Scream!

Author : Lee SH114

Genre : Action, shounen-ai, tragedy, romance etc...

Leght : ?

Cast :

Levi Ackerman

Eren Jaeger

Akashi Seijuurou

Kuroko Tetsuya

Dll

Shingeki no Kyojin X Kuroko No Basuke


Bukan kekuatan dan juga keinginan yang di butuhkan tapi, nyali. Dimana manusia mengalami sisi buruk dalam kehidupan dengan adanya segerombolan raksasa yang tidak di harapkan. Semua pergi dan tidak pernah kembali. Siapa? Mereka yang telah berjuang untuk kehidupan dan juga orang yang mereka kasihi. Tidak ada tempat bersembunyi dimanapun bagi umat manusia, saat itulah mereka mengayunkan tangan hingga membuat jerit ketakutan, raksasa yang sungguh biadab. Keresahan umat manusia bertambah ketika para raksasa itu muncul kerumah mereka menghabiskan semua nyawa yang tidak bisa lepas dari cengkramanya namun sebuah keajaiban datang. Mereka yang rela mati untuk umat manusia yang masih tersisa dan mereka mencoba bertahan hidup dengan nyali yang mereka punya.

Pasukan Pengintai salah satu pasukan yang bisa bertarung denga para raksasa dengan nyawa taruhan mereka. ketrampilan, cara berpikir dan juga ketangkasan mereka menghasilkan babak baru untuk harapan para manusia.

'Bunuh para raksasa itu', ...'balaskan dendam keluarga kami' sorak-sorai itupu terdengar ketika para pasukan berada di dekat gerbang untuk memperkecil kemungkinan para raksasa hidup lebih lama.

"Kenapa rasanya aku panik ya?" gumam Kuroko yang berada di atas kuda, Akashi yang berada di sampingnya melihat kearah Kuroko, "Akashi-kun, aku merasa lapar" lanjut Kuroko jujur.

"Kenapa kau tidak bawa makan?" tanya Akashi yang mengikuti kalimat Kuroko yang tidak jelas.

"Jika aku terlihat makan sambil mengalahkan raksasa itu bagaimana? Aku malu"

"Hentikan rasa malumu itu, Tetsuya"

"Baiklah" Kuroko kemudian mengambil sesuatu dari kain saku yang terselempang di kudanya,"Ini" Kuroko menunjukan sebuah roti pada Akashi. Akashi diam kemudian kembali melihat kearah depan. Merasa di abaikan Kuroko hanya menghela nafas kesal dan memakan roti yang saat ini ada di tanganya.

"Aku tidak menyangka kau bawa persediaan, Kuroko" Jean menjalankan kudanya ke samping Kuroko.

"Jean-san, kau mau?"

"-San?"

"Ah, kenapa? sepertinya kau lebih tua dariku" jujur Kuroko.

"Darimana kau menebak hal itu? Apa karena aku lebih tinggi darimu? Jika kau menggunakan ketinggian. Bagaimana dengan Heichou? Apa lebih muda Heichou dari pada aku?" Jean tampak emosi menanggapi kalimat jujur Kuroko.

"Mungkin"

"Kau ini~~"

"Jean, waktunya berangkat" Akashi mengeluarkan suaranya ketika Jean mulai menyulutkan api karena Kuroko. Jean melihat Erwin Smith Komandan mereka menyerukan suara untuk bersiap keluar tembok. Jean menjalankan kudanya kedepan dengan wajah yang di tekuk kesal.

"Padahal aku tidak mengatakan hal yang salah" gumam Kuroko.

.

.

Mereka keluar dari tembok bersama-sama dan menuju markas para raksasa, dimana ada sebuah tempat yang sangat luas sebelum memasuki hutan. Sebelum menuju kesana mereka harus melewati kota tua yang kadang para raksasa incar untuk mencari makan. Tapi, kali ini tidak ada satupun raksasa di kota tersebut. Erwin menyuruh para anggotanya untuk tetap maju menuju tempat berikutnya.

"Heichou!" panggil Eren yang menyamakan kudanya dengan Levi Heichou.

"Apa?" balas Levi.

"Sepertinya ada yang aneh, di kota tua tadi tidak ada satu Raksasapun yang keluar" ujar Eren.

"Lalu?" tanya Levi.

"Aku takut jika mereka merencanakan sesuatu dan menyerang kita diam-diam" jelas Eren,"Memang benar mereka tidak semua memiliki akal tapi~"

"Ah, benar. Tidak semua. Pasti ada salah satu dari mereka yang mengendalikan para raksasa agar tidak muncul di tempat yang biasanya. Kau benar Eren, aku akan beritau Erwin tentang ini" Eren mengangguk dan membiarkan Levi menjalankan kudanya menuju Erwin yang ada di barisan paling depan.

"Ada apa Eren?" tanya Mikasa.

"Nanti akan aku jelaskan, sekarang kita harus mengikuti apa yang Komandan Erwin katakan" Mikasa mengangguk paham.

Apa yang Levi katakan pada Erwin membuat Erwin mengambil keputusan, mereka membagi dua kelompok untuk meneliti tempat dimana para raksasa berada. Anggota Erwin dan juga Hanji Zoe masih berada di salah satu tempat yang biasa mereka singgahi, rumah penduduk yang masih tersisa dan utuh untuk bisa di tinggali beberapa saat. Sedangkan kelompok Levi di tugaskan untuk mencari tau dimana para raksasa berada.

Kelompok Levi berhenti di salah satu tempat yang pernah raksasa itu datangi. Mereka turun dari kuda dan melihat ada beberapa bekas dari kerusakan karena para raksasa. Akashi berjalan menuju sumur yang ada di dekat rumah tua dengan keadaan hancur itu, dia melihat kebawa ada sebuah mayat yang mengambang.

"Dia pasti bermaksud untuk melarikan diri" tebak Armin yang berada di dekat Akashi sambil melihat sumur tersebut.

"Ah, tapi sama saja akhirnya mereka juga mati" jawab Akashi datar.

"Akashi, apa kau di ajari oleh kepolisian Khusus saat memakai 3D manuver?" tanya Armin ingin tau.

"Tidak juga, walaupun pamanku adalah polisi militer tapi dia sama sekali tidak pernah mengajariku" jelas Akashi.

"Jadi, pamanmu anggota kepolisian? Dia bekerja di dalam tembok?"

"Hm, dulu. Sekarang dia sudah meninggal" Armin diam seketika, wajahnya menunjukan penyesalan ketika dia terus bertanya dan menyudutkan Akashi agar menjawab pertanyaanya. "Tidak perlu memasang wajah seperti itu, jika kau mendengar kisah orang tuaku mungkin kau akan lebih menyesal dari pada ini" Akashi tersenyum lalu meninggalkan Armin yang masih bingung dengan kalimat Akashi barusan.

"Ada beberapa raksasa di dekat hutan kira-kira 1 km dari sini" Kuroko datang sambil menunggangi kudanya, dia memberikan informasi yang Levi minta.

"Bagus, sekarang kita kesana" ajak Levi.

"tapi, heichou~" Kuroko menghentikan Levi ketika ingin menjalankan kudanya.

"Ada apa?" tanya Levi.

"Para raksasa itu memakan tubuh raksasa lainya" semua yang mendengarkan kaget. Levi menyipitkan matanya.

"Armin, katakan hal ini pada Komandan Erwin dan sisanya ikut aku" perintah Levi.

"Hai" Armin menjalankan kudanya menuju markas Erwin dan yang lainya mengikuti Levi dan Kuroko sebagai penunjuk jalan. Mereka menjalankan kuda begitu cepat berusaha agar tubuh salah satu raksasa yang mereka makan masih tersisa, setidaknya mereka bisa meneliti raksasa apa yang mereka makan. Kelompok Levi sedikit terkejut ketika para raksasa itu hanya menyisakan bagian kaki raksasa yang mereka makan. Levi memberikan perintah agar membunuh raksasa yang kelaparan itu, semua memakai 3D manuver dan langsung membunuh mereka satu persatu.

Cukup lama mereka berusaha membunuh raksasa yang kelaparan itu untuk menahan agar para raksasa itu menjauh dari raksasa yang di makan. Hingga kelompok Erwin, Hanji dan juga Mike datang. Hanji turun dari kuda lalu menuju salah satu tubuh raksasa yang tergeletak di tanah.

Hanji mengambil kaki raksasa itu dan...ringan. Hanji memang meneliti para raksasa dan dia juga bukan sekali ini mengangkat tubuh raksasa yang memang terasa ringan.

"Hanji?" panggil Erwin dari belakang.

"Sepertinya ini raksasa armor, tapi aku belum yakin" jawab Hanji yang sudah mengerti maksud panggilan Erwin.

"Lalu, apa maksud mereka memangsa raksasa lainya?" lanjut Erwin bertanya.

"Ada tubuh seseorang di dalam raksasa itu, itu prediksiku tapi untuk kenapa dia memilih dimakan aku tidak tau" penjelasan Hanji cukup membuat Erwin berpikir apa yang terjadi.

"Bisa saja karena menghindari kita" Akashi memberi pendapatnya, mereka melihat Akashi saat itu sedang melihati pohon tinggi yang ada di depanya.

"Menghindari?" tanya balik Levi.

"Iya, jika kata Mayor Hanji itu adalah tubuh seseorang dalam raksasa maka dia telah memprediksi bahwa kita akan datang. Bukan nyalinya yang menciut, tapi dia merencanakan sesuatu untuk melakukan penyerangan sebelum kita mengetahuinya. Bukti para raksasa tidak ada di kota tua dan juga di sekitar tempat mereka itu salah satunya" jelas Akashi secara rinci.

"Kalau begitu kita harus memutar otak untuk menyusun rencana agar raksasa itu tidak menyerang kita" saran Erwin "dan juga kita tidak boleh gegabah bisa saja ada seseorang di antara kita" Levi memperingati mereka lalu berjalan menuju kudanya. Erwin memacu kudanya menjauh dari wilayah tersebut di ikuti dengan yang lainya. Erwin memutuskan hari ini cukup melakukan Ekspedisi, dia akan mempercepat ekspedisi lagi setelah merencanakan sesuatu agar bisa menghindari raksasa tersebut.

.

.

Erwin, Hanji, Mike dan juga Levi terlihat dalam salah satu ruangan. Mereka menggelar kertas yang berisi peta disana Erwin mulai menjelaskan apa yang akan dia lakukan.

"Pertama, aku ingin di bagi dalam 2 kelompok. Kelompk pertama untuk menjadi umpan dan kedua sebagai penyerang. Mungkin kelompok umpan akan sangat sulit, mereka harus berani dan siap untuk mempertaruhkan yang mereka bisa. Aku yakin raksasa itu akan membawa kawan" ujar Erwin menjelaskan rencananya.

"Jadi, kau bermaksud agar kelompoku yang mejadi umpan?" tanya Levi menebak.

"Tidak semua, kau yang tau bagaimana mereka, jadi aku serahkan kelompok umpan tersebut padamu. Cukup satu orang pemimpin, sisanya kau dan kelompokmu ada di bagian depan garis penyerangan jadi, akan jauh lebih butuh pertahanan dari pada umpan" Levi mengerutkan keningnya heran, kalimat Erwin seakan mengorbankan salah satu kelmopok Levi yang akan menjadi umpan. Tapi, Levi percaya apa yang Erwin katakan, dia mencoba untuk mencari seseorang menjadi salah satu ketua kelompok dalam barisan umpan yang akan Levi perintahkan.

Levi duduk sambil meminum kopinya, dia memegang peta yang dia dapatkan dari Erwin sebagai perencanaan. Eren yang datang memberikan beberapa kertas yang berisi biodata Akashi dan Kuroko melihat Levi begitu resah.

"Heichou!" panggil Eren lirih.

"Eren, ada apa?" tanya Levi sambil menaruh peta yang dia bawa.

"Aku menyerahkan beberapa berkas berisi biodata dari Akashi dan Kuroko, ini" Eren memberikanya pada Levi. Levi melihat biodata Akashi yang menurutnya sempurna, dari kekuatan fisik dan juga akademis dia sangat pintar dan juga cerdas tapi, dalam kerja sama Akashi sulit di tangani. Sedangkan ketika Levi melihat Kuroko, dia sama dengan Armin, kekuatan fisiknya memang tidak seberapa bahkan akademis juga biasa saja tapi, dia bukan orang yang pantang menyarah dalam kehidupan, dia juga pintar bergaul walaupun sulit bicara dan Kuroko punya pengelihatan lebih dari yang lain, dia bisa membaca suasana dan juga pintar dalam strategi.

"Apa yang anda pikirkan?" tanya Eren. Levi menaruh biodata Akashi dan juga Kuroko lalu melihat kearah Eren.

"Tidak ada, besok akan aku jelaskan. Eren~"

"Hai?"

"Apa kau percaya padaku?"

"Kenapa anda bertanya seperti itu?"

"Jawab saja"

"Tentu saja, jika aku tidak percaya pada anda aku akan menghianati anda dan pergi pada Komandan Erwin" kalimat singkat Eren sontak membuat Levi menyipitkan matanya kesal. Lalu Eren tertawa di depan Levi, "Heichou~ maaf wajah anda terlihat sangat kesal ketika saya mengatakan...~hmph" belum menyelesaikan kalimatnya Eren langsung menghentikan suara ketika bibir Levi dengan paksa masuk kedalam bibir Eren. Eren memejamkan matanya dan mencoba melepaskan Levi, tapi percuma saja. Eren yang mencoba memancing Levi dan kali ini Eren yang harus merasakan balasan dari Levi.

Levi memaksa Eren membuka mulutnya, Levi memegang dagu Eren dan menaikanya. Eren sempat terbatuk ketika Levi memaksakan ciuman itu, tapi Eren tidak bisa melakukan apa-apa di depan orang yang selama ini dia kagumi dan juga cintai.

/

-Scream!-

/

"Huft..." Eren menghela nafas sesak, dia menutupi mulutnya sambil menundukan kepala, "apa yang sebenarnya dia lakukan tadi malam? Jika ingin menciumku jangan di hari selanjutnya Ekspedisi bagaimana jika ada yang melihat perubahan pada bibirku? Kadang aku harus tegas juga padanya, tapi...apa bisa?" gumam Eren dalam hati yang masih berpose yang sama, dia menutup matanya tanpa sadar Mikasa ada di depan Eren.

"Eren..., Eren!"

"Hah?" Eren kaget dengan nada tinggi suara Mikasa.

"Mikasa?" panggil Eren yang masih menutup mulutnya.

"Kau sedang sakit? kenapa kau menutup sebagian wajahmu?" Mikasa mulai curiga.

"Ah, tidak. Aku baik-baik saja. Barusan ada debu yang lewat jadi aku menutupinya" Eren melepas tanganya yang menutup bagian bawah wajah Eren, Eren tersenyum di depan Mikasa berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan untung saja ciuman tadi malam tidak meninggalkan bekas di wajah Eren.

"Baiklah, jika kau memang sedang tidak enak badan, jangan ikut Ekspedisi" ulang Mikasa khawatir.

"Sudah aku bilang aku baik-baik saja, Mikasa." Tegas Eren sedikit geram karena sikap overprotective milik sahabat Eren itu.

"Ah, maaf aku mendengarkan kalian berdua bicara" suara itu muncul dari samping kanan dengan jarak satu meter dari arah Mikasa dan Eren. Yah, itu suara Kuroko yang menatap datar kedua orang yang baru saja berdebat. "Mikasa-san sungguh perhatian pada Eren-san, kalian seperti ibu dan anak" lanjut Kuroko berkomentar.

"Ibu?" tanya Mikasa heran.

"Anak? Lagi pula –san? Jangan panggil aku seperti itu panggil namaku saja" kritik Eren yang merasa imbuan –san itu menuakan dirinya walaupun memang usia mereka terpaut 1 tahun, tapi Eren termasuk masih muda dan bocah di banding para anggota Pasukan Pengintai yang lainya.

"Apa yang kalian lakukan di sini? Sebelum berangkat ada yang ingin aku rapatkan, segera berkumpul di depan" Levi menghampiri mereka dan menyuruh mereka berkumpul untuk melakukan rencana yang Erwin katakan kemarin pada Levi. Levi berada di depan para anggotanya, lalu dia memperlihatkan sebuah peta pada yang lain dan mulai menjelaskan apa yang akan mereka lakukan.

"Ada 2 bagian yang harus kalian lakukan, pertama bagian penyerang dan bagian umpan. Aku sudah merapatkan ini dengan Komandan Erwin, dia menyarankan anggotaku yang akan menjadi tim umpan untuk raksasa yang akan kita hadapi. Dan oleh karena itu aku akan memilih siapa yang akan menjadi ketua kelompok tim umpan" semua menunjukan wajah yang tegang, tapi bagaimanapun keputusan Levi mereka harus menerimanya. Levi berjalan ke depan dan berdiri di depan Kuroko, Kuroko melihat kearah Levi dengan tatapan mata yang datar sedangkan yang lain melihati kearah mereka.

"Kuroko, apa kau bisa melakuknya?"

"Hai?" Kuroko masih tidak yakin dengan kalimat yang Levi lontarkan padanya, ada rasa ragu yang cukup membuat Kuroko hanya bisa diam dan berpikir apa yang akan dia ambil, keputusan ini tergantung bagaimana Kuroko bertindak, jika salah maka semuanya akan sia-sia.

"Jika kau~"

"Saya akan melakukanya, saya akan memimpin tim bagian umpan" belum selesai Levi bicara Kuroko langsung menyetujuinya. Akashi yang ada di belakang Kuroko menatap Kuroko dengan mata yang begitu tajam.

"Bagus, baiklah akan ada banyak orang yang kau bawa kali ini. jadi, aku akan jelaskan padamu dan akan ku perkenalkan rekan-rekanmu" perintah Levi lalu berjalan menuju Erwin yang saat itu sedang bicara dengan Hanji dan Mike.

"Tetsuya~" panggil Akashi.

"Aku tau, Akashi-kun kau akan bertanya apa aku bisa melakukanya?" tebak Kuroko ketika Akashi memanggilnya.

"Bukan"

"Lalu?"

"Apa yang kau pikirkan saat ini, aku ingin kau mengatakan padaku. Aku ingin mendengarnya" Kuroko melebarkan matanya kaget, Akashi seakan bersembunyi di dalam hati Kuroko dan melihat semua yang ada di dalamnya, setiap kalimat yang Kuroko katakan dalam hati Akashi seakan mendengarnya dengan jelas. Anggota yang lain melihati mereka yang bicara begitu serius.

"Bagaimana jika aku mati sebelum, Akashi-kun?" tanya Kuroko tiba-tiba.

"Itu tidak mungkin terjadi" jawab yakin Akashi.

"Tapi,bagaimana jika aku gagal melakukan ini? aku akan memimpin mereka"

"Itu juga tidak mungkin terjadi"

"Lalu apa yang mungkin terjadi padaku?" Kuroko mendesak Akashi, mereka saling memandang satu sama lain tidak peduli semua teman-teman mereka memasang wajah yang tegang karena ingin mendengar jawaban Akashi.

"Kau akan datang padaku dan mengatakan 'aku berhasil melakukanya' itu yang terjadi" jawab Akashi.

"Bagaimana Akashi-kun yakin tentang itu?"

"Karena kita tidak pernah berpisah selama ini" sekali lagi kalimat Akashi membuat Kuroko tidak ingin melepaskan pandanganya. Kuroko tersenyum dan memasang wajah yang begitu yakin akan kepercayaan yang Akashi berikan padanya, dia pergi menuju Levi yang sudah menunggunya.

"Mereka benar-benar terikat dalam sebuah hubungan" ujar Jean yang baru saja melihat Akashi dan Kuroko.

"Ah, persahabatan itu sangatlah indah, tapi aku tidak yakin jika salah satunya akan di tinggalkan" Armin memandang Akashi dengan wajah yang begitu sedih dan cemas.

.

.

Levi memperkenalkan kelompok yang akan Kuroko pimpin, ada 20 orang di bawa pengawasan Kuroko. Dan salah satu dari orang tersebut tersenyum kearah Kuroko, Kuroko terkejut karena dia adalah kenalan Kuroko dan Akashi sewaktu di wilayah tempat tinggal mereka sebelum di serang para raksasa.

"Kau mengerti Kuroko?" tanya Levi meyakinkan setelah menjelaskan pada Kuroko.

"Hai, Heichou" jawab tegas Kuroko.

"Baiklah, kelompok umpan aku serahkan padamu, berjuanglah dan tetap hidup" saran Levi sambil menepuk pundak Kuroko.

"Hai" Kuroko memberi hormat pada Levi sebelum Levi meninggalkan mereka.

"Mohon bantuanya, Kuroko-san" salah satu suara muncul dari orang yang akan Kuroko ajak kerja sama "kami mengandalkanmu" suara itu membuat Kuroko semakin bersemangat, hingga salah satu orang yang Kuroko kenal menuju kearah Kuroko dengan wajah yang begitu senang melihat Kuroko masih hidup.

"Syukurlah kau masih hidup, bagaimana Akashi?" tanya pemuda yang menghampiri Kuroko.

"Dia juga selamat, dia masuk regu Levi Heichou sama sepertiku, Baron aku juga senang kau masih hidup" Baron Kristian, dia adalah salah satu teman kecil Akashi dan Kuroko selama mereka tinggal di luar tembok. Tapi, dulu mereka tidaklah akrab. Bahkan banyak melakukan persaingan karena Baron selalu kalah jika di banding dengan Akashi, pada suatu hari Baron yakin akan menjadi ketua kelas dan bisa mengalahkan Kuroko, tapi sayang apa yang dia inginkan tidak terjadi, Kuroko terpilih menjadi ketua kelas dan Baron hanya menjadi anggota saja. Hal itu selalu menyulut amarah Baron, dia tidak bisa mengalahkan Akashi dan sekarang Kuroko.

.

.

Ekspedisi di mulai, Kuroko memacu kudanya di samping Kuda Erwin. Semua perlengkapan pun dia bawa ketika keluar tembok dan sampai di kota tua, Erwin memberikan kode pada Kuroko, dia menganggukan kepalanya paham lalu membawa kelompoknya menuju rencana awal sedangkan anggota Erwin dan yang lain masih di sekitar kota tua dan menghadapi beberapa raksasa yang ada di sana.

"Jika kalian melihat ada raksasa maka tembak suar merah dan jika raksasa yang berjenis aneh tembaklah dengan suar hitam, aku percayakan rencana ini pada kalian" Kuroko teringat apa yang Levi katakan padanya dengan yakin dan penuh semangat Kuroko memacu kudanya bersama 20 orang yanga ada di belakangnya.

Akashi baru saja membunuh salah satu raksasa yang ada di kota tua, dia berdiri dan membiarkan darah raksasa itu menempel di beberapa bagian tubuhnya. Levi yang melihat Akashi berjalan mendekatinya.

"Kenapa kau tidak mengajukan protes?" tanya Levi tiba-tiba.

"Untuk apa?" tanya balik Akashi.

"Karena menempatkan Kuroko dalam bahaya, dan aku kira kau yang seharusnya di posisi Kuroko" jelas singkat Levi.

"Itu bukan hanya keputusan heichou, itu juga keputusan Tetsuya bisa saja dia menolak tapi dia tetap melakukanya, jadi saya yakin dia akan baik-baik saja. Jika di bandingkan dengan saya, Tetsuya lebih bisa memimpin kelompok" Levi mengembangkan bibirnya ketika mendapatkan jawaban dari Akashi.

"Itu artinya kau percaya padaku?" tanya Levi lebih meyakinkan apa yang dia pilih saat ini.

"Tidak juga, setiap orang tidak akan tau apa yang akan terjadi setelahnya, bisa saja 1 atau 2 menit lagi saya di kalahkan para raksasa itu. Jadi, intinya saya hanya tau jika bersama anda dan menuruti perintah anda saya akan bertaha hidup" lagi-lagi sungguh di luar dugaan, kalimat yang Akashi semua katakan benar di mata Levi, Levi melihat sosok yang luar biasa di antara yang lain.

.

.

Kuroko terus maju ketempat yang telah di rencanakan, dia menuju salah satu tempat yang di prediksi oleh Erwin akan munculnya raksasa yang di dalamnya ada tubuh orang lain. Kuroko akan memberikan sinyal dengan menembak suar merah ketika bertemu dengan raksasa lainya, dan ketika bertemu dengan raksasa berakal tersebut Kuroko akan menembak suar hitam.

"Jangan sampai ada yang lengah, bisa saja para raksasa akan datang tiba-tiba tetap pada formasi ketika ada serangan kita bisa membantu yang lainya!" teriak Kuroko memberi perintah.

"Hai!" jawab semuanya serentak.

"Aku percayakan strategi padamu, jika ada strategi lain dari kami itu akan membebanimu, Kuroko kami mengandalkanmu pilihlah keputusan yang tepat untuk menangkap raksasa itu" Kuroko teringat apa yang Erwin katakan padanya. Kuroko melepas tangan kananya, lalu melihat seakan membayangkan ada berapa nyawa yang kali ini Kuroko genggam, dia sempat memejamkan mata lalu kembali memacu kudanya.

"Muncul raksasa dari samping kanan 20 meter dari kita!" teriak salah satu anggota Kuroko. Kuroko melihat kearah kanan bukan hanya satu ada dua raksasa yang mendekati mereka.

"Barisan kanan cepat tangani para raksasa itu, usahkan kalian jangan sampai mempertaruhkan nyawa kalian pada raksasa seperti mereka!" perintah Kuroko.

"Hai!" 4 anggota diantara barisan kanan menuju raksasa yang mendekati mereka, Kuroko mulai mengeluarkan suar yang telah dia bawah tapi, mata Kuroko melebar kaget ketika suar itu tidak ada isinya.

"Tidak mungkin, apa aku salah mengambil suar? Apa yang terjadi sebenarnya ini?" Kuroko terlihat mulai panik, tapi dia kembali memasukan suarnya.

"Kuroko, kenapa kau tidak menembak suarnya?" tanya Baron menghampiri Kuroko.

"Suar yang aku bawa tidak ada isinya" jawab Kuroko.

"Apa? Semua suarnya?" tanya Baron tidak yakin.

"Iya, tidak ada cara lain" Kuroko langsung menghentikan kudanya dia melihat raksasa yang berada di sebelah kanan sudah di kalahkan. Anggota Kuroko pun langsung berhenti, Kuroko berada di depan mereka.

"Dengarkan baik-baik! Suar yang aku bawa tidak ada isinya, suar itu kosong" jujur Kuroko di depan anggotanya. "tidak ada cara lain lagi selain memberitau secara langsung, aku ingin dua di antara kalian pergi kearah Komandan Erwin dan memberitahukan hal ini. Tidak perlu panik ataupun takut, barisan ini akan menjaga kalian selama mengantarkan pesan, jika kalian melihat raksasa selama perjalanan cukup gunakan senapan ini" Kuroko mengeluarkan senapan dari saku kudanya yang sengaja dia bawa untuk berjaga-jaga."Salah satu dari kami akan pergi membantu kalian, jika kalian menemukan raksasa biasa cukup 1 kali tembakan, jika raksasa yang aneh 2 tembakan, kalian mengerti? " Kuroko mencoba untuk menenangkan anggotanya dengan melakukan strategi yang dari tadi dia pikirkan.

"Tapi, siapa yang akan pergi?" tanya Baron.

"Aku percayakan hal ini padamu, jika ada raksasa yang aneh muncul aku akan kesana. Kau paham?" Kuroko memberikan senapan itu pada Baron, Baron menerimanya dengan ragu.

"kau mempercayaiku?" tanya Baron heran.

"Tentu saja karena kita teman" jawab Kuroko meyakinkan Baron. Baron mengangguk paham lalu mengajak salah satu temanya untuk ikut dan melapor pada Komandan Erwin tentang suar dan raksasanya. Kuroko dan anggota yang lain kembali maju dan meneruskan perjalananya.

.

.

"Kenapa tidak ada tanda-tanda dari Kuroko?" tanya Hanji heran melihati langit yang hari ini terlihat cerah.

"Ah, ini cukup lama, aku bosan menunggunya" ujar Levi, lalu melihat Akashi yang tidak jauh darinya. Akashi terdiam dan tampak begitu tenang walaupun dia tidak mengeluarkan suara atau pendapatnya.

"Akashi, Kuroko pasti akan baik-baik saja" Eren mendekati Akashi.

"Iya, aku tau itu" jawab Akashi.

"Kau, sangat dekat dengan Kuroko. Apa kalian bersaudara?" tanya Eren mencairkan suasana.

"Bukan, kami bukan saudara. Aku hanya anak yang di buang orang tuaku lalu di pungut oleh orang tua Tetsuya" semua yang mendengar pernyataan Akashi kaget, Akashi mengatakan tanpa merasa canggung ataupun sungkan. Ini adalah kehidupan Akashi dan dia membiarkan orang lain mengetahuinya.

"Di buang?" tanya Eren lagi.

"Iya, ibuku meninggal karena di makan oleh raksasa, aku dan ayah selamat tapi ayah menjualku pada orang lain. Dan keluarga yang membeliku selalu saja memperlakukan aku seperti binatang, mereka memberiku makan di lantai, tidur di belakang rumah dengan rumput yang basah tanpa alas atapun atap dan menjadi pelayan pribadi anaknya, aku yang menolak akhirnya di buang. Aku tidak sadar hal itu, ketika aku bangun aku sudah ada di bak sampah yang sangat bau dan juga kotor, aku menjerit minta tolong karena di dalam begitu gelap, lalu Kuroko datang. Dia membukanya dan mengulurkan tanganya agar aku bisa keluar" Akashi tidak menatap siapapun, dia bercerita dengan mata yang hanya melihat tanah yang terlihat begitu kering dan juga kotor karena bercak darah raksasa. Levi dan yang lain hanya bisa tercengang mendengar apa yang Akashi katakan, bukan hanya anggota Levi yang mendengar tapi, juga Erwin, Hanji, Mike dan yang lainya.

.

.

Kuroko mendengar ada suara tembakan, dia terkejut dan langsung menghentikan kudanya. Dia berpikir itu adalah raksasa biasa karena hanya satu tembakan tapi, ketika dia memerintahkan 2 orang menyusul dan membantu Kuroko terkejut ada lagi suara yang keluar. Tidak salah lagi Baron dan temanya melihat bahkan mungkin berhadapan dengan raksasa yang berakal.

"Tapi, kenapa ada di hutan?" tanya Kuroko heran.

"Mungkin mereka di kejar, tidak ada alasan mereka masuk hutan tanpa perintah. Apa yang harus kita lakukan?" tanya salah satu anggota Kuroko. Kuroko terdiam dan berpikir sejenak.

"Kita kesana, di setiap jalan masuk hutan jika bertemu dengan raksasa kalian maju 2 orang dan seterusnya aku akan menghadapi raksasa berakal itu" jelas Kuroko, semua mengangguk setuju. Mereka akhirnya menuju hutan dimana suara senapan itu terdengar. Kuroko memandu mereka masuk dan benar setiap jalan yang mereka lalui ada raksasa yang datang, anggota Kuroko perlahan habis hingga tinggal Kuroko dan satu orang lagi.

"Aku akan memeriksa keadaan yang lain, apa anda bisa sendirian?" tanya anggota Kuroko.

"Tentu saja, bantu mereka" perintah Kuroko, lalu mereka berpisah. Dan Kuroko terus masuk kedalam hutan hingga perjalananya terhenti ketika melihat Baron yang berdiri di depan kudanya. Baron melihat kearah Kuroko yang masih di atas kuda. Kuroko turun dan menghampiri Baron.

"Dimana Same? Kau tadi bersamanya? Apa dia melapor pada Komandan Erwin?" tanya Kuroko.

"Tidak, dia di sana" Baron menunjuk belakang pohon besar. Kuroko melihat ada kaki yang terlihat setengah, Kuroko berjalan mendekatinya dan mata biru lautnya melebar seketika saat melihat Same sudah tergeletak tidak bernyawa dengan darah yang keluar dari jantungnya. Kuroko mendekati mayat Same lalu memeriksanya.

"Ini, bukan karena serangan raksasa, ini karena sebuah tembakan" Kuroko terlihat bingung dan juga heran. Saat dia berbalik melihat kearah Baron, sebuah ujung pedang sudah tepat di depan wajah Kuroko.

"Jangan bergerak, jika tidak kau akan mati" ancam Baron.

"Apa maksudnya ini? apa yang kau lakukan? Jangan-jangan kau yang..."

"Benar, aku yang membunuh Same, dan aku juga yang menembakan senapan 2 kali dan pura-pura melihat raksasa aneh, bahkan suarmu aku ganti dengan yang kosong, aku tidak menyangka kau akan membawa senapan. Sayang senapan itu hanya berisi 3 saja, kau masih beruntung, Kuroko" mata Baron memandang Kuroko seakan penuh dengan amarah, benci dan juga dendam.

"Apa yang terjadi, Baron?"

"Yang terjadi saat ini, aku mengagalkann rencana kalian dan aku ingin membunuhmu"

To Be Countinue...


NB : Mohon Reviewna ya ini fic pertama saya yang gabungan antara RiRen dan juga Akakuro