THIS IS OUR STORY (HUNKAI)

Pairing : Hunkai!main, Chanbaek!minor

Rated: T

Warning: Mpreg/boys romance/gay/OOC

Disclaimer: semua cast yang ada disini milik Tuhan dan diri mereka sendiri.

CHAPTER 1

Matahari terbit dari Timur. Jongin belum juga bangun dari tidurnya. Ia sedang mimpi liburan di Bali. Ini memang keinginannya dari kecil. Dirinya berjalan menyusuri indahnya pantai dengan menggunakan celana selutut dan kaos oblong berwarna hitam. Wajah manis pemuda itu tak henti-hentinya mengukir senyum. Rambut berwarna coklat tua itu berkilau di tempa sinar mentari. Membuat beberapa orang berdecak kagum melihat senyum terukir di wajah lugu sang pemuda. Lelaki itu tidak tampan, sunguh, hanya enak di pandang saja. Saat sedang asyik berjemur, tiba-tiba ombak besar datang.

"TSUNAMI!" teriaknya. Reflek, Ia bangun dari tidurnya. Melihat sekeliling, kemudian menghembuskan nafas lega. Syukurlah Ia masih berada di kamarnya yang nyaman. Ia masih cukup muda untuk mati sia-sia. Ia mencari jam wekernya, kemudian menemukan tepat di meja samping tempat tidurnya. Jam 5 pagi. Lelaki itu segera beranjak dari tempat tidurnya. Berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. "Pagi Bu!" sapanya pada sang ibunda yang sedang menyiapkan sarapan. Ia melihat kakak lelakinya keluar dari kamar mandi. Menyapanya sebentar kemudian bergegas masuk ke dalam.

Jongin bergabung dengan ibu dan kakaknya, Minseok di ruang makan. Sarapan. Itung-itung untung menghemat uang jajan. Maklum, mereka bukan dari keluarga kaya. Kakaknya hanyalah seorang mahasiswa yang bekerja paruh waktu sebagai kasir di mini market dekat kampusnya. Bisa kuliah pun karena kepintarannya sehingga mendapat beasiswa penuh. Sama dengan dirinya yang kini duduk di bangku kelas tiga SMA. Semoga saja dia bisa lanjut kuliah dengan beasiswa juga. Ia ingin merubah nasib. Setelah lulus sekolah lanjut kuliah kemudian kerja kantoran dengan gaji yang lumayan. Ia ingin membahagiakan ibu dan kakaknya. Sudah janji dulu dengan ayah sebelum menghembuskan nafas terakhir akibat terkena kanker darah. Ia ingin membelikan rumah yang layak untuk mereka. Rumah mereka sekarang hanya rumah kecil dengan 2 kamar dan 1 kamar mandi, peninggalan ayahnya. Ibunya hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di rumah teman lamanya. Seorang desainer terkenal. Setahu Jongin, mereka cukup dekat. Mungkin sahabat. Entahlah. Jongin juga cukup dekat dengan keluarga mereka. Cukup baik, menurutnya. Keluarga kaya dengan dua orang anak laki-laki. Tuan dan nyonya rumah cukup ramah dengannya. Tidak memperlakukan Ia sebagai anak pembantu, tetapi seperti saudara. Anak pertama juga cukup baik padanya. Namanya Oh Chanyeol. Selisih 5 tahun dengan adiknya. Anak kedua, namanya Oh Sehun. Jongin tak mau membahasnya. Mereka satu sekolah, sama-sama pintar pula. Maka dari itu mereka sering bersaing untuk mendapat juara umum. Tapi Jongin lebih beruntung. Ia yang mendapat peringkat pertama, Sehun hanya mendapat tempat kedua. Mungkin karena itu Sehun tidak suka dengan dirinya. Masa bodoh. Jongin tidak mau ambil pusing dengannya.

Ia melihat jam di tangan kanannya. Jam 6.15, lima menit lagi bel sekolahnya akan berbunyi. Ia buru-buru menghabiskan makanannya. Hanya roti bakar dan air putih. Ibunya menasehati untuk pelan-pelan. Awas tersedak katanya. Kakaknya sudah berangkat sepuluh menit yang lalu. Maklum, kampusnya cukup jauh dari rumah. Jongin suka heran kenapa Ia tidak cari kos dekat sana saja. Cari kos-kosan yang murah saja. Ia bisa sewa pakai uang hasil keringatnya kan? Kasihan juga melihatnya pulang jam 11 malam setiap hari.

Ia segera bergegas menuju sekolah setelah cium tangan dan pipi ibunya. Kebiasaannya sebelum berangkat yang tidak akan pernah dia rubah. Ia teramat sayang dengan ibunya. Dengan kakaknya juga. Tapi tidak seperti sayang kepada ibunya. Bagaimanapun ibunya yang telah merawat dirinya sampai seperti ini. Sejak ayahnya meninggalkannya 5 tahun yang lalu. Ibunya yang bekerja banting tulang. Menjadi pelayan restoran, loper koran, cleaning service di mall, tukang cuci, pembantu rumah tangga semuanya sudah pernah ibunya lakukan. Hanya untuk menghidupi dirinya dan kakaknya. Agar bisa melihat 2 buah hatinya bisa makan. Jongin tahu prinsip ibunya, Ia rela tidak makan daripada melihat Jongin dan kakaknya tidak makan. Luar biasa. Jongin menganggap ibunya adalah Role Model-nya. Ia sangat sayang pada ibunya itu.

"Akhirnya datang juga kamu Jongin!" seruan itu langsung menggema saat Jongin masuk ke dalam kelasnya. Ia melihat jam tangannya. 6.28, nyaris saja dia terlambat. Untung jalanan sepi dan supir bus yang ia tumpangi mengendarai dengan cepat. Jongin hanya tersenyum tipis. Ia tahu mereka tidak benar-benar mengharapkan dirinya datang ke sekolah sebagai teman. Yah, mungkin hanya sebagian yang menganggapnya sebagai teman. Mungkin juga tidak. Entahlah. Jongin tak mau ambil pusing. Ia berjalan ke tempat duduknya kemudian mengeluarkan beberapa kliping yang daritadi ditunggu oleh "teman-temannya" itu. Inilah profesi sampingan Jongin. Mengerjakan tugas sekolah temannya. Ia tidak masalah karena itu. Dengan begini Ia bisa dapat uang. Tentu saja mereka membayarnya. Jongin tidak mau mengerjakannya percuma. Yah, lumayan hasilnya dari pada dia harus menjajakan tubuhnya seperti apa yang sebagian anak miskin seperti dirinya lakukan.

"Bodoh! Mau aja dibudakin suruh bikin tugas." itu suara Sehun. Jongin mengalihkan wajah kearahnya.

"Kamu ngatain aku?" Sehun menyeringai mengahadap Jongin.

"Ngerasa? Baguslah." Jongin menutup mata sejenak. Kemudian menghembuskan nafas. Terserahlah dia mau bicara apa. Ia tidak perduli. Lelaki itu hanya iri pada dirinya karena selalu kalah saing. Ingin rasanya Jongin menghajar wajahnya. Tentu saja Ia tahan. Ia tidak mau kehilangan beasiswa yang Ia dapat hanya karena lelaki manja seperti Sehun. Lagipula masalahnya kalau Ia mau dibudakin membuat tugas oleh anak-anak satu kelas? Kenapa Ia harus repot. Yang membuat tugas kan dirinya. Jongin tidak pernah membuat Sehun untuk membantunya membuat tugas teman-temannya. Lalu apa masalahnya? Sehun kembali berujar. Kali ini lebih pedas kata-katanya. Jongin bodoh katanya. Dia bukan membantu tetapi malah menjerumuskan teman-temannya. Jongin kehabisan kesabaran. Ia menghampiri Sehun kemudian menggebrak mejanya. Tidak ada yang kaget dan berusaha memisahkan pertengkaran antar mereka. semuanya hanya diam kemudian berpaling dan duduk di bangku masing-masing. Anak-anak satu kelas mereka sudah biasa dengan kejadian seperti ini. Mereka sudah bosan melihat kedua anak jenius itu bertengkar. Bahkan hanya karena hal sepele. Mereka tidak heran. Justru mereka heran kalau dua anak itu tidak bertengkar. Bel sekolah berbunyi. Pak guru Kim memasuki ruang kelas mereka. Jongin segera kembali ke tempatnya. Ia duduk bersama sahabatnya, Taemin. Mungkin Ia hanya satu-satunya yang mau berteman tulus dengan dirinya. Tanpa embel-embel minta dibuatkan tugas. Taemin yang paling tulus diantara semuanya. Anak-anak sekolah ini mayoritas orang berada. Maka dari itu Jongin agak segan bersekolah disini. Tapi sudahlah. Sebentar lagi juga Ia lulus.

To Be Continued...


a/n: Haaaaiii aku author Hunkai baru. Seneng banget sama mereka. Anyway, i'm not into kaihun, seriously jongin looking so much feminine these day, Sehun? Gosh, he's more more moreeeeee handsome and manly at the same time! oh, iya cerita ini sudah aku post di web lain by the way dan gak dengan pair hunkai. Maafkan aku kalau penulisannya masih jelek dan berantakan, I need your review guys... give me that so i can learn more and fix it. So, in the end... let's be friends! Long live Hunkai! :)