Suara bass terdengar di susul dengan sebuah suara yang melantunkan lirik-lirik lagunya. Suara drum di pukul pun ikut meramaikan suara dan suara gitar yang walaupun tertutupi oleh suara bass dari pemain bassisst band tersebut namun mampu menonjol. Lantunan harmoni indah itu mampu membuat panggung dengan kapasitas besar itu bergetar akibat seruan penonton yang ikut melantunkan lagu yang telah mereka bawakan. Kelap-kelip lampu panggung menambah efek dramatis bagi band yang tengah tampil tersebut.

Di ujung lagu sang bassist dan sang vokalis saling tampil berhadapan. Suara drum di buat semakin kencang agar berefek untuk kedua pemuda yang menonjol di atas panggung tersebut. Saling bertatapan keduanya dan salah satunya memberikan tanda agar bisa mengakhiri lagu ini, sang partner pun menuruti ia segera menggetarkan kembali para penonton dengan suara khasnya dan setelah itu lagu pun di tutup dengan permainan solo dari sang gitaris yang dari tadi menunggu penampilannya. Sorak sorai penonton pun pertanda bahwa konser mereka telah sukses.

Disclaimer : Masashi Kishimoto.

Rate : T.

Pair : SasuNaru and ItaNaru.

Genre : Romance, Drama and bit Hurt/Comfort.

Warning : There is content Slash, Yaoi, BoyxBoy, Boys Love, AU, Ooc, Oc, and Typo so don't blame me cause I have warned you.

.

Terinspirasi dari film Jepang yang author lupa nama filmnya.

.

Seorang pemuda memandang langit biru yang ada di hadapannya. Ia terus menelusuri pergerakan langit tersebut tanpa berniat bergabung dengan teman sebandnya. Suara sang pilot terdengar walaupun dirinya tak mengerti atas pembicaraan sang pilot dengan seseorang yang ada di tempat tujuan. Samar-samar ia melihat bayangan baling-baling yang tengah berputar mulai memelan dan sebuah landasan di atas gedung terlihat. Secara perlahan helikopter yang dinaiki olehnya mulai mendarat di atas landasan dan para penumpangnya mulai menuruni helikopter tersebut. Di ujung landasan terdapat seorang pemuda yang serupa dengan dirinya.

Salah satu dari teman bandnya mulai berlari kecil ke arah sosok tersebut di susul dengan dua orang lainnya sedangkan dirinya hanya terdiam melihat ketiga teman sebandnya itu berkumpul akrab dengan sosok tersebut. Dirinya sedikit iri melihat kedekatan keempat sahabat itu, ia menutupi matanya mencoba menarik nafas dan membuka kelopak mata yang menutupi iris onyxnya. Sepatu sportnya menggesek landasan tersebut, mencoba melewati reuni kecil keempat teman masa kecil itu.

Hingga sebuah suara menghentikan langkahnya "Sas, kau mau kemana? Ikutlah dengan kita."

Dirinya berbalik menghadap sang lawan bicara "Gomen aku tidak bisa ikut dengan kalian, helikopter hanya muat empat orang lebih baik aku turun disini dan kalian bisa melanjutkan acara kalian, Jaa Nee." Begitu berkata seperti itu ia kembali melanjutkan perjalanannya untuk pergi dari tempat itu.

"Otouto."

"Jangan panggil aku dengan panggilan itu." Tanpa menoleh ia terus berjalan menuju pintu atap gedung dan sosoknya menghilang begitu ia melalui pintu tersebut. tanpa ia sadari, sosok yang memanggilnya otouto memandang lirih dirinya yang sudah menghilang.

.

.

Empat pemuda yang masih berada di atap gedung itu segera beranjak dari tempat mereka untuk merayakan keberhasilan konser band mereka walaupun salah satu anggota band mereka yang sebenarnya tidak ikut konser namun mereka masih tetap satu band.

Seorang pemuda dengan rambut hitam beriris onyx menggantungkan sebelah lengannya di bahu sang bassist band mereka sambil tersenyum "Ne ~ Tachi kau ikut merayakan konser kita kan?"

"Hn." Jawab teman di sebelahnya yang bercirikan sama dengan pemuda tersebut namun perbedaannya hanyalah sang pemuda ini berwajakan poker face sebagai topengnya dan rambut panjangnya yang di kuncir sedikit.

"Kalau begitu kita rayakan di apartemennya Sasori saja." Sahut pemuda lainnya bersurai hitam sedikit panjang hampir sebahu kemeja putihnya yang di pakainya sedikit berantakan.

"Hei kenapa harus di apartemenku." Sahut pemuda yang barusan namanya di sebutkan oleh temannya itu.

"Itu karena apartemenmu yang paling dekat dari sini."

"Tapi itu bukan alasan kau memutuskan pestanya di tempatku, Nagato. Lagipula apartemenmu juga dekat dari sini, bukan?"

"Iya tapi yang paling dekat itu adalah tempatmu, Sas."

"Tidak tapi tempatmu."

"Halah bilang saja kau tidak mau kita ke apartemenmu kan?" Pancing Nagato.

"Hei.. Aku tidak bilang begitu."

"Kalau begitu kenapa coba? Bilang saja kau tidak suka kita kesana kan?"

"Tidak bukan begitu."

Keduanya terus bersiteru atas tempat yang akan mereka pakai untuk pesta sedangkan dua orang lainnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Shisui sang vokalis yang masih saja menaruh lengannya di bahunya sahabat karibnya itu tertawa sedikit melihat kelakuan dua anggota bandnya sekaligus teman kecilnya.

"Shui kau tidak akan menghentikan mereka?" Suara serak itu akhirnya bersuara, Shisui pun menoleh ke arah temannya.

"Tidak."

"Kenapa? Kau kan lea-"

"Kau yang seharusnya menghentikan mereka, Tachi bukan aku." Shisui pun melepaskan lengannya dari bahu Itachi, merenggangkan tubuhnya. "Aku hanyalah leader di atas panggung dan leader sesungguhnya band itu adalah kau."

Itachi terdiam tidak berkutik mendengar perkataan temannya itu. Shisui menunggu reaksi Itachi tapi pemuda berdarah Uchiha itu tetap diam.

'Dia masih tetap sama.' Ucap Shisui dalam hati sedikit bersalah dan kecewa atas sikap Itachi.

Sebuah tepukan kencang terdengar membuat keempat pemuda itu mengalihkan perhatiaan mereka ke arah orang yang berada tidak jauh dari mereka namun mereka tidak bisa melihat jelas akibat lorong di hadapan mereka pencahayaan mereka cukup remang-remang.

"Senang melihat kalian akur begitu." Suara baritone itu berasal dari sosok yang kini semakin keluar dari lorong gelap di depan mereka dan terlihat seorang pria berumur cukup tua mengenakan kemeja bunga kecil berwarna hijau dan di dalamnya memakai kaos putih serta celana jeansnya. Penampilannya cukup modis untuk ukuran seseorang yang menginjak umur 70an.

"Kakek."

"Heh, kau masih mengakuiku sebagai kakekku? Padahal kau sudah tidak kuanggap sebagai cucuku lagi."

"Kakek jangan berkata seperti itu."

"Shisui jangan coba menghentikanku, anak ini." Sosok itu menunjuk ke arah Itachi yang berada tepat di samping Shisui "Dia tidak pantas menjadi cucuku karena dia adalah seorang pengecut yang melarikan diri dari tanggung jawabnya sendiri."

"Kakek." Shisui mencoba menghentikan kakeknya itu dan sebuah tepukan ringan di bahunya membuatnya menoleh ke arah sosok di sebelahnya kini yang tengah menggelengkan kepalanya.

"Heh, tidak berani melawan? Cih, membosankan." Pria tua itu membuang putung rokoknya ke tempat sampah "Baiklah kalau begitu kalian bisa berpesta kecuali kau." Tunjuknya pada Itachi.

"Apa? Tapi kenapa Itachi tidak boleh ikut Madara san?" Tanya sang gitaris yang memiliki surai merah tersebut.

"Tentu saja dia tidak boleh ikut, dia sudah bukan bagian dari kalian dan dimana Sasuke? Seharusnya dia ikut ke pesta bersama kalian."

"Itachi itu masih bagian dari kami dan untuk Sasuke dia yang memilih tidak ingin ikut dengan kami." Sahut sang drummer bernama Nagato.

"Terserah apa kata kalian yang pasti Itachi tetap tidak akan ikut dengan kalian dan sebaiknya kalian cepat ke mobil."

"Tapi-"

"Sudahlah kalian ke mobil saja lagipula aku sedang tidak mood berpesta dengan kalian." Ucap Itachi. Ketiga temannya pun tidak bisa membantah leader mereka, mereka segera pergi meninggalkan Itachi bersama dengan kakeknya.

Begitu mereka menjauh Madara mendekati Itachi sambil berbisik "Ikatan yang masih terjalin di antara kalian hanyalah ikatan sang pencipta lagu dengan band yang memainkannya jadi agar ikatan itu tetap ada.." Madara menunjuk Itachi "Sebaiknya kau cepat menyelesaikan lagu terbaru untuk mereka atau kalau tidak kau tidak akan melihat mereka lagi ataupun adikmu sendiri."

Setelah mengatakan hal itu Madara undur diri mengikuti anak asuhannya menuju parkiran dimana mobil mereka berada sedangkan Itachi menahan amarahnya sambil menggenggam tangannya begitu kuat hingga beberapa tetes darah menetes.

.

.

Ting Tong

Suara bel mengganggu istirahat Sasuke yang sedang dalam mode Bad Mood akibat kemunculan kakaknya ketika ia dan bandnya mendarat. Langkahnya terasa malas hanya untuk sekedar membuka pintu apartemennya namun bel tersebut terus saja berbunyi walaupun ia mendiamkannya.

Dengan inisiatif memarahi sang pemencat bel, Sasuke pun berjalan menuju pintu apartemennya dan begitu di buka dirinya di sambut oleh seorang gadis bersurai buble gum pendek sebahu, sebuah senyuman manis dari sang gadis untuk dirinya tampak.

"Sasuke." Panggil sang gadis.

"Hn ternyata kau Sakura, ada apa kemari?" Tanya Sasuke malas.

"Ano aku di beritahu oleh kakekmu kalau kau tidak ikut berpesta dengan anggota bandmu jadi aku berinisiatif datang kesini untuk menemanimu merayakan kesuksesan konsermu." Jawabnya semanis mungkin terhadap sang Uchiha.

Sasuke sebenarnya sangat malas untuk meladeni gadis di hadapannya saat ini tapi begitu ia teringat siapa Sakura, dirinya pun berakting agar Sakura percaya bahwa kedatangannya di harapkan oleh Uchiha bungsu ini.

"Kalau begitu masuklah, kita rayakan bersama di dalam." Ajak Sasuke mengeluarkan senyuman palsunya dan Sakura masuk ke dalam apartemen sang bassist, bersamaan di tutupnya pintu apartemen tersebut.

.

.

Kesal dan marah, itulah yang ada di pikiran Itachi terhadap sang kakek. Dirinya tahu ini semua terjadi karena ulahnya tapi itu semua ada alasannya dan alasannya melakukan hal itu hanya untuk sang adik tercinta, Uchiha Sasuke.

Dirinya berjalan menuju ruang kerjanya begitu ia sampai di apartemennya kini ia mempunyai tugas untuk menyelesaikan beberapa lagu untuk bandnya serta kekasihnya yang tiap hari selalu mengunjungi hanya untuk menanyai lagu buatannya.

Begitu sampai di ruang kerjanya, dirinya langsung menuju meja kerjanya dimana terdapat sebuah keyboard yang di sambungkan ke komputernya dan juga sebuah headset di sebelahnya. Ia segera memakai headset tersebut dan mulai memainkan berbagai nada dan lirik yang cocok agar bisa menjadi sebuah harmoni indah untuk dinyanyikan.

Beberapa jam berlalu, badan Itachi terasa pegal semalaman penuh tubuhnya di paksakan bekerja untuk membuat beberapa lagu tapi hasil kerja kerasnya tak sia-sia, dia berhasil menciptakan beberapa lagu untuk bandnya dan kekasih hati.

Puas akan hasil ciptaannya dirinya berjalan keluar dari ruangan kerjanya dan dia mendapatkan seorang gadis manis duduk di sofa empuk miliknya. Gadis beriris emerald itu tersenyum manis pada Itachi dan langsung memeluk Itachi sambil mengecup bibir Itachi.

"Morning, Honey." Sapa sang gadis.

"Sakura, kapan kau datang?" Tanya Itachi sambil melepaskan pelukan Kekasihnya itu.

"Baru saja dan aku tidak mau mengganggumu, Honey."

Itachi duduk di sofa yang barusan di duduki sang kekasih dan Sakura mengekor Itachi dengan duduk di sampingnya sambil menangkupkan wajah datar Itachi "Honey, Apa kau sudah menyelesaikan laguku?"

Itachi menarik nafasnya begitu merasa Sakura begitu dekat dengan dirinya dan tanpa sadar dirinya mencium wangi parfum yang sangat di kenalnya. Itachi melepaskan tangkupan tangan Sakura lalu melepasnya, berdiri sambil mengambil mainan remote control beserta helikopter mini miliknya "Aku sudah menyelesaikan lagumu,kau bisa ambil di ruangan kerjaku untuk rekamannya dan Sakura.."

"Iya?"

"Aku tahu kau semalam bersama dengannya jadi kau jangan pernah datang kesini ataupun menghubungiku lagi dan taruh kuncinya di dalam pos surat." Bagitu berkata seperti itu Itachi meninggalkan apartemennya dan kekasihnya ralat mantan kekasihnya.

.

.

Sasuke tersenyum puas begitu ia menerima telepon dari teman tidurnya tadi malam. Sakura sang gadis yang semalam menemaninya serta menghangatkan tempat tidurnya itu menelepon dirinya hanya untuk menginfokan bahwa gadis Haruno itu sudah berstatus single dan meminta Sasuke untuk menjadi kekasihnya.

'Hah, Memangnya dirinya siapa? Dia pikir aku akan menjadikannya pacarku? Dasar gadis bodoh aku hanya memanfaatkanmu untuk menghancurkannya.' Pikir Sasuke.

Dirinya begitu senang, mendegar info tersebut berarti rencananya akan berhasil sedikit lagi untuk menghancurkan rivalnya. Tatapannya terus memandang keluar melihat gedung-gedung tinggi di lewati oleh mobilnya. Dia bersandar puas di tempat duduknya saat ini, Sasuke hanya bersantai untuk saat ini dan biarkan sang supir membawanya menuju tujuannya. Tapi tiba-tiba mobil yang dinaikinya berhenti mendadak dan membuatnya terantuk belakang kursi di depannya.

"Hei, Jangan berhenti tiba-tiba, dasar supir bodoh." Bentak Sasuke.

"Maaf tuan muda, Saya tidak sengaja berhenti tiba-tiba tanpa alasan Tuan."

"Kalau begitu kenapa berhenti, hn?"

"Itu karena tadi tiba-tiba saja sebuah berhenti di depan kita dan sepeda serta pengendaranya terjatuh akibat terserempet mobil kita, Tuan."

Sasuke mendengar penjelesan Supirnya mengambil dompetnya dan menarik beberapa lembar uang dari dompetnya lalu memberikannya ke supirnya "Ini berikan orang itu uang ini sebagai uang perdamaian, bilang padanya kalau kita tidak ingin masalahnya ini menjadi panjang."

"Baik Tuan." Supirnya pun keluar dan menolong orang yang sudah di tabraknya, Sasuke di sisi lain tidak peduli atas insiden ini yang pasti dirinya ingin segera sampai ke tempat tujuan.

Beberapa menit menunggu, Sasuke sudah tidak sabar. Dirinya segera bersiap keluar dan betapa terkejutnya ia begitu dirinya keluar dirinya di hadiahkan lemparan beberapa lembar dari seorang pemuda bersurai pirang di hadapannya.

"Hei, Kau-" Belum selesai dirinya membalas tindakan yang terjadi padanya. Pemuda di hadapannya ini malah memotong perkataannya "Kau kira aku ini apa,hah? Aku tidak bisa di sogok dengan uangmu ini. Aku hanya ingin kau meminta maaf secara langsung padakku, ternyata aku salah mengira dirimu, Teme." Dan pemuda itu berlalu sambil menggiring Sasuke malah melongo melihat kelakuan pemuda tersebut.

"Tuan Muda." Panggil sang supir dan Sasuke malah tertawa begitu tersadar atas sikapnya.

"Apa kau tahu dia siapa?"

"Saya tidak tahu tuan tapi dia adalah orang yang tadi kita serempet dan dia tidak mau menerima uang tuan katanya dia hanya akan memaafkan tuan jika tuan sendirilah yang meminta maaf, sungguh saya tidak menyangka jika dia akan melempari anda dengan uang dari tuan."

"Ooh jadi begitu.. Aku tidak apa-apa, Tanaka san. Lebih baik kita cepat melanjutkan perjalanan sebelum kakek marah kepadaku."

"Baik, Tuan Muda."

Sasuke memasuki mobilnya, di susul oleh supirnya. Begitu mobilnya mulai melaju tanpa sengaja Sasuke melirik kaca spion di depannya yang memantulkan sosok pemuda pirang yang berani melemparinya uangnya sendiri. Sebuah smirk muncul di wajah tampannya "Menarik, kuharap kita dapat bertemu kembali Dobe."

.

.

Itachi menerbangkan helipkopter mainannya di pinggiran sebuah sungai yang cukup bersih. Pemandangan dari pinggir sungai mampu membuat hatinya yang tengah di rundung kesedihan sedikit demi sedikit mulai tenang. Burung-burung sore terbang kesana-kemari seolah ingin menghiburnya dan jangan lupakan semilir angin ikut menenangkan pikiran serta hatinya.

Helikopter mainannya ia terus mainkan tak tentu arah kemana pun tangannya membawanya. Wajah dinginnya tetap terlukis di wajahnya hingga helikopter mainannya tak sengaja ia bawa ke sebuah papan reklame dimana terpampang wajah-wajah temannya serta sang mantan pacar. Melihat papan itu mengingatkannya atas kelakuan sang mantan kepadanya.

Ia sungguh tak menyangka kalau Sakura akan meninggalkan dirinya ketika dirinya sudah terkenal padahal seandainya di telusuri dari masa waktu Sakura bukan siapa-siapa, Itachi lah yang menolongnya dengan memperkenalkan sang mantan kepada sang kakek dan meminta kakeknya yang diktator itu untuk menjadikan Sakura salah satu anak asuhan di bawah manajemen milik sang kakek. Selain itu ketika Sakura membutuhkan sesuatu Itachi akan siap menyediakannya bahkan ia bersedia membuatkan Sakura lagu agar sang kekasih dapat terjun di dunia musik dimana dirinya berkecimpung.

Namun apa daya, Sakura malah membalas segala sikap Itachi dengan bermain di belakangnya dengan lelaki lainnya dan yang lebih parahnya sang lelaki itu adalah sang adik tercinta. Hatinya saat ini begitu sakit, tangannya di remas di dadanya seolah takut jika organ dalamnya keluar akibat rasa sakit tersebut.

Helikopter mainannya ia biarkan terbang bebas dan tangannya satunya lagi melempar remote controlnya ke jalanan beraspal di bawahnya. Ia berjongkok sambil memegang dadanya, isakan lirih keluar dari mulutnya. Dalam hatinya terus memanggil nama sang kekasih hati.

Itachi begitu mencintai Sakura ketika mereka mulai berkenalan di ospek SMA, dimana saat itu Itachi merupakan ketua pelaksanaan ospek. Ia melihat Sakura yang terlambat saat itu dan dirinya merasa ia telah mengalami yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama ketika melihat Sakura. Dari saat itulah ia terus mendekati sang adik kelas hingga akhirnya ia berhasil menaklukan gadis bermarga Haruno tersebut. Hubungan mereka terus berjalan sampai sekarang hingga dirinya tak menyangka, pengkhianatan lah yang ia dapatkan dari perjalan cinta keduanya.

Itachi masih terus mengeluarkan air matanya sampai dirinya tak sengaja memegang gelang persahabatan bandnya, sebuah gelang sederhana berwarna biru hitam yang hanya terkait oleh sebuah kaitan benang. Sebuah senyum muncul di wajahnya, ia jadi teringat gelang ini merupakan buatan anggota bandnya yang senang akan kerajinan seni waktu mereka SMA yakni Akasuna No Sasori.

Saat itu Sasori membuat masing-masing gelang dan memberikannya kepada masing-masing anggota. Gelang Itachi terbuat dari benang tebal berwarna Biru Tua dan Hitam, Gelang Shisui terbuat dari bahan yang sama namun warnanya berbeda gelangnya berwarna Putih dan Hitam, anggotan lainnya seperti Nagato berwarna Ungu Muda dan Hitam sedangkan Sasori sendiri meilih warna Merah dan Hitam. Mereka berempat berjanji akan terus memakai gelang tersebut.

Itachi berdiri, ia terus memegangi gelangnya seolah-olah takut terlepas dari pergelangan lengannya. Tatapannya terus tertuju ke depan,dimana terdapat sebuah sungai berlatarkan burung-burung sore berterbangan dalam hatinya, ia berjanji akan berusaha melupakan Sakura dan fokus terhadap teman-temannya.

BRUK

"Aduh."

Sebuah Suara mampu menyita perhatian Itachi, dirinya menoleh kebelakang dan terlihat beberapa sayuran menggelinding hingga kakinya. Ia mengambil sebuah jamur yang berada tepat di kakinya dan mencari darimana sayuran ini berasal. Mata Onyxnya melihat sesosok pemuda bersurai pirang sedang berusaha mendirikan sepeda yang menindinya.

Itachi diam, dirinya tak ingin menolong orang tersebut. ia hanya ingin melihat saja hingga pemuda itu berhasil bangkit dan berusaha mengumpulkan sayurannya yang berceceran di sekitarnya dan dirinya.

"Gomenasai karena sudah mengganggumu." Hanya itulah suara yang di keluarkan dari sosok pemuda yang tingginya tak lebih dari dirinya.

"Ini."

Itachi memberikan jamur di tangannya ke arah sang pemuda di hadapannya dan tentu saja di terima oleh sang pemuda "Arigatou." Ucap pemuda tersebut sambil memberikan Itachi senyuman lima jari khasnya.

Itachi terpana tapi di saat itu juga, ia membenci senyuman tersebut. seolah-olah dunia pemuda di hadapannya ini begitu menyenangkan dan bahagia. Dua hal itu yang tidak pernah ia dapatkan.

Ia membencinya.

Ia menghancurkan dunia pemuda di hadapannya ini.

Tentu dengan cara yang sama yang sekarang ini ia alami.

Benar, hanya itulah satu-satunya jalan.

Itachi tersenyum miring, ia berhasil menemukan objek untuk melampiaskan segala kekesalannya.

"Hei."

Pemuda itu menoleh "Ya?"

"Apa kau percaya cinta pada pandangan pertama?"

"Hah?"

"Aku sepertinya jatuh cinta padamu."

"Kau gila."

"Aku tidak gila dan aku ingin menjadi pacarmu."

"Nani?"

.

.

.

TBC