Tidak ada satu apapun yang lebih indah dan jahat selain sorot tajam matamu …

NARUTO, always belong to Masashi Kishimoto

-Author alay mulai berimajinasi liar lagi. Kukuku-

WARN

Bad Sasuke, Lemon, Absolutely Rate M, AU, Typo, No Flame, Don't Like Don't Read

Di sebuah café mungil terkenal yang terletak di Harajuku, terlihat berbagai macam pelanggan yang menghabiskan waktu mereka untuk bersantai, meeting, atau sekedar untuk menikmati secangkir kopi demi ketenangan batin mereka.

Tak terkecuali seorang pemuda super cakep dengan penampilan emo dan poni raven yang menutupi keningnya sedang asik menatap gadis pelayan yang sedang berjalan ke arahnya dengan nampan di tangannya yang berisi pesanannya.

Hhh. Standar. Manis sih, tapi bodinya kurus banget. Dadanya B cup deh. Ah tidak, mungkin C cup.

"Silahkan, Americano anda, Tuan…"

"Terima kasih" Uchiha Sasuke menarik cangkir kopinya sambil memberikan satu wink pada gadis pelayan manis dengan rambut cantik berwarna pink panjang yang digulung di puncak kepalanya dan menyisakan dua poni di kedua sisi pipi putihnya.

Gadis manis itu bersemu merah dan kembali menuju bar. Sasuke sempat melihat nama yang menempel di dada gadis itu.

"Haruno Sakura…" Sasuke menggumam sambil mengaduk-aduk Americanonya. Setelah meminum beberapa teguk kopi itu, Sasuke mulai mengambil kamera SLRnya dari dalam tas. Diamatinya hasil pekerjaannya seharian ini.

"Hhhh…" Sasuke mendesah bosan. Menurutnya gadis-gadis yang menjadi modelnya untuk tema Luxury Jewelery kali ini sangat payah dan tidak natural sama sekali. Sejak lulus kuliah 2 tahun yang lalu, Sasuke tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa menjadi fotografer pro. Sasuke terlahir dengan bakat luar biasa dalam bidang seni. Bahkan ruang seni di rumahnya di Osaka sudah penuh oleh piala, medali, dan penghargaan-penghargaan lainnya.

DRRRTTTT

Smartphonenya bergetar tiba-tiba, dan berhasil mengalihkan perhatiannya dari lekuk tubuh gadis modelnya ke sebuah wajah cantik berambut merah ruby ombak yang terpampang di kontak yang sedang menelfonnya.

"Sore, Sasuke. Kamu sedang dimana?" sebuah suara familiar milik mantan pacar sekaligus model favoritnya masuk ke dalam telinga Sasuke yang dihiasi tindik-tindik dark silver.

"Sore, Karin. Menurutmu dimana?"

"Ahh, jangan menggodaku. Kamu sedang dimana sih?"

"Kenapa? Kamu kangen padaku ya?" Sasuke tersenyum masih sambil mengaduk Americanonya.

"Iya. Eh! Bodoh! Tidak! Aku cuma mau minta antarin aku ke Salon"

"Sialan. Kamu pikir aku sopirmu?" mata onyx Sasuke yang gelap mulai mengikuti gerakan gadis pelayan berambut pink tadi yang sibuk mondar mandir mengantarkan pesanan yang sepertinya salah. Gadis itu terlihat lesu karena dibentak oleh manager café. Dia lalu menunduk dan menuju sebuah meja yang penuh oleh sekumpulan pria dewasa kantoran yang sepertinya sedang meeting.

"…. Ke? Sasuke! Kamu mendengarkanku gak sih!?"

"Apa?" Sasuke lupa apa saja yang sudah dikatakan Karin dari tadi. Perhatiannya masih tercurah pada gadis yang saat ini sedang digoda oleh para pria mesum.

"Gimana? Aku tunggu jam 7 malam ya?"

"Aku harus melihat scheduleku dulu"

"Cih, gaya sekali kamu. Dulu kamu sering merengek minta kencan padaku"

"Hahaha. Jangan mimpi"

Gadis pink itu mulai meletakkan cake dan kopi ke meja para mesum itu. Satu bapak di sisi utara mengelus pipi gadis itu, dan cowok yang sepertinya lebih muda di sisi selatan sedang menggodanya dengan kata-kata nakal.

"Ayolah Sasuke…" rengek Karin

Mata Sasuke membelalak saat cowok muda di sisi selatan itu meremas dada kiri gadis itu saat dia sedang membungkuk sedikit untuk meletakkan cangkir kopi.

"KYAAAAA!"

PLAKKKKKK

Cowok muda itu ditampar dengan keras sampai sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Teman-teman sekantornya tertawa terbahak-bahak dan mengatainya lemah karena terluka gara-gara cewek.

Keributan segera terjadi

Cowok muda itu mengomel dan mencaci maki pada gadis pink yang sudah emosi dan menyilangkan kedua tangannya menantang cowok itu.

Manager café buru-buru berlari kea rah mereka dan berusaha memohon maaf pada tamu. Sasuke menikmati keributan itu dan malah asyik memotret seluruh kejadian itu dengan cekatan.

"Bocah ini harus minta maaf padaku!" Cowok itu menunjuk-nunjuk Haruno Sakura dengan geram. Telinganya memerah saking marahnya.

"Ayo minta maaf Haruno!" bentak manager café.

Gadis pink itu tidak bergeming dan masih mengangkat dagunya dengan anggun dan angkuh.

"Ayo minta maaf! Aku tidak mau menunggu!"

Mata hijau gadis itu sedikit bergetar dan akhirnya pertahanannya runtuh.

"…af"

"Apa?! Aku tidak dengar"

"Aku minta maaf"

"HAHAHA. Kalian dengar itu teman-teman? Jalang keras kepala ini akhirnya minta ma-"

BUAKKKKKK!

BRUKKK

Cowok itu jatuh tersungkur ke kolong meja dengan hidung penyok dan menggucurkan banyak darah. Dia menutupi hidunganya sambil menangis.

"Aaaahhh, SAKIIIIT! Kurang ajar!"

"HARUNO!" bentak manager café.

Haruno Sakura mengibaskan kepalan tinjunya dengan jijik karena terkena sedikit darah dari hidung cowok itu.

"Aku minta maaf kalau tinjuku kurang kuat. Harusnya dengar dulu sampai habis kalau ada orang bicara. Brengsek"

Onyx Sasuke membulat melihat pemandangan menakjubkan di hadapannya. Dia terus memotret Sakura. Sakura melepas apronnya dan meletakkan beberapa lembar uang ke meja.

"Aku resign. Ini uang ganti rugi untuk hidungmu dan Bu Manager, aku tidak perlu dibayar untuk hari ini dan ini uang untuk memperbaiki mejamu"

Sakura meraih tasnya di dekat bar dan melenggang keluar dengan anggun. Semua mata menatapnya pergi dengan perasaan kagum, kaget, takut, heran.

.

Taman tampak sepi di sore hari begini. Gagak-gagak berkoak dan berpulang. Bahkan anjing jalanan yang sibuk berpetualang seharian pun ikut pulang ke rumah yang tidak pernah ada. Sakura membasuh punggung tangannya yang terciprat darah dengan sudut bibir tertarik ke bawah.

"Ahhh! Gara-gara cowok brengsek aku jadi kehilangan part time job ku"

Sakura memandangi pantulan wajahnya yang segera menghilang di balik permukaan air yang mengalir di wastafel. Dia lalu menghela nafas panjang.

"Hei, Sakura. Kamu adalah cewek kuat yang sangat keren! Jangan patah semangat! Kuliahmu hanya tinggal satu semester lagi dan kamu akan segera menjadi salah satu orang penting di kantor-kantor menjulang di seberang sana!"

Sakura menoleh untuk menengadahkan kepalanya memandang gedung pusat fashion designer Tokyo yang sudah menjadi lokasi impiannya dari kecil untuk bekerja. Tapi…

CKRIK

"Nice" seorang pemuda ganteng berhasil mencuri gambar wajah Sakura dari dekat.

"Ka.. Kamu kan?"

"Ya, aku pelanggan di cafemu tadi. Ah, ralat. Mantan cafemu" pemuda itu sangat ganteng dan berkharisma. Dia tersenyum miring sambil memegangi kamera SLR di tangan kirinya sedang tangan kanannya menyerahkan namecard pada Sakura.

SS art STUDIO

proffessionals : UCHIHA SASUKE, UZUMAKI NARUTO, and SHION

+81 3 xxxx xxxx

SHIBUYA

"Kamu berminat jadi model di tempatku?"

"Mo, Model? Wa… wahhh, kamu salah orang. Aku sama sekali tidak berbakat di bidang itu hehehe" Sakura tertawa miris dan menggaruk pelipisnya.

"Kamu tidak memerlukan bakat. Karena semua bakat sudah ada disini" Sasuke menunjuk pelipisnya dengan PD.

Ih, cowok ini ganteng tapi kelewat PD

"Maaf Tuan… Shion? Sepertinya saya juga belum bisa bekerja dengan orang JENIUS seperti anda" Sakura menekankan kata JENIUS dengan membentuk tanda petik dari jemarinya.

"Buh, namaku itu tuh, yang pertama. Nama orang berbakat selalu di depan, Nona. Lagian cewek itu pasti ngomel-ngomel seharian kalau tahu namanya kamu kira cowok"

Sakura menaikkan satu alisnya dan semakin yakin untuk tidak terlibat lebih jauh dengan orang ini.

"Baiklah, Uchiha Sasuke-san, terima kasih banyak atas tawaranmu, tapi tidak ada yang bisa dibahas lagi di antara kita. Sayonara"

Sakura ber-ojigi dan berjalan melewati pemuda ganteng yang sangat kelewat PD itu.

"By the way, salary orang yang menjadi modelku gak murah lho"

Sakura berhenti dan memiringkan sedikit kepalanya untuk melirik Uchiha Sasuke.

"So? Paling tidak kamu mau mempertimbangkannya kan? Well, mengingat ada yang baru saja kehilangan pekerjaannya sore ini" Sasuke memutar tubuhnya menghadap punggung Sakura sambil menyibakkan poninya ke belakang.

"Sudah kubilang Sayonara, Uchiha-san!"

Sakura berlari menjauh dari cowok aneh itu. Sasuke tersenyum memandangi kibaran rambut pink yang berkilau memantulkan cahaya senja.

Kita pasti akan bertemu lagi, Haruno Sakura

.

.

"Maaf ya Nona… aku tidak bisa menerima pegawai baru saat ini. Anda bisa lihat sendiri restaurant ini sangat sepi akhir-akhir ini. Bahkan aku baru saja mengurangi pegawai dua hari yang lalu"

"Begitu ya… maaf mengganggu waktu anda, Tuan… permisi"

Sakura melangkah gontai. Sudah sepekan sejak dia kehilangan kerja paruh waktu yang menjadi sumber penghasilannya, dan dia belum mendapatkan pekerjaan baru. Mendatangi toko disana-sini, mengirim surat lamaran pekerjaan, tidak ada yang membuahkan hasil.

Pernah satu perusahaan kecil di bidang publishing memanggilnya untuk interview. Tapi setelah mengetahui status Sakura yang masih menjadi mahasiswi, mereka menolaknya dengan alasan tidak bisa mengatur jadwal kerja yang ada kalanya tidak sesuai dengan jam kuliah.

Sakura memutuskan untuk memikirkan semuanya di apartemen kecilnya. Di dalam bus, dia memandangi deretan orang-orang yang terlihat begitu bahagia dan penuh semangat. Sakura menyandarkan kepalanya pada kaca jendela bus. Sebutir air mata menuruni pipi lembutnya. Masih teringat jelas kematian Ayahnya saat itu. Satu-satunya keluarganya.

"Sakura-chan… Maaf Ayah akan sedikit telat menjemputmu karena pabrik sedang mengadakan demo besar-besaran. Kamu tahu Ayah harus ikut karena Ayah juga terkena PHK…"

"… Tapi Ayah pasti pulang, kan? Kita sudah berjanji untuk pergi ke makam Ibu bersama-sama…"

"Ayah janji, Sayang… Tunggu Ayah pulang ya?"

TUUUUUUUTTT

.

Sakura mengerjapkan matanya. Jam dinding menunjukkan sudah pukul 4 Sore. Dia tertidur selama 3 jam, dan rupanya Ayahnya belum pulang juga.

TOK TOK TOK

"Ayah?" raut wajah Sakura menampakkan keceriaan karena akhirnya Ayahnya pulang juga. Dia bergegas menuju pintu depan dan membuka kunci.

Tapi yang ada di hadapannya bukan sang Ayah, melainkan 5 pria yang berseragam. Sepertinya mereka orang kantoran.

"Permisi"

"Iya? Ada yang bisa saya bantu?"

"Apa ini kediaman Haruno-san?"

"Iya, benar"

"Berdasarkan surat perjanjian dengan Bank, rumah Haruno-san kami sita hari ini. Kami sudah melayangkan surat teguran 1 bulan yang lalu, tapi sampai hari ini beliau belum melunasi pinjamannya. Mohon maaf, tapi saya harap anda bisa bekerja sama" Pria itu menunjukkan surat perintah penyitaan resmi dari Bank.

"Tu, tunggu. Pinjaman? Pinjaman apa? Sebaiknya anda menunggu Ayah saya pulang, Tuan-tuan…"

"Kalian! Masuk dan sita barang-barang mereka!" perintah pria itu pada stafnya.

"Tuan, saya mohon, tunggulah sebentar!"

Sakura menunduk-nunduk pada pria itu, tapi dia hanya diam seribu bahasa dan mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Sakura menyerah memohon pada mereka. Sakura tahu mereka hanyalah menjalankan tugas mereka. Apa yang bisa dilakukan gadis SMA seperti dia. Akhirnya dia menuju meja telepon tepat saat telepon itu berdering keras.

KRIIIIIIING

Sakura menyambar telepon itu.

"Sakura-chan?"

"Ayah?! Ayah, tolong! Cepat pulang! Ada-"

"Sakura-chan! Ini Paman Chouza, teman sepabrik Ayahmu. Tolong ke Rumah Sakit Tokyo segera. Nanti aku jelaskan. Segera!"

TUUUUUUUT

Sambungan telfon sudah diputus sebelum Sakura membuka mulutnya untuk menjawab. Gagang telfon itu jatuh ke lantai. Begitu pula lututnya yang sudah tidak sanggup berdiri lagi.

Persetan dengan Bank dan orang-orangnya. Sakura bergegas lari menuju halte bus terdekat.

.

"Jaga diri baik-baik Sakura-chan" Akimichi Chouza meletakkan tangan gemuknya di pundak Sakura yang masih rapuh.

"Baik, terima kasih banyak atas kebaikan Paman" Sakura menunduk hormat dan teman almarhum Ayahnya pun pergi.

Sakura memandangi batu nisan di hadapannya.

HARUNO KIZASHI

Tepat di sebelah nisan almarhum Ibunya

HARUNO MEBUKI

Ayah Sakura meninggal karena terkena tembakan peringatan dari Polisi yang bertugas menertibkan demonstran. Polisi yang bertanggung jawab atas kematian Ayahnya pun tidak diketahui identitasnya. Sakura pun tidak berniat menuntut keadilan. Modal apa yang bisa dipakainya? Tempat tinggal sudah melayang. Dengan sedikit peninggalan Ayahnya dan bantuan dari teman-teman sepabrik yang keadaan ekonominya tidak jauh berbeda darinya, Sakura memutuskan untuk berjuang sendiri tanpa keluarga.

Tangisan Sakura semakin deras saat area pemakaman sepi.

"Ibu… aku tidak pernah melihat wajah cantikmu. Kehadiranku di dunia yang telah membuatmu berkorban nyawa saat melahirkanku. Dan Ayah… maafkan aku tidak ada disana untuk melindungimu… Ayah… Ibu… Aku sangat merindukan kalian…"

.

.

Sakura turun dari bus dengan perasaan campur aduk. Seandainya dia tipe orang yang cepat putus asa, dia tidak akan pernah bisa merasakan rasanya menjadi mahasiswi di Todai. Sakura berhasil mendapatkan beasiswa penuh untuk kuliah di jurusan desain. Uang yang dia butuhkan saat ini hanyalah untuk menghidupi dirinya sendiri. Membayar sewa apartemen termurah dan teraman yang bisa ditemukannya di Tokyo dan kebutuhannya sehari-hari.

Sakura menaiki tangga sambil mengamati namecard yang diberikan cowok Uchiha itu tempo hari.

Model? Apa aku harus mencoba ini?

Tidak! Tidak! Jangan menyerah Sakura. Sekarang kamu harus istirahat sejenak dan memikirkannya dengan tenang sebelum tidur.

BRUKKK

"Eh?! Yamato-san! Kenapa anda mengeluarkan barang-barangku?!"

Sakura terkejut melihat pemilik apartemen kecilnya mengeluarkan barang-barang dari dalam kamarnya.

"Haruno, kamu sudah menunggak selama 3 bulan. Dan selama itu, tamuku yang lain, yang membawa uang, yang membawa anak kecil, mengantri menunggu kamar kosong untuk ditempati"

"Kalau begitu aku mohon tunggu sampai satu hari saja sampai aku bisa memindahkan barang-barangku ke tempat lain"

"Kau yakin bisa membayar tunggakanmu selama 3 bulan itu dalam semalam?"

"…"

"…. Begini Haruno, maaf aku harus bersikap seperti ini. Kau memang gadis yang baik, tapi aku harus bersikap adil. Aku terpaksa mengeluarkanmu dari apartemen ini untuk ditempati keluarga muda dengan tiga anak yang baru saja mengalami musibah. Rumah mereka terbakar minggu lalu dan sampai hari ini mereka menginap di gereja. Kuharap kamu bisa mengerti…"

"Baiklah Yamato-san… maaf sudah merepotkanmu…" Sakura menyeka airmatanya.

Yamato merasa iba. "Baiklah, kuanggap hutangmu selama 3 bulan itu tidak ada. Tapi aku tetap tidak bisa menahanmu untuk berada disini lagi. Jaga diri baik-baik Sakura"

Kini Sakura tidak tahu harus kemana. Dia menuju taman terdekat dengan barang-barangnya yang menggunung di samping ayunan.

Tuhan, cobaan apalagi yang Engkau berikan…

Sakura merogoh saku jaketnya. Namecard lusuh itu kini menjadi satu-satunya harapan Sakura. Dia mengeluarkan ponselnya yang mulai mengetikkan nomor yang tertera di kertas itu.

.

"Terima kasih atas kerja sama nya hari iniii" Shion melambai ceria pada boyband cakep yang baru saja menjadi modelnya untuk hari ini.

"Aaaaakhhhh capeeeeekkkkk! Aku ingin berendam" Shion meregangkan otot-otot lengannya yang kaku.

"Geez, padahal di depan cowok-cowok tadi kamu semangat banget sampai-sampai gak kelihatan capek sama sekali" Uzumaki Naruto berkacak pinggang menceramahi Shion.

"Berisik kamu Naruto!" Shion menghempaskan tubuhnya pada sofa empuk di sampingnya.

"Dasar nenek bawel" Naruto mendengus dan melanjutkan aktifitasnya mengedit gambar di komputer.

"Dasar kakek peyot"

"Ah! Berisik kalian berdua!" Sasuke yang tengah fokus mengutak-atik kameranya terganggu dengan perdebatan dua partnernya.

KRIIIIIING

Telfon kantor berbunyi nyaring tiba-tiba. "Nenek bawel, angkat tuh" Naruto memerintah Shion.

"Ogah! Dibilangin aku capek tahu! Lagian studio sudah tutup"

Naruto memberikan deathglare dengan asap mengepul di atas kepala blondenya.

"Huuuuh. Iya, iya, iya…" Shion mengalah dan menuju pesawat telfon.

"Moshi-moshi, dengan SS art STUDIO. Ada yang bisa dibantu?"

"Hmmm… Uchiha Sasuke?" Shion melirik Sasuke dan Sasuke memberi isyarat untuk mengatakan pada siapapun yang sedang menelfon mereka bahwa Sasuke tidak sedang di tempat.

"A.. Ahhh, hontou gomen ne… Uchiha Sasuke sedang tidak ada di studio… dengan siapa aku berbicara? Mungkin aku bisa menyampaikan pesanmu untuknya"

"Hmmm.. iya… iya. Iya, tidak masalah. Sama-sama. Oyasuminasai"

TREK

"Cewek" Shion menjawab pertanyaan Sasuke sebelum Sasuke membuka mulutnya untuk bertanya.

"Sudah kuduga" sahut Sasuke singkat.

"Haruno Sakura? Aku belum pernah dengar namanya…"

"SIAPA?" Sasuke terlonjak kaget. Naruto ikut-ikutan terkejut karena Sasuke tiba-tiba melompat dari kursinya.

"Haruno Sakura, Boss"

Sasuke segera menuju pesawat telfon dan melihat history panggilan. Tapi rupanya Sakura menggunakan hidden number.

Sialan. Kalau memang telfon karena ada perlu kenapa harus dihidden sih, cewek bego.

"Dia mengatakan apa saja barusan?"

"Gak tahu. Pokoknya tentang tawaranmu padanya minggu lalu" Shion mengangkat bahu dan memandang Sasuke dengan tatapan penasaran.

"Hayooo, kamu menggoda cewek asing lagi ya Teme?" goda Naruto sambil menaikkan kelingkingnya.

"Bodoh" Sasuke meraih jaketnya dan keluar dari studio.

Naruto dan Shion saling memandang heran dan menggeleng-gelengkan kepala mereka.

.

.

Sakura terpaksa meninggalkan furniturenya seperti kompor, lemari, dan lain sebagainya di tempat Yamato. Dia hanya membawa pakaian-pakaian dan berkas-berkas penting serta benda yang memiliki kenangan bersamanya. Sakura menggendong barang bawaannya menuju minimart 24 jam.

Setelah membeli roti dan susu, dia duduk di trotoar jalan. Memikirkan kemana dia harus pergi. Sakura tidak memiliki sanak saudara. Lebih tepatnya tidak tahu apakah dia memiliki saudara. Ayah dan Ibunya adalah korban dari perkawinan yang tidak direstui oleh kedua orang tua mereka. Ayah Sakura adalah anak keluarga menengah ke bawah, sedangkan Ibu Sakura adalah putri dari walikota Osaka.

Pernikahan mereka tidak disetujui dan mereka memutuskan untuk memisahkan diri dari semuanya. Memulai hidup baru sebagai keluarga kecil.

Sakura letih dan mulai mengantuk. Dia membenamkan mukanya pada lututnya yang ditekuk.

Lima menit kemudian, seseorang menyentuh pundaknya.

"Nona, jangan tidur disini…" suara seorang pria dengan aksen yang sangat lembut. Hampir terlalu lembut.

Sakura menoleh.

"KAU?" Sakura mengenali orang itu.

"HAH? KAUUU?! GADIS CAFÉ ITU?!" ternyata dia adalah cowok muda kantoran yang menjadi korban pukulan Sakura di café.

"Wah, wah. Apa-apaan ini? Kenapa kau membawa benda-benda ini? Hahaha. Kau homeless sekarang?" ejeknya.

"kalau kau tidak menutup mulutmu dan pergi dari sini, bersiap-siaplah menerima pukulanku untuk yang kedua kalinya" Sakura berdiri dan menggosok-gosok kepalan tangannya.

"Dengar, Nona. Aku tidak bermaksud jahat disini. Aku sedang berbaik hati menawarkan rumahku untuk kau tinggali. Dan… kau boleh tidur di ranjangku yang empuk kook. Mungkin nanti kita bisa melakukan ini dan itu" cowok mesum itu menyentuh dagu Sakura.

DUAKKK

Hidung cowok itu benar-benar mendapat porsi kedua daari Sakura. Darah segar mengucur dan membasahi kemejanya.

"DASAR CEWEK KURANG AJAAAR!"

Orang itu mendorong Sakura dan menghamtamkannya ke dinding minimart. Pemilik minimart adalah seorang cowok kurus dan lemah. Dia malah sembunyi ketakutan di balik mesin kasirnya.

"Kau memang punya nyali ya?! Bagaimanapun kamu itu cewek. Jangan kasar-kasar! Atau kau memang suka main kasar ya? Oke, aku akan meladenimu"

Orang itu membekap mulut Sakura dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya sibuk meremas dada Sakura.

Sakura memberontak namun tenaganya yang sudah habis karena letih sepanjang hari tidak cukup untuk membebaskan dirinya dari kuncian pria itu.

"Mmmmmmh. Lepaskan aku!"

"Berteriaklah, Jalang!" pria itu terus meremas dada Sakura dan menarik kemeja Sakura sehingga 2-3 kancing lepas. Melihat dada putih Sakura yang terbungkus bra biru membuatnya semakin ganas.

Tangan kirinya yang digunakan untuk membekap mulut Sakura kini berusaha membuka kacing celana jeans Sakura.

"TIDAKKKK! BRENGSEK LEPASKAN AKUUUU! SIAPAPUN TOLONG AKUUUU!"

"Bodoh! Kau berteriak pada siapa?! Sepi sekali disini!" pria itu tertawa ganas dan terlihat sangat mengerikan. Air mata Sakura mengalir deras dan tubuhnya bergetar ketakutan.

Akhirnya pria itu berhasil membuka kancing dan resleting celana Sakura. Tepat saat dia akan memasukkan tangannya ke dalam celana Sakura…

CKIIITTTT BRUAKKKKK!

Sebuah motor Aprilia RSV 1000R melesat dan menyerempet pria mesum itu hingga dia terjungkal beberapa meter.

"Cepat naik sebelum polisi mengejar!"

Sakura masih tidak percaya dengan kejadian gila yang baru saja terjadi. Dia berdiri kaku di tempatnya. Matanya menatap cowok bermata onyx dengan helm Arai yang balas menatapnya dengan penuh emosi.

"SAKURA!"

Sakura tersadar bahwa cowok itu adalah Sasuke dan bergegas berlari menaiki Aprilia itu dan memeluk erat Sasuke.

Motor itu pun melesat dengan kecepatan tinggi.

"Sasuke-kun! Terima kasih banyak!" Sakura membenamkan wajahnya di punggung gagah Sasuke.

"Dasar bodoh! Kau tidak bisa menghajar si brengsek itu?! Mana kekuatanmu?!"

"SASUKE-KUN! Barang-barangku! Ayo kita kembaliiii"

"Kamu gila?! Sudah biarkan saja"

"Turunkan akuuuu!"

Bukannya memutar motornya, Sasuke malah menarik pergelangan tangan Sakura lebih erat.

"Pegangan yang benar"

Sakura pasrah dan akhirnya menyandarkan tubuhnya pada cowok asing yang menyelamatkan hidupnya.

Aprilia RSV 1000R melaju pesat di tengah kegelapan malam dan kerlipan lampu-lampu di seberang Sungai Arakawa.

.

.

Konbanwa minna-san… Mother mencoba bikin SasuSaku dalam versi yang sedikit lebih hmmm… apa ya bilangnya… hmmm… hehehe #gajepol anggap saja rate M plus. Wkwkwk

Semoga kalian suka dengan cerita ini karena entah kenapa aku merasakan feel nulis semangat banget di chapter awal ini…

Mohon dukungannya minna-san…

Review please?