"Benar, aku yang membunuh Same, dan aku juga yang menembakan senapan 2 kali dan pura-pura melihat raksasa aneh, bahkan suarmu aku ganti dengan yang kosong, aku tidak menyangka kau akan membawa senapan. Sayang senapan itu hanya berisi 3 saja, kau masih beruntung, Kuroko" mata Baron memandang Kuroko seakan penuh dengan amarah, benci dan juga dendam.

"Apa yang terjadi, Baron?"

"Yang terjadi saat ini, aku mengagalkann rencana kalian dan aku ingin membunuhmu"


Scream!

Author : Lee SH114

Genre : Action, shounen-ai, tragedy, romance etc...

Leght : ? (Chapter 2)

Cast :

Levi Ackerman

Eren Jaeger

Akashi Seijuurou

Kuroko Tetsuya

Dll

Shingeki no Kyojin X Kuroko No Basuke


"Apa maksud dari semua ini? apa yang kau lakukan?" Kuroko sangat bingung dengan tindakan Baron. Dia yang semula berjongkok, mulai berdiri walaupun tau ujung pedang yang Baron arahkan padanya siap melukai Kuroko kapan saja.

"Jangan pura-pura bingung, ini semua karena kau dan Akashi" jawab Baron marah.

"Apa yang kami lakukan?" lagi-lagi Kuroko bertanya pertanyaan yang tidak ingin Baron dengarkan.

"Aku muak mendengarmu! Kau tau, aku yang lebih lama masuk Pasukan Pengintai sebelum kalian, tapi lagi-lagi kau, Kuroko. Kau yang mengambil posisi yang aku inginkan. Bukan hanya hari ini tapi,kau ingat ketika kita satu kelas? Kau yang menjadi ketua kelas, dan aku kalah darimu. Aku benci hal itu" jelas Baron membuat Kuroko terdiam paham betapa marahnya Baron saat ini karena dirinya.

"Aku tidak bermaksud~"

"Diam kau!" Baron langsung mengarahkan pedangnya pada Kuroko, tapi Kuroko menghindar. Ujung lancip pedang Baron hanya berhasil melukai lengan kanan Kuroko. Kuroko menahan darah yang keluar dari lenganya sambil melihat Baron yang mengeluarkan tawanya.

"Hahahah, jadi kau ingin bertarung denganku, Kuroko? Baiklah. Cabut pedangmu!" perintah Baron sambil melakukan kuda-kuda untuk menyerang Kuroko.

"Tidak, aku tidak akan mencabutnya. Aku ingin kita bicara baik-baik tanpa pertarungan. Baron ini demi umat manusia, apa yang kau lakukan ini benar-benar salah. Kita tidak tau kapan raksasa berakal itu akan datang, jika kita tidak segera~"

"Cukup! Kuroko aku perintahkan kau cabut pedangmu sekarang juga atau kalau tidak kau akan mati di tanganku" Baron maju membawa pedang dan siap mengakhiri nyawa Kuroko, dengan terpaksa Kuroko menyelamatkan diri dan mencabut satu pedangnya untuk menangkis Baron.

"Bagus, kita mulai pertarungan ini"

.

.

"Heichou!" salah satu anggota Kuroko yang terakhir kali bersamanya tiba-tiba datang dan menghampiri Levi. Dia segera turun dari kuda, sedangkan yang lain segera menghampirinya.

"Reo, apa yang terjadi?" tanya Levi.

"Ini sungguh di luar rencana, suar yang di bawa Kuroko tidak ada isinya" semua yang mendengar langsung terkejut. "Untung saja dia bersiaga dengan membawa senapan, dia bermaksud untuk memberi tau komandan Erwin tentang hal ini dengan 2 orang pasukan yang dia kirim, tapi ada yang terjadi~" lanjutnya bercerita.

"Ada apa?" Akashi tampak khawatir.

"Baron, dia dan Same yang di tunjuk kemari. Tapi, dia memberikan tanda yang salah. Dia menembakan 2 senapan kearah hutan. Kami semua mengira itu adalah raksasa berakal yang mereka temui. Tapi saat aku menyelidikinya. Baron mengkhianati Kuroko, dia membunuh Same dan berpura-pura melihat raksasa berakal agar Kuroko datang padanya" penjelasan panjang Reo membuat yang lain memutar otak, Erwin tampak berpikir ragu. Jika dia membantu Kuroko bersama-sama maka ada kemungkinan raksasa berakal itu akan menerobos masuk dan membunuh semua Pasukan Pengintai.

"Komandan biarkan aku yang pergi" Akashi mengeluarkan suaranya pada Erwin.

"Tidak, bukan hanya kau. Levi, bawa kelompokmu untuk menyelamatkan Kuroko. Jangan lupa bawa suar jika kalian melihat raksasa itu datang" perintah Erwin.

"Baiklah" jawab Levi lalu berangkat menuju tempat Kuroko di pandu oleh Reo.

"Sepertinya misi kita kali ini gagal" ujar Hanji kecewa.

"Aku tidak menyangka jika pengkhianat itu ada di dalam, aku terlalu lengah" jawab Erwin menyesal,"Tapi, tidak bisa di bilang gagal karena ada kesempatan lain untuk menangkapnya" tambah Erwin percaya untuk rencana yang baru saja di susun kembali.

.

.

"Baron hentikan! Aku mohon padamu, kita harus membantu yang lainya" Kuroko masih mencoba berbicara walaupun dia tersudut dengan amarah Baron yang terus menyerangnya.

"Aku tidak peduli dengan mereka, aku tidak peduli dengan umat manusia lagi. Aku tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Dan hal yang paling aku inginkan sebelum aku mati adalah membunuhmu Kuroko" Kuroko yang mendengar kalimat itu melebarkan matanya. Dia terlihat sangat shock hingga pedang yang dia bawa terpental jauh karena Baron menangkisnya. Kuroko terdiam dan memandangi Baron dengan wajahnya yang begitu menyesal.

"Matilah kau, Kuroko Tetsuya!" Baron baru saja ingin menikamkan pedang pada Kuroko tapi, ada sebuah teriakan yang muncul dari arah belakang mereka. Baron menghentikan pedangnya dan melihat kearah suara yang dia dengar.

"Raksasa berakal itu datang, kita harus menyelamatkan yang lain" Kuroko tidak peduli dengan Baron, dia berlari mencoba membantu anggota yang lain, Baron semakin marah. Dia tiba-tiba menghadang Kuroko.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana"

"Aku akan pergi, aku tidak akan membiarkan mereka semua mati begitu saja!" Kuroko mulai kesal. Baron semakin marah karena nada tinggi Kuroko dia kembali menyerang Kuroko, tapi dengan gesit Kuroko menangkisnya. Kuroko mengeluarkan pedangnya lagi. "Aku tidak peduli dengan pikiranmu sekarang, yang aku pedulikan adalah nyawa teman-temanku. Jangan menghalangiku!" Kuroko marah, dia memukul Baron hingga terjatuh dan pedang Baron terlempar cukup jauh. Kuroko memakai 3D Manuvernya untuk membantu yang lain.

Kuroko melewati beberapa mayat yang saat ini dia jumpai, salah satu anggotanya ada yang masih hidup dan memanggil Kuroko dengan mengangkat tanganya.

"Kau tidak apa-apa? Aku akan segera meminta bantuan bertahanlah"

"Ra-raksa-sa itu ber-hatilah- Kuro-ko"

"Aku mohon bertahanlah, dimana raksasa itu pergi?" tangan kananya menunjuk salah satu arah dimana arah itu adalah tempat rencana Erwin semula berada.

"Se-lamat-kan yang la-in, pergi-lah"

"Baik, bertahanlah sampai yang lain datang" Kuroko memegang tangan anggotanya lalu pergi menyusul raksasa berakal itu yang mencoba keluar dari hutan dan menuju tempat yang awalnya sudah di tentukan.

Kuroko menuju tempat yang baru saja di beritahukan oleh salah satu anggotanya, di sepanjang tempat yang dia lewati sudah banyak yang meninggal. Kuroko melewati setiap mayat yang dia temui dengan wajah yang begitu menyesal. Sampai akhirnya Kuroko melihat raksasa itu sedang meremas anggotanya hingga sebuah jeritan dan darah keluar bersama. Itu anggota terakhir Kuroko yang mencoba melawan raksasa itu. Kuroko sangat menyesal rencana ini berantakan karenanya. Tangan Kuroko mengepal marah melihat raksasa yang kini melihat kearah Kuroko.

"Aku akan membunuhmu!" tapi sebelum Kuroko maju melawab raksasa itu tiba-tiba datang Baron dari belakang dan langsung menyerang raksasa itu. Kuroko terkejut saat Baron langsung menyerang, "Baron! Hentikan kau tidak akan bisa mengalahkanya sendirian!" teriak Kuroko.

"Jangan meremehkan aku, setelah aku membunuhnya. Aku akan membunuhmu!" Jawab Baron lalu menyerang raksasa itu. Tapi ketika mencoba menyerang tengkuk raksasa laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu, pedang Baron patah karena kulit raksasa itu mengeras.

"Apa? Dia bisa mengeraskan kulitnya" heran Baron dalam hati.

"Baron jangan ceroboh!" Kuroko langsung membantun Baron, tapi terlambat tali yang Baron tancapkan kearah tengkuk raksasa itu ikut mengeras hingga posisi Baron tidak bisa lepas.

"Sial, apa yang harus aku lakukan? Tidak bisa" Baron tampak panik dia mencoba melepas peralatanya tapi tidak bisa hingga akhirnya Kuroko datang dan memotong tali itu. Baron terjatuh, Kuroko mencoba menebas beberapa bagian tubuh raksasa itu, tapi raksasa laki-laki itu melihat Baron yang ada di bawah dengan wajah yang begitu takut dan panik, tanpa menghiraukan Kuroko, raksasa itu mencoba mengambil tubuh Baron.

"Jangan meremehkan aku!" Kuroko mencoba menyelamatkan Baron dengan dirinya yang menjadi umpan, Baron yang melihat Kuroko terkejut. Tangan raksasa itu mengibaskan tali Kuroko lalu menariknya, Kuroko langsung memotong tali yang di tarik raksasa itu, tapi saat mencoba mendarat tangan raksasa itu menjadi tumpuhan Kuroko jatuh, Kuroko terkejut. Setelah mendapatkan Kuroko tangan raksasa itu mengepal dan menyisakan kepala Kuroko yang mencoba melepaskan diri.

"Kenapa? kenapa dia menyelamatkan aku?" Baron sangat heran, dia melihat Kuroko berjuang untuk lepas dan Baronpun berdiri dia mengeluarkan pedangnya dan mencoba memotong kaki raksasa itu tapi,raksasa itu melihat Baron, belum sampai kakinya raksasa itu menginjak tubuh Baron. Mata Kuroko melebar penuh, nafasnya yang terasa sesak akibat cengkraman raksasa itu semakin sakit ketika melihat darah Baron mewarnai kaki raksasa itu.

"Kurang ajar! Apa yang kau lakukan padanya!" Kuroko sangat marah, dia mengeluarkan diri dari tangan raksasa itu dengan memotong jari-jarinya. Kuroko terjatuh. Dia mencoba memakai 3D Manuvernya tapi, rusak. Tali itu sudah terpotong. "Sial! aku tidak akan kalah aku akan membunuhmu!" Kuroko mengeluarkan kedua pedangnya tapi, dia mendengar ada tembakan suar. Kuroko melihat kebelakang anggota Levi datang, semuanya maju dan menyerang raksasa itu termasuk Akashi. Tapi, melihat banyak orang yang datang dan tembakan suar itu, raksasa laki-laki berakal itu tiba-tiba diam dia hanya menangkis dan melindungi bagian tubuh belakangnya. Dia melihat anggota Erwin datang dari jauh, tiba-tiba raksasa itu berbalik badan dan langsung menghindari mereka.

"Dia kabur" ujar Mikasa.

"Heichou, kita harus mengejarnya" saran Jean.

"Tidak bisa, dia keluar daerah yang kita rencanakan. Kita tidak bisa menangkapnya. Jika melawan tanpa rencana anggota kita yang akan jadi korban" cegah Levi.

Erwin dan yang lain akhirnya datang, dia turun dari kuda dan menghampiri Levi.

"Dia pasti sudah kabur" tebak Erwin.

"Ah, seperti yang kau katakan,Erwin. Raksasa berakal itu ada di dalam Pasukan Pengintai. Dia tau semua bagian rencana kita. Bahkan dia berlari dari arah yang berlawanan" ujar Levi.

"Lain, kali jangan sampai dia lolos"

Kuroko berjalan menuju mayat Baron yang sudah tidak berbentuk dengan darah yang begitu banyak di tanah.

"Testuya~" panggil Akashi.

"Kau ingat dia? Wajahnya tidak terlihat lagi" jawab Kuroko.

"Baron kah?" tanya Akashi.

"Hm, aku gagal Akashi-kun, aku gagal" Kuroko berlutut menyesal. Dia menahan air matanya sambil memegang lengan kananya yang dari tadi mengeluarkan darah. Tangan kanan Kuroko gemetar pedangnya terjatuh dan bibirnya menahan rasa sakit yang saat ini ada di sekujur tubuhnya. Levi berjalan mendekati Kuroko dan Akashi. "Heichou, Summimaseni. Saya gagal, saya gagal menyelamatkan mereka saya gagal memimpin mereka" ujar Kuroko pada Levi.

"Tidak, ini bukan salahmu. Ini di luar perkiraan tidak ada yang tau jika hasilnya akan seperti ini" jawab Levi yakin, bahwa ini bukan sepenuhnya kesalahan Kuroko.

.

.

Ekspedisi berakhir dengan kegagalan, tapi mereka tidak menyerah begitu saja. Pasukan Pengintai bahkan tidak kembali ke dalam tembok untuk menyusun rencana yang baru. Mereka berada di dalam kastil tengah hutan yang dulunya adalah markas besar Pasukan Pengintai. Tapi karena sudah lama tidak di pergunakan beberapa dari mereka harus membersihkann dan menata barang yang ada di dalam.

"Kemana Kuroko?" tanya Armin membawa beberapa peralatan medis untuk dia berikan pada Kuroko.

"Mungkin ada di dalam kamarnya atau di luar" jawab Jean.

"Akashi juga tidak ada" ujar Mikasa yang melihat sekeliling tidak menemukan mereka berdua.

"Ini pertama kalinya bagi Kuroko memimpin sebuah pasaukan seperti itu, apa lagi tidak sedikit dan semuanya tewas. Aku paham apa yang Kuroko rasakan saat ini. Tapi, bagaimanapun juga ini bukan kesalahan Kuroko." Jelas Eren yang juga ikut menyesal atas kejadian ini.

"Benar, aku tidak menyangka Baron yang melakukan ini" jujur Armin heran.

"Aku juga, apa lagi saat aku tau dia teman kecil Akashi dan Kuroko" tambah Jean.

"Tidak semua teman itu baik, tergantung cara berpikir kita untuk menilai mereka" Mikasa ambil suara.

"Dimana Akashi dan Kuroko?" Levi tiba-tiba datang.

"Kami tidak tau" jawab Armin.

"Heichou, apa rencana kita selanjutnya?" tanya Eren.

"Baru saja aku membicarakan ini dengan Erwin dan yang lain. Tujuan utama rakasasa itu adalah menghabisi Pasukan Pengintai dengan cara membunuh mereka" jelas Levi membuat yang lain heran dengan tujuan aneh itu.

"Tapi, kenapa?" Eren masih bingung.

"Alasan pribadinya aku tidak tau pasti. Yang aku tau, besok kita akan muncul terang-terangan dan mencari tau apa tujuan aslinya. Jika di lihat dari sifat raksasa itu, dia ingin Pasukan Pengintai tidak ada, dia masuk Pasuka Pengintai agar bebas keluar masuk dinding dan muda mengetahui rencana yang akan kita lakukan, jika dia tau maka di bisa menggagalkanya, Eren ikut aku sebentar mencari mereka." Levi melirik kearah belakang, dia melihat sekilas ada salah satu anggota yang sepertinya menguping pembicaraan mereka dengan pura-pura menyapu lantai dan sibuk bersama yang lain.

"Hai" Jawab Eren tegas lalu berjalan di belakang Levi.

Kuroko duduk di luar kastil sambil membiarkan Akashi membalut luka di lengan Kuroko. Berulang kali Kuroko menghembuskan nafasnya panjang, membuat Akashi sesekali melihat wajah Kuroko yang masih begitu menyesali kejadian yang terjadi.

"Jika kau terus seperti ini kau akan mati, Tetsuya" ujar Akashi.

"Hah?" Kuroko terkejut sambil melihat kearah Akashi.

"Bukan hanya Baron, tapi yang lain juga meninggal karenamu dan sekarang kau hanya bisa diam dan menyesalinya? Apa kau tidak ingin balas dendam padanya?" Akashi mulai marah dengan sikap Kuroko.

"Akashi-kun,..."

"Aku kecewa padamu, jika kau mati aku tidak peduli" Akashi selesai membalut luka Kuroko, dia kemudian berdiri. Kuroko yang masih duduk melihat Akashi dengan tatapan mata yang heran. Tapi, Kuroko sekali lagi diam dan berpikir.

"Aku akan membalaskan dendam anggotaku yang lain dan juga Baron" ujar Kuroko.

"Bagus kalau kau punya pikiran seperti itu"

"Maafkan aku, Akashi-kun"

"Aku tau, semua ini awal bagimu, Tetsuya. Tapi, aku akan selalu bersamamu" Akashi meyakinkan Kuroko, Kuroko mengangguk paham, dia berdiri di depan Akashi.

"Tapi, apa yang harus aku lakukan? Aku merasa sangat lelah dan juga khawatir. Tanganku juga masih sedikit gemetar" Kuroko mengangkat tangan kananya. Akashi lalu memegang tangan Kuroko.

"Aku ada bersamamu, kau tidak perlu takut"

"Iya, aku tau tapi aku~" Kuroko mencoba kembali mencurahkan perasaanya pada Akashi tapi, Akashi merasa bosan dan menghentikan kalimat Kuroko dengan mencium bibir Kuroko. Kuroko terkejut, dia mendorong Akashi agar melepas ciuman itu dengan tangan Kirinya tapi, Akashi menggengam erat tangan Kanan Kuroko, dan tangan kiri Akashi memegang tengkuk Kuroko agar memperdalam ciuman itu. Kuroko yang kehilangan udara mendorong kuat Akashi, hingga terlepas.

"Gomen, Akashi-kun" ujar Kuroko.

"Aku tau" Akashi menarik tubuh Kuroko dan memeluknya erat, membiarkan beban Kuroko kini pergi perlahan di dalam dekapan tubuh Akashi.

Tanpa mereka sadar dari jendela Eren dan Levi melihat mereka, Eren hanya bisa menelan ludah sambil melirik kearah Levi yang saat ini melihat kearah Eren. Eren tersenyum sambil tertawa kecil.

"Mereka... apa Heichou sudah tau?" Eren basa-basi.

"Iya, kenapa?" tanya Levi

"Tidak ada apa-apa, Heichou kita kembali pada yang lain dan mempersiapkan untuk besok" Eren memberi saran.

"Jadi, kau mau menghindar?" Levi memancing

"Tidak, apa yang Heichou katakan?" Eren pura-pura bingung.

"Aku akan memberimu kekuatan untuk besok" ujar Levi.

"Tidak perlu" tolak Eren paham.

"Baiklah, jika kau tidak mau. Jangan salahkan aku jika kekuatan itu aku akan lakukan di depan umum besok" Levi semakin memancing Eren.

"Heichou~hmph..."Levi tidak banyak bicara, dia mencium bibir Eren tiba-tiba. Tapi hanya sebuah ciuman singkat. Levi langsung melepasnya.

"Istirahatlah, besok kita memulainya. Dan aku rasa ini misi terakhir kita tentang raksasa berakal itu. Besok kita harus menang" Levi pergi meninggalkan Eren yang merasa lega saat Levi hanya menciumnya sekilas.

"Kekuatan macam apa ini? aku malah merasa gugup"

/

Scream!

/

Hari terakhir ekspedisi mereka adalah untuk menangkap hidup-hidup seseorang yang berada di dalam tubuh raksasa itu. Erwin berdiri di depan barisan yang lain sambil memberikan rencana yang malam itu sudah dia siapkan.

"Rencana kali ini kita akan menyerang raksasa itu bersama-sama, aku yang akan memimpin kalian. Ikuti dan patuhi apa yang akan aku katakan. Jadi, apapun yang terjadi tetap maju dan bertahan. Jangan sampai kalian sia-siakan nyawa yang kalian miliki. Ingatlah siapa yang menunggu kalian pulang di dalam tembok, kita akan berhasil melakukanya. Kita mulai sekarang!" Teriak Erwin memberikan semangat anggotanya. Semuanya bersiap naik kuda, dan Erwin yang langsung memimpin di depan. Semuanya mengikuti Erwin dari belakang dan tinggal Akashi, Kuroko, Eren dan juga Mikasa yang sengaja ada di dalam kastil.

"Kita akan pulang membawa saksi pentingnya, jangan sampai kalian kalah!" tegas Eren.

"Hai" jawab mereka. inilah rencana yang tidak di beritahukan oleh Erwin pada yang lain. Agar tidak mencolok, Levi tidak bisa mengikuti Eren dan yang lain, dia harus menjadi perhatian khusus yang akan di lihat orang yang bisa menjadi raksasa itu. Sedangkan anggota Levi yang lain di peranankan anggota biasa, mereka memakai tudung dan jubah agar tidak kelihatam.

Raksasa berakal itu memang pintar, dia tidak menuju hutan yang pasti akan membuat jebakan. Dia memilih melawan pasukan pengintai di tempat terbuka.

"Erwin" panggil Levi yang menjajarkan Kudanya.

"Aku tau, dia mulai bersiap menjadi raksasa. Mungkin saat ini dia memelankan pacuan kudanya, memakai tudung lalu menuju hutan agar bisa mengubah dirinya menjadi raksasa" Tebak Erwin."Kita lakukan seperti biasa, hingga dia datang dan pasukan bantuan datang" tambah Erwin.

"Aku mengerti" Levi paham.

Beberapa menit mereka memacu kuda dan dugaan Erwin benar, sosok itu muncul dari dalam hutan dan berlari menghampiri Pasukan Pengintai yang Erwin pimpin.

"Bersiaplah untuk bertarung!" Teriak Erwin.

"Hai!" semuanya maju dengan keyakinan penuh untuk menang melawan raksasa berakal itu. Ini adalah rencana yang akan memakan korban lebih dari perkiraan Levi. Erwin memang hanya memberikan alur rencana, tapi Erwin sudah memprediksi bahwa akan ada banyak yang kehilangan nyawa. Pertarungan ini seperti tidak seimbang, raksasa yang mempunyai akal itu bahkan terus mempertahankan diri dengen mengeraskan tubuhnya. Erwin terdiam dan melihat apa yang selanjutnya dia lakukan sebelum 4 anggota Levi mulai memakai rencana cadangan.

"Terlalu banyak korban" gumam Erwin, dia mengeluarkan suar lalu menembakanya. Suara itu sebagai tanda agar 4 anggota Levi yang lain muncul dengan beberapa peralatan yang sengaja mereka bawa. Eren, Mikasa, Akashi dan Kuroko sudah bersiap. Akashi dan Mikasa mencoba menerobos belakang raksasa dengan membawa jaring yang akan menjerat kepalanya, sedangkan Kuroko dan Eren melumpuhkan kakinya.

"Kita akan mengakhirinya disini!" Teriak Akashi dia menuju kedua tangan raksasa itu dan melupuhkanya dengan beberapa sabetan pedang tapi, tangan kanan raksasa itu masih melindungi tengkuk belakangnya walaupun sudah berulang kali Akashi lukai, Kuroko dan Eren memasang jaring hingga menutpi wajah raksasa yang terlihat panik itu, kecepatan Mikasa bahkan bisa melukai kaki raksasa itu hingga dia terjatuh. Levi yang melihat itu mencoba menyerang punggung belakang, tapi gagal lagi-lagi tubuhnya mengeras.

"Cih, sial! aku tidak bisa mendekatinya" Levi kesal.

"Tangan kananya memang memegang pundak belakang, tapi tangan kirinya masih bebas. Apa yang..." Armin menuju raksasa itu dan mencoba untuk mematahkan raksasa yang terlihat kelelahan itu.

"Armin! Awas...!" Teriak Eren sambil berlari kearah Armin, Armin yang sadar teriakan Eren terkejut saat tangan raksasa itu hampir saja menangkap Armin, tapi Eren mendorong Armin hingga tangan raksasa itu malah menangkap Eren.

"Eren...!"

Mendengar nama Eren Levi langsung menoleh, dia melihat Eren sudah di bawa raksasa itu di dalam tanganya. Raksasa itu menendangi semua orang yang ada di sekitarnya dan mencoba berdiri.

"Sialan! Lepaskan Eren... " Mikasa terlihat marah dia mencoba memotong tangan raksasa itu agar Eren terlepas tapi, saat mendekati Eren raksasa itu menendang Mikasa hingga terpental jauh.

"Mikasa..." Jean yang ikut marah mencoba untuk memancing raksasa itu agar menangkapnya dan yang lain bisa membebaskan Eren tapi, gagal. Tali Jean di pegang raksasa itu dan Jean juga ikut terpental jauh.

"Aku tidak akan mati disini! Kau yang membunuh semua teman-temanku. Dan kali ini aku yang akan membunuhmu!" Eren mencoba melepaskan diri, dan dia memotong beberapa bagian jari raksasa itu di susul Akashi dan Kuroko yang datang memotong tangan raksasa itu bersama. Eren terjatuh kebawa dan melihat Levi menyerang mata raksasa itu.

"Apa kita berhasil?" Eren melihat raksasa itu sudah kalah dan akan terjatuh. Sayangnya apa yang Eren lihat itu berbeda dari yang dia pikirkan, kaki raksasa itu menginjak tanah hingga bergoyang meninggalkan beberapa lubang yang membuat anggota yang lain terjatuh kebawah lubang itu. "Tidak, rencana ini gagal?" Eren terlihat begitu heran, raksasa itu sudah menyiapkan rencana cadangan dan membuat lubang di beberapa sisi agar tanah itu retak dan menghabisi semuanya.

"Mundur!" Teriak Erwin yang melihat banyak Korban yang terjatuh di bawah tanah.

Hanya ada beberapa anggota yang tersisa ketika semuanya menjadi jalanan yang hancur. Bahkan raksasa itu entah kemana, jika jadi manusia dia mungkin akan ikut masuk dalam lubang itu, jika masih menjadi raksasa maka dia akan masuk hutan dan melarikan diri karena Pasukan Pengintai sudah mengetahui identitasnya.

"Ini sangat buruk, Erwin" Hanji melihat banyak korban yang meninggal.

"Iya, raksasa itu sudah merencanakan ini semua" jawab Erwin,"Kita mundur" lanjut Erwin memberi perintah.

"Tetsuya!" panggil Akashi yang tidak melihat Kuroko di dekatnya.

"Aku di belakangmu, Akashi-kun" jawab datar Kuroko, Akashi langsung melihat kearah belakang dengan wajah yang lega.

"Mikasa, Jean" panggil Armin sambil menghampiri mereka berdua,"Kalian selamat?" tanya Armin.

"Dimana Eren?" Mikasa terlihat khawatir.

Eren membuka matanya ketika di melihat ada sebuah kayu yang menancap di perutnya, darah Eren mengalir deras ketika Levi menghampirinya bersama yang lain.

"Eren bertahanlah, kita akan mengeluarkanmu" Armin dan yang lain mencoba untuk mengeluarkan Eren dari tumpukan kayu yang tumbang karena ulah raksasa itu.

"Heichou!" panggil Eren.

"Simpan suaramu" perintah Levi.

"Apa aku akan berakhir di sini?" tanya Eren lemah.

"Pikirkan nanti, sekarang bertahanlah. Kita akan memanggil tim medis untuk datang"

"Heichou!"

"Eren, aku bilang bertahanlah jangan tutup matamu" Eren tersenyum pada Levi, tapi perlahan mata Eren tertutup, Levi sangat takut dia menggengam tangan Eren erat. Beberapa Tim Medis datang menghampiri mereka dan langsung membantu Eren mengeluarkan kayu yang menancap di tubuhnya.

"Jangan sampai Eren tertidur ini akan berbahaya" saran tim Medis.

"Eren bertahanlah, jangan pergi Eren" Mikasa juga terlihat sangat cemas.

"Eren! Apa kau tidak mematuhiku? Aku bilang buka matamu Eren!" Levi mencoba membangunkan Eren, Eren perlahan membuka matanya lagi dan memandang samar Levi yang ada di sampingnya. Eren langsung memuntahkan darah saat Tim Medis itu mengeluarkan kayunya.

"Bagus, kayunya sudah keluar sekarang kita harus menjahitnya"

"Tapi, kita kehabisan obat untuk rasa sakitnya. Apa yang harus kita lakukan?"

"Tidak ada cara lain, Eren kau harus menahan rasa sakitnya jangan sampai kau tidur atau pingsan" tim Medis menjahit luka yang cukup besar di perut Eren, Eren terlihat sangat kesakitan dia memejamkan mata dengan keringat yang begitu banyak. Melihat hal itu Tim Medis sangat takut mengambil tindakan.

"Lanjutkan pekerjaan kalian!" perintah Levi.

"Tapi, jika dia..."

"Aku yang akan membuat dia bertahan" Levi tidak peduli dengan apa yang ada di sekitarnya, Levi langsung mencium bibir Eren di depan umum membuat semua yang melihat sangat terkejut dengan tindakan Levi. Bahkan Eren langsung membuka matanya lebar karena kaget. Tapi, karena hal itulah Eren terselamatkan.

.

.

Mata Eren mencoba beradaptasi dengan cahaya matahari saat dia melihat jendela yang lebar dengan tirai yang mengayun karena angin yang cukup kencang. Eren melihat sekelilingnya, ada anggota yang lain sudah menunggui Eren bangun. Mikasa yanga ada di samping Eren terus memegangi tangan Eren. Mereka telah kembali ke dalam dinding sejak misi yang mereka lakukan telah gagal.

"Eren?" panggil Mikasa.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Eren

"Tentu saja kami menggumu sadar, Eren" jawab Jean.

"Heichou!" panggil Eren yang melihat Levi bersandar di dinding sambil melipat tanganya.

"Ada apa?" tanya Levi.

"Itu di depan umum, apa yang anda lakukan?" Eren mengingat kejadian terakhir yang terjadi.

"Jika, Heichou tidak melakukan itu, kau akan mati" ujar Akashi membenarkan Levi.

"Yang penting sekarang kau baik-baik saja" Armin terlihat lega.

"Lalu bagaimana raksasa itu?" tanya Kuroko

"Entahlah kita menunggu apa yang akan Erwin lakukan selanjutnya, tapi untuk sekarang raksasa itu lolos dan kita tidak tau dimana dia berada" Jelas Levi pada yang lainya. Mereka sedikit lega untu kali ini walaupun banyak anggota Pasukan Pengintai telah mengorbankan nyawa. Tidak muda untuk mengalahkan hal yang semuanya di nalar dengan akal, akal akan di balas dengan akal dan nyawa akan di balas dengan nyawa. Hanya yang kuat yang bisa bertahan saat akan menuju ke medan kematian.

END...?


NB : Belum tau bagaimana ini -_- selamat menikmati 2Shot ini dulu saja