Memejamkan mata sekarang ini mungkin bukan pilihan yang buruk untuk meredakan rasa perih pada matanya. Suara orang-orang sekitar diabaikan Sakura, bahkan ocehan Ino yang panik setengah mati karena ketinggalan ponsel pun tak dapat mengusik ketenangannya. Sakura benci air mata yang menyebabkan matanya bengkak serta kemerahan, membuatnya terlihat seperti gadis lemah tak berdaya. Sakura terlarut dalam kemelut pikiran. Rasa perih yang masih tersisa di dada beserta ingatan mengenai kenangan pahit semasa SMP terus saja terputar seperti tayangan film dokumenter membosankan di benak, jenuh sudah ia mengalami itu. Semuanya terlihat begitu monokrom, menjalani kehidupan dunia yang berwarna abu-abu dengan nada yang itu-itu saja, tidak ada ragamnya sama sekali.
Untuk terakhir kalinya, Sakura menoleh kembali ke belakang. Lambaian tangan antusias sebagai salam perpisahan ditujukan kepadanya di tengah ingar-bingar calon penumpang pesawat. Emeraldnya fokus akan satu titik berusaha mengambil potret penuh kenangan untuk terakhir kalinya, tanpa orang itu berdiri di antara mereka semua. Sosok yang selama ini dikaguminya, dianggap penting, terkadang seperti lucky charm bagi Sakura. Ayolah Sakura! Jangan jadi gadis cengeng karena hanya seorang laki-laki yang marah padamu, ke mana kau buang hatimu yang sedingin es dulu?
Pada anak tangga pesawat yang terakhir, Sakura memantapkan langkahnya, meneguhkan hatinya ... ini yang terakhir. Tiada penyesalan, pertemuannya dengan Kuroko setidaknya memberi warna pada lukisan kehidupan Sakura yang abu-abu ... sederhana tapi penuh makna. Satu lagi kenangan tertoreh namun bukan kenangan pahit. April, sakura, dan langit biru; pertemuan musim semi antara dirinya dan Kuroko.
Yah saat itu, pohon sakura yang bermekaran sempurna memamerkan keindahannya di bawah naungan sang langit biru. Membawa keceriaan pada setiap insan selepas musim dingin berlalu berkat perpaduan warna yang sempurna antara biru langit dan rona sakura. Sakura, lambang kegembiraan dan keberanian namum gugurnya kelopak sakura melambangkan kefanaan. Mekarnya bunga sakura juga tak berlangsung lama sebab dia tidak abadi. Tapi terlepas dari itu semua kedatangannya dinantikan banyak orang. Pun dengan langit biru yang selalu setia menemani pohon sakura hingga kelopak terakhirnya jatuh ke tanah kemudian tersapu oleh angin. Siklus yang begitu unik pada musim semi menggambarkan kisah hubungan mereka berdua.
Pandangan Sakura mulai buram lagi, cairan bening di matanya berangsur-angsur keluar seiring langkahnya masuk ke dalam kabin. Tak jarang Sakura sedikit terhuyung akibat konsentrasinya yang buyar entah ke mana.
"Sakura! Perhatikan jalanmu. Kau seperti orang linglung."
"Surechigau kotoba ni chotto dake no koukai, namida koborete[1]. Aku suka lirik itu dan kali ini dapat kuucapkan dengan lancar. It was my first record haha," lirih Sakura, tidak mengindahkan perkataan Ino.
Hat Trick
By Classiera Niza
Disclaimer
Naruto belong to Kishimoto Masashi
Kuroko no Basuke belong to Fujimaki Tadatoshi
Warning!
Kalau untuk Naruto saya pakai AU, Kurobas mungkin AR, Typo(s), Misstypos, OoC, Sedikit nyempil bahasa sehari-hari (disesuaikan dengan setting cerita), Pokoknya masih banyak sekali kekurangan yang ada di fic ini.
Sisanya silakan pembaca sendiri yang memutuskan untuk membaca fic ini atau tidak, sama sekali nggak maksa kok :)
SONG: No Way—Younha
Sekai wa Koi ni Ochiteiru—ChiCO with HoneyWorks
Biarlah sakura yang menyimpan rahasiaku, izinkan dia menceritakan semuanya pada langit biru kala musim semi kembali menyapa. Biru simbolisasi dirimu, menemaniku sampai kapan pun. Happy ending or bad ending? Itu semua keputusan kami, yang merangkai kisah ini.
.
Sudah lama semenjak Sakura kembali ke Rusia, segalanya terlihat berjalan normal-normal saja. Seirin yang sibuk dengan basketnya untuk menghadapi final WinterCup besok sedang bersdiskusi di dalam gymnasium. Obrolan yang lumayan berat itu terkadang disela Kagami dengan perkataan bodohnya membuat Riko naik pitam, alhasil Kagami mendapat bogem mentah gratis di wajahnya—Kagami tidak bisa lihat situasi.
Jika dibandingkan dengan Kagami, kelihatannya Kuroko lebih parah. Semenjak kepulangan Sakura dia sering melamun. Seperti sekarang, setelah dia menceritakan kronologis kehidupannya di Teiko dia kembali melamun.
"Merindukan Sakura eh?" goda Kiyoshi seketika mendapat lirikan tajam semua orang minus Kuroko yang kesadarannya seakan berada di dunia antah-berantah.
'Maaf tiba-tiba memanggilmu ke lapangan streetball Tetsu-kun.'
'Tidak apa, setelah ini aku juga mau ke combini. Terjadi sesuatu dengan Aomine-kun?'
'Eumm bukan dia. Ini tentang Haruno-san, aku rasa kau berhak tahu. Dia memanggul beban terlalu berat.'
'Bisa jelaskan? Momoi-san?'
'Aku berusaha membantunya tapi caraku salah, mungkin lebih baik Tetsu-kun yang bantu. Wajar saja dia marah padaku, aku 'kan bukan siapa-siapa di antara hubungan kalian berdua.'
'Momoi-san, jangan berputar-putar.'
'Sampaikan maafku padanya ya? Haruno-san itu butuh seseorang sebagai penyemangatnya. Jika informasiku benar, maka ini masalah serius.'
'Tolong jangan semakin memperkeruh suasana, ini bukan candaan 'kan?'
'Bukan! Perkiraanku, dalam jangka waktu dekat ini dia akan pulang. Karena selesai shooting ada sesuatu yang mesti dituntaskannya di Rusia. Dia—'
"Jantung koroner. Apakah itu buruk?" Tangan Kuroko mengepal kuat di atas lutut, perkataan Momoi terus terngiang di pikirannya. Itu sangat menggangu walaupun belum terbukti benar.
"Kuroko kerasukan karena kebanyakan melamun! Shuhh pergi kau!" jangan salahkan Kagami. Mereka di sini membicarakan basket sedangkan pertanyaan Kuroko sungguh out of topic.
"Kagami-kun ini masih aku."
"Jantung koroner ya? Itu memang buruk, penyakit yang membunuh manusia nomor satu di dunia. Namun jika ditangangi dengan tepat, bisa sembuh," jawab Riko meletakkan jari telunjuknya di dagu.
Kuroko menunduk, dia pikir apa yang dikatakan Momoi saat itu hanyalah dugaan saja dan belum tentu benar. Akan tetapi semuanya semakin jelas, tidak ada kabar sedikit pun tentang Sakura. Pesan Kuroko tak dibalas, bahkan Kiyoshi yang notabene kakak sepupu Sakura mengaku tidak mendapat kabar apa pun. Hal ini seolah-olah menyatakan kalau Sakura itu sudah pergi dan tak akan kembali, sia-sia jika mencarinya.
Tidak, jangan berpikir seperti itu. Pasti ada maksud tertentu kenapa Sakura memilih memutuskan kontak dengan yang lain. Jangan asal menarik konklusi, itu bahaya!
"Ah kelupaan! Mampir ke tempatku dulu ya? Ada paket dari Rusia yang baru sampai kemarin. Dengan itu, mungkin saja kau menemukan titik terang atas masalahmu. Habisnya Kuroko sering melamun. Kutebak! Pasti berhubungan dengan Sakura!" ujar Kiyoshi semangat. Semuanya mengangguk, penasaran juga paket seperti apa yang dikirim.
Tidak menghabiskan banyak waktu, mereka sampai di tempatnya Kiyoshi. Mempersilakan mereka semua masuk dan duduk di ruang tengah. Kiyoshi membuat ocha hangat lalu menghidangkannya.
"Eh ini? Gyokuro[2]? Kau punya banyak uang?" tanya Riko setelah menyesap sedikit ocha.
Kiyoshi yang tadinya hendak beranjak dan mengambil paket melejitkan bahunya tak peduli, "Dari Sakura, dia yang beli. Kerap kali aku melihatnya mencampurkan ocha dengan madu atau bunga sakura. Katanya untuk efek relaksasi, kalian capek 'kan?" lagi-lagi mereka semua mengangguk meng-iyakan. Terkecuali Kuroko yang tercenung memandangi ocha dalam cangkir, Sakura selalu membawa teh ini untuknya seusai latihan.
BRAKK!
Suara tumpukan kotak yang beradu ke lantai sukses menarik perhatian Kuroko. Kotak itu ukurannya sedang, warnanya beragam, tertera nama-nama mereka di masing-masing kotak. Kiyoshi nyegir lebar kemudian membagikan kotak itu sesuai dengan nama yang dicantumkan. Dengan ganas Kagami langsung membuka kotak dan langsung jawdrop. Alih-alih berharap dapat barang istimewa, yang didapat hanyalah syal musim dingin bermotif bunga-bungaan.
"What the hell is this!" umpat Kagami.
"Mungkin pesan video ini bisa menjelaskan," ucap Kiyoshi menenangkan Kagami yang mencak-mencak seraya mengaktifkan handycam. "Nah silakan ditonton, tapi tahan emosi! Aku nyaris muntah menyaksikan video ini," gumamnya tetapi dapat didengar semua orang.
Layar seluruhnya menampilkan warna gelap, semakin membuat jantung mereka berdebar-debar tak keruan—menganggap mungkin ini semua adalah video gore. Beberapa menit berselang terdengar suara cempreng dan lampu menyala.
"Haiiiii! Kalian pasti rindu aku, Yamanaka Ino si manajer luar biasa cantiknya sejagat raya." Benar kata Kiyoshi, mereka ingin muntah di tempat ketika mendengar suara cempreng—narsis pula—milik Ino.
"Paketnya sudah terkirim 'kan? Nah itu syal rajutan Sakura lho. Akan tetapi khusus buat Kagami yang sering bantuin masak, aku yang ngerajut! Cantik 'kan?" Kali ini seperti ada panah imajiner yang menusuk jantung Kagami.
"Berhubung ini musim dingin, Sakura merajut itu semua untuk kalian. Sama halnya dengan Kagami, karena Kuroko sahabat Sakura, aku menyelipkan sesuatu di sana. Psst jangan beritahu dia kalau itu perbutanku, nyawaku bisa melayang! Aku saat ini sedang di rumah sakit, mau bertemu Sakura? Akhir-akhir ini dia semakin kurus." Ino berjalan ke sebuah pintu bercat putih, handycam tetap dibawanya merekam ruangan serba putih.
"Sakura, buat pesan video yuk! Kita kirim ke Jepang bersamaan dengan paket. Mereka 'kan tidak tahu keadaanmu yang seperti ini." Lensa menyorot sosok Sakura yang tengah duduk di ranjang rumah sakit, kulitnya putih pucat, tubuhnya sedikit lebih kurus. Rahang Kuroko mengeras, dia seperti melihat Sakura yang lain. Begitu juga dengan yang lainnya, terkejut sekaligus tidak paham dengan penampilan Sakura sekarang.
"Lalu apa? Kau memperlakukanku seakan aku benar-benar akan mati. Diamlah, aku sibuk!" jawab Sakura tanpa perlu melihat Ino, lebih tertarik memandangi tetesan cairan infus.
"Sibuk apanya? Hey! Kau tak memakan makananmu lagi Sakura? Bercerminlah! Kau seperti orang anemia! Bisa-bisa kau kena hajar Sasori-senpai."
"Ck! Berisik seperti ibuku. Kalau aku tidak mau makan ya sudah, jangan atur aku babi teme!"
"Kudengar, Seirin masuk ke pertandingan WinterCup. Tidak mau memberi semangat?"
Sakura tersentak dari ranjangnya, bahunya menegang, perlahan mengulas senyum sebisa mungkin—tapi yang ada malah jadi senyum miris. "Semangat Seirin! Maaf tidak bisa ke sana, tapi aku mendukung kalian dari sini kok. Baiklah Ino, kumohon singkirkan kamera dari wajahku secepatnya atau kucolok matamu." Tangan Sakura berusaha menutupi lensa dengan gerakan lemah, matanya terpejam kuat seperti sedang menahan rasa nyeri.
"Sadis ih~ aku keluar ya?" Kuroko masih setia menyaksikan setiap rentetan adegan dari balik layar handycam. Sempat terlihat olehnya manik emerald milik Sakura kian meredup, tidak lagi memancarkan sinar melainkan hanya kekosongan di dalamnya. Tak lama kemudian, tampilan layar sedikit berguncang, sayup-sayup isakan tangis mulai tertangkap gendang telinga—Ino kelepasan, dia menangis.
"Loh? Kok aku nangis? Haha maaf, apa kalian kaget melihat Sakura tadi? Dia berubah banyak ya? Dua jam lagi dia akan menjalani operasi, doa'kan dia ok? Sedikit kilas balik, sebenarnya Sakura itu dulunya orang yang bodoh, jelek, pemalu, cengeng, lemah—aku juga sering menindasnya. Sampai suatu ketika dia duduk di bangku SMP tahun pertama, Sakura divonis terkena penyakit jantung. Dari sana sikapnya berubah total. Dia belajar mati-matian, membuang semua emosi yang ada pada dirinya, berakhir dengan semua orang yang menjauhinya. Aku cukup kaget Kuroko dapat membangkitkan emosi Sakura, saat melihatnya menangis di bandara napasku tercekat—bahkan Sakura tak menagis saat divonis penyakit jantung. Cukup sampai di sini dulu, aku yakin kalian paham kenapa Sakura menyembunyikan semua ini. Ingat! Dia itu aktris papan atas. Untuk kalian, aku ucapkan terima kasih banyak atas waktu yang telah dihabiskan bersama Sakura. Dan Kuroko, ucapan terima kasihku ada di kotak itu. Selebihnya kuserahkan padamu Kiyoshi-san." Layar handycam kembali menjadi gelap total, video berdurasi kira-kira sembilan menit itu menuai tanda tanya besar pada mereka. Semuanya menjadi kabur akan ketidak pastian, tidak ada yang berani bertanya takut-takut semakin memperburuk suasana.
"Video ini dibuat seminggu yang lalu, jadi dia sudah menjalani operasi—berhasil atau tidak aku juga belum mendapat kabar dari Rusia. Yamanaka diam seribu bahasa, orang tua Sakura bungkam, bahkan media sosial tidak tahu apa pun jika kutanya. Berdo'a saja semoga tidak terjadi hal yang buruk. Kuroko, fokuslah pada basketmu, masalah Sakura jangan terlalu dipikirkan. Dan itu berlaku juga bagi kalian, lawan tanding besok bukan main-main skillnya!" tak ayal semua orang menoleh ke Kiyoshi, ingin bertanya lebih lanjut namun terpaksa diurungkan. Sakura yang mereka kenal memiliki sifat periang, supel, ramah, sangat bertolak belakang dengan yang dikatakan Ino.
Sakura berguguran karena angin dan hujan yang menerpanya.
Dia pergi seiring gugurnya kelopak-kelopak merah jambu yang beterbangan ke angkasa, membawa semangat musim semi di tiap helaiannya.
Sebenarnya alam masih ingin melihat tarian indahmu, namun kau bukanlah sesuatu yang abadi.
Aku sangat mengerti, kenapa engkau memutuskan untuk gugur setelah bersemi.
Aku sangatlah paham, kenapa dirimu bersyukur padahal kau sangat lelah menjadi sakura.
Kau selalu dirindukan setiap jiwa, diinginkan setiap hati, selalu dinantikan pada musim semi berikutnya.
Itu alasanmu 'kan?
Untuk sakura, aku menerima semua pesanmu, rahasia yang kau sampaikan di hari terakhir kelopakmu jatuh.
Terima kasih telah membuat dunia tersenyum berkat keelokan dan ketulusan hatimu.
Terima kasih telah mengajariku arti pengorbanan, semangat, dan ketidakabadian.
Semoga alam sekitar bisa memahami kepergianmu.
Semoga engkau masih bisa tersenyum tulus.
Namun jika ini adalah musim terakhir kau bisa tersenyum,
aku bersama alam akan berdoa, semoga kau kembali mekar dan tersenyum di musim semi selanjutnya.
Desahan angin musim semi menutup akhir cerita, berakhir bahagiakah? Atau buruk? Bukan itu yang penting.
Akan tetapi kisah penuh makna yang terangkai selama kau memekarkan bunga-bungamu.
Seirin diliputi kebahagiaan, perjuangan keras mereka meraih kemenangan dengan kedudukan skor beda tipis—106:105—cukup membuat seluruh pemain Rakuzan tampak syok. Pass tidak terduga dari Kuroko dan dunk Kagami mengantarkan mereka berdiri di atas puncak, ini kemenangan mereka.
Priitttt! "Waktu habis! SMA Seirin adalah juara WinterCup!" seru wasit disusul dengan tembakan confetti di udara. Mengharu biru atas kemenangan yang mereka capai, teriakan dari masing-masing anggota tim basket Seirin.
"Kemenangan ini milikmu, tidak ... ini adalah kemenangan kalian. Selamat."—Akashi menjulurkan tangannya ke Kuroko disertai senyuman—"Lalu persiapkan diri kalian. Selanjutnya kami yang akan menang."
Kuroko menyambut tangan Akashi kemudian balas tersenyum, "Ya! Mari kita bermain lagi. Selanjutnya, selanjutnya lagi ... sebanyak apa pun."
Satu per satu orang mulai bubar dari gymnasium. Seirin menerima piala mereka, Rakuzan, Shuutoku, Kaijou pun turut berbaris di lapangan.
'Ini bukanlah akhir dari segalanya. Malah, ini baru akan dimulai! Kita bisa bertarung, dalam permainan basket yang kita cintai ... sebanyak apa pun. Kuharap kau menyaksikan pertandingan kami tadi, bukankah menarik? Kami menang dengan cara kami, Haruno-san.'
-O0O-
Kuroko memilih duduk di bench untuk istirahat demikian juga dengan yang lain. Memenangkan pertandingan WinterCup bukan berarti mereka diperbolehkan berleha-leha. Tak tanggung-tanggung, bahkan Riko akan menghajar—bila perlu—bagi orang kelewat berani yang bolos latihan.
"Oh iya Kuroko! Kau sudah membuka paketmu? Apa isinya?" tanya Kagami yang direspon berupa gelengan kepala tidak peduli dari Kuroko. "Ya dibukalah biar tahu! Jangan main rahasiaan gitu!" Siapa yang tidak sewot? Kau bertanya baik-baik malah dijawab seperti itu. Butuh kesabaran tingkat tinggi untuk menghadapi makhluk bumi bertipe kuudere satu ini. Semua orang mampu dibuatnya lepas kendali berkat wajah datar bak aspal jalanan itu, apalagi Kagami yang bertemperamen tinggi dan gampang dipancing.
"Eumm tunggu sebentar." Kuroko merogoh tasnya mengeluarkan sebuah kotak. Saat dibuka isinya ternyata sama dengan yang lain—hanya sebuah syal musim dingin rajutan berwarna cokelat.
"Hanya itu? Pasti ada sesuatu yang lain," sela Riko penasaran. Kuroko mengeluarkan syalnya dari kotak, pada saat yang bersamaan pula sebuah buku melesak jatuh dengan catatan memo kecil di atasnya.
Sejujurnya Sakura menyuruhku untuk membakar buku ini. Kalau diingat kembali ini pemberianmu 'kan? Jadi aku tidak tega membakarnya. Kau simpan saja! Anggap ini ucapan terima kasihku, dengan ini kau bisa tahu apa yang disimpan Sakura selama ini. Buku ini berisi curahan hatinya!
"Manajer kurang ajar! Mana boleh seenaknya membaca buku harian seorang gadis, itu setara dengan perbuatan kriminal—huaaa! Apa yang kalian lakukan!" pekik Riko ketika melihat kerumunan anggota basket, membaca saksama buku harian yang dipegang Kuroko.
Take a deep breath, I closed my eyes.
Let the sun shine, let the wind blow.
Let me take every picture, let me write it.
Menulis? Padahal aku tak suka menulis.
Alasannya? Sederhana saja, karena aku tidak memiliki banyak kata-kata untuk ditulis.
Lalu apa gunanya buku ini? Tentu saja untuk ditulisi.
Apa yang harus kutulis? Kurasa itu pertanyaan yang tersulit.
Buku ini sebenarnya pemberian seseorang, aku hanya tak tega membuangnya tanpa ditulisi sepatah kata pun. Dan lagi pula aku ingin mengucapkan terima kasih kepadanya, sekaligus minta maaf karena tak bisa menyampaikan hal ini secara langsung.
Maaf, karena aku tak bisa memanfaatkan hadiahmu sebaik mungkin.
Maaf, karena aku tak bisa hadir di pertandinganmu.
Maaf, karena aku berbohong padamu.
Maaf, karena telah menjadi seseorang yang pengecut.
Sejauh ini, kau sungguh menjadi sumber penghiburku. Ternyata waktu yang kuhabiskan tak akan berakhir sia-sia. Aku tidak pasti dengan apa yang kutulis, aku menulis apa yang kutahu dan kulihat. Kali ini aku tak akan berbohong, sungguh! Yahh walau kemungkinan besar bahasa Jepangku akan acak-acakan tak keruan dan sulit dipahami.
—Haruno Sakura
"Ehmm kata pembukannya lumayan menarik. Tapi kenapa di setiap lembarannya rata-rata puisi semua?" Izuki menyipitkan matanya seraya membolak-balik halaman buku.
"Entah tuh, mungkin dia ingin buat surat cinta," celetuk Kagami gak nyambung.
Mendengar kata-kata seperti itu Riko langsung menyabet buku kemudian meneliti lembaran demi lembaran. Kerap kali bibirnya mengulas seringaian setiap kali membalik halaman selanjutnya. Riko mengambil pensil dari tasnya, terlihat dia sedang mencoret-coret buku yang dipegangnya. Sejurus kemudian Riko menutup buku lalu tersenyum puas bak detektif yang baru saja memecahkan sebuah kasus rumit.
"Romantisnya~ aku iri dengan Kuroko yang mandapatkan surat cinta seromantis ini. Mati aja sana!"
"Ehhh beneran? Bagian yang mana?" tanya Kiyoshi.
"Lihat ini, menurutku ada beberapa analogi kata yang kurang tepat di beberapa puisinya. Coba gabungkan semuanya! Dannn, kau dapat melihat pesan terselubung yang tertutup dengan rapat," jelas Riko dan Kiyoshi manggut-manggut.
Kuroko tersenyum tipis melihat tingkah senpai yang merangkap sebagai teman-temannya itu. Tak perlu susah payah untuk mencari pesan terselubung Sakura, karena Kuroko juga sudah tahu pasti apa yang akan dikatakannya. Kata-kata yang sangat singkat namun sangat sulit diucapkan untuk seseorang seperti Sakura.
-O0O-
Waktu terus berlalu; dari musim semi berganti ke musim panas, musim gugur beralih ke musim dingin. Semuanya sudah diatur sang pencipta tanpa siapa pun yang bisa menolak hukum tersebut. Sang waktu yang otoriter, memiliki kekuatan mutlak untuk terus bergulir tanpa perlu pertimbangan sama sekali. Sadar atau tidak, banyak kejadian yang direkam olehnya. Mulai dari peristiwa penuh sukacita maupun dukacita yang nantinya akan diputar kembali. Tetaplah ingat! Waktu tak akan mungkin bergerak mundur, dia seperti sungai yang terus mengalir dan manusia tidak bisa menyentuh air yang sama kedua kalinya.
April, di mana sakura kembali memekarkan bunganya. Di mana sekolah-sekolah mulai dimasuki para murid baru salah satunya Seirin. Semuanya kembali terulang, kakak-kakak kelas yang mempromosikan klubnya, suara teriakan yang saling bersahut-sahutan di tengah keramaian.
Ngomong-ngomong soal keramaian, di depan gerbang Seirin terdapat sekumpulan orang layaknya semut memperebutkan gula. Kacau sekali.
"Dia memakai seragam Kaijou. Tak kusangka dia masuk ke sana, wahhh beruntungnya sekolah itu," bisik seorang gadis kepada temannya—melewati anggota klub basket yang sedang promosi.
"Ada orang yang narsis di sekolah kita, kau tahu siapa?"
"Pasti si berisik itu 'kan? Yang naksir dengan Kuroko?"
"Buat apa kemari sih? Aku muak dengan suara cemprengnya!"
"Kise-kun?"
"Sudahlah! Selesaikan tugas kalian secepatnya kalau mau istirahat!"
.
Kuroko berjalan santai di koridor, setelah menyelesaikan apa yang diperintahkan pelatih. Tujuannya hanya satu, kelas. Saat berjalan ... tanpa sengaja ada kelopak sakura yang melayang di depannya kemudian terbang menuju sebuah pohon. Pandangan Kuroko mengikuti kelopak tersebut, matanya berserobok dengan warna serba merah muda.
Seorang gadis, memakai seragam sekolah Kaijou, berdiri di bawah pohon, warna rambut yang senada dengan sakura ... tengah menggumamkan sesuatu.
"Take a deep breath, I closed my eyes. Let the sun shine, let the wind blow. Let me take every picture, let me write it." Begitulah yang dapat Kuroko dengar saat berjalan menuju gadis itu.
Kutipan kata-kata itu, tidak asing lagi baginya.
"Dari sekolah Kaijou? Siapa ya?" tegur Kuroko.
"Long time no see, Kuroko Tetsuya. Yo! Kau lupa eh?"
"Potong rambut? Sejak kapan? Bagaimana dengan operasinya?"
"Waw, itu pertanyaan terlalu panjang Kuroko-kun! Rambut ini kupotong sebelum pindah ke Jepang, bukankah kalau panjang akan terlihat mirip dengan Momoi-san? Tolong jangan ingatkan aku tentang operasi."
Gadis itu Haruno Sakura, gadis musim semi pemilik manik emerald yang indah. Tersenyum cerah sembari melambaikan tangan ke Kuroko. Sakura yang selama ini tak memberikan kabarnya kepada siapa pun, kini kembali seolah tidak pernah merasa bersalah. Terkejut? Sebenarnya iya.
Sakura yang kembali mekar di musim semi. Kembali menebarkan semangat melalui kelopaknya ke seluruh penjuru. Menepati janjinya pada setiap orang yang menunggunya.
"Aku minta maaf. Karena itu aku menemuimu, kau bilang akan memafkanku jika aku ke sini. Asal kau tahu, aku berjuang sekuat tenaga agar bisa kembali ke Jepang! Aku nyaris gagal." Keduanya sama-sama terdiam, di bawah pohon sakura.
"Lain kali jujurlah pada dirimu sendiri Haruno-san, kau itu terlalu rumit untuk dipahami perasaannya oleh seorang laki-laki. Selamat datang di Jepang."
"Tapi kau bisa memahaminya dengan baik 'kan?" balas Sakura disusul dengan tawa dari keduanya. Dapat dipastikan, Kuroko memaafkan sifat Sakura yang satu ini. Selalu menanggung bebannya sendiri, dan berusaha membuat semuanya tersenyum.
Sakura lambang kegembiraan.
Pada musim semi yang datang hanya satu tahun sekali,
dia bertemu dengan langit biru dan memekarkan bunganya.
Semua orang pasti menantikan momen indah terbut, bukankah begitu?
Walau pada akhirnya dia akan gugur kembali.
Akan tetapi di tahun berikutnya, dia akan mekar lebih indah lagi.
~The End~
[1] lirik lagu sekai wa koi ni ochiteiru, artinya= Kita merasa sedikit menyesal saat kata-kata kita tak tersampaikan dan air mata terjatuh.
[2] kalau tidak salah ni :v ada beberapa jenis ocha yang populer di Jepang, kayak sencha, konacha, gyokuro, dan matcha. sencha yang umum dikonsumsi masyarakat kalau gyokuro yang paling mahal karena citarasanya lebih tinggi.
A/N :
Fiuhhh akhirnya selesai! Maaf kalau terdapat banyak typos atau kesalahan lainnya. Soalnya saya ngebut ngetik ini karena ingat ini adalah batas waktu terakhir *half-dead* gak sempat koreksi ulang. Maaf~
btw, terima kasih atas dukungannya selama ini
special thanks to:
Ryuu
Fumika Crisilia
harulisnachan
yuri rahma
Aerizna Yuii
Aoi Megumi
kawaiinekochan07