Different Chap 5! END!

P.s : buat urutan angka 1-9 adalah urutan usia kandungan Jongin!

.

-One, Two-

Senyuman tercetak jelas dibibir Sehun. Mendengar penuturan ayahnya dan ayah Jongin sendiri yang mengatakan kalau ia akan cepat-cepat dinikahkan dengan Jongin membuatnya senang setengah mati.

Ia tak pernah menyangka. Ternyata dunia begitu sempit. Ayahnya dan Ayah Jongin adalah sahabat lama. Bahkan mereka sempat menceritakan detail persahabatan mereka dulu. Sehun sempat sweatdroop sendiri. Tapi jujur saja ia senang. Lampu hijau untuknya telah menyala!

Dan jangan lupakan kalau Jun Woo melupakan semua dendamnya pada Sehun. Ia tak tahu kalau yang ia siksa selama ini adalah anak dari sahabat karibnya.

Jun Woo sempat menyesal. Ia meminta maaf kepada Sehun karena memperlakukan Sehun dengan sadis. Tapi Sehun tidak bodoh. Ia juga sadar kalau ia memang pantas mendapatkan semua itu. Begitupun Jae Kyung. Ayah Sehun itu meminta maaf sedalam-dalamnya pada Jun Woo. Kebejatan anaknya yang telah menghancurkan masa depan Jongin. Masa depan anak sahabatnya sendiri.

Jae Kyung sempat was-was sebelumnya. Takut-takut kalau Jun Woo marah padanya. Tapi nyatanya? Bahkan Jun Woo sempat memeluknya. Melupakan segala dendamnya pada Sehun.

.

Sehun tau ini berat bagi Jongin. Walaupun ia telah direstui oleh orang tua Jongin tapi tidak dengan Jongin. Jongin masih amat berat untuk memaafkan Sehun. Sudah terlanjur kecewa.. Mau bagaimana lagi?

Usaha Sehun seperti tak ada apa-apanya dimata Jongin. Bahkan ayah, orang tua Jongin dan teman-temannya juga ikut serta membujuk Jongin. Bagaimanapun Jongin ini sedang mengandung. Lalu bagaimana nasib anaknya kelak jika ia tanpa Sehun?

Sejak usia kandungan Jongin satu bulan hingga sekarang yang memasuki dua bulan, Sehun tak pernah menyerah untuk mendapatkan maaf dari Jongin. Jongin selalu memalingkan wajahnya kala ia mengajaknya bicara.

Anggap saja ini konyol. Tapi keluarga Jongin bahkan pernah menyuruh Sehun dan Jongin kencan buta. Namun lagi-lagi gagal. Jongin itu terlalu peka..

Sehun tak kehabisan akal. Ia memesan sebuah banner besar yang ia gantung didepan rumah Jongin. Jongin yang saat itu baru saja pulang dari supermarket sedikit terkejut. Menatap banner dengan tulisan 'Kim Jongin, Will U Marry Me?' dengan pandangan yang sulit diartikan.

Ugh! Ini romantis.

Andai Jongin adalah wanita, ia pasti sudah terlonjak kegirangan. Pangeran Es yang sangat dingin melamar dengan cara yang seromantis ini?

Uh-oh! Bayangkan. Jantung Jongin saja sudah berdegub dengan kencangnya. Takut-takut jika ia ternyata memiliki penyakit Jantung..

Tapi sayang.. Lagi-lagi Jongin mengacuhkan Sehun. Ia melenggang memasuki rumahnya tanpa melihat kearah Sehun sedikitpun yang memandang shock dirinya.

Biarkan saja!

Toh, mengerjai Sehun sebenarnya enak juga. Kkkk~ Dasar naughty bear!

-Three-

Jongin menatap baju-bajunya dengan pandangan memelas. Salah satu tangannya meraih sebuah singlet ketat berwarna hitam yang ia beli waktu di New York dulu. Singlet kesayangannya. Apalagi yang membelikannya adalah Kris. Ugh. Ia jadi merindukan Kris..

"Apa aku masih bisa memakaimu?" Monolognya.

Jongin mencengkram erat sisi kanan dan kiri singlet tersebut dengan bibir yang melengkung kebawah.

Well, ibunya melarangnya memakai pakaian ketat sekarang. Tiga bulan usia kandungannya membuat perutnya terlihat lebih berisi. Walaupun masih terlihat samar, tapi tetap saja. Takut-takut Jongin merasa sesak kalau memakai pakaian ketat.

Beberapa minggu terakhir ini Jongin tak pernah lagi memakai singlet-nya. Padahal biasanya satu minggu ia memakai singlet itu empat atau lima kali. Bisa dibilang cuci-kering-pakai. Karena ia bilang kalau singlet-nya ini sangat nyaman.

.

.

Sehun mengetuk pintu kamar Jongin yang bercat putih itu dengan tenang. Tangan kirinya membawa sebuah bucket mawar putih kesukaan Jongin. Seperti biasa, tak ada jawaban dari dalam sana.

Bukan! Bukannya Jongin tak ada didalam sana. Tapi... Umhh 一u know what i mean?

Walaupun begitu, Sehun tetap saja masuk kekamar Jongin tanpa izin. Kamar Jongin tak pernah dikunci, by the way. Ck. Seperti memberi akses Sehun untuk masuk kamarnya saja!

Sehun melangkahkan kakinya memasuki kamar Jongin dengan pelan. Dilihatnya Jongin yang sedang duduk membelakanginya.

"Kai..." Panggilnya. Tetap saja tak ada sahutan.

Sehun menaruh bucket mawar putihnya ke keranjang yang berisi bucket-bucket mawar putih yang lain. Itu semua adalah bunga pemberiannya. Entah Jongin sengaja atau tidak memberi keranjang untuk bunga-bunga yang Sehun berikan. Namun seingat Sehun, ketika pertama, kedua atau bahkan ketiga kali ia memasuki kamar Jongin tak pernah ada bentuk keranjang semacam itu. Keranjang anyam yang dirancang apik. Pas untuk menaruh bucket-bucket bunga. Mungkin benar keranjang itu dikhususkan untuk menyimpan semua bunga pemberian Sehun.

Sehun menjatuhkan tubuhnya di ranjang Jongin. Ia merangkak mendekati Jongin dan melingkarkan tangannya di pinggang Jongin. Sehun memandang wajah Jongin yang menunduk dari bawah. Tangan Jongin sibuk melipat pakaian-pakaiannya sendiri.

Jongin tak menghindar maupun berteriak mengusir Sehun. Karena itu sudah pernah ia lakukan dan malah membuatnya dimarahi sang Ayah. Ia kapok! Ayahnya jika sedang marah itu seram sekali. Ia bahkan menangis saat itu juga. Jongin tau waktu itu ia memang keterlaluan.

Saat itu hujan turun dengan derasnya. Tiba-tiba Sehun datang membawakan sebungkus bubur hangat yang baru dibelinya. Niatnya ingin membuat Jongin hangat dengan memakan makanan yang juga hangat. Tapi harapannya pupus.

Setelah sampai dirumah Jongin yang Sehun dengar dari ayah Jongin kalau Jongin sedang bergulung diri dikamarnya. Beberapa kali ayah Jongin berteriak memanggilnya agar keluar dan menemui Sehun. Tapi nyatanya itu tak membuat Jongin bergeming. Hingga ayah Jongin meminta Sehun untuk masuk saja kekamar Jongin.

Sehun menurut.

Tapi yang ia dapatkan malahan tatapan tajam dari Jongin. Dan一

Byurrr!

Jongin menumpahkan bubur yang Sehun berikan tepat dikepala Sehun. Membuat uap-uap terkumpul di kepala Sehun karena buburnya masih hangat.

"Shhhh.. Kau mengganggu waktuku. Ouch! Ini dingin sekali, Ya Tuhan! Grrrrrr~"

Setelah mengatakan itu Jongin kembali bergelung dengan selimut tebalnya. Dan Sehun mengerti. Kalau Jongin sedang sangat-sangat kedinginan sekarang, dan tak ingin meninggalkan selimutnya barang semenit pun.

.

"Ughh~"

Entah suara apa yang keluar dari bibir Jongin. Tapi ia sempat mengutuknya. Sehun tiba-tiba mengelus perutnya dengan lembut. Membuat sensasi geli yang menjalar diperutnya dan membuatnya mendesah. Sungguh Jongin malu sekarang. Lihat saja wajahnya yang memerah semerah cabai rawit.

"Kandunganmu... sudah berapa bulan heum?" Tanya Sehun.

Pipi Jongin semakin merona mendengar pertanyaan Sehun. Perhatian sekali ya...

Jongin menyentak tangan Sehun yang melingkari pinggangnya. Ia memalingkan wajahnya agar Sehun tak melihat pipinya yang memerah.

"Tak apa... Aku 一pulang dulu yah" pamit Sehun. Namun tak Jongin indahkan. Sehun mengusak rambut Jongin sebelum bangkit dan pulang.

Memang selalu seperti ini ketika Sehun menjenguknya.

Ketika Sehun bertanya, ia hanya diam. Ketika Sehun menunjukan perhatiannya, ia mencoba menghindar. Selalu begitu!

-Four-

Sehun tak mengerti. Ia sempat memekik ketika Jongin tiba-tiba duduk dipangkuannya. Memainkan rambutnya sensual. Meroll-nya dengan jari telunjuknya.

Memang beberapa hari ini sikap Jongin aneh sekali. Sehun ingin bertanya, tapi takut kalau mood Jongin akan berubah dan kembali membencinya.

Namun ketika mendengar penjelasan dari ibu Jongin kalau itu adalah efek orang hamil sedikitnya membuat Sehun kecewa. Ia pikir Jongin seperti itu karena Jongin memang sudah membuka hati untuknya. Tapi... Hahhh~ sudahlah...

Seperti pagi ini.

Sehun dikejutkan dengan datangnya Jongin di area sekolah dengan mantel merah kebesaran yang melekat ditubuhnya.

Segera saja Sehun berlari menghampiri Jongin. Melepas blazer-nya dan memakaikannya pada Jongin. Walaupun mantel Jongin cukup tebal, tapi tetap saja Sehun takut Jongin kedinginan. Beberapa hari ini Seoul memasuki musim dingin. Bahkan tak ayal salju sering turun. Dan Sehun tau Jongin tak akan tahan dengan yang namanya dingin.

"Mengapa kesini hm?" Tanya Sehun lembut sembari merapikan rambut Jongin yang sedikit acak-acakan. Jongin tersenyum. Kemudian mengangkat tangan kanannya yang membawa kotak makanan ke udara.

"Membawakanmu bekal. Tadi kau berangkat pagi sekali.. Aku kerumahmu, tapi ayahmu bilang kau sudah berangkat" jawab Jongin dengan bibir yang merenggut lucu.

"Benarkah? Ugh.. Maafkan aku ya..."

"Tidak apa-apa"

Jongin menyerahkan kotak bekal berwarna biru tua itu pada Sehun dan memakaikan kembali blazer Sehun yang sempat Sehun pakaikan padanya.

"Terima kasih, sayang" ucap Sehun.

"Hm. Ya sudah aku pulang dulu. Bye"

Jongin hendak melangkah pergi. Tapi tangannya dicekal oleh Sehun. Membuatnya mau tak mau harus berhenti. Jongin menatap heran Sehun.

"Apa lagi?" Tanya Jongin.

"Poppo~~" jawab Sehun membuat pipi Jongin merona.

Chu~

"Ya! Kenapa dipipi? Disini dong" protes Sehun karena Jongin menciumnya dipipi. Well, Sehun 'kan inginnya dibibir. Kkk~

"Aish.. Nanti dilihat orang!" Balas Jongin menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Sehun tertawa terbahak. Jongin kalau malu lucu sekali..

"Hahaaa~ Ya sudah, pulang sana"

"Kau mengusirku?"

"Tidak... Aku hanya tak mau baby kedinginan"

Sehun mengusap perut Jongin sayang dan mengecup kening Jongin lama sebelum Jongin kembali pulang.

Sedangkan para shipper mulai mengabadikan moment tadi di ponsel masing-masing lalu meng-uploadnya di sosial media. Dasar shipper! Haha..

Hubungan Sehun dan Jongin sudah menyebar keseluruh sekolah bay the way.. Sehun yang dingin pantas bersanding dengan Jongin yang manis. Terlihat saling melengkapi..

Hingga para shipper mulai bermunculan untuk mengabadikan setiap inci moment mereka ketika bersama.

-Five-

Tepat di bulan kelima kehamilan Jongin. Sehun dan Jongin memilih untuk menghalalkan hubungan mereka. Mengucapkan janji suci di depan pendeta, kerabat juga teman-teman mereka. Dengan Jongin yang memakai gaun putih yang panjang menjulang. Wajah yang natural tanpa polesan make up sedikitpun. Dan rambut tanpa wig yang dirias secantik mungkin.

Sebenarnya Jongin ingin memakai tuxedo. Karena... Yah... Bagaimanapun ia adalah pria. Aneh saja pria memakai gaun dan dirias sedemikian rupa. Walaupun ia tak memakai make up tetap saja ia merasa aneh dan geli pada dirinya sendiri.

Sedangkan Sehun terlihat tampan dengan setelan tuxedo yang sangat pas ditubuhnya.

Sehun bahagia. Sungguh..

Efek kehamilan Jongin yang dikatakan ibu Jongin ternyata akan berakhir seperti ini.

Sehun sempat ragu dengan keputusan menikah ini. Karena ia sempat berfikir kalau Jongin tak benar-benar mencintainya. Ia terpengaruh dengan ucapan mertuanya tentang efek orang hamil yang mood nya sering berubah-ubah.

Tapi ia cukup lega karena ia mendengar sendiri Jongin mengucapkan kata 'Saranghae' dan 'Mianhae'.

-Six-

Sehun terlihat kalang kabut dengan semua permintaan Jongin. Bisa dibilang mode ngidam Jongin sedang aktif. meminta Sehun melakukan dan membelikan ini itu. Dan jika tak dituruti ia akan menangis. Jujur saja itu membuat Sehun sedikit frustasi. Ditambah lagi tugas sekolahnya yang ughh一 banyak sekali. Eww!

"Sehun, aku ingin sex" ucap Jongin membuat Sehun yang sedang menyeruput susu yang Jongin buatkan tersedak. Dengan wajah yang memerah, Sehun berusaha menetralkan nafasnya.

Jongin memandangnya khawatir. Matanya berkaca-kaca. Dan dalam hitungan detik, isakannya mulai terdengar.

"Hiks.. Ti-tidak boleh ya? Ma-maafkan a-aku membuat Sehunnie tersedak hiks"

Sehun sweatdrop sendiri mendengar penuturan Jongin. Hey! Mana tega Sehun melakukan sex dengan Jongin kalau Jongin saja sedang hamil. Perut Jongin sudah terlihat besar. Bahkan Jongin sendiri terlihat sedikit kesusahan saat bergerak. Sehun tak ingin menyakiti Jongin. Tapi ia juga tak tega melihat Jongin menangis karena permintaannya tak terpenuhi. Hahhh~ lalu Sehun harus apa?

"Sehun, bisakah kau meninggalkanku sendiri? 一huks. Aku lelah. Aku ingin tidur" tutur Jongin kemudian membaringkan tubuhnya diranjang satu-satunya yang berada dikamar itu.

Sehun menurut. Tak ingin membuat Jongin menangis lagi karena permintaannya yang tak dituruti. Ia berjalan lemas keluar dari kamarnya dan Jongin.

Yah.. Mereka tinggal dirumah Jongin saat ini. Mungkin nanti setelah Sehun lulus mereka baru akan membeli rumah sendiri. Lagipula Jongin sedang hamil. Takutnya kalau terjadi apa-apa dengan Jongin kala Sehun tak ada dirumah.

"Loh, Sehun.. Kenapa lesu begitu?" Tanya Jung Ra yang tak sengaja melihat menantunya berjalan lemas menuju ruang tv.

"Jongin, mom"

"Jongin? Ada apa dengannya?"

"Ia sedang mengidam一"

Sehun menggantung kalimatnya. Takut kalau ia mengatakan yang sebenarnya malah membuat mertuanya marah.

"Ya turuti saja, Sehun.." Balas Jung Ra lembut.

"Tapi... Jongin ingin sex, mom" ujar Sehun memelan pada kalimat terakhirnya. Wajahnya sedikit memerah kala mengatakannya. Ia malu..

Jung Ra tersenyum. Kemudian menepuk pundak Sehun lembut.

"Lakukanlah.. Tapi jangan sampai kau menyakitinya. Perlakukanlah ia dengan lembut"

.

.

"Sayang" panggil Sehun. Namun tak ada jawaban dari Jongin. Sehun tau Jongin tidak tidur. Karena tadi ia sempat melihat Jongin menatap langit-langit kamarnya, namun setelah melihat Sehun masuk, ia membalik tubuhnya memunggungi Sehun dan memejamkan matanya.

Sehun beringsut memeluk Jongin dari belakang. Menghirup tengkuk Jongin.

"Kau ingin... sex?" Tanya Sehun. Namun lagi-lagi tak ada jawaban.

"Kalau kau benar-benar ingin... Ayo kita lakukan!" Ucap Sehun lalu membalik tubuh Jongin dengan cepat. Seringaian tercetak jelas diwajahnya dan Jongin merinding seketika.

Dengan cekatan Sehun membuka semua kain yang melekat ditubuh Jongin. Ia meneguk salivanya susah payah.

Well, ini adalah kali pertamanya ia melihat tubuh Jongin yang benar-benar polos tanpa sehelai kain pun.

Selama menikah, ia belum pernah melihat tubuh Jongin full naked. Mandi bersama saja tak pernah. Apalagi melakukan sex?

Bukannya Sehun tak mau menyentuh Jongin. Ia hanya takut kalau Jongin trauma melakukan sex dengannya. Ia sadar itu.

Paling tidak Sehun hanya melihat tubuh Jongin yang half naked ketika ganti baju.

Hahhh~~ bahagianyaaaa...

Sehun membelai perut Jongin dan mengecupnya.

"Sayang, appa akan melakukannya dengan lembut" monolognya pada sang buah hati yang berada didalam perut Jongin. Jongin tersenyum mengelus kepala Sehun sayang.

.

.

.

.

.

"Shhhh~ s-sehun ughhh"

Jongin mendesis tertahan. Sehun masih setia meng-handjob penis Jongin. Hanya elusan dan sesekali tekanan yang Sehun berikan. Namun mampu membuat Jongin serasa melayang.

Sehun menggiring tangan Jongin untuk juga meng-handjob penisnya yang mulai menegang. Jongin ragu. Tapi ia melakukannya juga.

Selama tangan Jongin meng-handjob penisnya 一sesekali juga mem-blowjob nya一 Sehun mulai memasukkan dua jarinya di hole Jongin. Jongin meringis. Namun itu malah membuatnya mengangkang lebih lebar. Memudahkan Sehun untuk menambah jarinya didalam hole Jongin.

"M-move, Sehunhh! Pleasee ugh"

Sehun berjengit kala tangan Jongin tiba-tiba mencengkram erat penisnya. Sehun tau. Jongin mencengkram penisnya untuk melampiaskan kenikmatannya. Maka dari itu, Sehun menggerakkan jarinya. Menubruk sesuatu yang berada didalam sana yang mudah sekali ia temukan. Jongin mendesah dan semakin mencengkram erat penis Sehun. Disaat penis Sehun mulai berkedut, Sehun melepas paksa cengkraman Jongin membuat Jongin sedikit kecewa. Namun saat Sehun mulai mengambil ancang-ancang menempatkan penisnya didepan hole Jongin membuat Jongin mengerti dan semakin membuka lebar selangkangnya.

Sehun menggesekkan kepala penisnya yang sudah mengeluarkan sedikit precum ke hole Jongin.

Setelah dirasa hole Jongin cukup licin karena precum-nya, Sehun mulai mendorong pinggulnya sendiri agar penisnya masuk kedalam hole Jongin. Jongin merintih dan meringis. Sehun jadi tak tega. Ia mulai memperlambat temponya untuk memasuki Jongin. Diusapnya peluh Jongin yang membasahi wajahnya.

Sehun melakukannya dengan sangat lembut. Walaupun tak dapat dipungkiri sesekali Jongin akan meringis dibuatnya.

Sehun membiarkan hole Jongin terbiasa dengan penisnya yang kini sudah tertanam sempurna dihole Jongin.

"M-move ahhhh~"

Sehun menggerakkan pinggulnya maju-mundur setelah mendengar permintaan Jongin. Hole Jongin mengerut membuat Sehun cepat-cepat ingin mengeluarkan cum-nya.

"I wanna cum. Nghhh~"

"Anything for you, dear"

Sehun sedikit mempercepat sodokannya. Ia mengocok penis Jongin tak beraturan. Bibirnya mulai menghisap setiap jengkal tubuh Jongin. Membuat kissmark agar Jongin lebih terangsang.

"Nghhhh.. Yeahhh there! Hunhhh there!"

Tangan Sehun semakin mempercepat kocokannya pada penis Jongin. Jongin semakin mengerutkan holenya menjepit penis Sehun saat dirasa penisnya mulai berkedut dalam genggaman Sehun.

"Sehunhhh, aku inginhhh uhhh~"

"Yesshh.. Together, love"

Crott!

Crottt!

Nafas keduanya tersenggal. Sehun menghempaskan tubuhnya kesamping Jongin tanpa melepas penisnya dari tubuh Jongin. Memeluk dan menyelimuti Jongin agar tidur.

Jujur saja Jongin sangat senang. Satu bulan menikah ia belum pernah dimasuki Sehun. Walaupun dulu pernah, tapi tetap saja berbeda. Kalau dulu mereka melakukannya karena kesalah pahaman, tapi sekarang mereka melakukannya untuk menyalurkan rasa cinta.

"Night, babe"

-Seven-

Jongin menatap tajam gadis yang kini menyeringai padanya. Itu Hyuna. Entah ada urusan apa gadis itu kemari, tapi tadi Sehun sempat menjelaskan kalau mereka ada tugas kelompok.

Sehun datang dengan satu gelas orange syrup ditangannya. Saat hendak menaruh gelas itu dimeja, Hyuna memanjangkan kakinya membuat Sehun tersandung dan menindih tubuhnya. Menumpahkan syrup yang tadi ia bawa ketubuh Jongin. Ini kesempatan! Hyuna mencium bibir Sehun yang memang sangat dekat dengan wajahnya. Mencengkram erat pundak Sehun untuk menyulitkan Sehun melepas ciumannya. Melumatnya ganas membuat Jongin mengeluarkan tanduknya. Jongin panas! Ia marah kali ini!

Dengan murka Jongin berdiri. Membanting gelas yang tadi terjatuh di sofa kelantai.

Jongin menarik Sehun dengan kasar. Dan berteriak keras kepada Hyuna.

"KELUAR DARI RUMAHKU DASAR JALANG!"

.

.

.

.

.

Sehun mondar-mandir tak tentu didepan kamarnya dan Jongin. Jongin marah padanya. Ia tau ia salah. Tapi ia tak tau jika Hyuna seganas itu.

Bahkan tadi Jongin sempat minta cerai. Ugh! Sehun ga bisa diginiin huhu...

Sehun khawatir pada Jongin. Sangat!

Jongin itu ngambeknya tak tanggung-tanggung. Ia akan mogok makan. Diusia kandungan Jongin yang ke tujuh bulan membuat Sehun semakin khawatir. Sehun takut terjadi apa-apa pada Jongin dan anaknya kalau Jongin sampai mogok makan dan jatuh sakit.

Ini semua gara-gara Hyuna! Hyuna sialan!

Cklek!

Sehun menoleh. Menatap wajah Jongin yang ditekuk dan mata yang sedikit sembab. Habis menangiskah Jongin? Sepertinya iya..

"Apa?! Minggir! Aku haus" ucapnya dingin. Sehun meringis mendengarnya. Kalau begini jadinya, lebih baik ia diomeli habis-habisan oleh Jongin daripada harus dicueki Jongin seperti ini.

"Kai, Oh Jongin, honey, bunny, sweety, dear, my love, chagiya dan ibu dari anakku.. Aku minta maaf okay?"

Jongin diam. Tak merespon ucapan Sehun. Sehun menghela nafas. Ia menarik Jongin kedalam pelukannya. Ditumpukkannya dagunya pada kepala Jongin dan mengelus pundak Jongin dengan sayang.

"Aku minta maaf.. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi"

Jongin melepas pelukannya. Menatap Sehun penuh arti.

"Janji?"

Jongin menggoyangkan kelingkingnya didepan wajah Sehun. Dan Sehun menyambutnya. Ia menautkan kelingkingnya dengan kelingking Jongin.

"Janji!"

-Eight-

Diusia ke delapan kandungan Jongin, Sehun sementara memilih homeschooling sama seperti Jongin. Takutnya nanti kalau Jongin kontraksi saat ia berada disekolah

Pagi ini Jongin merengek ingin dibelikan peralatan bayi. Jujur saja mereka belum membeli persiapan apapun tentang kelahiran Jongin.

Sehun menurut. Jongin terlihat berbinar ketika sampai di sebuah toko khusus peralatan bayi. Matanya tak henti menjelajah setiap rak dan etalase di toko itu.

Botol susu, pakaian, kaos kaki, topi, sepatu, sarung tangan, tempat makan, kereta bayi dan masih banyak lagi.

Sehun saja sampai kuwalahan membawanya. Tadi Sehun meminta agar Jongin membeli sedikit barang saja. Tapi yang ia dapatkan? Jongin malah menangis ditengah-tengah toko. Membuatnya menjadi pusat perhatian.

-Nine-

Tepat kesembilan bulan kehamilan Jongin, Jongin mengalami kontraksi. Jongin berusaha membangunkan Sehun yang masih tetidur disampinya dengan susah payah. Ugh.. Perutnya sakit sekali. Mencoba mengguncangkan lengan Sehun tapi yang ada Sehun malah memeluk perutnya erat. Membuat perutnya semakin merasa melilit. Entahlah, Jongin merasa pasrah. Keringat dingin mengalir dari pori-porinya dengan derasnya. Punggungnya ia sandarkan dikepala ranjang. Ia merintih sakit. Tenaganya melemah. Dan dengan tenaga yang ia punya, ia berteriak memanggil ibunya.

"Mommmmm~~~"

Jung Ra yang memang sedang melewati kamar Jongin terenyak kaget. Dengan kesetanan ia berlari menuju kamar Jongin. Untung kamarnya tidak dikunci!

Jung Ra menghampiri Jongin yang terlihat kesakitan dengan nafas yang memburu dan Sehun yang masih tertidur dengan nyenyaknya sembari memeluk perut besar Jongin.

"Ya Tuhan, sayang!" Pekik Jung Ra.

Jung Ra mengguncangkan tubuh Sehun dengan kasar sambil sesekali memukul pantatnya.

"Enggghh~ Mom? Ada apa?" Tanya Sehun sok polos ketika baru saja terbangun dari alam mimpinya.

"Ada apa kau bilang? Lihatlah istrimu bodoh!"

Sehun menoleh kearah Jongin. Matanya membelalak kaget.

"K-kau mau me-melahirkan?" Tanya Sehun kikuk. Ia jadi ling-lung setelah melihat Jongin kontraksi. Otaknya blank!

"Gendong dia! Oh stupid Sehun!" Jung Ra menggeram frustasi.

Sehun mulai mengangkat tubuh Jongin. Jongin mengalungkan lengannya dileher Sehun dan sesekali mencengkram pundaknya untuk melampiaskan sakitnya.

"Yeobo! Jongin mau melahirkan!" Teriak Jung Ra memanggil suaminya. Jun Woo yang mendengar Jongin mau melahirkan segera menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas pantry lalu berlari kesetanan.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Tangan mungil itu menggenggam erat telunjuk Sehun. Sehun sempat menangis tadi. Anaknya yang berjenis kelamin laki-laki itu lahir dengan selamat. Dan ia melihat sendiri bagaimana anaknya itu keluar dari rahim Jongin. Bahagia sekali hidup Sehun.

Anaknya mirip sekali dengan Jongin. Sehun sempat bertanya. Memangnya siapa yang membuat eoh? Kenapa tak ada mirip-miripnya dengannya?

"Sayang, kau mau memberi nama siapa pada anakmu?" Tanya Jun Woo.

"Eumm.. Kim Taeoh. Sepertinya bagus, dad!"

"Enak saja! Marganya Oh. Bukan Kim!" Protes Sehun.

"Hehe.. Mianhae"

Cengiran innocent Jongin membuat yang berada disana merolling matanya.

"Kau yakin mau memberi nama korea ke anakmu? Tidak ingin nama barat mungkin?" Tanya Jun Woo sekali lagi.

"Namanya Oh Taeoh. Tapi bagaimana kalau ia berada di New York panggilannya Asher?" Usul Jae Kyung membuat Jongin tersenyum lebar.

"Itu bagus, Yah!"

Sehun berjalan mendekati ranjang Jongin. Ia menyerahkan bayi mungil yang bernama Taeoh itu pada Jongin. Menyamakan posisi nya di dekapan Jongin.

"Nah.. Taeoh Sayang, sekarang aku adalah Eomma-mu" ucapnya.

"Dan aku adalah Appa-mu" lanjut Sehun. Mereka tersenyum.

"Kau memiliki dua kakek dan satu nenek.. Mereka sangat tampan dan cantik. Umma harap, kau menyayangi mereka.. Jadilah anak yang baik, sayang"

Chuu~

'Welcome In The World, Oh Taeoh'

-END-

A/N :

Akhirnya selese juga nih ff xD

Endingnya aneh? Biarin :"v

Otak cetek gabisa mikir wkwk :3 NC-nya dikit hoho. Ga tega sama Jongin-nya. Dia pan lagi 'anu' /ggg

Jadi cuma satu ronde aja NC-annya xD kalo beronde2 kesian Jonginnya :p

Kesandung typo ya? Hehe maap yak :3

Thanks yg sebesar2nya buat yg udah review, follow sama favorit nih ff. Duh, padahal ngiranya nih ff ga laku T.T

Alurnya mudah ditebak ya? Perasaan dari kemaren yg review bisa nebak kelanjutannya deh :v

Mianhanda endingnya ga memuaskan. Tapi daku mau ngucapin gomawo very very much/? *apaini? xD

See you later in other story.. :*

Mind to review again? XD