Title: Baby Baby

Author: resonae

Trans: Myka Reien (with change)

Main Cast: Mama Seokjin

Genre: AU!Baby Bangtan, Rate T, GS!Jin

Note: No bash, no flame, no copycat. Let's be a good reader and good shipper.

HAPPY READING

Ppyong~

.

.

.

Baby Baby

.

.

.

Seokjin menghela napas pelan sambil menepuk lembut bokong Jimin, memandang bocah umur dua tahun itu bernapas tenang dengan mata terpejam. Dirasanya cukup, Seokjin mengangkat tangan dan mata Jimin langsung terbuka, wajahnya merengut siap untuk menangis membuat ibunya dengan segera kembali memeluknya, kembali menepuk pelan bokong kecilnya sambil menyanyikan lagu ninabobok. Perlahan sepasang mata kecil itu kembali terpejam dan sebentar kemudian napasnya sudah teratur lagi. Seokjin menunggu agak lama kali ini sebelum mengangkat tangannya dan tersenyum ketika melihat Jimin tetap terlelap, sudah benar-benar tidur sekarang. Nyaris tanpa suara, ibu muda tersebut turun dari ranjang, membenahi gendongan di punggungnya, kemudian mengambil semua bantal serta guling untuk kemudian ditata di tepi tempat tidur menyerupai dinding karena Jimin punya kebiasaan banyak bergerak ketika tidur yang bisa membuatnya jatuh dari ranjang kalau tidak dibentengi.

Mendadak terdengar suara rengekan kecil, gendongan di punggung Seokjin bergerak membuat tangan wanita tersebut dengan cepat meraih dan mengusapnya pelan. Seokjin sudah mulai membiasakan diri mengikat badan dengan gendongan karena Jungkook tidak mau tidur kalau tidak dipeluk maupun digendong.

"Shh..." Seokjin menggerakkan badannya pelan untuk menimang-nimang si Bungsu supaya tetap terlelap. "Chimchim Hyung baru saja tidur, Kookie. Kalau kau bangun dan menangis, kau bisa membangunkan dia juga. Dan pekerjaan Mama tidak akan selesai," bujuk Seokjin sambil menepuk pelan bokong Jungkook hingga bayi itu kembali tenang, namun belum sempat wanita tersebut menghela napas lega, terdengar suara keras dari arah ruang duduk. Suara benda pecah disusul oleh lengkingan teriakan yang tidak asing.

Khawatir sesuatu yang buruk terjadi, Seokjin hampir berlari ke ruang duduk dan langsung menemukan Namjoon tengah membelalakkan mata pada mainan robot yang sudah hancur separuh di tangannya. Sementara ada Hoseok yang berdiri di depannya sedang memegang robotnya sendiri yang masih utuh. Mulut Hoseok ternganga dan ketika dia melihat Seokjin, dia kembali berteriak, "MAMA! JOONIE MELUSAK BUMBLEBEE LAGI!"

"Shh, Hoseok-ah. Tidak apa-ap—" tubuh Seokjin kaku seketika karena merasakan Jungkook kembali bergerak di punggungnya. Wanita itu bergeming untuk sesaat, menunggu hingga bayinya kembali tenang dan baru kemudian mengalihkan perhatian pada balita umur tiga tahun yang masih menatapnya. Hoseok hampir membuka mulut lagi namun dengan cepat Seokjin mendekat, meraih tubuh kecil itu ke pangkuannya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Lagipula Hobie lebih suka robot yang ini 'kan?"

Hoseok memeluk robot kesayangannya dan mengangguk sembari memandang Seokjin. "Optimus Plime," ujarnya membuat sang Ibu tersenyum. Seokjin menurunkan Hoseok dari pangkuannya lalu beralih pada Namjoon yang masih memelototkan mata pada robot rusak di tangannya.

Hoseok merengut sambil menggembungkan lucu kedua pipinya. "Kenapa Joonie selalu melusak balang, Mama?"

Seokjin tersenyum lagi. "Itu karena Joonie suka berhitung, Hobie. Benar 'kan, Namjoonie?" wanita tersebut mengambil pelan mainan robot dari genggaman Namjoon. Dia memeriksa tangan anaknya untuk mencari kalau-kalau Namjoon terluka dan menghembuskan napas lega saat tahu jika putranya sama sekali tidak tergores.

"Ini robot yang keenam untuk bulan ini," ujar Seokjin. "Satu..." dengan lembut dia menekuk ibu jari kecil Namjoon, memunculkan senyuman lebar di bibir balita itu menggantikan ekspresi kaget dan takutnya barusan.

"Dua..." Namjoon menekuk sendiri jari telunjuknya dan melanjutkan menghitung sampai enam. "Enam!" soraknya gembira sambil memamerkan enam jari gemuk yang tertekuk lucu ke telapak tangannya. Seokjin tersenyum dan mengusap rambutnya dengan gemas.

"Namjoonie pintar," pujinya lalu mencium kening bocah itu. "Tunggu sebentar ya Sayang, Mama ambilkan robot lain untukmu." Wanita tersebut bangkit untuk mengambil satu Bumblebee baru yang dia simpan dengan hati-hati di dalam almari. Karena Namjoon punya kebiasaan merusak hampir semua mainan, lama-lama Seokjin hapal dengan nama salah satu robot favorit anaknya itu dan memutuskan untuk membeli dalam jumlah banyak daripada harus bolak-balik ke toko.

Namjoon menerima Bumblebee dari Seokjin dengan riang dan menurut saat ibunya meminta dia serta Hoseok untuk bermain di sisi lain ruang duduk supaya Seokjin dapat membersihkan puing-puing robot di lantai. Namun belum sempat Seokjin meraih kantung plastik untuk membereskan Bumblebee yang rusak, kedua matanya terlebih dulu menemukan Taehyung yang sedang duduk di dekat pot bunga yang diletakkan di sebelah pintu kaca balkon. Tangan mungilnya tengah menggenggam batang bunga yang sudah tercabut sampai akar dari tanah dan sekarang sedang mencoba untuk memasukkan benda itu ke dalam mulutnya.

"Astaga, Kim Taehyung!" Seokjin memekik membuat Taehyung menoleh ke arahnya dengan kaget. Dengan cepat wanita tersebut merebut batang tanaman dari genggaman mungil tangan Taehyung dan mengeluarkan kelopak pink bunga dari dalam mulutnya.

"Taehyungie, apa kau lapar, Sayang!?"

Taehyung tersenyum lebar, bibirnya membentuk kotak persegi panjang saat dia melakukannya. "Tidak, Mama! Bunganya tantik, jadi Taetae mau makan meleka!" jawab bocah tersebut dengan cadel.

"Taetae, bunga bukan untuk dimakan, Sayang," ujar Seokjin, nada suaranya terdengar putus asa. Dia selalu mencoba keras untuk memahami apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Taehyung namun pada akhirnya dia menyerah dan menganggap kalau anaknya yang satu itu memang terlahir unik. Termasuk alasannya memakan tanaman hanya karena mereka cantik, kali ini pun Seokjin akan memaafkannya begitu saja. Jalan pikiran Taehyung memang selalu berbeda dari saudara-saudaranya yang lain.

"Mama akan memberimu bunga stroberi. Bagaimana? Taetae mau?" tanya Seokjin yang dibalas dengan kedipan polos mata bundar putranya. Ketika Taehyung menelengkan kepala, ibunya mengangkat dia dari lantai, menggendongnya menuju dapur dan mendudukkannya di kursi bayi yang tinggi. Seokjin memasang sabuk di sekitar pinggang Taehyung supaya bocah tersebut tidak bisa berpindah tempat. Pernah satu kali dia lupa tidak melakukannya dan begitu dia lengah, kekacauan yang ditimbulkan Taehyung mirip seperti mimpi buruk, begitu buruk hingga rasanya itu hanya bisa terjadi dalam mimpi. Sejak saat itu Seokjin berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah mengulangi kesalahan yang sama dan selalu memastikan Taehyung duduk manis di tempatnya tanpa bisa kemana-mana jika sudah memasuki dapur.

Seokjin mengambil beberapa stroberi dari dalam kulkas, mencucinya di bawah air kran westafel, dan meraih pisau plastik pemotong kue.

"Nah, ini dia." Ibu muda tersebut meletakkan alas plastik di hadapan Taehyung beserta stroberi dan pisau plastik lantas memotong buah merah itu menjadi irisan tipis. Seokjin hanya mengambil bagian yang besar dan menyingkirkan potongan kecil. Kemudian wanita tersebut meraih cetakan kue berbentuk bunga lalu menekannya pada irisan stroberi hingga membentuk bunga stroberi merah yang segar.

"Bagaimana?" tanya Seokjin yang langsung dibalas senyuman lebar Taehyung. anaknya mendongak, menatapnya dengan mata bersinar-sinar.

"Mama!" suara Taehyung terdengar bersungguh-sungguh. "MAMA HEBAT!" soraknya gembira.

Seokjin tersenyum lembut lalu membuat beberapa bunga stroberi lagi sementara Taehyung memperhatikannya dengan antusias, tangan mungilnya mulai mengambil satu per satu potongan stroberi tersebut dengan tidak sabar dan memasukkannya ke dalam mulut. Selagi Taehyung asyik mengunyah sambil menggumamkan kalimat yang tidak jelas, Seokjin mendorong kursi yang diduduki anaknya menuju ke ruang duduk, menempatkan dia tak jauh dari kedua kakaknya yang sedang bermain sekaligus memudahkan pekerjaan ibunya untuk mengawasi mereka.

Belum sampai ke ruang duduk, Seokjin menyambar selembar cukin yang berada di atas kulkas untuk diikat di leher Taehyung supaya dia tidak mengotori bajunya dengan cairan merah stroberi dan sekejab teriakan Hoseok kembali terdengar. Dengan terburu-buru Seokjin membawa Taehyung keluar dapur dan seketika kedua mata wanita tersebut melebar saat melihat Yoongi memegang sebotol besar lem berwarna emas.

Mata Seokjin semakin membelalak dan mulutnya ternganga ketika menyaksikan anak sulungnya menuangkan seluruh isi botol ke lantai, terutama ke puing-puing robot Bumblebee Namjoon yang belum sempat dibereskan oleh Seokjin.

"Yoongi...!" Seokjin terlalu terkejut hingga tak punya kekuatan untuk meneriaki anaknya. "Ba-bagaimana kau bisa mengambil lem itu, Sayang?"

Seokjin berani bersumpah dia sudah menyimpan seluruh botol lem di tempat yang tidak mungkin dijangkau oleh tangan aktif anak-anaknya. Karena ketika dia lupa (lagi), dengan terpaksa dia harus menggundul kepala Jimin setelah Hoseok menuangkan lem hijau hampir ke seluruh rambutnya dan tidak mengherankan jika rambut Jimin tidak bisa kembali seperti semula meski sudah berkali-kali Seokjin mengeramasinya dengan sampo bayi. Jimin terus-menerus menangis setelah insiden itu. Bahkan selama beberapa minggu, dia masih menangis setiap kali melihat cermin dan memandang pantulan dirinya yang tidak berambut. Hingga sekarang pun, Jimin masih memiliki semacam trauma pada cairan yang berwarna hijau.

"Yoongi bisa, Mama!" Yoongi mem-pout-kan mulut, meninggalkan botol lem kosong di lantai dan berjalan menuju rak pajangan. Bocah usia empat tahun tersebut sedikit berjinjit dan dengan mudah tangan mungilnya meraih botol lem lain.

"Astaga..." Seokjin mendesis, tidak habis pikir tentang betapa cepat pertumbuhan Yoongi. Padahal minggu lalu, bocah itu masih belum bisa menjangkau knop pintu yang hampir sama tinggi dengan tempat botol lem berada.

"Sayang, Mama pinjam lemnya, ya," bujuk Seokjin. Mama mohon jangan kau tuang benda itu ke adik-adikmu, sambungnya berdoa dalam hati. Untung saja Yoongi bukan termasuk anak yang rewel, dengan patuh dia memberikan botol lem pada Seokjin yang mana cukup membuat ibunya terkejut.

"Yoongi, kenapa kau menuangkan lem ke lantai? Dan ke robot Namjoonie? Kau tidak biasanya begini." Seokjin masih tidak mengerti Yoongi yang biasanya penurut dan baik, mendadak menjadi perusuh.

"Yoongi mau memperbaiki Bumblebee, Mama!" Yoongi merengut sebal, sama sekali tidak mengerti kenapa niat baiknya yang ingin membantu adiknya malah menjadi seperti sikap buruk di mata ibunya.

"Lihat?" tangan kecil itu mengambil sebuah potongan kaki robot yang sudah berlumuran lem dan mencoba untuk menempelkannya lagi ke bagian badannya. Hasilnya tidak terlalu bagus, tapi juga tidak buruk. Sangat imut dan menggemaskan.

Yoongi nampak begitu serius melakukan pekerjaannya. Duduk di lantai dengan kaki melebar, alis mengerut, dan bibir tipis sedikit cemberut saking fokusnya dia menyatukan potongan robot di hadapannya tanpa peduli pada kedua tangannya yang sudah berlumuran lem. Namjoon dan Hoseok ikut duduk di sebelah Yoongi, menatap penuh kagum pada kakak mereka yang seperti sedang berusaha untuk menang menaklukan tantangan Bumblebee.

Seokjin harus mengakuinya, untuk ukuran balita usia 4 tahun yang bermain dengan lem, hasil pekerjaan Yoongi sangat mengesankan. Meski dia masih belum bisa menyempurnakan detil terkecilnya, setidaknya bocah tersebut mampu membuat robot yang sudah setengah hancur kembali menemukan identitas dan kerangka bentuknya. Di sisi lain, Seokjin hanya dapat menatap sedih pada lantai linolium yang sekarang tertutupi oleh lem yang mulai mengeras. Bagaimana cara dia membersihkannya nanti?

Namun tetap saja ibu muda tersebut kembali tersenyum—lebih tepatnya—tersenyum kalah pada tingkah anak-anaknya yang untuk orang lain mungkin menyebalkan, tapi baginya sangat menggemaskan.

"Baiklah, ayo kita taruh robotnya di tempat yang tinggi supaya cepat kering," celetuk Seokjin begitu melihat Yoongi seperti sudah selesai dengan eksperimennya. "Yoongi, jangan menggosokkan tangan kemana-mana dan jangan sentuh apapun. Tetap di sini sampai Mama kembali. Mengerti?" pesannya dijawab anggukan patuh oleh Yoongi.

Seokjin mengambil robot dari depan Yoongi dengan hati-hati dan meletakkannya di atas bufet diiringi oleh tatapan mata anak-anaknya yang penuh binar, terutama dari mata Yoongi yang seperti menyimpan kebanggaan akan hasil karyanya. Seokjin masuk ke kamar anak-anak untuk mengambil baju bersih dari rak pakaian Yoongi serta tisu basah bayi. Dalam hati Seokjin terus mengingat-ingat kalau dia harus memindahkan semua botol lem ke tempat yang lebih tinggi lagi nanti saat anak-anaknya tidur siang. Karena jika Yoongi bisa mengambil benda-benda tersebut, itu artinya Hoseok dan Taehyung punya akses untuk mendapatkannya melalui Hyung mereka. Yang paling penting adalah Seokjin tidak mau menggundul Jimin lagi untuk kedua kali.

Dengan hati-hati Seokjin membersihkan kedua tangan Yoongi, kedua kakinya, dan bagian tubuhnya yang terkena lem menggunakan tisu basah (satu kotak tisu habis hanya untuk ini) lalu memakaikannya baju bersih. Dengan penasaran Yoongi mengikuti langkah ibunya ke kamar mandi ketika wanita itu membawa baju kotornya untuk direndam di dalam ember berisi air sabun. Seokjin menghela napas panjang. Seperti dugaannya, lem yang sudah terlanjur mengering di baju si Kecil sudah tidak dapat lagi dibersihkan meski dengan apapun. Jika sudah begini, biasanya Seokjin akan menjahitkan bordiran karakter kartun untuk menutupinya.

"Baju Yoongi sedang mandi, Yoongi mandinya masih nanti," gumam Seokjin sembari mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang dibalas oleh tatapan polos sepasang mata sipit di depannya dan senyuman lebar yang kemudian merekah lucu. Membuat Seokjin mau tidak mau ikut tersenyum juga.

Begitu keluar dari kamar mandi, dengan segera Yoongi berlari ke arah Namjoon dan Hoseok yang sedang bermain perang robot (Seokjin berharap Namjoon tidak akan merusak robotnya lagi kali ini). Begitu semangatnya dia hingga sepasang kaki pendeknya hampir saling terantuk dan itu membuat ibunya menahan pekikan kaget. Baru sebentar Seokjin memandang damai pada ketiga putranya yang nampak gembira bermain bersama, tiba-tiba terdengar teriakan Taehyung yang menyita seluruh perhatian.

Seokjin bergegas meraih Taehyung dari kursi bayi, menggendongnya ke sofa, lantas mengambil sekotak tisu basah yang masih baru untuk membersihkan pipi serta tangan anaknya dari cairan merah stroberi yang lengket.

"Taetae ngantuk?" tanya Seokjin yang dijawab anggukan oleh Taehyung. Dia menggosok sebelah matanya dengan tangan yang sudah dibersihkan lalu menguap lebar. "Seharusnya kau tidur dengan Jimin tadi, jadi kau tidak akan secapek ini," desis Seokjin dan kembali menggendong Taehyung, membawanya berjalan pelan mengitari ruang duduk sambil menepuk lembut punggungnya dan menyanyikan lagu ninabobok tanpa melepaskan mata dari ketiga putranya yang lain yang masih bermain di tengah-tengah ruangan.

Taehyung tertidur dengan cepat, kepala bersandar di bahu ibunya dengan mulut sedikit terbuka dan mengiler mengotori baju sang Ibu, namun Seokjin sudah terbiasa dengan itu. Hampir tanpa suara, Seokjin membuka pintu kamar anak-anak dan langsung tersenyum ketika melihat Jimin sudah menggelundung meninggalkan bantalnya. Untung saja Taehyung tipe yang tenang saat tidur, berkebalikan dengan saudaranya. Seokjin menidurkan Taehyung di sebelah Jimin lalu menyelimuti mereka berdua dengan selimut bayi.

Seokjin larut memandang kedua putranya yang tertidur tenang hingga mendadak kembali terdengar teriakan keras Hoseok yang membuat wanita itu melompat kaget. Bergegas dia berlari ke arah ruang duduk.

"Hoseok, jangan berteriak. Kau bisa membangunkan—" gerakan kecil langsung terasa di punggung Seokjin dan sekejab Jungkook menangis keras, tersentak dari tidurnya karena keributan yang terjadi.

"—Jungkook. Kau bisa membangunkan Jungkook." Dengan cepat Seokjin melepas ikatan gendongan di tubuhnya untuk memindahkan si Bayi yang mengamuk supaya dapat dia peluk dengan lebih nyaman.

Tak berapa lama kemudian, Seokjin mendengar suara tangisan dari arah kamar tidur anak-anaknya. Dan tangisan lain menyusul.

"Astaga," desis Seokjin terkejut. Segera dia berbalik untuk mendapatkan Jimin dan Taehyung yang ikut terbangun—padahal Taehyung BARU SAJA tertidur—namun belum sempat wanita tersebut dapat berjalan jauh, tangan kecil Hoseok sudah memegang ujung roknya.

"Ada apa, Hobi?" tanya Seokjin pada putranya yang mendongak, memandangnya dengan mata sedih.

"Maaf, Mama...hiks..." Hoseok tersedu dan mata Seokjin membeliak kaget.

"Ti-tidak apa-apa, Hobi. Tidak apa-apa. Mama mohon jangan—"

Hoseok mulai menangis dan kemudian—entah untuk alasan apa—Namjoon ikut menangis. Bahkan Yoongi—yang HAMPIR TIDAK PERNAH menangis—juga terisak ketika melihat adik-adiknya menangis.

Kini tinggal Seokjin, yang hanya dapat bergeming di tempatnya, menghadapi mimpi buruknya yang menjadi kenyataan. Keenam buah hatinya menangis bersamaan.

-END-


Yoongi 4 tahun. Kakak tertua. Sekolah di TK yang masuk 5 hari dalam seminggu.
Namjoon dan Hoseok 3 tahun. Saudara kembar. Sekolah di PAUD yang masuk 5 hari dalam seminggu.
Jimin dan Taehyung 2 tahun. Pasangan kembar kedua. Belum bersekolah.
Jungkook 7 bulan. Maknae. Baru bisa merangkak. Belum bisa bicara.

Siapa yang mau jadi bapaknya anak-anak itu? Tunjuk jariii! SAYA MEMBUKA AUDISIII! XD XD XD *seketika dibegal Jin*