Sasuke membuka pintu sebuah rumah yang tidak terlalu besar di hadapannya. Ini adalah rumah barunya dan Sakura, rumah yang dibelinya dari uang tabungannya sendiri.

Ibunya menentang keputusannya untuk membeli rumah sendiri dan membawa keluarga kecilnya bersamanya. Tetapi, dia tida mungkin selalu bergantung kepada kedua orang tuanya terus-menerus. Mikoto akhirnya hanya bisa mengalah.

"Kaa-san sedih, kalian meninggalkan kaa-san." Mikoto yang datang untuk membantu kedua anaknya pindahan itu tidak bisa menahan tangisnya.

"Kami akan baik-baik saja, kaa-chan." Sakura tersenyum sembari memeluk putranya.

"Pasti rumah akan sepi tanpa kalian." Mikoto memeluk Sakura.

Fugaku membantu Itachi dan Sasuke untuk menurunkan barang-barang milik Sakura dan Sasuke. Pemuda berambut emo itu sebenarnya masih tidak mempercayai jika ayahnya sudah berubah. Bahkan ayahnya yang kaku itu rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk membantunya pindah rumah.

"Sasuke, jangan melamun." Fugaku menegur putranya itu.

Sasuke tersenyum tipis sebelum membawa beberapa kerdus masuk ke dalam rumahnya. Apapun itu, dia senang ayahnya mau berubah menuju hal yang lebih baik.

My Lovely Cute Imouto

.

.

Sasuke Uchiha, Sakura Haruno

.

.

Masashi Kishimoto

.

.

©Aomine Sakura

.

.

Dilarangg COPAS dan PLAGIAT dalam bentuk APAPUN!

Don't Like Don't Read!

Selamat membaca!

oOo My Lovely Cute Imouto oOo

Sakura muncul membawa beberapa makanan di atas sebuah piring. Mereka semua baru saja selesai menata rumah baru miliknya dan tidak terasa saat makan malam telah tiba. Itachi terlihat sedang bercanda tawa dengan keponakannya yang berumur tiga bulan, sesekali Kenji meremas jari pamannya dengan erat. Sedangkan Sasuke terlibat percakapan serius dengan Fugaku.

"Sakura, keponakanku ini mengompoliku." Itachi menyerahkan Kenji yang sedang menangis kepada Sakura.

Sakura menerima putranya yang berambut merah muda itu dan mengganti pakaian milik putranya lalu menyusuinya agar diam. Makan malam mewah itu berlangsung dengan canda dan tawa.

"Apa kakek masih marah kepadaku dan Sasuke-nii, Tou-chan?" Sakura buka suara.

Itachi yang sedang menggoda si kecil Kenji menghentikan kegiatannya. Mikoto memandang Sakura, namun Fugaku yang sedang meneguk anggur menjawabnya.

"Kakek bukannya tidak memaafkanmu. Beliau hanya kalah dengan egonya saja." Fugaku berkata sembari meneguk anggurnya.

Sasuke menggenggam tangan adiknya itu dengan erat.

Sakura bukannya tidak tahu jika kakeknya itu pasti memaafkannya. Tetapi dia hanya ingin hubungannya dan kakeknya kembali seperti semula.

"Kaa-san menginap disini, bukan?" tanya Sasuke.

"Kaa-san inginnya begitu, tetapi kaa-san harus pulang."

Setelah makan malam keluarga itu. Fugaku, Mikoto dan Itachi pamit untuk pulang. Sakura hampir menangis ketika ayah, ibu dan kakaknya itu meninggalkannya. Toh, dirinya kini sudah memiliki keluarga kecil yang baru.

"Sebaiknya kamu beristirahat, Sakura." Sasuke menuntun adiknya itu masuk ke dalam kamarnya.

Kamar mereka di desain sederhana dengan sebuah boks bayi yang diletakan tidak jauh disana. Kenji sesekali tertawa ketika melihat wajah datar ayahnya.

"Mulai besok, Kakashi sensei akan menjadi guru home schoollingmu, Sakura." Sasuke mengganti pakaiannya dengan piyama dan menemukan istrinya itu meletakan Kenji di tengah ranjang mereka, "Sakura, biarkan Kenji tidur di ranjangnya."

"Aku tidak mau." Sakura merebahkan diri di sebelah Kenji dan memeluk putranya itu dengan protective.

Sasuke menarik nafas panjang dan merebahkan diri di sisi putranya.

"Besok aku akan mulai bekerja di cabang perusahaan Uchiha Corp." Sasuke membelai rambut Sakura, "Tou-san yang memintaku. Biar bagaimanapun, keluarga kita tidak akan bisa membenci kita, Sakura."

"Aku tahu, Sasuke-nii." Sakura tersenyum lembut, "Apalagi dengan adanya Kenji di tengah-tengah kita. Dia adalah benang yang menghubungkan kita."

Sasuke menatap putranya yang kini sudah memejamkan mata. Dia beruntung Kenji bukanlah tipe anak yang rewel untuk anak seusianya. Tetapi jika putranya itu sudah mengeluarkan suara tangisnya, suaranya akan memekakan telinga, sama seperti suara cempreng milik ibunya.

"Sebaiknya kita tidur Sakura, aku besok harus mulai bekerja. Dan aku tidak ingin mengecewakan Tou-san di hari pertamaku."

Sakura tersenyum dan mencium pipi gembil Kenji dengan gemas. Saat tidur pun, Kenji tidak terganggu dengan ciuman di pipi gembilnya.

"Oyasumi, Sasuke-nii."

.

.

Sasuke bahkan tidak lulus SMA untuk bisa bekerja di Uchiha Corp. Dia hanya berbekal pengalamannya dari Itachi dan kepercayaan yang diberikan ayahnya.

Seperti pagi ini, rumah kecilnya sudah ramai dengan tangisan Kenji yang haus. Sakura sedikit kewalahan ketika menyiapkan sarapan untuknya dan menggendong Kenji yang menangis. Sasuke segera mengambil Kenji dari gendongan Sakura dan menggoyang-goyangkannya dengan pelan. Biar bagaimanapun, ini pengalaman pertamanya menjadi seorang ayah dan dia masih kaku, bahkan ketika menggendong putra mungilnya.

"Sarapan sudah siap, Sasuke-nii." Sakura melepas apronnya dan mengambil alih Kenji dari gendongan Sasuke dan memberinya ASI.

Sasuke tidak bisa menahan senyum mesumnya ketika Sakura duduk di sofa dan mulai menyusui Kenji. Sakura mengeluarkan salah satu payudara montoknya dari balik piyamanya dan memberikannya pada Kenji. Putranya itu begitu bersemangat ketika menghisap puting payudara Sakura.

"Hn. Dia kelaparan." Sasuke mendudukan diri di samping Sakura.

"Iya. Pelan-pelan sayang, nanti kamu bisa tersedak." Sakura tersenyum dan membelai pipi Kenji dengan lembut.

Sakura nyaris berteriak ketika kakak pantat ayamnya itu mengeluarkan salah satu payudaranya yang tidak dihisap Kenji dan menghisapnya dengan kencang. Tidak kalah kencang dengan hisapan Kenji. Jadilah, kedua payudaranya dihisap oleh dua kepala beda warna.

Kenji sendiri tidak merasa terganggu ketika Papanya ikut menghisap susu di sebelahnya. Bocah kecil itu begitu lahap menerima makanannya.

"Ugh.. sudaahh.. Sasukeehh... niihh.." Sakura tidak bisa menahan desahannya.

Sasuke menghiraukan protes adiknya itu. Dia tidak kalah semangatnya dengan Kenji untuk menghisap susu yang keluar dari payudara Sakura.

"Ahhh.. sudah Sasuke-niih! Nanti Kenji bisa marah jika jatah susunya di habiskan oleh Papanya!" Sakura sedikit mendorong bahu Sasuke agar menjauh.

Plop! Sasuke melepaskan hisapannya dan menjilat susu yang tertinggal di ujung bibirnya.

"Hmm.. rasanya begitu nikmat, pantas saja jagoan papa suka sekali." Sasuke tersenyum tipis dan membela pipi Kenji yang masih menyusu itu.

"Mou! Sasuke-nii mesum!" protes Sakura sembari memasukan salah satu payudaranya ke dalam branya.

Sasuke tersenyum mesum dan mengecup bibir Sakura dengan lembut.

"Sebaiknya aku segera berangkat."

Sakura memandang kakaknya dengan pandangan heran.

"Tidak sarapan dulu?" tanya Sakura dengan pandangan keheranan.

"Hn. Aku sudah sarapan." Sasuke tersenyum tipis sebelum melangkahkan kakinya menjauh.

"Mou! Sasuke-nii mesum!"

.

.

Sasuke melangkahkan kakinya memasuki kantor cabang Uchiha Corp yang ada di pinggiran kota Tokyo. Dia harus menempuh perjalanan satu jam dari rumahnya untuk bisa sampai ke kantornya.

Beberapa karyawan wanita memandanginya dengan tatapan lapar, dan dia tidak terpengaruh dengan hal itu. Istrinya di rumah begitu cantik dan menggemaskan, untuk apa dia mencari yang lain?

"Selamat datang, Sasuke-sama." seorang gadis berambut merah tersenyum, "Nama saya Sara, dan saya sekretaris baru anda."

"Hn."

Sasuke mendudukan diri di kursinya dan Sara menyerahkan dokumen yang harus dibaca dan di tanda tanganinya. Jadi, sekarang dia bukanlah Sasuke yang sukanya mengawasi adiknya lagi. Bukan Sasuke yang bisa nongkrong bersama teman-temannya, dia adalah suami dan ayah yang harus memenuhi kewajiban untuk membiayai keluarga kecilnya.

"Silahkan di tanda tangani, Sasuke-sama."

Sasuke mengambil bolpointnya dan mulai menandatangani beberapa dokumen yang diberikan Sara. Sepertinya harinya akan menjadi sangat panjang.

.

.

"Jadi, masukan angkanya ke dalam rumus ini dan turunkan ke bawah."

Sakura duduk di ruang tamunya dengan Kakashi sensei yang ada di hadapannya. Dia harus mengejar ketertinggalannya melalui home schoolling dan lulus dengan nilai yang memuaskan. Biar bagaimanapun, dia ingin menggapai cita-citanya menjadi seorang dokter.

Kenji terlihat lelap setelah kekenyangan. Sakura sedikit melirik putranya yang tidur di sampingnya dan mulai mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Kakashi sensei.

"Dengan otak jeniusmu itu, Sakura. Kamu bisa mengejar ketertinggalan pelajaran dan lulus bersamaan dengan teman-temanmu." Kakashi tersenyum di balik maskernya.

"Apa aku bisa melakukan itu, sensei?" Sakura bertanya dengan ragu-ragu.

"Kamu termasuk siswi yang pandai di sekolah dulu, Sakura. Kamu pasti bisa lulus dengan nilai yang memuaskan."

Sakura tersenyum tipis dan mulai menuliskan jawabannya diatas kertas.

"Terimakasih, sensei."

.

.

Sasuke meregangkan tangannya setelah seharian ini duduk di balik meja dan menandatangani beberapa berkas yang memerlukan tanda tangannya. Selain itu, dia juga harus memeriksa kinerja kerja beberapa karyawan di perusahaan barunya itu. Dia tidak ingin mengecewakan ayahnya yang telah banyak berkorban untuknya.

Tangannya terulur untuk mengambil ponselnya. Senyumnya terkembang di bibir ketika melihat foto Sakura yang sedang menggendong Kenji yang terlihat sama-sama menggemaskan. Memandang foto keluarga kecilnya, membuatnya ingin segera kembali ke rumahnya.

"Sasuke-sama, anda ada rapat dengan Hozuki Corp sepuluh menit lagi." Sara masuk ke dalam ruangannya.

Sepertinya, dia tidak akan bisa menemui keluarga kecilnya sebelum pekerjaannya selesai.

.

.

"Cepatlah besar jagoan, lalu jadilah anak yang tampan dan pintar seperti papamu." Sakura menggelitiki tubuh si kecil Kenji yang tertawa. Emeraldnya memandang emerald milik kenji yang mirip dengannya.

Pandangannya beralih menatap jam yang menunjukan pukul delapan malam, suaminya itu belum pulang dari kantornya dan itu membuatnya sedikit cemas. Pasti pekerjaan Sasuke begitu banyak hingga dia belum pulang.

"Nah, sekarang saatnya Kenji tidur," ucap Sakura.

Kenji tertawa sembari memandang sang Mama dengan emeraldnya yang indah. Melihat tawa putranya, Sakura mengerti jika Kenji belum mengantuk.

"Jajaja.. habruumm.." Kenji tertawa menatap Mamanya.

"Kenji mau menunggu papa, ya?" tanya Sakura dan membawa Kenji ke dalam gendongannya. Kenji berteriak kegirangan ketika dirinya dibawa dalam gendongan sang Mama.

Indra pendengarannya menangkap suara bel yang dibunyikan. Memicingkan matanya, Sakura mulai waspada ketika bel rumahnya di bunyikan. Kompleks perumahannya telah sepi dan hanya ada dirinya dan Kenji di rumah, meski ada satpam yang berkeliling, tetap saja dia harus waspada.

Dengan langkah pelan, Sakura membuka pintu rumahnya dengan pelan dan mengintip siapa yang datang. Emeraldnya membulat melihat siapa yang datang berkunjung.

"Gaara-nii?!"

.

.

Sakura tidak tahu harus melakukan apa selain duduk di salah satu sofa dengan Gaara yang duduk di sebelahnya. Kenji terlihat tertawa-tawa dan merentangkan tangannya, sepertinya bocah kecil itu ingin memegang tatto di dahi Gaara.

"Hn, bagaimana kabarmu, Sakura?" tanya Gaara memandang wanita di sebelahnya.

"A-aku baik-baik saja, Gaara-nii." Sakura mencoba tersenyum untuk menghilangkan kegugupannya.

Iris jade Gaara memandang Kenji yang tertawa-tawa kecil. Tangannya terulur untuk membelai pipi gembil milik Kenji. Dia anak bungsu dalam keluarganya, dia bahkan masih awam dalam menanggapi anak kecil. Begitu pula ketika dia harus dihadapkan dengan Kenji.

"Bolehkah aku menggendongnya?" tanya Gaara.

Sakura sedikit terkejut mendengar permintaan Gaara. Namun, dia kemudian menganggukan kepalanya dan menyerahkan Kenji kepada Gaara.

Gaara menatap emerald milik Kenji yang bersinar dengan ceria. Tersenyum tipis, dia menggendong Kenji dan membiarkan bocah lelaki berambut pink itu menusuk-nusuk matanya dan mengoceh tidak jelas. Ini bahkan pertama kalinya dia menggendong anak kecil.

"Jajajajaja.. bruuummm.." Kenji mengoceh tidak jelas sembari tangannya menusuk mata milik Gaara.

"Sepertinya dia menyukaimu, Gaara-nii." Sakura tidak bisa menahan tawanya.

"Hn." Gaara tersenyum tipis.

Sakura membelai pipi Kenji yang masih menusuk-nusuk mata Gaara.

"Sebenarnya, apa tujuanmu kemari, Gaara-nii?" tanya Sakura memandang Gaara.

Gaara balas memandang Sakura sebelum pandangannya beralih menatap Kenji.

"Aku hanya ingin memastikan, apa benar jika kamu sudah menikah dan memiliki anak. Aku hanya tidak menyangka jika kamu akan menikah dengan kakakmu sendiri, Sakura."

"Aku mencintainya, jika itu yang ingin kamu dengar." Sakura menarik nafas panjang, "Aku dan Sasuke-nii tidak mungkin bersatu jika kamu tidak mengusulkan perjodohan itu, Gaara-nii."

Jade Gaara meredup.

"Aa. Sepertinya tindakanku saat itu salah."

.

.

Mobil milik Sasuke berhenti di halaman rumahnya. Onyxnya menyipit memandang mobil sport berwarna merah yang terparkir di depan rumahnya. Turun dari mobilnya, Sasuke segera melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya.

Onyxnya membulat melihat siapa yang sedang duduk sembari menggendong putranya. Namun, dia segera menyembunyikannya di balik wajah datarnya.

"Hn. Sabaku." Sasuke menyapa salah satu rivalnya itu.

Baik Sakura ataupun Gaara langsung menolehkan kepalanya. Sakura segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Sasuke.

"Sasuke-nii sudah pulang." Sakura tersenyum dan membuka jas milik kakaknya itu.

"Hn." Onyxya menatap tajam Gaara.

"Apa kabar, Uchiha?" sapa Gaara.

Kenji yang melihat Papanya segera merentangkan tangannya sembari mengoceh tidak jelas.

"Jaaa!" oceh Kenji.

Sasuke tersenyum tipis dan mengambil Kenji dari gendongan Sasuke.

"Kamu merindukan papa, jagoan?" sapa Sasuke menciumi pipi Kenji.

"Jaa.. hahaha.." Kenji tidak bisa menahan tawa bahagianya.

Gaara tidak bisa menahan senyum tipisnya melihat keluarga kecil yang bahagia itu. Sepertinya, Sakura lebih bahagia bersama Sasuke. Dengan begitu, dia akan merelakan cintanya pergi.

"Sebaiknya aku pulang." Gaara bangkit dari duduknya.

Sasuke menatap Gaara dengan wajah tanpa ekspresinya itu.

"Hn."

"Terimakasih sudah mau mengunjungi kami, Gaara-nii." Sakura mengantarkan pemuda itu hingga depan pintu rumahnya.

Gaara mendekati Sasuke yang sedang menggendong Kenji dan membelai pipi gembil milik Kenji.

"Jangan sakiti Sakura, atau aku akan merebutnya secara paksa, Uchiha."

Sasuke menyeringai tipis sebelum memandang Gaara.

"Hn. Aku jamin, aku akan membahagiakannya."

Gaara lalu berjalan mendekati Sakura dan menepuk kepala merah muda wanita itu dengan lembut.

"Jaga dirimu, Sakura." Gaara berjalan menuju mobilnya dan memasukinya. Gaara tersenyum tipis melihat Sakura yang tersenyum bahagia itu.

"Semoga kamu bahagia, Sakura."

.

"Apa yang panda itu lakukan disini, Sakura?!" Sasuke langsung menginterogasi Sakura begitu Gaara menghilang dari pandangan mereka.

"Dia hanya mengunjungiku dan Kenji, Sasuke-nii." Sakura merengut kesal, "Lalu, kenapa Sasuke-nii pulang terlambat?"

"Hn. Aku banyak pekerjaan di kantor, Sakura." Sasuke menyerahkan Kenji kepada Sakura, karena putranya itu menangis.

"Sebaiknya Sasuke-nii mandi lalu makan malam, aku akan memberi Kenji ASI."

Sasuke mengikuti langkah Sakura masuk ke dalam kamar mereka. Sasuke melepas kemejanya dan memasukannya ke dalam keranjang baju kotor sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Air hangat yang mengalir dari shower mampu membuat ototnya menjadi lemas. Rasanya tubuhnya lebih rileks dari sebelumnya. Setelah mandi dan membersihkan dirinya, Sasuke keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Senyumnya terkembang di bibirnya ketika melihat Sakura tertidur sembari memeluk Kenji.

Mengganti pakaiannya, Sasuke berjalan mendekat dan menyingkirkan tangan Sakura yang memeluk Kenji. Tangannya mengangkat putra kecilnya dan memindahkannya ke dalam boks bayi. Memandang putranya yang begitu menggemaskan itu, membuat Sasuke menyadari satu hal. Jika dia begitu beruntung bisa dikaruniai seorang putra yang begitu menggemaskan.

Setelah memastikan putranya tidur dengan nyaman, barulah Sasuke membaringkan diri di samping istrinya itu.

"Sasuke-nii, dimana Kenji?" bisik Sakura serak ketika Sasuke memeluknya.

"Dia tertidur di boks bayinya, Sakura." Sasuke membelai rambut Sakura dengan lembut, "Tidurlah kembali."

Sakura perlahan memejamkan matanya dan menyelami alam mimpi. Sasuke tersenyum sebelum memejamkan matanya sembari memeluk Sakura. Dia begitu merasa damai berada di sisi adiknya itu.

.

"Huaaa! Hikss.. hikss.."

Sasuke membuka matanya ketika mendengar tangisan milik Kenji. Mendudukan dirinya, dia memandang Sakura yang sedikit membuka matanya.

"Itu Kenji, Sasuke-nii," bisik Sakura mencoba bangkit dari tidurnya.

"Tidurlah kembali, Sakura. Biar aku yang menenangka Kenji." Sasuke mengecup dahi Sakura sebelum bangkit dari duduknya.

"Hikss.. hiks.. ummm.." Kenji menangis sesenggrukan di boks bayinya.

"Ada apa jagoan? Kamu takut tidur sendiri, hn?" Sasuke mengangkat Kenji dari boks bayinya dan tangisannya terhenti seketika.

Sasuke menggoyang-goyangkan Kenji dalam gendongannya dan membawa Kenji ke tengah-tengah antara dirinya dan Sakura ketika putranya itu sedikit memejamkan matanya.

"Dia ketakutan, Sasuke-nii," bisik Sakura.

"Hn. Sekarang dia aman bersama kita." Sakura tersenyum tipis, "Kembalilah tidur, Sakura."

Sakura tersenyum dan memeluk Kenji yang tertidur disebelahnya. Sasuke tersenyum tipis dan merebahkan dirinya.

"Aku mencintai kalian."

oOo My Lovely Cute Imouto oOo

7 tahun kemudian..

"Seluruh kota, merupakan tempat bermain yang asik.."

"Nom.. nom.."

Sakura memandang putranya yang berusia tujuh tahun yang duduk di depan televisi sembari memakan snacknya. Di sebelahnya, seorang gadis kecil berusia satu tahun yang sedang memakan snack dan tidak terganggu dengan kondisi sekitarnya.

"Kenji-kun, jauhkan snackmu dari Sarada-chan." Sakura memperingati putranya yang sedang menonton acara televisi pagi itu.

Kenji yang kini berusia enam tahun, dengan rambut pink yang di model pantat ayam persis seperti ayahnya itu, langsung mendekap snacknya.

Sakura menarik nafas panjang melihat kelakuan putranya itu. Di hari minggu pagi ini, seharusnya dia menemani putra dna putrinya seharian di rumah. Namun, dia mendapatkan panggilan darurat dari rumah sakit tempatnya bekerja.

Enam tahun berlalu, Sakura berhasil lulus SMA dengan nilai terbaik dan masuk ke dalam universitas ternama. Dia berhasil lulus dengan nilai terbaik dan mendapatkan pekerjaan di sebuah rumah sakit.

Banyak hal terjadi dalam hidupnya dan juga keluarga kecilnya. Kakak pantat ayamnya itu kini menjadi seorang CEO sejajar dengan kakak keriputnya itu. Tak berapa lama, dia kemudian hamil dan melahirkan seorang putri yang menggemaskan dan persis seperti ayahnya.

Ayah dan ibunya juga sering mengunjunginya dan cucunya. Kakeknya sudah mulai bersikap seperti dahulu setelah kelahiran Sarada. Putri menggemaskannya yang berani menarik-narik rambut panjang kakek dan pamannya itu.

"Apakah pekerjaanmu tidak bisa ditunda, Sakura?" Sasuke muncul dengan membawa sekeranjang baju kotor.

"Ini panggilan darurat, Sasuke-nii. Aku juga ingin menemani Kenji dan Sarada seharian di rumah." Sakura memakai jas dokternya.

Setelah kelahiran Kenji, mereka berdua sepakat untuk tidak menggunakan jasa pembantu rumah tangga. Mereka ingin membesarkan kedua anak mereka tanpa campur tangan orang lain.

"Aku akan langsung pulang begitu urusanku di rumah sakit selesai, Sasuke-nii." Sakura mengecup bibir Sasuke dengan singkat sebelum mengecup puncak kepala kedua buah hatinya, "Mama berangkat, Kenji-kun. Oh ya, jangan berikan Sarada-chan snack. Nanti dia tidak mau memakan makan siangnya."

Sakura tersenyum dan segera keluar dari rumahnya. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan pulang ke rumah.

Sarada seleai melahap potongan terakhir snacknya dan memandang Sasuke dengan mata hitam bulatnya.

"Ahhh!" Sarada merentangkan tangannya, meminta snack kepada Papanya.

Sasuke duduk di hadapan Sarada dan menyembunyikan snack di belakang tubuhnya.

"Tidak ada snack, Sarada."

"Ah!" Sarada masih belum menyerah, dia mencoba mengambil snack dari tangan Papanya, namun gagal.

Perlahan, dia mulai mengerti jika Papanya tidak akan memberikannya snack. Air mata mulai mengambang di pelupuk matanya.

"Papa! Sarada-chan akan menangis!" Kenji yang kebetulan menolehkan kepalanya ke belakang, melihat adiknya yang akan menangis.

Benar saja, tak berapa lama Sarada menangis sembari memeluk celananya. Sebagai seorang ayah, sebenarnya dia tidak tega melihat anaknya menangis. Apalagi jika itu adalah putrinya yang masih kecil.

"Sarada, lihat Papa."

Sarada mengangkat kepalanya dan terlihat air mata di pipinya. Membuat wajah gadis kecil itu semakin terlihat menggemaskan.

"Papa! Lihat itu! Sarada begitu menggemaskan! Aku akan mengambil ponsel untuk memfotonya!" Kenji berujar dengan semangat.

"Kenji, bukan saatnya untuk itu." Sasuke mendesah dan meletakan Sarada diatas pangkuannya.

"Uhh.. dia menggemaskan." Kenji mengeluarkan biskuit, "Ini untukmu, Sarada-chan. Tapi jangan menangis lagi, ya."

Sarada menerima biskuit dari tangan Kenji dan langsung memakannya degan lahap. Sasuke menarik nafas panjang melihat tingkah putra sulungnya itu.

"Mama akan marah jika mengetahui tindakanmu itu, Kenji," ucap Sasuke.

"Mama tidak akan tahu tentang hal ini." Kenji menunjukan cengiran khas milik Sakura.

Sarada menghabiskan biskuit pemberian Kenji dengan cepat dan merentangkan tangannya.

"Ahn! Papa!"

Sasuke mengambil salah satu snack dan memberikannya kepada Sarada.

"Ini yang terakhir, Sarada." Sasuke memberikan snack itu kepada Sarada.

Sarada menerima snack yang diberikan oleh Papanya dan mencoba berdiri.

"Duduk dan makanlah, Sarada," ucap Sasuke.

Sarada memegang snacknya dan menyodorkannya kepada Sasuke.

"Aaaa.." Sarada menyodorkan snacknya kepada Sasuke.

"Uggh.. dia menggemaskan sekali." Kenji mencubit pipi Sarada.

Sasuke tersenyum dan memakan sedikit snack yang disodorkan Sarada.

"Terimakasih, Sarada."

.

.

Sakura melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumahnya sembari membawa sekotak takoyaki. Senyum terkembang di bibirnya ketika melihat Sasuke duduk di ruang tengah sembari memeluk Sarada yang tertidur di pelukannya. Kenji masih asik menonton acara televisi di samping Sasuke.

Sebenarnya dia ingin pulang lebih awal. Tetapi pekerjaannya, membuatnya harus pulang bahkan lewat jam makan malam.

"Sasuke-nii."

Sasuke menolehkan kepalanya dan tersenyum ketika istrinya itu pulang.

"Tadaima, Sasuke-nii." Sakura tersenyum lalu mencium pipi Kenji, "Mama membawakankmu takoyaki. Maaf karena mama tidak bisa menemanimu makan malam."

"Tidak apa, Mama. Papa tadi memasakanku nasi goreng ekstra tomat yang lezat!" Kenji berujar dengan semangat.

"Benarkah?" Sakura tersenyum.

"Kamu sudah makan, Sakura?" tanya Sasuke.

"Ino mengajakku makan malam tadi." Sakura melepas jasnya, "Sebaiknya aku mandi."

Sakura melangkahkan kakinya menuju kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Rasanya tubuhnya terasa lebih segar ketika air dingin membasahi tubuhnya.

Sakura keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya. Dia melihat Kenji tidur diatas ranjangnya lengkap dengan selimut bergambar tomat. Di sebelah Kenji, Sarada tidur dengan lelap.

"Mama, aku tidur denganmu dan Papanya, ya." Kenji tersenyum ceria.

"Hmm.. dimana Papamu?" Sakura meletakan handuknya di keranjang baju kotor.

"Katanya mau mengambil minum."

Sakura merebahkan diri di sebelah Sarada dan membelai rambut putrinya dengan lembut. Sasuke muncul tak berapa lama membawa segelas air putih. Dia langsung merebahkan diri di sebelah Kenji.

"Sebaiknya kamu segera tidur, Kenji-kun." Sakura memandang putranya, "Besok kamu harus sekolah."

"Iya ma."

Kenji mulai memejamkan matanya.

"Oyasumi, mama, papa."

Sakura memandang Sasuke dengan tatapan cintanya. Semua penderitaan yang harus mereka lalui telah berakhir dengan kebahagiaan bersama keluarga kecil mereka. Kisah cinta yang harus melalui banyak rintangan telah berakhir sudah.

Kini kebahagiaan yang mereka jalani. Bersama keluarga kecil mereka dan orang-orang yang mereka cintai.

.

.

.

.

.

.

.

-Owari-

Special thank's to :

Azizaanr, , Mc-kyan, Bandung Girl, Yoktf, Delova, Guest (1), IndahP, Septemberstep, Jey Sakura, Ikalutfi97, somebody, leedidah, Guest (2) Misakiken, Kimmy Ranaomi, Hanazono Yuri, PinkTomato, Ryuhara Shanchi, , Laras921, Purple and blue, flashesfox, Luca Marvell, EmikoRyuuzki-chan, Niwa-chann, Juju, Locot, Chee-sii, respitasari, Dianarndraha, Ocaksaria, suket alang-alang, Wind-chan, Gio-chan, Trafagar Rika, Queenshila, Mikahiro Shinra, Kazuran, Kiro Yuki, Michelle, Kumiko Hanari-chan, Sasusaku pompom, Exofujo12, Aiko Keinara, Hestyclair, Narakim G, Juju Lily, Sasara Keiko, Manda Vvidenarint, QRen, Cherryma, Ein Mikara, Piiippp, Fukinyan, .129357, Guest (3), Shiarisi Mai, Dewazz, Namikaze Lee, Idda, Guest (4), Alzenardsmr, Uchiha Pioo, NethyTomatoCherry, Herocyn Akko, Kirei Apple, Guest (5), Lhyla Kiryu, Hikarisyifaa, Miyoshi Sara.

Salam hangat,

Aomine Sakura