Chapter I.

I CARE FOR YOU

Hunkai or Hunhan?
Drama Hurt/Comfort

T -to- M

WARNING : : Yaoi,Typo,Shounen ai,Boy X Boy, Boys Love fic.

DONT LIKE SO DONT READ IT, SIDERS GO AWAY/? , HATERS I DONT CARE squint emotikon")/

I dont Own the Cast of EXO or another..

XxXoOo

Lorong sekolah kali ini terlihat jauh lebih sepi dari kemarin, tentu ini masih jam setengah enam pagi. Terlalu awal jika seorang murid sudah sampai disini, sepagi ini. Jangan bercanda.

"Hm."

Seorang namja berkemeja kusut, dasi longgar, rambut tidak tersisir rapi dan blazer yang terseret dilantai. Tipe berandalan sekolah, tapi berandalan macam apa yang rajin datang paling awal kesekolah?

Kim Jong In—namja itu berbelok memasuki kelas nya, dan langsung mendudukkan diri di bangku paling teralkhir. Mata nya cukup berkantung tanda semalam pasti dirinya begadang. Dia mengusap matanya beberapa kali sebelum menguap, lalu namja berkulit tan itu menelungkupkan kepalanya di meja. Jam masuk masih lama jadi biar kan dia tertidur sejenak.

SRAKK

Jongin menoleh kesamping dengan malas, mendapati seorang teman berpenampilan cupu lengkap dengan pernak-perniknya. Sekali lagi, Jongin menguap.

"Semalam begadang lagi ya, Kai?"

"Hm,m." gumam Jongin menganggukkan kepalanya.

Sehun—namja cupu itu membenarkan kacamata minus nya, menggeleng pelan mengeluarkan buku paket biologinya. Dia menggetok kepala Jongin dengan bulpen yang baru di ambilnya dari tas. Jongin meringis, menegakkan duduknya.

"Kenapa memukulku,hun?"

Sehun menggidikkan bahunya acuh, menggeser buku paket bio ke meja Jongin.

"Apa ini?" Jongin menatap datar buku itu tanpa minat ataupun niat untuk membacanya walau se huruf.

Sehun kembali membenarkan kacamatanya yang melorot, dia menunjuk bab 3 yang dilingkari pensil. Oh ada tulisan disana, dan Jongin membacanya. Tiba-tiba...

DUKK

"Astaga, jangan bilang hari ini ujian hun!" Jongin menjedukkan kepalanya ke meja. Dia banyak mengeluh kalau dia mengantuk, tapi hanya ditanggapi kekehan dari teman sebangku nya.

"Kalau begitu belajar sana."

Jongin mendesah malas, dia melirik Sehun dengan tatapan memohon agar dirinya dibiarkan tertidur. Tapi Sehun hanya meliriknya saja.

"Makanya jangan begadang."

"Tapi tadi malam ada Chelsea, aku tidak mau ketinggalan."

"Terserah."

"Daripada sia-sia belajar, aku nanti menyalin punya mu saja ya? Ya?"

"Tidak."

"Oh ayolah, jangan pelit begini."

Sehun memutar bola matanya, dan diliatnya Jongin masih memohon.

"Jong—

"Namaku Kai. Bukan Jongin."

"Ash terserah."

Keduanya saling mendengus dan menyibukkan diri. Jongin akhirnya memilih membaringkan kepalanya di meja lagi dan Sehun membaca bukunya dengan serius. Jongin memperhatikan wajah Sehun lekat-lekat. Jika dilihat, penampilan sahabatnya ini sangat ewh sekali. Gaya rambut di gel rapi, Kacamata minus lensa superrr tebal, duduknya tegak, pakaiannya terlalu rapi hingga dikancingkan semua. Setelah memperhatikan baik-baik betapa cupu nya Sehun, Jongin berpikir keras.

'Kenapa juga aku menyukai si kutu buku ini.'

X0o0x

"Apa kau tau dimana ruang kepala sekolah, nona?" tanya seseorang bertubuh mungil, dengan rupa menarik mendekati kata cantik pada siswi bertubuh semampai yang kini tidak berkedip sedetik pun.

"Apa kau murid baru itu? Aku Krystal."

Luhan mengangguk mengulum senyum, Krystal memekik dalam hati memandangi baik-baik setiap sudut wajah orang didepannya ini. Cantik sekali..gadis ini bahkan harus berkali-kali melihat kebawah untuk memastikan namja didepannya memakai celana atau rok.

Krystal reflek memegangi kedua pipinya, dia jadi minder. Bahkan pipi nya tidak se halus itu. Ah bikin iri saja, siapa sih ini?

"Aku Luhan, jadi dimana ruang kepala sekolah?" sekali lagi Luhan tersenyum, dan itu membuat Krystal mengeluh karena merasa gagal menjadi seorang gadis. .

"N-nona?"

"Ya? Ah ruang Kepsek? Disana, setelah tangga." Krytal meninggalkan Luhan yang kebingungan, sedangkan gadis itu sudah menghilang saja setelah berteriak random.

'Aneh sekali..'

.
BRUKK.


"Eh,A-ah maaf-maaf. Aku tidak sengaja, kau tidak apa? Aku hanya sedang terburu-buru jadi tidak melihatmu. Kau baik-baik saja kan? S-sekali lagi maafkan aku."

Luhan merendahkan tubuhnya mengambili beberapa buku tebal dilantai, dia tidak sengaja bertabrakkan dengan seseorang saat sibuk memperhatikan setiap pintu ruang yang ada.

"Ini? Tolong maafkan aku ya?" Luhan menyodorkan tumpuk buku itu pada namja yang baru ditabraknya.

Luhan mengernyit heran mendapati tidak ada jawaban dari namja berpenampilan culun didepannya. Itu Sehun, dia baru akan mengembalikan buku ke perpustakaan tapi malah ditabrak seseorang. Syukur saja dirinya tidak jatuh, tapi menguntungkan juga sih. Karena dia jadi bisa bertemu seorang malaikat begini.

"A-anu, maaf? Kau kenapa?"

Sehun mengerjap, menaikkan lensanya dan segera menunduk saat menyadari Luhan sedang menatapnya dengan wajah yang menggemaskan. Jantung Sehun berdegub, dia jadi gugup. Dia menggaruk rambutnya yang tidak gatal menyadari Luhan masih menatapnya seperti itu. Dengan segera, Sehun mengambil kembali buku nya dan akan cepat-cepat melarikan diri jika bukan karena seseorang sedang menarik ujung blazer nya.

Sehun menatapi tangan itu dengan mimik aneh, jantungnya hampir meledak. Tangan itu terlihat mungil, dia jadi ingin menggenggamnya. Sehun tersadar akan pikirannya, menggelengkan kepalanya cepat.

"Bisa kau antarkan aku ke ruang Kepsek? Aku murid baru." Luhan menyunggingkan senyum ramah, dan demi tuhan itu terlihat beribu kali manisnya di mata Sehun. Sehun memegangi kepalanya, mendadak pusing karena terlalu berlebihan akan semua ini.

"Baiklah,lewat sini."

Sehun berjalan terlebih dulu diikuti Luhan, beberapa kali kacamata namja itu melorot. Tapi karena membawa banyak buku di tangannya, jadi dibiarkan saja.

"Biar kubantu." Luhan melihatnya, dan menaikkan bingkai kacamata Sehun. Pemuda bermaga Oh itu terlihat berbinar tanpa sebab hingga semakin aneh ditambah kedipan lainnya. Sehun melirik Sehun, dia tersenyum malu.

"Terima kasih. Di samping kananmu adalah ruangnya. A-aku pergi dulu."

Luhan menatap bingung punggung yang barusan berlari menjauh dari nya, dengan geli dia terkekeh sendiri sembari mengetuk pintu didepannya. Kira-kira siapa tadi? Penampilannya cupu, tapi suaranya berat begitu. Perpaduan yang buruk, harus ada yang merubahnya.

'Sepertinya..Sekolah ini cukup menarik.'

OoXoXx

"Dari mana hun?"

"T-tidak."

Jongin mengernyit menyadari temannya sedang dalam keadaan tidak baik, dia menatapi wajah yang berpeluh dan nafas tersenggal. Ada apa dengan anak ini? Habis maraton heh?

"Kau tadi lari?"

Sehun mengangguk cepat, dia duduk menghadap Jongin cepat. Sehun mendekat dan Jongin memundurkan badannya. Sebenarnya kenapa sih? Kenapa juga anak ini terus tersenyum macam orang gila baru di gang depan rumahnya? Atau mungkin kerasukan roh kesasar?

"Kau ini kenapa? Menjauh dariku." Jongin mendorong bahu lebar Sehun. Ah bahu ini kenapa lebar sekali, tanpa sadar Jongin merengut.

"Kai!"

Hug.

Jongin mengerjap, dirinya dengan tiba-tiba dipeluk erat Sehun. Rasanya hangat tapi kenapa? Ini aneh sebenarnya ada apa?

Sehun melepaskan pelukan itu cepat, dia menatap binar Jongin. Yang ditatap tentu semakin menambah daftar tanya mengapa untuk makhluk kutu buku—yang sialnya adalah sahabatnya sendiri— didepannya ini.

"Tadi ada malaikat, dia cantik sekali. Tapi dia namja, senyumnya manis sekali dan-dan kau tau? Jantungku.."

Tatapan heran Jongin berubah sedikit menyendu, dia sudah menulikan pendengarannya, dia tidak mau mendengar ucapan sahabatnya. Fokusnya kini hanya pada setiap ekspresi yang dikeluarkan Sehun. Pemuda itu terlihat sangat senang, pipinya sedikit merona walau sangat tipis tapi Jongin menyadari nya.

"Lalu?" potong Jongin datar, Sehun menghentikan ucapannya lalu tersenyum dan itu jelas membuat Jongin tertegun. Itu pertama kalinya Sehun tersenyum seperti itu, Jongin tanpa sadar membuang muka kesamping. Sial..

"Aku menyukainya, aku yakin ini cinta pandangan pertama. Kau harus melihatnya Kai. Dia manis dan cantik disaat bersamaan."

Jongin hanya melirik tanpa minat, dia melepas dasinya lalu diremas begitu erat seolah ingin menghancurkan kain berwarna hitam itu. Jongin tersenyum remeh di wajah nya, Sehun melihatnya menganggap Jongin meledeknya menganggap dirinya tidak bisa membuat namja tadi balik menyukainya.

"Buka urusanku."

'Jika mengurusi itu, jelas aku tak mau kena imbas sakitnya. Sehun bodoh.'

"Kai, kau jahat sekali. Jangan begitu, kau kan sahabatku. Hehe"

'Ya .. Hanya Sahabat.'

.

"... You don't know love, you only know yourself, stop with the childish whining.
You still don't know love, you only know yourself, do I have to say it for you to know?.."

.

Kelas diketuk, para siswa didalamnya hening. Sehun sudah menegakkan diri dengan senyum idiot diwajahnya saat tau siapa yang ada dibalik punggung Guru Kim. Itu anak baru tadi. Dia sudah menebaknya sedari tadi seperti orang gila.

"Ah lihat, manis sekali. Apa dia perempuan?"
"Akh, aku iri sekali. Dia terlihat lebih cantik dariku."
"Waa, murid baru! Aigo, Lihat itu!"

Sehun mengangguk setuju mendengar bisik-bisik teman sekelasnya, dia tidak sadar jika Jongin terus menatapnya datar dengan setitik gelap. Jongin mengepalkan tangannya kuat di bawah bangku, kembali menatap dingin objek yang berdiri didepan kelas. Lagi-lagi Jongin menunduk menelungkupkan wajah di bangku dan tasnya yang kosong tanpa isi buku. Yang benar saja, daripada melihat murid baru itu dia tentu lebih memilih tidur.

"Naa, Panggil aku Luhan. Pindahan dari Tiongkok, salam kenal dan mohon bantuannya."

Luhan membungkuk setelah itu tersenyum dihadiahi pekikkan sepenjuru kelas membuat Jongin meringis kesal. Berisik tidak bisa menutup matanya tidur. Jadi, dia hanya menatap keluar jendela kesal.

"Jadi, Luhan? Kau duduk dengan Ravi. Ravi angkat tanganmu."

Luhan langsung berjalan ke bangku yang dikatakan sang guru, dia melewati Sehun—namja berkacamata, cupu, membawa buku dan lucu tadi. Dia tersenyum pada Sehun, membuat pemuda itu hampir meleleh. Tidak itu berlebihan sekali. Sedangkan Jongin mengeraskan rahangnya tak suka, dia memutar bola matanya malas.

'..akan menarik, jadi tunggu saja.'

XxoOxo

Paginya, Jongin terbangun tepat di jam tujuh lewat lima belas menit. Pemuda itu masih bernafas tenang saat ibunya berteriak dari lantai bawah ditambah kakak perempuan keduanya yang repot-repot menggedor pintu. Padahal dia tau, dia sudah telat tapi dia tidak terburu waktu sama sekali. Dia juga ingat hari ini adalah Selasa, dan seorang guru yang cukup 'berkuasa' akan mengajar nanti. Tapi Entah kenapa roti lapis yang dimimpikannya dengan bonus ayam tadi itu lebih menariknya, ah dia jadi lapar.

"Ya, baiklah nunna. 15 menit lagi."

"Apa kau bilang! 15 kepala mu! Cepat mandi, kau niat sekolah atau tidak hah?!"

Jongin hanya terkekeh beranjak ke kamar mandi. Tapi sebelum itu..

"Nunna, aku malu punya kakak yang kolot seperti kau!" canda Jongin dari dalam kamar.

DUKK

BRAK!

"Yah! Adik tidak tau diri! KIM JONG IN CEPAT MANDI!"
.

.

Jongin menuruni tangga dengan santai, tidak memperdulikan empat pasang mata yang memandangnya tajam. Dia hanya tersenyum lebar tanpa dosa menyambar dua lapis roti berlapis selai kacang. Dia bergantian mencium pipi Ayah, Ibu, dan kedua kakak perempuannya lalu meringis meminta maaf seperti biasa.

"Baiklah maaf, jangan marah. Aku berangkat, mungkin pulang sedikit terlambat. Haha, bye."

Keempat orang di meja makan itu mendesah frustasi, sebenarnya percuma memarahi Jongin. Anak itu takkan mendengarkan, dan dengan kuasa dia anak bungsu tentu keluarganya juga takkan tega memarahinya. Khe.. Beruntung sekali -,-

-HUNKAIHAN-

"Hai pak satpam? Boleh masuk kan?"

Jongin menyapa penjaga gerbang sekolah dengan cengiran khas nya, Si pak satpam hanya menggeleng tapi tetap membuka kunci gerbang. Lagi-lagi, Orang berseragam itu tidak tega memarahi anak seperti Jongin. Ada maknet kuat yang membuat orang lain begitu mudah mengalah padanya.

"Ah, kau baik sekali pak. Terima kasih."

Jongin berjalan memasuki perkarangan depan sekolah dengan sedikit tergesa, dia tadi berangkat jalan kaki. Untung saja, rumahnya dekat jadi tidak terlalu membuang tenaga berjalan kesini.

Penampilan Jongin kali ini sedikit berbeda, dia memakai Blazer sekolahnya walau masih dengan kemeja yang kusut tidak dimasukkan dan dia juga meninggalkan dasinya. Dia melirik Jam di pintu masuk, jam delapan kurang sepuluh menit. Jongin menyeringai, merapikan beberapa anak rambut di kening.

Cklek.

Hening.

Semua siswa memperhatikan pintu kelas, mendapati Jongin memasuki kelas yang terlihat tidak perduli pada wali kelasnya yang kini sudah membawa penggaris kayu yang panjang dan besar. Sehun memandang tak suka pada kebiasaan Jongin yang sering terlambat walau kemarin anak itu jelas berangkat pagi. Dia menoleh kebelakang melirik Luhan, berbeda sekali dengan murid pindahan Tiongkok itu. Sifatnya jauh lebih manis, rapi, dan disiplin. Sehun tersenyum membenarkan kacamatanya.

"Berhenti disana, tuan Kim muda."tegur wali kelas, Choi Siwon.

Jongin menghentikan langkahnya di deretan bangku kedua, dia berbalik memandang Siwon dengan tatapan biasa bahkan dia menyunggingkan senyum minta maaf seperti yang dia lakukan di hari-hari sebelumnya. Choi saem mendesah lelah, menyentuh pelipisnya menyuruh Jongin pergi duduk.

"Duduklah, jangan diulangi lagi."

Jongin sudah menduga bahwa guru yang terkenal tampan dan berotot itu akan memaafkannya dengan mudah. Menasehatinya seolah tidak terjadi apa-apa, dia juga tidak pernah mendapat nilai F untuk mata pelajaran yang wali kelasnya ajarkan padahal dia tidak pernah menguasi bidang kimia. Dia juga tidak mengerti kenapa semua orang begitu mudah mengalah karena dirinya.

Jongin terduduk di bangkunya sendiri mengabaikan tatapan tajam Sehun, tapi pada akhirnya Jongin meminta maaf pada Sahabat kutu buku nya dan berjanji tidak akan mengulangi. Sehun mengangguk enggan, setelah berfikir bahwa Jongin benar-benar akan mengurangi kebiasaan buruknya yang satu ini.

"Terima kasih, sekarang izinkan aku tidur dulu hm."

"Apa yang kau lakukan? Bangun!"

"Ash, singkirkan tanganmu. Dont disturb me." Tungkas Jongin kesal dengan sedikit sok-sok inggris yang belepotan.

Sehun melongo menatap tidak percaya Jongin yang sudah terlambat, kini malah menambah daftar sikap buruknya dengan tertidur di kelas. Lagi-lagi Sehun melirik Luhan, pemuda itu keadaannya terbalik dengan Jongin. Luhan sekarang sedang serius menatap papan didepannya, sepertinya murid baru itu menulis semua yang dijelaskan Choi saem.

Sehun menghela nafas, tanpa sadar merapikan anak rambut Jongin. Bagaimanapun juga, walau anak ini berbuat nakal .. Dia tidak pernah bisa marah barang sepuluh detik.

"Tidurlah, nanti kubangunkan."

"Hm."

.

'

.

'

'

Te be Ce.


Hai hai ^^ apa masih ada typo? Atau Sesuatu yang kurang sesuai di fic ini? Jangan sungkan" mengkritik pedas sekalipun. Dg senang hati author bkl masih senyum lihat komentar kalian, entah knp malah suka reader yg frontal. ide fanfic ini krn komentar seseorang di ff jealous. Untuk dia jika sempet baca ini. Cuma mau bilang..
jangan mengkritik karya orang lain kalau kamu sendiri kagak bisa berkarya. Emotikon :') mu itu basi, tipe munafik. Maaf berkata seperti ini, krn kamu sendiri juga tidak jauh berbeda bahkan mungkin jauh lebih kasar.