Immortal Life (Sekuel My Mortal Mate)

Disclaimer : Naruto belong to Masashi Kishimoto. But This Story is Mine!

Pair : Uchiha Sasuke x Haruno Sakura (Slight YahikoSaku)

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Tragedy, Mistery

Rated : T+

Warning! : Typo, Gaje, OOC, dan Sebangsanya! Diharapkan membaca fic saya yang berjudul 'My Mortal Mate' terlebih dahulu!

-Happy Reading! Dilarang mengcopas tanpa seijin author-

.

.

Chapter 1

.

.

Wushhh

Angin malam berhembus kencang. Petir menyambar saling bersahutan. Setetes air mendarat diatas sebuah makam yang telah hancur. Tak ada siapapun di dalam makam tersebut. Hanya ada sebuah peti kosong.

Tes Tes

Tetesan air dari langit datang menyerbu permukaan bumi. Seolah tak membiarkan satupun benda yang dijatuhinya kering. Dalam sekejap tanah di areal pemakaman tersebut tampak berlumpur.

Samar-samar terbentuk jejak kaki diatas tanah berlumpur pemakaman itu. Jejak kaki seukuran manusia dewasa itu terlihat samar akibat lumpur yang bergerak menutupi jejaknya.

Sebuah –ah tidak, sepasang kaki pucat tampak berjalan gontai meninggalkan pemakaman. Tubuhnya penuh akan lumpur yang menempeli kain-kain –sebut saja pakaian- yang menempeli tubuhnya. Hujan deras menjadi background langkah gontainya. Seolah membersihkan sosok itu dari lumpur yang menempel. Kepalanya menengadah menatap langit. Matanya memandang kosong bulan yang bersinar dengan terang. Sejenak, ia memejamkan matanya, menikmati terpaan sinar bulan purnama.

Deg!

Tiba-tiba matanya terbuka. Memperlihatkan iris keunguan yang tampak membulat. Sekujur tubuhnya gemetar hebat.

"ARGHHHH!."

Sosok itu mengerang kesakitan. Ia jatuh terduduk ditengah jalan. Tiba-tiba sorot lampu meneranginya dijalan yang tampak sepi ini. Cahayanya semakin lama semakin mendekat.

TIN TIN

CKITTT

"Hei! Kau! Apa kau gila hah?!." Seseorang menyembul keluar dari dalam sebuah mobil. Memaki-maki seorang pemuda yang seenaknya menghalangi jalannya ditengah hujan lebat seperti ini. Pemuda yang disebutnya 'gila' itu menunduk, menyeringai dalam diam, dengan sepasang taring yang memanjang.

"Apa- ARGGGGHHH!."

Dengan gerakan yang sangat cepat melampaui kecepatan cahaya(?) pemuda 'gila' itu bergerak menghampiri sang pengemudi mobil. Mencengkeram erat lehernya. Mengangkat pengemudi malang itu dengan sebelah tangan. Kuku tajamnya menekan leher si pengemudi yang tampak meronta –minta dilepaskan-.

"ARGHHHH!."

Glup Glup

Sang pengemudi tewas seketika dengan luka bekas gigitan. Sang pemuda tampak menyeringai puas sembari mengusap kasar bibirnya yang meneteskan setetes darah.

"Enak." Gumam pemuda itu pelan. Ia berjalan keseberang jalan. Tak memperdulikan korbannya –si pengemudi- yang terkulai lemah tak berdaya di tengah jalan. Matanya menatap kosong ke depan. Beruntunglah ia karena ini tengah malam dan orang-orang memilih enggan untuk melewati jalan sepi didepan pemakaman itu, sehingga tak ada satupun orang yang mengetahui aksinya.

Ah, tidak. Ternyata ada sesosok tubuh yang menyeringai seram memandang aksi pemuda itu. Dalam hitungan detik, tubuhnya berpindah tempat. Tepat dihadapan pemuda yang sedari tadi diawasinya dari balik pohon itu.

Pemuda dengan netra ungu tersebut menatap sosok didepannya dengan tatapan tajam. Matanya memicing waspada saat sosok itu menjulurkan tangan kearahnya. Dengan refleks, pemuda tersebut menghindari tangan yang hendak bergerak memukul tengkuknya.

"Refleksmu bagus." Puji sosok misterius itu. Ia memejamkan mata sejenak. Melihat ada celah, insting pemuda bernetra ungu tersebut langsung bekerja saat dirasanya sosok misterius itu hendak membahayakan dirinya. Dengan gesit, pemuda tersebut melancarkan pukulannya. Sedikit lagi, pukulannya akan menghantam tubuh sosok itu. Namun tiba-tiba, gerakannya terhenti beberapa centi dari sasarannya. Matanya terbelalak saat mata sosok misterius itu terbuka. Menampilkan sepasang netra merah darah. Dalam sekejap pandangannya mengabur dan pemuda itu jatuh pingsan dihadapan sosok misterius yang kini tengah menyeringai licik.

Sosok misterius itu mengangkat tubuh pingsan sang pemuda. Dan dalam sekali kedipan mata, sosoknya beserta sang pemuda menghilang ditengah kegelapan malam.

.

.

.

.

"Ohayo, Sakura-sama." Sapa seorang pelayan di kastil megah itu kepada seorang gadis bersurai pink panjang. Sang gadis tersenyum lembut membalas sapaan sang pelayan. Kaki jenjangnya melangkah menuju teras belakang kastilnya. Hendak melihat pemandangan hutan di pagi hari. Gaun klasiknya tampak anggun menempel di tubuh rampingnya. Ia menatap langit biru yang tersembunyi di balik dedaunan pohon.

Langkah anggunnya bergerak mendekati setangkai dandelion yang sedang bermandikan cahaya matahari. Memetiknya dan meniupnya perlahan. Tak peduli akan sinar matahari yang lama-kelamaan bisa membahayakan tubuhnya. Berterimakasihlah pada evolusi yang terjadi pada kaum vampire seiring dengan perkembangan zaman. Zaman sekarang, kaum vampir tak perlu susah-susah bersembunyi di dalam rumah saat matahari tengah bersinar. Kulit mereka kebal, tetapi tetap saja sinar matahari akan membahayakan mereka jika terlalu lama berada dibawahnya.

Seseorang berjalan mendekati Sakura. Langkah gagahnya berhenti tepat dibelakang gadis itu. Perlahan, tangan kekarnya melingkari pinggang sang gadis. Memeluknya dengan penuh cinta. Kepala ravennya ia sandarkan pada pucuk kepala merah jambu pujaan hatinya itu.

"Hime.." gumamnya pada Sakura. Angin pagi berhembus, membelai lembut wajah rupawan mereka. Sang pemuda semakin mengeratkan pelukannya, seolah-olah gadisnya akan terbang terbawa angin jika ia tak memeluknya dengan erat.

"Sasuke-kun.. Ohayou. Bagaimana misimu?" tanya Sakura lembut sembari membalikkan badanya menghadap Sasuke. Tangan halusnya membelai lembut pipi tirus Sasuke. Sejenak Sasuke memejamkan matanya menikmati belaian halus Sakura. Saat dirasanya tangan itu hendak menjauh, ia dengan sigap menahannya untuk tetap berada di pipinya.

"Biarkan seperti ini Hime.. biarkan lebih lama lagi. Aku sangat merindukanmu." Gumamnya tak memperdulikan pertanyaan Sakura sembari menatap mata hijau gadisnya dengan tatapan lembut dan intens. Sakura tersenyum lembut mendengarnya. Kepala pinknya ia sandarkan pada dada bidang Sasuke. Mereka memejamkan mata menikmati sensasi hangat yang tumbuh di hati keduanya.

"Sasuke.."

Sebuah suara berat mengintrupsi adegan romantis mereka pagi ini. Seketika Sasuke dan Sakura membuka mata dan menengok kearah datangnya suara. Terlihat seorang pria tinggi dengan wajah tegasnya berjalan menghampiri kedua sejoli ini. Masker hitamnya tak bisa menutupi wajah tampannya yang terpahat sempurna meski bentuk bibirnya(?) masih menjadi misteri hingga saat ini.

"Nii-san.." sahut Sasuke menyapa balik orang itu. Sedangkan Sakura tersenyum tipis saat melihat orang itu tersenyum padanya.

"Ada apa Kakashi-nii?." Tanya Sasuke datar. Kakashi –nama orang itu- berjalan mendekat kearah Sasuke. Menjulurkan tangannya dan –

Mengacak brutal rambut emo Sasuke. Sang korban hanya menatap kesal sebagai balasannya. Hatake Kakashi adalah seorang vampire darah murni klan Hatake yang dijuluki klan 'White Fang'. Ia merupakan anak dari Hatake Sakumo sang pendekar vampire yang legendaris. Kakashi sudah sejak dulu akrab dengan Sasuke. Sejak pembantaian beberapa tahun silam, Kakashi lah yang membantunya bangkit dari keterpurukannya selama ini. Tak heran jika kini Sasuke sudah menganggapnya seperti kakaknya sendiri.

Sakura yang merasa lucu dengan keakraban mereka, terkikik geli. Dengan lembut, tangan mungilnya mengusap pelan surai raven Sasuke. Bermaksud untuk merapikannya.

"Terimakasih hime." Ucap Sasuke berterimakasih sembari mencium punggung tangan Sakura yang tadi mengusap surainya lembut. Kakashi memutar matanya bosan melihat kemesraan sang adik dengan mate abadinya itu.

"Hei-hei berhentilah bermesraan, aku ingin mendengar laporan hasil misimu Sasuke." Celetuk Kakashi membuyarkan suasana romantisme adiknya, lagi.

"Hn. Kau iri. Cepat temukan mate-mu Nii-san. Jangan hanya membaca buku mesum itu. Soal misiku, seperti biasa. Sukses." Sahut Sasuke tenang menjawab celetukan Kakashi tadi.

"Hn. Bagus." Tanggap Kakshi alakadarnya. Setelahnya ia membalikkan badan –hendak pergi meninggalkan adik dan mate-nya. Namun, seruan Sasuke menghentikan langkahnya.

"Kau mau kemana Nii-san?" tanya Sasuke penasaran. Tumben kakaknya itu berkunjung sesingkat ini. Biasanya ia akan menginap dikastilnya sampai puas.

"Aku ada urusan." Ucap Kakashi datar. Ia kembali melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Sasuke yang mengendikkan bahunya tak acuh dan Sakura yang memandang kepergiannya dengan tatapan datar.

.

.

.

.

"Ennghh." Suara erangan terdengar di ruangan gelap ini. Tak ada cahaya yang masuk, bahkan untuk sekedar menerangi letak benda-benda di dalamnya.

Tap Tap

Langkah kaki meramaikan suasana dalam ruangan itu. Tak terdengar satupun bunyi benda-benda yang bergeser. Langkah sosok itu terdengar mantap tanpa ada keraguan. Seolah-olah kegelapan yang melanda ruangan ini tak menjadi penghalangnya dalam melangkah.

Krek Krek

Aroma lilin terbakar menghiasi ruangan ini. Api-api kecil mulai menerangi secara perlahan namun pasti. Sebuah tangan pucat nampak membawa sebatang lilin. Tangan itu mendekatkan lilin dalam genggamannya kearah suatu objek dimana diatasnya terdapat seorang pemuda bernetra ungu. Pemuda itu mengerjapkan matanya saat cahaya lilin merasuki indra pengelihatannya, mencoba untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya yang tiba-tiba hadir ditengah kegelapan ini.

"Siapa kau?." Tanya pemuda bernetra ungu waspada. Matanya memicing tajam melihat kearah tangan pucat itu. Mencoba menerka-nerka siapa gerangan yang ada dihadapannya ini. Tak mendapat respon, pemuda itu akhirnya mengalihkan pandangannya menatap sekitar. Terdapat sebuah meja dan kursi. Tangannya bergerak meraba permukaan benda yang ia duduki sekarang. 'Tempat tidur' batinnya mengakhiri aksi merabanya.

"Apa kau baik-baik saja?" sebuah suara berat mengintrupsi kegiatan pemuda bernetra ungu itu. Segera saja, ia mengalihkan pandangannya kedepan. Memusatkan atensinya kearah suara berat yang ia perkirakan adalah seorang pemuda seumuran dengannya.

"Kau siapa?." Tanya pemuda itu mengulang pertanyaan yang sama. Ia tak akan menjawab sebelum pertanyaannya terjawab. Sosok yang ditanya pun mendengus mendengar pertanyaan sang pemuda.

"Jawab dulu perta-" ucapan sosok misterius itu terpotong oleh seruan kesal pemuda dihadapannya.

"Kau juga belum menjawab pertanyaanku sialan! Kau siapa hah?!." Geram pemuda itu emosi dan kembali mengulang pertanyaan yang sama untuk yang ketiga kalinya.

"Aku adalah…"

.

.

.

-TBC-

Hallooo! Saya kembali dengan fic multichap perdana saya! *tebarkonfeti ini adalah sekuel dari fic saya sebelumnya yaitu : MY MORTAL MATE. Jadi sebelum membaca fic ini saya anjurkan untuk membaca MML terlebih dahulu *sekalianpromosi. Jadiii bagi yang minta sekuel ini udah kan? *kedipkedip

Terimakasih untuk : yang sudah membaca, meriview, mengoreksi, mem-follow, dan mem-fav-kan fic MML. Fic multichap ini special untuk kalian semuaa! Semoga hasilnya tidak mengecewakan. Kalaupun mengecewakan tolong maafkan saya *plak

arigatouuuu!

Rnr?