Naruto (c) Masashi Kishimoto

Lampauimu (c) Salada

Short fiction. Boruto-Sarada. Canon. Ooc. Slight. SasuSaku & NaruHina.

.

.

.

Uzumaki Boruto benar-benar tak sabar menunggu hari ini datang. Ujian ketangkasan lapangan murid-murid akademi dibawah bimbingan Konohamaru Sensei. Dia benar-benar ingin membuktikan pada semua orang kalau dia sama kuatnya seperti sang ayah yang merupakan seorang pahlawan desa, dan dia tidak menebeng pada nama besar Uzumaki Naruto.

Berdiri di pinggir lapangan dalam sebuah barisan bersama murid-murid akademi lain, Buroto sudah tidak sabar menunggu giliran. Dia berkali-kali mengeluh pada Konohamaru Sensei karena belum membacakan namanya, dan malah menyebut nama Nara Shikadai melawan Akimichi Chouchou. Dia menatap remeh pada dua orang anak yang berdiri berhadapan di tengah lapangan itu.

Si tukang tidur melawan si gendut, hore! Lawan yang seimbang! Gerutu Boruto dalam hati. Sebenarnya dia meyakini kalau Nara Shikadai akan menang, walaupun pemalas dan tukang tidur, Nara Shikadai adalah murid akademi paling jenius. Dia juga bisa menggunakan jutsu pengendali bayangan seperti shinobi klan Nara pada umumnya. Namun yang membuat Boruto terkejut adalah ketika Shikadai tiba-tiba mengundurkan diri, dan memberikan kemenangan pada Chouchou. Anak dari Nara Shikamaru itu juga terlihat tak acuh dengan ancaman Konohamaru Sensei, yang menyatakan bahwa Shikadai akan menadapatkan nilai praktek yang lebih rendah dari murid-murid lain jika mengalah tanpa bertarung seperti itu. Shikadai tetap ngotot memberikan kemenangan untuk Chouchou.

Akhirnya jounin pembimbing yang merupakan cucu hokage ketiga terpaksa melanjutkan uji tanding ke peserta berikutnya.

"Uzumaki Boruto." Dia mendengus, merotasikan kedua bola matanya ketika melihat gaya berlebihan dan rasa percaya diri sang murid kesayangan (dan juga muridnya yang paling menyebalkan).

"Bagus. Sekarang giliranku, siapa yang harus kuhajar." Dia maju ke tengah lapangan, memamerkan cengiran lebar—yang menurutnya—mengancam pada teman-teman sekelasnya di akademi ninja Konoha.

"Uchiha Sarada."

Eh? Apa? Mata Boruto membulat mendengar nama yang dibacakan Konohamaru Sensei.

Gadis kecil bersurai gelap, berkacamata, memakai celana hitam, dan baju maroon bergambar kipas merah-putih terbalik di bagian belakang, maju. Dia menatap Boruto dengan sorot mata yang dingin nan datar.

Boruto menoleh, memandang Konohamaru Sensei gusar. Apa Senseinya itu bercanda? Yang benar saja lawannya Sarada? dia tidak mau melawan seorang anak perempuan. Ibunya, Uzumaki Hinata, sedari dulu sudah mengajarkan dan mewanti-wanti dia agar tidak menyakiti dan bersikap sopan pada perempuan. Beliau selalu berkata, "Jangan menyakiti anak perempuan. Lindungi mereka seperti kau melindungi Himawari, adikmu." Oke. Kesimpulannya anak perempuan yang bernama Sarada tidak boleh disakiti. Dia harus dilindungi. Daripada mengambil tindakan bodoh seperti Nara Shikadai yang tidak mau bertarung dan dapat nilai rendah, Boruto lebih memilih untuk mengganti lawan.

"Aku tidak mau bertarung dengannya."

Permintaan Boruto membuat Sarada dan Konohamaru Sensei mengernyit.

"Kenapa kau tidak mau bertarung dengan Sarada, Boruto?" tanya Konohamaru Sensei bingung.

"Karena dia perempuan!" Boruto menunjuk Sarada, bibirnya mengerucut.

"Memangnya kenapa kalau aku perempuan?" tanya Sarada dingin. Mata obsidiannya tampak berkilat kesal.

Boruto menoleh. Bibirnya makin mengerucut melihat ekspresi Sarada. Cewek judes, batinnya.

"Karena aku tidak mau melukai perempuan."

Sarada mencibir jawaban Boruto. "Katakan saja kalau kau takut padaku."

"APA? TENTU SAJA TIDAK!"

"Lalu kenapa kau tidak mau melawanku?"

"ITU SUDAH JELAS! KARENA KAU PEREMPUAN!" teriak Boruto emosi. Ya ampun Ibu, bagaimana cara aku melindungi anak perempuan kalau anak perempuannya model begini.

"Katakan sejujurnya kalau kau memang takut padaku."

Konohamaru Sensei melongo melihat pertengkaran Uzumaki-Uchiha itu. Boruto dengan emosi yang meledak-ledak mudah dibaca, dan Sarada yang judes nan dingin.

Rasanya seperti menonton pertengkaran antara Kak Naruto dan Kak Sasuke, pikir Konohamaru sweatdrop.

"AKU TIDAK TAKUT PADAMU!" teriak Boruto. Emosinya benar-benar sudah sampai ke ubun-ubun.

"Kalau kau tidak takut padaku, maka lawan aku ... Pecundang."

Mata biru Boruto melebar. Dia memandang Sarada murka. Tak peduli lagi bahwa dia seorang anak perempuan, Boruto siap menghajarnya. Mulut gadis kecil Uchiha itu lebih tajam dari kunai. Mengeluarkan sebuah kunai dari sakunya, Boruto berlari cepat untuk menyerang Sarada. Saat jarak cukup dekat (semua murid, bahkan Konohamaru Sensei menahan napas menunggu apa yang terjadi selanjutnya) semua dibuat terkejut dengan tubuh Boruto yang tiba-tiba terbanting ke tanah, dengan kunai yang tadi dia pegang menempel di lehernya. Uchiha Sarada berada di atas. Memegang sebelah tangan dan menindih tubuhnya agar tidak bergerak. Entah bagaimana gadis kecil itu menghindari serangan Boruto, dan membantingnya ke tanah. Dia cepat.

Boruto (dan semua orang yang melihat kejadian itu) tertegun. Untuk sesaat mata birunya terkunci pada manik obsidian Sarada yang ada di balik kacamatanya. Seringai menyebalkan yang tersungging di bibir anak perempuan Bibi Sakura itu menyadarkan Boruto dari lamunan.

Melepaskan dan bangkit dari posisi menindih Boruto, Sarada melemparkan tatapan remeh pada anak laki-laki itu. Seringai di bibir mungilnya berubah jadi senyuman lebar menyebalkan ketika Konohamaru Sensei mengumumkan kemenangannya.

"Kau pecundang payah." Gumaman tanpa suara Sarada dapat dimengerti oleh Boruto. Dengan marah dia ingin menyerang gadis kecil itu lagi, namun Konohamaru Sensei buru-buru menahannya dan memberinya sebuah hukuman.

Tersinggung, Boruto segera berlari menjauh meninggalkan lapangan pertarungan dan pergi keluar akademi. Mengabaikan teriakan Konohamaru Sensei yang memanggil namanya.

Saat ini Boruto marah pada semua orang. Pada Ayahnya, Pak Tua Hokage yang sama sekali tidak punya waktu untuk anak dan keluarga. Pada orang-orang desa dan para guru yang hanya menganggapnya sebagai biang onar. Pada teman-teman yang meremehkan kemampuannya. Terutama pada Sarada yang sudah menganggapnya sebagai pecundang payah.

Boruto baru menyadari bahwa Sarada adalah gadis kuat. Anak dari keturunan Uchiha yang memiliki mata sharingan dengan seorang ninja medis terbaik. Boruto membuat catatan mental, dia tidak ingin jadi pecundang payah. Dia akan terus berlatih agar bisa melampaui Sarada dan juga ayahnya (Nanadaime Hokage). Dia yakin dia pasti bisa melampaui mereka.

.

.

.

Aku terus berlatih untuk menjadi kuat. Awalnya aku melakukan itu agar aku bisa membuktikan bahwa aku bukan pecundang payah seperti yang kau katakan. Tapi seiring waktu, tujuanku berubah. Aku terus berlatih untuk menjadi kuat. Agar aku bisa melampauimu. Agar aku dapat berdiri di depanmu. Melindungimu dari segala bahaya yang datang mengancam. (Uzumaki Boruto to Uchiha Sarada—Lampauimu.)

.

.

PART 1 A, FINISH