UNBREAK

RING SEKUEL

EXO Fiction

Characters: Baekhyun, Chanyeol, Jongin (Kai), Kyungsoo, Xiumin, and others

Pairing: ChanKai

Warning: BL

Rated: M

Boomiee92

Ini chapter terakhir karena ceritanya memang sudah berakhir hehehe (author sarap) selamat membaca maaf atas segala kesalahan, maaf jika ceritanya kurang memuaskan. After all I'm just a human, happy reading all and see you all next time, bye…

Previous

Chanyeol menciumi leher jenjang Jongin dengan kulit tan eksotisnya yang lembab karena keringat. "Chanyeol…," tanpa sadar Jongin menyebut nama Chanyeol ditengah deraan kenikmatan yang ia rasakan.

"Aku akan melakukannya perlahan Jongin," bisik Chanyeol pada telinga kanan Jongin. Jongin melingkarkan kedua kaki jenjangnya pada pinggang berotot Chanyeol.

Chanyeol selalu melakukannya dengan lembut bukan hanya mengejar napsu dan kenikmatan saja. Chanyeol selalu tahu bagaimana memperlakukan Jongin dengan baik. Jongin menautkan tangannya dengan Chanyeol. Chanyeol kembali menundukkan kepalanya untuk meraih bibir penuh Jongin. "Aku mencintaimu Jongin," bisik Chanyeol di akhir penyatuan mereka.

Jongin tersenyum, menatap wajah Chanyeol lekat-lekat. Chanyeol merebahkan tubuhnya di samping Jongin. Menarik selimut untuk menutupi tubuhnya dan Jongin. Ia memeluk Jongin dengan erat dan lembut. "Selamat tidur Sayang."

"Selamat tidur Chanyeol." Balas Jongin pelan.

BAB SEMBILAN (EPILOG)

Chanyeol berpikir jika dirinya sudah terbiasa dengan hal ini, mengingat bayi mungil di dalam dekapannya sekarang adalah anak keduanya. Namun, Chanyeol salah, setiap bayi itu istimewa, mereka berbeda. Dan meski ini pengalaman keduanya, semua terasa menakjubkan.

Dongsun lahir di bulan Juli, musim panas. Putra keduanya lahir di bulan Desember, musim dingin. "Park Junghwa." Chanyeol berbisik pelan, menatap lekat-lekat wajah putra keduanya. "Kau mirip Jongin, Junghwa." Chanyeol tersenyum lebar kemudian mengecup lembut kening Junghwa.

Pintu kamar terbuka pelan, Chanyeol menoleh dan bertatapan dengan dua mata bulat putra pertamanya. Chanyeol tersenyum, kaki-kaki mungil Dongsun melangkah cepat mendekati Chanyeol. Di belakang Dongsun, Jongin berjalan mengikuti. "Xiumin hyung mencarimu, Xiumin hyung bilang kau pergi dari tempat acara tanpa meminta izin." Chanyeol tak menjawab, Jongin sudah maklum, sejak Junghwa lahir dua bulan yang lalu. Chanyeol selalu pulang lebih awal bahkan terkadang di tengah acara.

Jongin membantu Dongsun duduk di atas ranjang tempat tidur. "Jangan membuat semua orang cemas Chanyeol, kasihan Xiuin hyung jika terus menjelaskan kepada banyak orang saat kau menghilang dari tempat acara."

"Jongin."

"Ya?"

"Aku ingin mundur dari dunia hiburan, seperti yang Sehun lakukan. Sehun menjadi perancang busana dan dia memiliki banyak waktu untuk di rumah."

Jongin duduk di pinggir ranjang tempat tidur. "Kau akan bekerja sebagai apa?"

"Pengarang lagu dan produser, bekerja di balik layar."

"Agar kau memiliki lebih banyak waktu untuk keluarga?" Chanyeol mengangguk cepat. Menjadi penyanyi dan aktor bagi Chanyeol sangat menguras waktunya, ia jarang berada di rumah, melewatkan kelucuan Dongsun, dan bahkan hampir melewatkan kelahiran putra keduanya. "Jika kau sudah memikirkannya secara serius, aku akan mendukungmu."

Chanyeol tersenyum lebar ia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah Jongin untuk mengecup pipi kanan Jongin. "Ah ya, Baekhyun dan Kyungsoo hyung ingin kita berlibur bersama dengan anak-anak juga, bagaimana menurutmu?

"Tidak masalah. Kapan?"

"Musim gugur rencananya, Kyungsoo hyung akan mencari waktu yang tepat." Chanyeol mengangguk pelan. "Minggu depan aku akan mulai masuk kantor."

"Kau yakin sudah merasa sehat?"

"Aku baik-baik saja sejak satu bulan yang lalu."

"Baiklah aku setuju tapi jangan memaksakan dirimu, mengerti?"

"Tentu."

Dongsun tidak peduli dengan pembicaraan kedua orangtuanya, ia sibuk mengamati wajah Jongwha yang menurut Dongsun mirip anak kucing. Tangan mungil Dongsun bergerak pelan kemudian mulai mengusap kedua pipi Junghwa.

Chanyeol melihat apa yang Dongsun lakukan, Junghwa yang tadi sempat tertidur langsung terjaga, menatap Dongsun. "Pus." Dongsun berucap polos. Junghwa tersenyum menampakan lesung pipit pada pipi kirinya.

"Bukan Pus, Sayang, Junghwa adik Dongsun."

"Adik?" Dongsun menatap Chanyeol bingung.

Chanyeol butuh waktu untuk berpikir tentang jawaban yang tepat untuk Dongsun meski Junghwa sudah berusia dua bulan Dongsun masih bingung dengan Junghwa dan hubungan mereka. "Saudara, yang lebih muda, Dongsun harus menyayangi Junghwa, bermain bersama, berbagi makanan dan mainan, saling menjaga." Kedua mata bulat Dongsun nampak berbinar.

"Dongcun cayang…," Dongsun hanya menunjuk Junghwa, dia masih kesulitan menyebutkan nama sang adik. Chanyeol tertawa pelan karena merasa gemas, ia menundukkan tubuhnya, menciumi kedua pipi Dongsun dengan gemas.

Dongsun tertawa, merasa geli dengan rambut kumis Chanyeol yang mulai tumbuh. Bukannya berhenti Chanyeol justru semakin menggoda Dongsun. "Cudah, cudah, geyi, Ayah."

Sejak Junghwa lahir Dongsun sama sekali tidak rewel dan nakal, jarang berteriak, menangis, merengek, mengamuk, atau hampir tidak pernah melakukan semua hal itu. "Kenapa cadelmu belum hilang, Sayang?" goda Chanyeol. Dongsun hanya menjulurkan lidahnya. Ah ya ampun! Seandainya Dongsun itu biskuit pasti sudah habis Chanyeol makan, atau seandainya Dongsun itu boneka pasti Chanyeol akan membawa Dongsun kemanapun dirinya pergi. Beruntung Dongsun adalah putranya jadi tindakan yang sedikit hmmm—mengerikan itu tidak Chanyeol lakukan.

"Ayah…," panggil Dongsun sambil menatap mata Chanyeol dengan ekspresi menggemaskannya. Chanyeol mengangguk pelan, Dongsun langsung merangkak dan duduk sejajar dengan Chanyeol, punggung kecilnya ia sandarkan pada kepala ranjang.

Perlahan Chanyeol mengangkat tubuh Junghwa dan meletakkannya pada kedua paha gempal Dongsun. Dongsun dengan sigap menahan kepala Junghwa menggunakan tangan kanannya. Dongsun sepertinya akan tumbuh menjadi anak kidal saat besar nanti. Dia lebih banyak menggunakan tangan kiri saat beraktivitas, lalu saat Chanyeol membelikan ukulele mainan, secara otomatis Dongsun meletakan stang ukulele mainannya di sebelah kanan tubuhnya. Seperti yang dilakukan oleh mereka yang terlahir kidal.

Chanyeol duduk di samping Jongin, memeluk pinggang sang pendamping hidupnya. Mereka terdiam menatap kedua buah hatinya yang sedang berinteraksi dengan cara yang tak mereka mengerti. Junghwa yang tersenyum dan kedua mata berbinar Dongsun, mereka tahu pasti jika Dongsun dan Junghwa saling menyayangi.

"Aku tidak bisa membayangkan jika mereka berdua tumbuh dengan cepat, hari pertama sekolah, lalu waktu akan terus berjalan dan pada akhirnya mereka akan bertemu dengan belahan jiwa masing-masing, mengambil keputusan, mereka akan terluka, terjatuh, gagal, menangis. Aku tidak tega membayangkannya."

Jongin tersenyum simpul. "Tapi mereka juga akan menjadi bijaksana, tertawa, bertemu dengan banyak teman baru, mendapat penghiburan, mereka akan belajar bahwa kehidupan selalu memiliki dua sisi."

"Seperti mata uang?" Chanyeol menoleh menatap Jongin.

"Bukan mata uang, seperti siang dan malam." Balas Jongin.

Jongin menyandarkan kepalanya pada bahu Chanyeol. Chanyeol tersenyum lembut. Semua sudah lengkap, ia merasa sangat lengkap dan dia tidak membutuhkan hal lain. Keluarga yang sempurna.

.

.

.

"Hung, Hung, Hung."

Dongsun melempar tatapan sebal pada adiknya yang cerewet dan selalu saja mengganggu ketenangan dan acara perenungan hidupnya atau lebih tepatnya acara coret-mencoret. "Hmmm?" Dongsun hanya menggumam. Kedua mata Junghwa yang bulat berbinar menatap Dongsun. Junghwa menyodorkan ukulele kecil pada Dongsun.

"Tidak, Hyung sedang belajar Saeng." Dongsun menjawab dengan gaya sok dewasanya sebelum berbaring tengkurap dan mulai menggambar. Dongsun kini berusia hampir lima tahun dan sangat menyukai sekolah dan Junghwa berusia hampir dua tahun. Junghwa menjatuhkan tubuhnya di samping Dongsun kemudian menundukkan tubuhnya dan—menjilat pipi kanan Dongsun.

Dongsun tersentak, langsung terduduk dan menatap wajah adiknya dengan kaget. "Daddy! Junghwa berubah jadi Zombie selamatkan Dongsun Daddy!" Dongsun berteriak histeris sambil berlari pergi, Junghwa yang menganggap Dongsun mengajaknya bermain tentu saja ikut berlari mengejar sang kakak.

"Hung, Hung, Hung!" pekik Junghwa girang.

"Tidak jangan mendekati aku! Zombie! Pergi, pergi!"

Jongin berdiri dari duduknya, membenahi letak kacamatanya sejenak melupakan berkas perusahaan yang sedang ia tekuni. Jongin berjalan menuju sumber suara dimana putra pertamanya terdengar menjerit histeris. "Aaaaaa!" Dongsun berteriak keras, ia berdiri di atas sofa sementara sang adik berusaha memanjat sofa.

"Haaah, apalagi ini setelah buang air kecil di seluruh sudut rumah," keluh Jongin sambil menggeleng pelan. "Junghwa." Jongin menggendong tubuh mungil putra keduanya menaikkan dia ke atas sofa sementara tangan kanannya memeluk pinggang Dongsun mencegah si putra sulung melarikan diri.

"Ceritakan pada Daddy apa yang terjadi?"

"Junghwa ingin memakan Dongsun."

"Apa?" Jongin tentu saja terkejut dengan kalimat Dongsun ia yakin anak pertamanya itu mendapat pemikiran dari sesuatu yang ditontonnya. "Apa yang Junghwa lakukan?"

"Menjilat pipi Dongsun, ah Junghwa juga pernah menggigit pipi Dongsun." Adu Dongsun dengan mimik lucu.

"Ahh, benarkah itu Junghwa?" Jongin menoleh ke kiri menatap kedua mata Junghwa yang lebih lebar dan lebih bulat dari milik Dongsun. Junghwa mengangguk cepat. "Kenapa?"

"Hung empuk."

"Benar kan Daddy Junghwa itu Zombie, Junghwa bilang pipi Dongsun empuk, pipi Dongsun pasti enak seperti ayam goreng." Dongsun mengadu dengan dramatis membuat Jongin hanya bisa mengerutkan kening pasti putra pertamanya ini berbakat di dunia akting nanti.

"Junghwa bukan Zombie, Junghwa sayang Dongsun. Dan darimana Dongsun tahu tentang Zombie?"

"Sehun appa."

Bagus, albino sial lagi-lagi kau mengajak anakku menonton film dewasa. Keluh Jongin di dalam hati. "Sudah, Junghwa bukan Zombie sana main yang tenang dengan adikmu, Daddy sedang sibuk sebentar lagi Ayah kalian pasti tiba."

Dongsun mengangguk pelan, Jongin tersenyum kemudian mencium puncak kepala Dongsun dan Junghwa. Dongsun melompat turun dari kursi sementara Junghwa masih harus dibantu untuk turun dari sofa.

"Dongsun, Junghwa!" suara ceria Chanyeol membuat dua bocah yang sedang sibuk bermain seketika menoleh ke arah pintu dan berhamburan menghampiri Chanyeol.

Chanyeol menggendong kedua putranya. "Wah! Kalian semakin berat!" Chanyeol memekik antusias. Jongin hanya tertawa pelan melihat tingkah kekanakan Chanyeol.

"Ayo ke meja makan Chanyeol, kau sudah lapar kan?"

"Tentu Sayang." Jongin mendengus mendengar panggilan Chanyeol yang menurutnya menyebalkan itu. Chanyeol melangkah pelan menuju meja makan, ia duduk sambil memangku Dongsun dan Junghwa pada kedua pahanya. Jongin menyiapkan makan malam untuk Chanyeol. "Bagaimana pekerjaan kantormu?"

"Semuanya beres."

"Kau tidak memaksakan diri kan?"

"Tidak." Jongin duduk di hadapan Chanyeol setelah semuanya selesai. "Dongsun duduk sendiri, Chanyeol dudukan Junghwa di atas kursi tingginya." Chanyeol menuruti perintah Jongin.

Junghwa menggerakkan kedua kakinya di atas kursi tinggi dengan ceria. "Ayah, hali ini Junghwa pelgi ke TK Hung lalu jalan-jalan dengan Daddy, Kyung dan Kyun." Junghwa menyebut Kyungsoo dengan Kyung berbeda dengan Dongsun yang memanggil Kyungsoo dengan Soo, Baekhyun menjadi Kyun. Dan tampaknya semua orang dewasa harus rela nama mereka terus diubah-ubah.

"Ah benarkah?! Apa itu menyenangkan?" Junghwa mengangguk cepat.

"Hung puna pacal."

"Apa?!" Kali ini Jongin juga ikut memekik bersama Chanyeol mendengar penuturan polos Junghwa sedangkan Dongsun dia sudah menundukkan kepalanya dalam-dalam, merasa jika kalimat Jongwah akan membuatnya merasa malu nanti.

"Sopi noona dan Apodit. Sopi noona mencium pipi Hung lalu Apodit noona menangis, Ayah, Sopi noona bilang Hung untuk Sopi noona, Apodit noona menangis lebih kelas." Sopi untuk Sophie putri pertama Sehun dan Baekhyun, Apodit untuk Aprhodite putri pertama Xiumin dan Kyungsoo.

"Ahhhhh seperti itu…. Dongsun?"

"Jangan dengarkan Junghwa Ayah, Junghwa hanya bercanda."

"Tidak! Junghwa selius!" pekik Junghwa.

Dongsun memeluk lengan kiri Chanyeol, tampaknya untuk masalah gadis Dongsun adalah tipe pemalu. Chanyeol melirik Jongin. Jongin hanya tertawa pelan. "Dia masih TK Chanyeol, masih sangat lama sampai Dongsun benar-benar merasakan cinta." Ucap Jongin.

"Haaahhh, Sayang. Jangan tumbuh terlalu cepat." Bisik Chanyeol sebelum mencium puncak kepala Dongsun.

END

Terimakasih untuk semua pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita aneh saya, maaf jika sekuelnya kurang memuaskan, hanya ini yang bisa otak pas-pasan saya pikirkan. Baiklah, terimakasih atas review, saran, kritik, dan dukungan. Sampai jumpa di cerita yang lain dikesempatan yang lain. Laxyvords, vivikim406, ucinaze, jaeje97, kaikasoo8812, Ovieee, hana, mimi, kimkai88, Namekaila, cute, xsxsso, miss leeanna, miyuk, Nadia, steffifebri, ParkJitta, LulluBee, askasufa, kanzujacksonjk, OhKimRae94, milkylove0000170000, grayesoul, sejin kimkai, dhadhiaa, SparkyuELF137, jjong86, Eun810, NisrinaHunkai99, hnana, seorinkim88, ulfahcuittybeams, BabyWolf Jonginnie'Kim, hunexohan, diajunie61, fitrysukma39, KaiNieris, tobanga garry, ikanurfiana27, ohkim9488, geash, YooKey1314, diannurmayasari15, park28sooyah. Terimakasih atas review kalian, sampai jumpa di cerita yang lain di kesempatan yang lain. Bye.