membuka sabuk pengamannya dan memelorotkan celana jeans Chanyeol sampai sebatas lutut. Mengeskpos celana dalam Chanyeol yang sudah menggembung besar karena dimanjakan oleh jari-jemari Kris tadi.

Kris semakin memperdalam ciuman messy dan berantakan mereka dengan saling bersilat lidah. Chanyeol mengalah dan membuka mulutnya untuk memberi akses bagi lidah Kris. Lidah cowok itu menelusup masuk dan mengeksplorasi bagian dalam mulutnya tanpa ada yang terlewatkan. Mengulum, menggigit, menyesap, menjilati, bertukar saliva, ciuman lapar itu benar-benar membuat seluruh atmosfir di sekeliling mereka memanas.

"Ahhhh…" Chanyeol mendesah kuat saat tangan Kris meremas testisnya. Entah Kris sengaja mengerjainya atau apa, karena cowok itu tidak berniat membuka celana dalam Chanyeol sama sekali. Hanya memainkan penis ereksi dan testisnya yang masih terbungkus rapat. Chanyeol semakin frustasi ketika tangan kiri cowok itu menelusup masuk dibalik kaosnya dan memuntir nipple kanan dan kirinya secara bergantian.

Fuck. He want more than this!

Seluruh akal sehat Chanyeol sedang ambil cuti saat ini, karena tangannya sekarang sedang meraba dada bidang Kris yang menggiurkan. Membuka kancingnya satu persatu dari atas sampai bawah, lalu dia jelajahi dada itu dengan gerakan perlahan yang penuh gairah. Chanyeol bisa merasakan otot-otot Kris bereaksi dibawah sentuhannya. Tidak ada satu bagian tubuhnya yang luput dari sentuhan. Bahu, dada, tulang rusuk dan pinggang. Terakhir, tangan Chanyeol berakhir di kepala sabuknya. Kris melepaskan pagutan bibirnya, kedua mata dan smirk miringnya menantang Chanyeol. Tapi Chanyeol benar-benar sudah persetan dengan segala macam akal sehat, dia kembali menarik kerah jaket Kris lalu balas melumat bibirnya kasar, sementara dibawah sana tangannya sibuk melepaskan ikat pinggang milik cowok itu.

"Oh noo!" erang Kris diantara ciuman mereka.

Chanyeol melepaskan kuluman bibirnya sambil menatap Kris bingung. "Kamu nggak…" tapi sebelum Chanyeol sempat protes, Kris keburu membawa bibirnya pelan-pelan menyusuri cekungan leher mulusnya. Dan Chanyeol merasa gairahnya memuncak sampai ke titik akhir saat lidah Kris ikut menyusuri setiap jengkal lehernya. Tidak ada yang terlewatkan, bahkan sampai ke jakunnya. Chanyeol hanya bisa mendongakkan kepala dengan kedua mata terpejam sambil melenguh panjang. Kedua tangannya menopang di bahu Kris agar tidak meleleh pada saat itu juga.

"Taste sweet like sugar." bisik Kris.

Chanyeol kembali merapatkan bibirnya di bibir Kris lalu membalas lumatan ganas cowok itu. Merasa tidak rela hanya Kris yang merasakan lehernya, Chanyeol pun mulai mengeksplorasi leher Kris dan mendaratkan ciuman disana-sini.

"God! That feels good…" desah Kris dengan kedua mata terpejam merasakan ciuman bertubi-tubi di lehernya. Sementara kedua tangannya tidak berhenti mengurut penis dan meremas bokong Chanyeol sekaligus.

Terlalu bersih. Terlalu harum. Dan terlalu halus. Kris adalah lawan bercinta yang sangat pas. Tidak menyesal dia datang ke bar hari ini. Meskipun harus digoda om-om dulu, tapi setidaknya itu semua terbayarkan sekarang.

Tanpa disangka-sangka, Kris mencengkram kedua bahu Chanyeol dan menjauhkan wajah cowok itu dari kulitnya. Chanyeol berusaha keras mencondongkan tubuhnya lagi dengan tatapan bingung dan tidak terima, tapi tangan kokoh Kris menahan bahunya lebih kuat. Menghentikan usaha Chanyeol. Saat Chanyeol tengah diambang putus asa dan frustasi ingin mendapatkan kesenangannya kembali, Kris malah membenamkan kepala namja itu di lehernya lalu memeluk lembut tubuh Chanyeol. Sekarang dia bisa merasakan irama detak jantung Kris berdentum hebat di dadanya. Mungkin ini hanya perasaanya saja atau detak jantung itu melebihi batas normal?

"Are you okay?" bisik Kris di telinga Chanyeol. Nadanya berbeda, yang ini benar-benar lembut dan penuh perhatian. Sukses membuat jantung Chanyeol ikut berdebar kacau dibuatnya.

"Y-ya.." jawab Chanyeol diiringi anggukan pelan. Masih clueless dengan perubahan mood dan sikap Kris yang aneh. Apa sampai disini saja 'fanservice' mereka?

"Sori. Gue harus berhenti lebih cepat sebelum kelewatan."

"Kenapa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Chanyeol, Kris mendaratkan ciuman singkat di kening Chanyeol lalu di sudut bibirnya. Chanyeol seketika lupa dengan hasratnya, kini dia tersenyum sumringah dengan pipi merona merah. Meleleh dan lumer selumer lumernya.

"Maaf soal yang tadi, gue gak bermaksud untuk…"

"Gak apa-apa." Chanyeol buru-buru berdiri dan menaikkan kembali celana jeansnya, memperbaiki letaknya dan meresletingnya. "Gak perlu minta maaf."

Kris ikut berdiri dan mengusap rambut Chanyeol. "Ternyata lo jauh lebih beringas dari yang gue kira." candanya sambil tertawa pelan.

Chanyeol ikut tertawa. Dia memang minim pengalaman. Tapi apa gunanya kecanggihan teknologi jaman modern kalau bukan untuk itu salah satunya? Yeah. Berguru dari film porno.

"Apa orang itu sudah pergi?" tanya Chanyeol sambil mengancingkan kembali kemeja Kris sebelum cowok itu sempat melakukannya.

"Kayaknya. Semoga dia udah pergi."

"Kalau belum?"

"Berarti lo harus pulang sama gue lagi."

Chanyeol menatap Kris salah tingkah. Membayangkan yang tadi saja bikin dia sulit berkonsentrasi, apalagi harus duduk dibelakang punggung Kris sambil menghirup aromanya. Jujur dia belum puas sih. Tapi kayaknya Kris memang bukan tipe cowok yang suka mengambil keuntungan dalam kesempitan. Salut dia masih sanggup nahan diri. Padahal Chanyeol sudah menggila dan ingin keperawanannya direnggut detik itu juga.

"Terus kaki kamu gimana?"

"Emang tadi waktu lo duduk di pangkuan gue mikirin kaki?"

Chanyeol cengar-cengir grogi sambil menggeleng. "Yaa… enggak sih."

Kris terkekeh pelan. "Makanya ayo. Lo kesini sama temen-temen lo kan? Kabari mereka lo mau pulang bareng gue. Untuk jaga-jaga. Siapa tau dia masih ngikutin di depan sana."

.

.

.

.

Kris menatap nominal yang tertera di layar atm. Terpaksa. Dia harus melakukan ini. Lagipula dua ratus ribu itu masih bisa dia kumpulkan lagi. Daripada Kris harus menjual minuman biadab itu, mending dia merelakan koceknya sendiri. Dia tidak bisa menjual barang cacat begitu ke orang-orang. Bahkan meskipun barang itu sudah mengalami proses penyempurnaan nantinya, Kris tetap tidak bisa menjual itu. Bukan berarti dia mau terus menghabiskan sisa tabungannya untuk hal yang sia-sia, tapi untuk sementara, hanya ini yang bisa dia lakukan sambil mencoba memutar otak untuk mencari alternatif lain.

Dengan berat hati, Kris menekan pilihan yes, dan dua lembar duit meluncur keluar dari lubang atm. Kris menariknya lalu memasukkan itu dalam dompet. Misi berikutnya tinggal melenyapkan botol-botol minuman itu. Kris sudah menghitung total keseluruhannya dan dua ratus ribu sangat pas untuk disetor sebagai jatah pemasukan hari ini.

"Lo mau bantuin gue kan?" tanya Kris saat dalam perjalanan menuju ke kontrakan Chanyeol.

"Apa?" tanya Chanyeol dari balik pundak Kris. Tuh kan. Baru ngendus aromanya Kris aja udah bikin pikiran Chanyeol terbang ke adegan hot mereka tadi.

"Beresin barang-barang yang ada di rumah gue. Gue turunin lo dulu entar gue bawa. Rumah lo aman dan gak bakal diutak-atik."

Chanyeol hanya menyahut. "Oke." Resiko menjalin hubungan sama cowok kriminal ya begini ini. Dia cuma bisa pasrah dan nerima aja. Segala sesuatu, apapun itu, kalau udah menyangkut urusan hati emang susah dibohongin.

.

.

.

.

Chanyeol menyalakan keran air dan mengarahkan selang ke got di pekarangan belakang rumahnya. Keempat temannya belum pada pulang. Itu tandanya mereka harus cepat-cepat menyelesaikan tugas lenyap-melenyapkan barang haram ini sebelum yang lain datang dan malah jadi perusuh. Kris membuka tutup botol, satu persatu botol dia tuang isinya ke got sampai habis tak bersisa, sementara Chanyeol menyemprot parit dengan selang. Cairan-cairan laknat itu hnayut terbawa air. Biarlah para kecebong dan tikus got yang terangsang, asal jangan manusia. Begitu pikir Kris. Setelah itu, mereka kumpulkan botol-botol kosong di tengah pekarangan, Chanyeol menyalakan korek dan membakar semuanya. Tidak ada yang tersisa sedikitpun. Habis dilahap api.

"Tuh duit kamu. Berubah jadi abu. Mau sampai kapan bakar-bakar duit kayak begini?"

Kris menatap Chanyeol, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Sampai gue bisa memperbaiki keadaan."

.

.

TBC—

.

A/N: Maaf menunggu lama, maaf, maaf, maaf. Saya ketiduran capek baru pulang dari jalan-jalan dan baru bisa ngaplod sekarang (;-.-). Dan kali ini masih tetap tidak ada adegan ranjangnya karena Kris masih sok nahan diri xD. Oh iya, kalo yang kemarin tbc dengan agak nyesek , yang kali ini tbc dengan tanggung (-.-). Biarin. Yang penting mereka 'pacaran'. Hehehe semoga temen-temen sudah cukup puas dengan 'fanservice' mereka xD yang ternyata gak nyampe ke adegan ranjang :p. Yang jadi bosnya saya sengaja gak pakein nama karena bingung. Kalau mau bantu saranin nama boleh silahkan aja :D.

Ya udah segitu aja, saya ucapin makasih banyak buat temen-temen yang udah mau review di chap sebelumnya. Buat temen2 yang mau bantu ngasih saran, masukan, kesan, pesan, dll boleh silahkan aja, itung-itung amal juga bantuin saya heheh. Terus saya ucapin terima kasih juga buat temen-temen yang udah ngereview, mensupport dan mau klik ngelike di utk ff ini. Dan hope you guys still like it^^. Kalau ada pertanyaan silahkan kirim aja, kalau saya sempet online bakal saya bales kok^^.

#cukup sekian aja RnR ;)