AUTUMN WIND

Main Cast:

Kim Jinwoo

Song Mino

Other Cast:

YG Family

Genre: Romance, School life

Disclaimer: Tokoh punya YGent dan orang tua masing-masing

Warning: Yaoi, Typo, Cerita membosankan

Happy Reading

.

.

.

Daun-daun berguguran dan angin yang bertiup kencang menandai musim gugur telah tiba. Semua sekolah di Korea sudah memulai kegiatan belajar mengajar, termasuk di YG Senior High School.

.

.

Jinwoo POV

Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah libur musim panas. Dengan semangat aku memasuki gedung sekolah tercintaku. Ku akui aku merindukan sekolah, suasana kelas, taman dibelakang gedung sekolah dan makanan di kantin tentu saja.

Aku memasuki ruangan kelasku, kelas 1-2. Baru saja aku meletakan tasku dimeja, Taehyun dan Jinhwan menghampiriku.

"Daebak", kata Taehyun sambil menatapku.

"Kau sudah membuat heboh pagi ini", kata Jinhwan.

"Wae? Bagaimana aku bisa membuat heboh? Aku bahkan belum sempat duduk", tanyaku bingung.

"Kau tidak sadar dari tadi banyak siswa berbisik sambil menatapmu?"

Aku menatap sekelilingku. Beberapa siswa memandangku dengan tatapan kasihan dan mengumamkan suatu kalimat seperti 'kasihan Kim Jinwoo, liburan berakhir ternyata hidupnya juga berakhir' atau 'aku pasti akan sangat merindukannya'.

"Kau tahu apa yang mereka bicarakan?", tanya Jinhwan.

Aku menggelengkan kepala dengan wajah polos.

"Song Mino dari kelas 2-4 sedang mencarimu sekarang. Jadi manis, bisa kau jelaskan bagaimana itu bisa terjadi?", tanya Taehyun sambil tersenyum.

"S-Song Mino? Namja yang terkenal menakutkan itu? Mencariku?"

Tiba-tiba aku merasa tubuhku gemetar.

Sekarang aku mengerti kenapa siswa-siswa tadi berbicara seperti itu. Berbagai pertanyaan mucul dipikiranku. Aku tidak pernah berbicara dengan Mino sunbae, bahkan bertemu saja tidak pernah. Hanya beberapa hal yang kuketahui tentangnya. Mino sunbae terkenal bukan karena dia berprestasi atau anak orang kaya, ia terkenal karena sering berkelahi.

Kenapa namja seperti dia mencari siswa seperti aku? Aku bukan siswa populer, ceroboh, badanku termasuk pendek, aku tidak pintar, tidak percaya diri, dan tentu saja aku tidak pandai berkelahi.

"Ya! Kau belum jawab pertanyaanku", tanya Taehyun menyadarkanku.

"Mengapa Mino sunbae bisa mencarimu? Aku bahkan tidak tahu kau akrab dengannya", kata Jinhwan.

"Entahlah, aku juga tidak tahu."

"Gwaenchana? Mukamu terlihat pucat. Mau ku antar ke UKS?", tawar Jinhwan.

"Gwaenchana", aku berusaha menenangkan diri. Tarik napas… buang. Tarik napas… buang. Tarik napas…bu-

"Mana yang bernama Jinwoo?"

Aku menahan napas. Usahaku menenangkan diri gagal. Ada seseorang dengan suara berat memanggil namaku, sontak aku menoleh ke sumber suara. Ku lihat seorang namja berkulit tan dan tinggi berdiri didepan pintu kelas. Ku lihat sekeliling ku menunjuk kearah ku.

"Jinwoo-ya, dia Mino sunbae."

Suara Taehyun membuat aku membulatkan mata. Ku rasakan tubuhku bergetar hebat ketika Mino sunbae menghampiriku.

"Kau yang bernama Jinwoo?"

Aku menanggukkan kepala, tidak sanggup menatap matanya.

"Ini punyamu."

Mino sunbae mengulurkan tangannya kearahku. Dia memberikanku selembar foto. Aku terkejut melihat isi foto itu. Aku terdiam cukup lama memandang foto tersebut. Ketika aku ingin mengucapkan terima kasih, ku lihat Mino sunbae sudah keluar dari kelas.

FLASHBACK ON

Aku berdiri dibalkon apartemenku, merasakan angin musim gugur menerpa wajahku. Ku ambil selembar foto dari kantong celanaku. Di foto itu aku mengenakan seragam sekolah dan memakai nametag bertuliskan namaku. Fotoku bersama Dara noona yang sedang tersenyum sangat manis.

Aku sangat dekat dengan noonaku. Aku sangat menghormati dan menyayanginya. Ia satu-satunya keluarga yang aku punya setelah appa dan eomma meninggal. Dara noona berhenti sekolah untuk membesarkanku.

Seminggu yang lalu noona melangsungkan pernikahan. Ia telah menemukan orang yang dicintainya. Aku sangat bahagia melihatnya. Sebelumnya, ia mengkhawatirkanku karena akan meninggalkanku sendirian di apartemen. Aku sangat tergantung dengan Dara noona. Lalu, agar tidak membuatnya khawatir, aku bertekad menjadi anak yang tegar dan kuat.

Ketika aku hendak memasukan foto itu, angin bertiup kencang membuat foto yang sedang ku pegang melayang terbawa angin.

'Ottokhae?', gumamku dalam hati, tidak tahu harus berbuat apa.

Yang aku lakukan hanyalah melihat foto tersebut terbawa angin entah kemana.

FLASHBACK OFF

AUTHOR POV

"Kenapa kalian menatapku seperti itu?", kata Jinwoo.

"Kau berhutang cerita pada kami", jawab Jinhwan.

Jinwoo menghela napas.

"Aku juga tidak tahu kenapa foto ini bisa ada padanya. Aku bahkan baru pertama kali berbicara dengannya"

"Bersyukurlah kau masih selamat. Aku kira hari ini pertemuan terakhir kita. Keunde, Mino sunbae sepertinya orang baik bukan? Dia mengembalikan fotomu. Kalo aku jadi dia, sudah aku buang ke tempat sampah", kata Taehyun dengan wajah tidak berdosa.

"Taehyun!" Jinhwan kesal dengan sifat sahabatnya yang satu ini seolah-olah tidak memikirkan perasaan Jinwoo. Sedangkan Jinwoo hanya menunduk, tidak bisa membalas kata-kata Taehyun. Ya, Jinwoo memang sering kali dibully oleh Taehyun, tetapi ia tidak pernah sakit hati. Ia tahu namja dengan rambut belah tengah ini sebenarnya orang baik.

"Gwaechana, Jinhwan-ya", kata Jinwoo sambil tersenyum.

"Hari ini kantin sangat ramai, tidak seperti biasanya. Jinwoo-ya, bisakah kau pesankan kami makanan? Aku akan membeli minuman dan Taehyun menjaga meja agar tidak diduduki orang lain."

"Baiklah, kalian mau pesan apa?"

"Jjajangmyeon!"

"Nado."

Jinwoo berjalan menuju kios penjual jjajangmyeon.

"Ahjumma, aku pesan jjajangmyeon 3"

"Ne", jawab ahjumma tersebut.

Dibelakang Jinwoo terdapat 2 yeoja yang sedang mengantri, dan tampaknya mereka sedang membicarakan seseorang.

"Kau tahu tidak? Kemarin aku dengar Mino sunbae berkelahi lagi", kata yeoja tersebut.

"Jinjja? Wah, daebak. Pasti ia sangat terlihat keren saat berkelahi. Siapa yang menang?", tanya yeoja yang satunya lagi.

Jinwoo tidak sengaja mendengar percakapan kedua yeoja tersebut. Ia mengerutkan dahinya, 'apa yeoja jaman sekarang menyukai tipe namja yang seperti itu? Suka berkelahi? Bukankah terlihat menyeramkan?', gumamnya dalam hati.

"Tentu saja Mino oppa yang menang", jawab yeoja tersebut dengan bangga.

"Ya! Bukankah didepan kita sekarang ini orang yang bernama Kim Jinwoo?"

"Kau benar, itu Kim Jinwoo yang dicari-cari Mino oppa. Cih, apa hebatnya dia?", kata yeoja tersebut dengan sinis, memandang Jinwoo dari ujung kaki sampai kepala.

"Tenang saja, Jiyeon-ah. Mino oppa tidak mungkin menyukai namja jelek dan tidak populer seperti dia."

Jinwoo hanya bisa mengelus dada. Ia tidak suka membuat keributan, lagi pula yeoja tersebut tidak salah. Ia memang tidak menarik. Beruntung ahjumma sudah selesai membuatkan makanan, jadi ia bisa secepatnya menjauhkan diri dari kedua yeoja tersebut.

"Ini uangnya, kamsahamnida ahjumma", Jinwoo tidak lupa mengucapkan terima kasih dan langsung bergegas meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Sore hari Jinwoo masih berada di sekolah. Ia baru saja piket membersihkan kelas. Teman-temannya yang juga piket sudah pulang, begitu juga dengan Jinhwan dan Taehyun. Ia ingin segera pulang dan beristirahat karena besok ia akan mengikuti pertandingan olahraga. Saat hendak pulang melewati ruang guru, tiba-tiba Kang saem memanggilnya.

"Jinwoo-ya, kau sudah mau pulang?"

"Ne, saem."

"Bisakah kau tolong aku sebentar? Tolong buatkan spanduk untuk pertandingan olahraga besok."

"Spanduk? Bukankah seharusnya sudah dicetak saem?"

"Kepala sekolah kita ingin spanduk handmade dan aku baru ingat sekarang. Tenang saja, kau tidak sendiriran. Aku akan mencari siswa lain untuk membantumu. Song Mino!"

Mata Jinwoo melebar. Tubuhnya gemetar. Kang saem memanggil sesorang dibelakangnya.

"Ada apa saem?", kata Mino.

"Tolong kau bantu Jinwoo membuat spanduk. Kalian pakai saja ruangan kosong disebelah sana, peralatannya ada disitu", Kang saem menunjuk ruangan kosong disebelah ruang guru. Saat Kang saem hendak pergi, Jinwoo menahan lengannya.

"Saem mau kemana?", kata Jinwoo dengan tangan yang masih gemetar.

"Tentu saja ke ruang guru. Aku tidak bisa membantu kalian, ada hal penting yang harus aku urus."

"T-t-tapi…."

"Sudahlah, lebih cepat lebih baik. Sebaiknya kalian buat dari sekarang agar tidak pulang malam," Kang saem masuk ke dalam ruang guru.

Jinwoo hanya bisa terdiam. Berdua dengan Song Mino di satu ruangan? Membayangkannya saja ia tidak mau. Namja itu terlalu menakutkan baginya. Bahkan sampai sekarang ia masih belum bisa menatap mata sunbae-nya itu. Sambil melangkahkan kakinya ke ruangan tersebut, ia berharap agar hari ini ia masih bisa pulang dengan selamat.

Jinwoo memasuki ruangan yang dimaksud Kang saem, diikuti dengan Mino dibelakangnya. Di dalam ruangan tersebut terdapat peralatan untuk membuat spanduk. Jinwoo masih terdiam, ia tidak tahu harus mulai dari mana.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?", tanya Mino dengan suara beratnya.

"A-aku….", Jinwoo gugup. Wajahnya menunduk. Ia masih belum bisa menatap wajah Mino.

"Begini saja, aku akan mempersiapkan kainnya, dan kau tuang tintanya ke dalam wadah."

"N-ne…"

Jinwoo mengambil sebuah plastik yang berisi tinta warna hitam dan bersiap menuangkannya ke dalam sebuah wadah. Ia melamun. Pikirannya dipenuhi rasa takut dan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti 'apa yang harus aku lakukan setelah ini?'atau 'apakah ia akan memukulku?'. Jika Mino mulai memukulnya, yang hanya bisa ia lakukan adalah berteriak. Hanya itulah senjata yang ia punya.

"Hah… Seharusnya tadi aku menolak permintaan Kang saem", kata Jinwoo dengan suara pelan.

"Jinwoo-ya"

Jinwoo tersentak. Ia segera berbalik, Mino berada tepat dibelakangnya dan plastik tinta yang ia pegang sekarang mengenai seragam Mino. Jinwoo membulatkan matanya dan mulutnya setengah terbuka, jantungnya berdebar kencang.

"Mianhae-yo, sunbaenim. Maafkan aku", Jinwoo membungkukkan badannya berkali-kali. Mino menunduk, memandangi seragamnya lalu menatap Jinwoo.

'Ottokhae?! Pasti dia sangat marah sekarang, habislah aku' matanya terpejam seperti bersiap untuk dipukul Mino.

Satu detik…

Dua detik…

Tiga detik…

Jinwoo merasakan seseorang mengalungkan sesuatu kelehernya. Ia membuka matanya. Mino memandanginya dengan tatapan datar. Ternyata Mino memakaikannya sebuah celemek.

"Pakailah itu supaya seragammu tidak kotor terkena tinta."

"N-ne" jawab Jinwoo gugup.

"Apa aku membuatmu takut? Maaf."

Kali ini Jinwoo memberanikan menatap mata Mino, cukup lama. Ia tidak menyangka Mino akan meminta maaf padanya.

"Ani-yo, sunbae. Seharusnya aku yang meminta maaf karena telah membuat seragammu kotor."

"Gwaenchana. Aku masih punya seragam lagi di rumah."

"T-tapi tetap saja aku harus bertanggung jawab."

"Sudahlah, lebih baik cepat kita selesaikan spanduk ini sebelum malam"

"Sunbae, gumawo-yo"

"Wae?"

"Terima kasih karena sudah mengembalikan fotoku."

"Ah, iya, sama-sama. Kalau boleh aku bertanya, siapa yeoja yang bersamamu di foto itu?"

"Uri noona. Wae-yo?"

"Ani."

Setelah itu mereka mulai mengerjakan spanduk tanpa berbincang-bincang. Sekitar dua jam kemudian, spanduk itu selesai dibuat. Mereka menyerahkan spanduk itu kepada Kang saem dan langsung pulang. Jinwoo berjalan kaki menuju halte bus sendirian. Hari ini, cara pandangnya ke Mino berubah. Benar kata Taehyun, Mino sepertinya orang baik. Tanpa ia sadari, seseorang memperhatikannya dari belakang dengan seulas senyum tipis.

.

.

.

Hari ini lapangan YG Senior High School dipenuhi siswa-siswa, baik yang mengikuti lomba ataupun hanya sekedar menyemangati temannya. Jinwoo bersiap-siap dipinggir lapangan melakukan pemanasan. Ia mengikuti lomba lari padahal ia sangat lemah dalam bidang olahraga, ketua kelas menunjuknya karena hanya dia yang belum mengikuti lomba.

Jinwoo merasa hari ini ia harus melakukan yang terbaik, karena hari ini, Dara noona menonton pertandingannya. Apalagi tadi noona-nya melambaikan tangan dan berteriak "Jinwoo fighting!" dari bangku penonton, membuatnya bertambah semangat.

"Selamat pagi semuanya, terima kasih sudah datang meramaikan pertandingan olahraga hari ini. Sebentar lagi lomba pertama akan dimulai. Harap peserta yang mengikuti lomba segera bersiap dibelakang garis start", MC mulai membuka acara.

Lomba pertama adalah lomba lari estafet untuk siswa laki-laki, masing-masing perwakilan satu orang dari setiap kelas. Ia melihat Mino mengikuti lomba tersebut. Mino terlihat keren walau hanya memakai pakaian olahraga. Tunggu. Keren? Apa yang Jinwoo pikirkan saat ini?

Peluit dibunyikan, tanda lomba sudah dimulai. Para peserta berlomba-lomba menjadi yang pertama. Para hadirin juga bersorak menyemangati, terutama yeoja-yeoja yang merupakan penggemar Mino. Teriakan tersebut semakin menggelegar saat Mino berhasil melewati garis finish, mengalahkan yang lain. Walaupun menang, wajah Mino datar seperti biasanya, napasnya masih memburu.

"Pemenangnya adalah peserta no. 5! Selamat untuk para pemenang. Lomba selanjutnya adalah lomba lari 100 meter untuk perempuan. Bagi para peserta harap bersiap-siap."

Sekarang giliran lomba yang Jinwoo ikuti. Ia berjalan ke garis start. Mino berjalan kearahnya dan berkata "Fighting" dengan senyum tipis kemudian melewatinya. Senyum?! Mino tersenyum padanya?! Song Mino yang selalu berekspresi datar tersenyum padanya? Jinwoo merasa dia mulai gila sekarang. Ini pertama kalinya ia melihat Mino tersenyum dan itu membuat jantungnya berdebar. Jinwoo berjalan ke lapangan dengan wajah 'apa-yang-baru-saja-terjadi'.

"Lomba lari kali ini berbeda dari yang sebelumnya. Para peserta harus berlari ke tengah lapangan dan mengambil kertas diatas meja. Kertas tersebut berisi perintah dan wajib dilakukan oleh peserta", kata MC memberi instruksi.

Lomba dimulai. Jinwoo sangat lamban. Ia termasuk urutan terakhir. Ketika sampai ditengah lapangan, ia mengambil kertas. Kertas tersebut berisi perintah "Lari ke garis finish bersama pacarmu". Jinwoo kaget, mulutnya terbuka. Ia pastikan wajahnya sangat merah sekarang.

"Ada apa dengan peserta no. 3?! Wajahnya memerah! Ternyata peserta no. 3 harus membawa pacarnya ke garis finish!"

Persetan dengan MC yang tidak bisa menutup mulutnya. Lapangan penuh dengan teriakan seperti 'apa yang dia lakukan?! Semua peserta sudah mulai berlari ke garis finish!', 'ya! Apa dia tidak punya namjachingu?!', 'ayolah, ia bisa membawa siapa saja'.

Tiba-tiba seseorang menari lengannya. Song Mino.

"Apa yang kau lakukan?!"

"A-aku…"

"Kajja!"

Mino menggenggam tangannya dengan erat,berlari dengan cepat, menariknya sampai melewati ke garis finish. Semua orang berteriak, terutama yeoja-yeoja yang protes.

"Pemenangnya adalah peserta no.3 yang ternyata adalah pacar dari Song Mino! Chukhahamnida!"

Jinwoo POV

Aku mengatur napasku, disebelahku Mino sunbae juga melakukan hal yang sama. Aku masih tidak percaya hal seperti ini terjadi padaku. Ku dengar beberapa yeoja melontarkan makian padaku.

"Sunbae… Seharusnya sunbae tidak harus melakukan itu. Semua yeoja tampaknya marah padaku."

"Kau tidak suka?"

"Mwo? A-Ani, bukannnya seperti itu…"

"Kalau gitu, mari kita buat Dara noona senang", katanya sambil tersenyum, lagi.

Setelah berkata seperti itu Mino sunbae menghampiri Dara noona dan berkata, "Mulai sekarang aku yang akan menjaganya"

.

.

.

.

TBC

Hai hai~~

Senna kembali lagi….. Gimana Fanfictnya? Suka?^^ Favorite couple di WINNER! Hehe..

Fanfict chapter pertama nih. Ada yang merasa ga asing sama jalan ceritanya? Aku remake dari komik Jepang judulnya "Angin Musim Gugur" karya Kyoko Hikawa. Ceritanya seru, romance tapi konfliknya ga berat-berat amat. Tapi ada beberapa bagian yang sengaja aku rubah.

Lanjut? Review ya… Karena review kalian bikin aku semangat!

Fanfict "That Boy" rencananya mau aku bikin sekuel, kali ini dari sudut pandang June. Gimana?

Terima kasih sudah membaca! Annyeong~~