HELLO, MISTER DO!


Summary : CEO Do Kyungsoo memiliki asisten pribadi yang bisa dijuluki sebagai manusia terkikuk sedunia. Namun apa yang membuat Kyungsoo mempertahankannya adalah; asisten itu juga merangkap sebagai kekasihnya.

Pairing : KaiSoo (Jongin/Kyungsoo)

Rating : T

Genre : FLuff, Comedy, Romance


Prenote : Who doesn't love clumsy Jongin, tbh?


Seorang pria menatap dokumen yang berada di hadapannya dengan alis berkerut dan konsentrasi tinggi. Dasi yang melingkari lehernya terlihat longgar, sedang jas yang ia kenakan tadi telah tergantung rapi di sandaran kursi. Matanya menelusuri baris demi baris laporan bulanan mengenai trafik telekomunikasi pelanggan di perusahaan pribadinya.

Masa jabatannya sebagai CEO memang baru berlangsung selama satu tahun. Namun sebagai pewaris tunggal dari Alcatel Do, pria itu telah mengerti seluk-beluk perusahaan ayahnya dengan sangat cermat bahkan sebelum ia masuk ke bangku kuliah. Ia bisa menganalisis berbagai aspek yang mempengaruhi perusahaan itu mulai dari sisi manajemen hingga teknis lapangan.

Mendesah, pria itu membuka lembar dokumen ke halaman berikutnya. Sifat perfeksionisnya membuat ia belum puas dengan pembangunan site yang sepertinya masih kurang meningkatkan pelayanan perusahaan. Apalagi, ketika ia mengingat persaingan pasar pada sektor ini semakin menguat setiap tahunnya.

Pria itu melepas kacamatanya kasar kemudian memijit pangkal hidungnya dengan gerakan frustasi. Ia tidak bisa mengingat kapan terakhir kali ia tidur nyenyak. Pikirannya selalu dibebani dengan pekerjaan yang seolah tidak pernah cukup baik untuk kepuasannya sendiri.

Suara ketukan pintu segera menarik perhatian pria itu. Ia mengalihkan pandangan ke depan ruangan.

"Selamat pagi, Mister Do." Sapa seorang pria yang ia kenali sebagai asisten pribadinya—Kim Jongin dengan kepala setengah melongok ke dalam ruangan.

Ia menggeram sebal. "Mister Do adalah sebutan untuk ayahku, Jongin. Aku sudah katakan berkali-kali padamu untuk tidak memanggilku begitu."

Jongin terkekeh geli. "Aku minta maaf, Kyungsoo." Pria itu kemudian masuk ke dalam ruangannya sambil membawa cangkir yang masih mengepulkan uap dengan sangat hati-hati. "Tea?" Ucapnya sambil tersenyum.

"Hm." Balas Kyungsoo datar.

Kyungsoo segera merapikan dokumen yang berserakan di meja, karena ada peluang Jongin akan menumpahkan isi cangkir itu ke atas berkasnya.

Perlahan, Jongin meletakkan cangkir teh di sisi kanan meja Kyungsoo. Ia terlihat menahan nafas ketika denting keramik yang beradu dengan permukaan kaca terdengar nyaring di ruangan itu. Sebuah pekikan kecil keluar dari bibir Jongin saat ia akhirnya berhasil menyuguhkan teh Kyungsoo tanpa setetes cairanpun berceceran.

"Good boy." Puji Kyungsoo. Ia meraih cangkir tehnya, kemudian menyesapnya sekali. Keningnya tiba-tiba mengernyit saat mengingat sesuatu. "Bukankah aku memintamu datang tiga puluh menit yang lalu?" tanya Kyungsoo heran.

Jongin menggaruk kepalanya. "Um.. aku mungkin sedikit mengalami masalah di pantry?"

"Ah," Kyungsoo meletakkan cangkirnya kembali. "apalagi kali ini?"

Mendengar sindiran tersirat Kyungsoo, Jongin mengerucutkan bibir. "Aku hanya tidak sengaja memecahkan toples gula." Jawabnya, seakan-akan hal itu adalah sesuatu yang seharusnya dimaklumi.

Kyungsoo menaikkan setengah alis. "Hanya itu?"

"Hanya itu."

Kyungsoo mengangguk-angguk kecil. Ia tidak bisa menghentikan dirinya sendiri untuk menggoda Jongin lebih lanjut. Pekerjaannya bisa sedikit ia kesampingkan jika itu menyangkut soal Jongin.

"Jadi," Kyungsoo berdehem, "noda kopi yang ada di kemejamu bukan karena kau tidak sengaja menabrak seseorang?" tanyanya dengan raut serius yang dibuat-buat.

Wajah Jongin berubah merah padam. Ia berusaha menutupi noda yang dimaksud Kyungsoo dengan jasnya. "Y—Ya, itu juga."

"Lalu cara berjalanmu yang sedikit aneh bukan karena kau tidak sengaja menginjak permen karet?"

Jongin memberengut. "Well, itu juga."

"Hmm." Kyungsoo menggumam paham. Matanya menelusuri Jongin lebih lama, membiarkan lelaki itu dilanda kegugupan tentang kalimat apa yang selanjutnya akan Kyungsoo utarakan. "Ada hal lain yang tidak aku ketahui?"

Jongin menelan ludah. Ia melepaskan cengkraman dari jasnya kemudian sedikit ragu melangkah ke samping meja Kyungsoo. "Mungkin?" sahutnya mencicit.

Ia melihat Kyungsoo memiringkan kepala, menaruh perhatian penuh tentang cerita konyol apalagi yang akan keluar dari mulutnya kali ini. Tangan Jongin berpindah ke rambutnya sendiri, menyibak surai yang menutupi dahinya.

"Aku terantuk pintu bus ketika berangkat tadi." Tutur Jongin seraya menunjuk lebam kebiruan di keningnya.

Kyungsoo segera menyembunyikan wajahnya di balik tangan. Pundaknya berguncang pelan, menahan tawa karena kekikukan Jongin yang tidak pernah habis.

"Hyung!" seru Jongin merajuk. Lelaki itu menggumakan banyak gerutu di antara nafasnya, membenci mengapa Kyungsoo selalu memiliki cara untuk membuatnya malu kepada dirinya sendiri. "Are you done mocking me?"

"Bagaimana jika belum?" tantang Kyungsoo geli.

"I'm gonna kiss you hard." Ancam Jongin dengan kalimat yang sama sekali tidak mengandung ancaman. "Like really, really hard." Tambah lelaki itu untuk menambah kesan tegas di ancamannya.

"Ah, aku benar-benar ketakutan." Kyungsoo membalas tanpa banyak berpikir panjang. Ia melihat mimik Jongin yang berubah masam saat itu juga.

Pria itu mengambil kursi di depan Kyungsoo, kemudian bersandar sambil menghela nafas panjang. "Apa kau membenciku?"

"Kenapa aku harus membencimu?"

Jongin mengambil papan nama bertuliskan 'CEO Do Kyungsoo' kemudian memperhatikannya sejenak. Kyungsoo bersedekap, menunggu Jongin untuk angkat bicara. Matanya tidak lepas dari Jongin yang seperti sedang memikirkan hal rumit.

"Because i'm stupid?"

"You're not stupid." Sergah Kyungsoo cepat.

Dan Kyungsoo tidak bohong mengenai ucapannya. Jongin memiliki kemampuan analisis yang luar biasa. Lelaki itu dapat mengetahui celah dari hal yang tidak bisa Kyungsoo temukan sebelumnya. Jongin selalu menawarkan cara paling sederhana bahkan pada permasalahan perusahaan paling kompleks sekalipun.

Kinerja Jongin patut diberi penghargaan. Meskipun lelaki itu memiliki keuntungan penuh sebagai kekasih Kyungsoo, ia tidak pernah memanfaatkannya sekalipun. Jongin selalu memenuhi tugasnya tepat waktu—bersih dan rapi tanpa banyak membuat Kyungsoo mengulang dua atau tiga kali seperti ketika ia berhadapan dengan Park Chanyeol kepala divisi Radio Network Development.

Sayangnya, kecekatan Jongin dalam pekerjaan tidak diiringi dengan respon tubuh lelaki itu.

Jongin selalu melakukan hal yang bisa dibilang ceroboh untuk lelaki seumurannya. Bukan pertama kalinya Kyungsoo mendengar kejadian-kejadian seperti yang Jongin ceritakan tadi. Lelaki itu bahkan pernah datang ke kantor tanpa mengenakan alas kaki karena tidak sengaja menginjak lantai semen yang belum kering. Alhasil, sepatu Jongin melekat pada lantai semen itu sehingga ia harus berjalan beberapa blok dengan kaki telanjang.

Namun Kyungsoo tidak memandang Jongin bodoh karena hal itu. Ya, Kyungsoo pernah kehilangan beberapa dokumen karena Jongin tidak sengaja menerbangkannya ke luar jendela. Ya, Kyungsoo pernah harus menahan malu karena Jongin tidak sengaja salah membawa slide presentasi pada rapat penting. Tapi Kyungsoo tidak pernah mengkategorikan Jongin sebagai seseorang yang bodoh.

Ia mencintai—mengagumi, setiap kesempurnaan dan ketidaksempurnaan Jongin sepenuh hati.

Masih terdiam, Jongin memutar-mutar kursi yang tengah ia duduki. Matanya enggan menatap Kyungsoo sama sekali.

Merasa bersalah, Kyungsoo bangkit dari tempatnya. Ia berlutut di depan Jongin kemudian meraih kedua tangan lelaki itu. "Kau terkadang lupa bahwa aku mencintaimu."

Wajah Jongin sedikit berubah cerah setelah mendengar itu, walaupun bibirnya masih mengerucut sebal. "You still do?"

"Of course, baby bear."

Jongin tersenyum sambil menarik Kyungsoo berdiri. Ia lalu menempatkan Kyungsoo ke atas pangkuannya dan memeluk lelaki itu erat. "Jangan terlalu cepat bosan kepadaku." Gumamnya di leher Kyungsoo.

Kyungsoo tidak menjawab. Ia hanya melingkarkan lengannya di bahu Jongin, merapatkan tubuh mereka lebih dekat. Tangan Jongin mengusap pipinya lembut sebelum bibir mereka menemukan satu sama lain.

"Could you two stop being gay?"

Kyungsoo terlonjak dari posisinya. Mereka berdua menoleh, mendapati Sehun dengan wajah oh-kenapa-aku-harus-menyaksikan-ini-lagi sedang berdiri di tengah ruangan.

"Could you knock?" Balas Kyungsoo sambil membetulkan ikatan dasinya.

Sehun memutar bola mata, tidak menghiraukan perkataan Kyungsoo. Lelaki itu justru menghampiri meja Kyungsoo dan menyerahkan lembar dokumen ke meja Kyungsoo.

"Laporan anggaran." Ucap sang CFO singkat.

Kyungsoo segera membuka dokumen itu kemudian memindainya dengan cepat. "Jongin, apakah aku ada pertemuan siang ini?" tanya Kyungsoo tanpa mengalihkan pandangan.

Jongin buru-buru meraih ponselnya, mencari berkas agenda Kyungsoo yang sengaja ia simpan di sana. "Anda dan Mr. Oh memiliki jadwal makan siang dengan Komisaris Wu pada pukul satu siang nanti." Papar Jongin dalam bahasa yang kembali formal.

Kyungsoo mengangguk-angguk mengerti.

"Bersiaplah tiga puluh menit sebelumnya." Celetuk Sehun tiba-tiba. "Beliau tidak suka menunggu dan lalu lintas akhir-akhir ini sedang tidak bisa ditebak."

Jongin mencatat kalimat Sehun ke dalam reminder-nya, karena ia yakin Kyungsoo tidak akan ingat dengan hal seremeh itu. Melihat sang CEO sedang larut dalam pekerjaanya, Sehun memutuskan untuk beranjak.

"Aku berada di ruanganku jika kau membutuhkan." Ujar lelaki itu sambil menutup pintu ruangan Kyungsoo.

Sesaat setelah Sehun hilang dari pandangan, Jongin segera melirik ke arah Kyungsoo. "Mungkin sebaiknya aku juga pergi?"

"Tidak. Tinggalah." Sambar Kyungsoo cepat seraya menyingkirkan dokumen di hadapannya. "Berbicara dengan Komisaris Wu selalu membuat kepalaku pusing. Sepertinya aku butuh sedikit penenang sebelum bertemu beliau."

Nada Kyungsoo penuh dengan godaan, membuat Jongin bergerak tidak nyaman di kursinya. "D—Di sini?" tanyanya ragu.

Kyungsoo mencondongkan badannya ke arah Jongin kemudian menyeringai. "Kenapa tidak?" Tatapan Kyungsoo menjelajahi tubuh Jongin dengan sorot sensual. "Bukankah ini termasuk dalam fantasimu, Mr. Kim?"

"Dammit, Hyung." Umpat Jongin sambil menutupi bagian depan celananya.

Senyum kemenangan muncul dari bibir Kyungsoo. "Why don't you lock the door, Jongin-ah?"

Jongin yang mulai terpengaruh permainan Kyungsoo kemudian membalas, "Dan apa yang akan kudapatkan setelahnya?"

"I don't know." Kyungsoo berkedip pelan. "Maybe you can lick me?"

Tidak perlu waktu lama bagi Jongin untuk bangkit dari kursi dan menuruti perintah Kyungsoo. Namun karena terlalu bersemangat, tangan lelaki itu tidak sengaja menyambar vas tanaman hias yang berada di atas meja Kyungsoo. Suara denting kaca pecah segera memenuhi ruangan itu bersama dengan Jongin yang membeku di tempat.

Ia menelan ludah, kemudian memberanikan diri untuk menoleh ke arah kekasihnya.

Sang CEO menghela nafas lelah, matanya menunjukkan rasa bosan walaupun tidak terdeteksi kemarahan di sana.

"Apa ini berarti rencana kita batal?" Jongin bertanya lirih.

Kyungsoo mengusap pelipisnya pelan sambil memejamkan mata. "Just lock the goddamn door, Jongin-ah."

Jongin tersenyum kecut kemudian berjalan perlahan menuju pintu. Kyungsoo memperhatikan kekasihnya dalam diam, melihat bagaimana Jongin mengambil setiap langkah dengan teliti.

Mungkin aku butuh sedikit waktu untuk tidur siang setelah ini. Pikirnya

Kyungsoo kembali mengambil cangkir tehnya, saat tiba-tiba Jongin mengaduh karena tersandung ujung karpet. Ia mendesah panjang.

Oh, dan mungkin beberapa butir Aspirin...


HELLO, MISTER DO! : THE END


.

Author's Note :

Halo! Sebenernya mau nge-post genre yang beda dari biasanya. Cuma ternyata dapet feel-nya nyelesein yang ini dulu, yaudahlah ya...

Ada yang nunggu Kaleidoscope? Karena aku udah mulai kuliah dan kebetulan ngambil tugas akhir (iya, mau buru-buru lulus makanya sedikit dicepetin) jadi pleaseee sabar buat update selanjutnya yah :((((

ENIWEIIII, CEO DO KYUNGSOO IS SOOOO FLAMIN' HOT, RITE?

Aku ada niatan buat manjangin AU ini, cuma mau liat dulu gimana tanggapan kalian. HAHAHAHA. Karena serius sebenernya draft banyak, cuma bingung mana yang mau diselesein duluan.

Saran, kritik, review sangat, sangat, sangat diapresiasi sekali! I LOVE YOU MUCH!

XOXO

—Red Sherry—