"Bagaimana Yesung? Apa jawabanmu? Apa kau mau?"

"Tentu saja..."

.

.

Hanya ada beberapa moment dalam hidupmu yang benar-benar berarti

.

.

.

Donghae hendak memasukkan kebab kedalam mulutnya, namun batal karena telpon berdering, saat ia melihat nama si penelpon, ia langsung mengangkat dengan terburu-buru.

"Ada apa? Yesungie?" Paniknya dengan suara cukup keras membuat Eunhyuk menatap Donghae heran sekaligus deg-degan bercampur panik. "Sungguh?" Eunhyuk tak mengerti kenapa tiba-tiba pupil mata Donghae membesar, tapi satu hal yang ia yakini dari raut wajah itu, Donghae bahagia.

"Oke, baiklah. Kau tunggu disana." Wajah Donghae yang beberapa menit lalu muram dengan senyum paksaan, kini berubah menjadi secerah sinar mentari. Eunhyuk bertaruh sesuatu yang sangat membahagiakan –bagi Donghae- telah terjadi. "Mau kemana?" Nampaknya Donghae melupakan Eunhyuk, lelaki yang sedaritadi berdiri di sebelahnya.

"Itu.. Yesung menyuruhku mengantarkannya pulang. Maaf , Hyuk Jae-ssi. Aku duluan," Jantung Eunhyuk berpacu cepat. "Eh, ini.." Donghae menyelipkan beberapa lembar uang ke saku mantel Eunhyuk. "Uang untuk bayar kebabnya, lain kali saja kau yang traktir aku ya." Kali ini Donghae sungguh berlalu tanpa ada tanda-tanda kembali padanya.

"Untuk keseribu kalinya, dia membuatku sedih." Eunhyuk terduduk di bangku di dekatnya. "Tak ada satu kenanganpun yang berarti untuk aku simpan," Kepalanya menengadah, menatap langit malam penuh bintang.

XXX

Yesung maupun Donghae terdiam selama perjalanan, sedaritadi Yesung terus mengusap cincin di jari manisnya, terus memandangi benda itu seakan jika ia mengalihkan tatapan satu detikpun, maka sesuatu yang bertengger di jarinya tersebut akan hilang.

"Kau basah sekali," Singgung Donghae merasa wajah Yesung sangat pucat serta seluruh pakaiannya basah. "Ah, iya." Donghae menghela napas, nampaknya Yesung sedang tidak mood diajak bicara. "Hae.." Panggil Yesung tidak lama kemudian. Donghae menyahut dengan gumaman.

"Apa kau masih bekerja di perusahaan, Kyuhyun?" Donghae tahu Yesung mengucapkan nama itu dengan enggan, ia penasaran. "Sepertinya, tidak." Namun untuk beberapa alasan Donghae memilih untuk tidak bertanya. "Kenapa?" Donghae menatap Yesung sekilas, pandangan mata lelaki itu masih terfokus pada cincin di jari manisnya.

"Rencananya aku mau membuka bisnis per-film-an sendiri, dengan label namaku sendiri, dan memulai semuanya dari awal." Jelas Donghae antusias. Ia dengar Yesung tertawa. "Boleh aku jadi penulis naskahnya? Hmm.. atau.. sutradara? Jika tidak.. Boleh aku jadi aktornya?" Candaan Yesung dibalas tawa oleh Donghae. "Tentu saja boleh, sayang."

Yesung menatap Donghae dengan senyum lebar. "Terima kasih." Yesung menurunkan kaca mobil, melepas cincin di jari manisnya kemudian membuangnya. "Eh?!" Kaget Donghae, matanya membulat.

"Kenapa kau buang? Bukannya itu cincin pernikahanmu...?!" Lagi-lagi dengan tersenyum Yesung membalas. "Bukan... Hanya cincin yang sudah tidak berarti.." Ucap Yesung sambil menatap lelaki di sampingnya, Donghae membalas senyuman Yesung dan menggenggam tangan kiri 'kekasihnya'.

.

Aku punya banyak kemarahan yang harus dilampiaskan keluar

.

"APA YANG TERJADI KYU!?" Lelaki itu masih tidak bergeming, air mata terlihat seperti tumpahan air minum, begitu banyak membasahi meja. Eunhyuk dibuat frustasi karena sedaritadi Kyuhyun tidak menjawab dan yang Kyuhyun lakukan hanya diam. "Cho Kyuhyun!" Seru Eunhyuk sambil mendudukan dirinya di kursi depan Kyuhyun.

"Coba jelaskan, kenapa bisa Donghae dan Yesung.. pulang bersama!?" Desak Eunhyuk di ambang batas kesabarannya. "Yesung... dia..." Kyuhyun mengusap wajah dengan kedua tangan, ia menatap Eunhyuk. "Oke.. jelaskan pelan-pelan." Kyuhyun mengambil napas dalam dan menghembuskannya.

"Aku.. membuang cincin pernikahan Yesung dengan Siwon... Lalu, mengganti cincin itu dengan milikku." Eunhyuk mengangguk, ia yakin Kyuhyun tak kuasa menjelaskan hal ini, namun mau bagaimana lagi? Ia juga butuh penjelasan.

"Kemudian aku bertanya, apa dia mau menikah denganku?" Kyuhyun menjambak rambutnya. "Dia bilang.. Tentu saja.." Eunhyuk dibuat terheran, bukannya Yesung menerima? Tapi kenapa Kyuhyun menangis? Apa ini tangis haru? "Hm?" Balas Eunhyuk.

FLASHBACK

"Bagaimana Yesung? Apa jawabanmu? Apa kau mau?" Kyuhyun menatap Yesung penuh harap, kedua tangan Yesung masih berada di genggamannya. Yesung tersenyum tipis pada Kyuhyun. "Tentu saja..." Kyuhyun merasa sangat bahagia di detik itu, ia hampir menyingkirkan meja dan memeluk Yesung.. Namun.. "..jawabannya tidak." Ekspresi Kyuhyun langsung berubah.

Yesung tersenyum kecut, ia berdiri, melepaskan cincin milik Kyuhyun di jarinya kemudian membuangnya keluar jendela. "Apa yang seharunya dilupakan itu adalah KAU!" Tekan Yesung emosi. "Melihatmu sama saja dengan kembali kemasalalu. Setiap kali melihatmu, yang ada perasaan ini menjadi benci! Aku selalu terbayang, pembunuh tidak bertanggung jawab itu adalah KAU! KAU MERUSAK MASA DEPANKU, CHO KYUHYUN!" Dari kedua mata itu, Kyuhyun yakin, jika Yesung bisa saja mendorongnya keluar jendela dan menyaksikan ia jatuh dengan tawa puas.

"Awalnya aku memang sangat mencintaimu, tapi, kau tahu kan, perbedaan cinta dengan benci? Aku sudah memutuskan. Aku tidak ingin berhubungan denganmu lagi! Pergi dari hidupku!" Kata-kata Yesung sungguh menusuk ulu hati Kyuhyun, ia tak dapat membalas untuk membela diri. "Lagian, aku juga sudah berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan memaafkan orang yang sudah membunuh Siwon!"

Yesung menyeringai. "Kau benar Cho Kyuhyun, kita memang ditakdirkan bertemu, Tuhan memang menyayangiku, Tuhan mempertemukanku denganmu, untuk memberitahu, bahwa pembunuh Siwon adalah kau. Sangat adil, bukan?" Mata Kyuhyun memerah, airmata menggenang di pelupuk matanya. "Terima kasih, kau pernah memberikanku moment yang sangat berarti untuk aku kenang. Sekaligus rasa sakit yang teramat dalam." Yesung berbalik.

"Aku 'sangat bahagia' sudah dipertemukan denganmu, Cho Kyuhyun-ssi." Sebelum Yesung membuka pintu, ia berhenti sebentar. "Aku semakin membencimu, saat kau membuang cincinku." Kekehan terdengar. "Yang berhak menentukan, cincin itu aku buang atau simpan, adalah aku sendiri, karena itu milikku." Yesung sungguh keluar, Kyuhyun menatap nanar pada pintu. Ia mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, seperti, Yesung membuka kembali pintu dan berkata 'Ini hanya lelucon.' Atau 'jangan marah, aku bercanda.' Namun nyatanya... Semua itu hanya ada dalam khayalan.

Beberapa menit kemudian, setelah merasa dirinya tenang, Kyuhyun berdiri di ambang jendela berniat mencari udara segar, tidak sengaja menatap kebawah, dan melihat Yesung seperti mencari sesuatu, entah itu cincin yang ia buang, atau cincin yang Yesung buang. Tapi sepertinya, opini kedua sangat mustahil.

"Sekali lagi, aku benci musim dingin."

FLASHBACK OFF

.

Kita bangkit dengan menunjukkan cinta. Dan tenggelam saat cinta itu hilang.

.

"Memang, cinta tak selamanya harus berakhir bahagia, atau sang tokoh utama bersama dengan orang yang ia cintai. Kau tahu, kan? Cinta memang tidak harus memiliki," Kyuhyun menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, bergumam sendiri dengan menatap langit-langit kamar. "Aku yakin, Tuhan memiliki jalan sendiri untukku, bukan hanya untukku, tapi kita. Dan itu pasti yang terbaik."

Kyuhyun memejamkan mata, meletakkan punggung tangannya kekening kemudian menghela napas. Memflashback semuanya dari awal bertemu Yesung, kalau dilihat sejauh ini, semuanya nampak sia-sia, perjuangannya tak dibalas dengan apapun. Kyuhyunpun tahu, bukan hanya ia yang merasakan ketidak adilan, tapi Eunhyuk, Ryeowook. Semuanya tidak adil, dan untuk Yesung, Kyuhyun yakin sebenarnya Yesung tidak terlalu menyukai Donghae, tapi sepertinya, selama beberapa hari kedepan, mereka akan saling mencintai, dan menjaga kebahagiaan satu sama lain.

"Semoga bahagia, Kim Yesung."

.

Berhenti menyalahkan orang lain atas penderitaanmu

.

Donghae mencium kening Yesung sebelum memeluk lelaki tercintanya. Sekarang mereka berada di kamar Yesung, tiduran di bawah selimut yang sama sambil bertukar cerita.

"Kau pikir, Siwon meninggal karena ditabrak Kyuhyun?" Topik yang dipilih Donghae kali ini membuat Yesung badmood seketika, ia tidak menjawab. "Tidak ada yang salah, maupun yang benar." Yesung tetap tidak merespon. "Siwon meninggal atas kehendak Tuhan. Usia Siwon sudah mencapai batasnya, Yesung." Tiba-tiba Yesung mendorong Donghae, tatapan lelaki itu sangat tidak bersahabat.

"Coba kau pikir! Kau tidak akan menderita jika dari awal kau berusaha untuk bangkit." Yesung mendecih kemudian berbangun. "Tahu apa kau hah?! Apa kau tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat kau cintai?!" Donghae tersenyum, mengejek, ikut duduk dan menatap Yesung.

"Kaupun, apa kau tahu bagaimana rasanya tidak memiliki orang tua? Berada di dunia yang kejam ini seorang diri, ketakutan akan masa depan, tidak memiliki satu orangpun yang mencintai maupun dicintai! Kau tahu bagaimana rasanya jadi aku?"

"Jika aku tidak berusaha bangkit dan melawan, aku tidak mungkin jadi seperti ini. Jika waktu itu aku memilih pasrah, mungkin sekarang aku tidak ada disini, tidak menjadi Lee Donghae yang seperti sekarang. Sama halnya denganmu Yesung! Dari awal kau sendirilah penyebab penderitaanmu," Yesung tertegun, ia tak pernah terpikirkan itu sebelumnya. "Kau pernah merasakan kehilangan, bukan? Sangat sakit, tentunya. Dan, sekarang, kau meninggalkan Kyuhyun bukan karena kau membencinya! Tapi karena kau ingin dia merasakan bagaimana rasanya kehilangan."

"Percayalah Yesung, lebih sakit Kyuhyun daripada kau. Tuhan mengambil Siwonmu, dan memberikan Kyuhyun sebagai penggantinya, tapi pikiranmu sangat sempit hingga memandang kejadian ini sebagai... sesuatu negatif sampai-sampai kau memanggil Kyuhyun pembunuh." PLAK "Jangan sok tau, jangan sok-sok an menceramahiku. Kau sama saja!" Tangan Yesung mengepal.

"Kau menyalahkan Kyuhyun atas penderitaan yang kau buat sendiri." Donghae masih kukuh berbicara dengan lantang sedangkan Yesung terlihat sangat marah. "Tuhan mengambil Siwon dan mengirim Kyuhyun sebagai pengganti. Sementara Kyuhyun, dapatkah dia bangkit sementara kau masih disini? Masih bisa dia lihat, sentuh? Kau tahu Yesung? Berhenti menyalahkan Kyuhyun, memang dari awal Kyuhyun tidak salah apapun. Buka matamu lebar-lebar, lihat kebelakang, cari penyebab apa yang membuat hidupmu seberantakan sekarang."

PLAK "Diam Lee Donghae!" Donghae tertawa, Yesung kalah sebenarnya, makanya Yesung tidak membalas apapun. "Kyuhyun sangat mencintaimu, dia berusaha membuatmu bahagia, melindungi dengan segenap tenangnya." Donghae menahan tangan Yesung yang hendak menamparnya kembali. "Kau menderita, karena keputusanmu sendiri yang tidak mau bangkit selama dua tahun, jika saja satu minggu setelah Siwon meninggal kau bisa memaksa dirimu bersikap normal kembali, kau tidak akan seperti sekarang, mungkin kau sudah bahagia di pelaminan bersama Kyuhyun, atau memiliki satu atau dua orang anak?"

"Kudengar, kau selalu merenung di jembatan Banpo ya? Karena itu juga Kyuhyun tertarik padamu... Aku rasa, jika kau tidak berada di jembatan itu terus-terusan dan membantu hyungmu, pertemuan kau dengan Kyuhyun akan lebih berkesan. Tentu itu bisa kau tulis di buku harianmu,"

Yesung tiba-tiba berdiri. "Jika sudah bicaramu, sebaiknya keluar, aku lelah mendengarnya." Donghae menurut. "Satu yang perlu kau tahu Yesung, aku memang mencintaimu, sangat mencintaimu. Tapi aku tidak bisa bersama orang yang berpikiran sempit, menganggap dirinya paling menderita di antara semua orang, dan merasa tidak adil dengan takdir." Donghae menatap Yesung. "Satu bulan lebih bersamamu dan mengenalmu lebih dekat, aku semakin tidak suka dengan pandanganmu tentang apa itu takdir. Kau hanyalah orang tidak tahu yang berlagak sok tahu."

"Aku tidak berniat mempermainkanmu atau apa, hanya saja, aku rasa hubungan kita cukup sampai disini."

"Pergi sebelum aku membunuhmu.." Dengan santainya Donghae keluar kamar, menutup pintunya perlahan dan pergi dengan perasaan enteng. Memang ini yang sebenarnya ia inginkan, menyadarkan Yesung.

.

Orang yang mencintaimu apa adanya adalah harta berharga yang harus dilindungi

.

"Yesung, bagaimana hubunganmu dengan Kyuhyun? Kapan mau menikah?" Heechul mengoles selai nanas pada rotinya, sementara Yesung berusaha terlihat normal walau yang ada moodnya sangat berantakan. "Hyung bisa tanya sendiri pada Kyuhyun." Heechul tersenyum menggoda. Sungguh, pagi ini Yesung tidak ingin bertemu dengan Heechul, atau siapapun, ia ingin menyendiri untuk beberapa lama.

Heechul memakan sarapannya dengan buru-buru, meminum seteguk susu hangat kemudian berangkat tanpa mempedulikan Yesung. Lelaki manis itu menghela napas. "Maaf." Gumamnya kemudian meraih ponsel.

'Mau minum secup kopi panas pagi ini?' Yesung mengetik kata send tanpa ragu. Kemudian meninggalkan ruang makan. 'Ada yang ingin aku bicarakan.' Kirim Yesung lagi merasa orang itu tidak kunjung membalas. 'Baiklah. Aku tunggu di foodcurt mall samping kantorku' Tanpa membalas lagi Yesung langsung naik ke kamar untuk berganti pakaian dan selebihnya.

Tidak berapa lama kemudian Yesung keluar rumah dengan kunci mobil di tangannya.

.

Jika kamu bisa mengingat, kenapa kamu tidak bisa melupakan?

.

"Kopi panas dua," Ucap lelaki itu pada seorang palayan sebuah kedai di dalam foodcurt. "Gula?" Ia memberi isyarat tangan tidak kemudian menghampiri meja di sudut-sudut, padahal ia mau duduk dimana saja bisa, foodcurt sepagi ini masih sepi, yang jualanpun hanya beberapa.

Lelaki itu menghela napas pelan, memeriksa ponselnya apakah ada pesan masuk atau tidak, melihat tidak ada apapun kecuali spam pada emailnya ia kembali memasukan ke saku mantel.

Di pintu masuk foodcurt ia melihat Kim Yesung masuk, mata Yesung langsung tertuju pada dirinya. Sesampainya Yesung di depannya, belum sempat Yesung duduk. Lee Hyuk Jae langsung bertanya. "Ada apa?" Yesung tidak menjawab, memilih duduk dulu kemudian tersenyum paksa. "Hanya menanyakan beberapa hal tidak penting." Mulanya basa-basi. "Jangan konyol, kita tidak akrab, tidak mungkin kau memanggilku jika tidak ada sesuatu yang penting atau hal berkaitan Kyuhyun yang ingin kau tanyakan. Aku betul? Ya, kan?" Yesung diam, kecepatan serta ketepatan Eunhyuk berbicara tidak ia ragukan. Mungkin ini dampak dari pekerjaan Eunhyuk, yang mengharuskan bicara cepat serta tepat di depan orang banyak.

"Jika kau berpikir demikian." Seorang perempuan menghampiri mereka, meletakkan dua cup berisikan kopi hitam kemudian pergi. Sangat kaku.

"Apa yang ingin kau tahu?" Tanya Eunhuk setelah meminum seteguk kopinya. "Ingin tahu kondisi Kyuhyun? Dia sakit. Tidak makan sejak hari dimana dia melamarmu," Nada bicara Eunhyuk sangat datar. "Ah," Yesung hanya membalasnya demikian, Eunhyuk tepat sasaran, memang ini yang ingin ia tanyakan.

"Rupanya kau khawatir?" Sinisnya kemudian. "Darimana kau tahu nomorku?" Yesung meremas-remas tangannya di bawah meja. "Setelah aku melihat-lihat kontak, ternyata ada namamu, mungkin Donghae sengaja manyimpannya." Eunhyuk tersenyum hambar mendengar nama itu.

"Bicaralah, apa yang sebenarnya ingin kau tahu?" Yesung menatap Eunhyuk. "Apa terlambat jika aku ingin minta maaf?"

"Sebelum menjawab, aku ingin bertanya juga.." Jeda lumayan panjang. "Bisakah kau hidup tanpanya? Kyuhyun maksudku."

"Apa jika kami hidup bersama, mati juga bersama?" Yesung balas bertanya, Eunhyuk terpojok. "Aku lahir dan mati sendirian.. itulah hidup.."

Sudut bibir Eunhyuk tertarik "Bukan tentang kau lahir dan mati sendirian, tetapi tentang sebagaimana baiknya kau menjalani hidup, dan banyaknya kenangan menyenangkan dalam hidupmu yang menemanimu saat mati sendirian." Yesung mendecih. "Jangan lari dari pertanyaan awal. Jawab, apa aku terlambat jika ingin minta maaf?" Suara Yesung meninggi.

"Kenapa kau menanyakan hal ini padaku? Tanyakan pada dirimu sendiri Kim Yesung. Kau memulai semua ini dan seharusnya kau pikirkan bagaimana caranya mengakhiri dengan menguntungkan semua pihak, bukan hanya kau!" Yesung memalingkan wajahnya. "Selama Kyuhyun masih bernapas, semuanya belum terlambat." Setelah itu Eunhyuk berdiri. "Kopinya belum aku bayar." Kemudian pergi.

Yesung tentu mengerti maksud Eunhyuk 'menguntungkan semua pihak'. Itu berarti Kyuhyun, dirinya, Eunhyuk, maupun Donghae merasa adil. "Begitu, kah?" Gumam Yesung, masih menatap keluar jendela.

.

Di hari dimana salju turun seperti ini, aku selalu membayangkan berjalan bersamamu

.

'Jika kau ingin menemui Kyuhyun. Gedung apartemennya ada di perempatan jalan setelah rumahmu, lantai lima nomor tujuh belas, passwordnya, tanggal dan bulan lahirmu.'

Yesung memeriksa sekali lagi pesan dari Eunhyuk, setelah merasa yakin, ia memasukan ponsel ke saku jinsnya.

Sekarang Yesung berdiri di depan pintu apartemen bernomor tujuh belas. Telunjuknya ter ulur, kemudian menekan empat angka, yaitu tanggal dan bulan kelahiran dirinya sendiri.

KLEK Eunhyuk tak berbohong rupanya.

Walau ragu namun akhirnya Yesung tetap membuka pintu, kepalanya yang pertama masuk ke dalam, satu hal yang pertama kali ada di pikirannya. Gelap.

Layaknya maling, Yesung masuk kemudian menutup pintu sepelan mungkin. Ia tak berniat mencari saklar lampu karena tujuannya kesini bukan untuk itu, berbekal firasat, Yesung menghampiri pintu yang sedikit terbuka. Kali ini bukan kepalanya lagi yang masuk duluan, tetapi matanya mengintip antara pintu.

Lampu ruangan tidak menyala, yang menyala hanya lampu tidur kuning di meja samping ranjang Kyuhyun. Meski dengan pencahayaan seminim itu, Yesung masih bisa melihat sosok Kyuhyun, terutama wajahnya.

Seakan terpanggil, Yesung membuka pintu semakin lebar kemudian masuk ke dalamnya, semakin dekat dengan ranjang Kyuhyun hingga kini ia benar-benar tepat di sampingnya.

Wajah Kyuhyun pucat dengan keringat dingin memenuhi keningnya. Yesung memandang hal itu dengan datar, namun sesuatu di dalam dadanya bergejolak. "Apa kabar..?" Ucap Yesung lemah. "Aku ke dapur dulu," Yesung berbalik, berencana membuatkan makanan tapi ujung mantelnya tertarik cepat hingga ia jatuh ke atas Kyuhyun.

Tiba-tiba suasana menjadi canggung, Yesung merasa malu bergerak sementara tangan Kyuhyun memeluk dirinya. "Aku... baik..." Kyuhyun memaksakan senyuman meski dengan mata tertutup. "Badanmu panas," Kata Yesung, masih tidak bergerak. Membiarkan dirinya tiduran di atas Kyuhyun dengan tangan Kyuhyun melingkari pinggangnya. "Hm."

"Aku buatkan makanan untukmu dulu," Kyuhyun menggeleng. "Aku tidak butuh itu." Perlahan matanya terbuka, menatap langsung pada mata Yesung. "Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku." Kyuhyun memegang tengkuk Yesung dan langsung mempertemukan bibir mereka, ciuman selamat datang kembali.

Yesung terdiam, ia tak tahu harus merspon apa, matanya masih terbelalak sedangkan Kyuhyun memandanginya lembut.

Ciuman Kyuhyun semakin panas hingga melibatkan lidah, Yesung akui ia tak dapat menolak, ada kerinduan di lubuk hatinya akan sentuhan Kyuhyun.

Setelah cukup lama, Yesung baru bisa menutup matanya dan menikmati apapun yang di lakukan Kyuhyun. Sampai akhirnya Yesung menjauh karena tangan Kyuhyun yang lain berusaha menyelinap ke bagian intim tubuhnya. "D... demam itu menular! Bagaimana jika aku ikut sakit huh?!" Seru Yesung dengan wajah memerah. "Aku akan mengurusmu." Kyuhyun tersenyum menggoda.

"Yesung.." Panggil Kyuhyun sambil menghentakkan tubuh Yesung agar berbaring di sampingnya. Yesung bergumam. "Apa yang membawamu kemari? Perlu kau tahu, aku tidak ingin mendengar jawaban, bahwa kau hanya khawatir." Yesung mengigit bibirnya. "Itu salah satunya.."

"Apa yang lain?" Desak Kyuhyun. "Hei.. bukankah ini sangat canggung? Di kamar berdua dengan pencahayaan minim?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan," Intonasi Kyuhyun meninggi, ini bukan saatnya bercanda. "Maaf.." Lama Yesung terdiam, hingga kemudian ia meraih sesuatu di saku celananya. "Maukah kau memasangkan ini lagi? Jika tidak, aku tak akan memaksa." Yesung menyerahkan cincin pada Kyuhyun. Yang membuat lelaki itu tercengang.

"Kau...?" Tatapan Kyuhyun sangat shock, Yesung tersenyum. "Sangat kebetulan, cincin punyamu dan milikku sendiri berdekatan. Jadi aku ambil lagi keduanya, membuang cincin pernikahanku dulu, dan menyimpan punyamu." Kyuhyun masih tercengang. "Ah, sepertinya aku terlambat." Yesung berbangun disusul Kyuhyun.

Dengan cepat Kyuhyun meraih tangan Yesung, mengecupnya singkat sebelum akhirnya menyematkan cincin di jari manis tangan kiri lelaki itu. "Syukurlah, ternyata aku belum terlambat." Mata Yesung berkaca-kaca. Kyuhyun segera memeluknya.

"Apa Donghae menyakitimu jadi kau kembali padaku? Atau aku hanya jadi pelampiasan lagi, hm?" Yesung tertawa kecil. "Tidak keduanya. Berterima kasihlah pada Donghae, dia menyadarkanku, membuka mataku, hingga aku kembali padamu, Cho Kyuhyun." Yesung membalas pelukan Kyuhyun, menyamankan dirinya dalam dekapan lelaki tampan itu.

"Hm... kita sudah pacaran... kebetulan sekali... kita berduaan di kamar... bagaimana jika..."

"YA! Kau masih demam bodoh! Istirahat sana," Yesung mendorong Kyuhyun, secepat kilat keluar kamar dan menutup pintu. Yesung merutuk, menutup wajah dengan kedua tangan, menyembunyikan wajah merahnya yang menurutnya sangat memalukan.

"Cepat atau lambat kita pasti melakukannya... sayang..." Teriak Kyuhyun yang bagi Yesung terdengar seperti godaan. "Sekali lagi kau bicara seperti itu, akan aku laporkan pada hyungku!" Ancam Yesung kesal. Kyuhyun tertawa.

.

Semua akan berakhir bahagia. Jika kau percaya keajaiban itu sungguh ada.

.

"Hyuk Jae-ssi," Donghae duduk di sebelah Eunhyuk.

Kini mereka berdua sedang berada di festival musim dingin yang diadakan tidak jauh dari kantor Kyuhyun. Tepat di bawah lampu jalan yang cahayanya berwarna kuning, di pinggiran jalan.

"Hm? Tumben mengajakku keluar," Eunhyuk tertawa aneh. "Itu... aku mau kau traktir aku makan kebab.. kali ini aku tidak akan pernah meninggalkanmu.. seperti kemarin." Tekan Donghae, menatap Eunhyuk sambil meyakinkan. "Apa?" Tanya Eunhyuk tak yakin, kaget.

"Ya. Aku bersungguh-sungguh." Donghae meraih tangan Eunhyuk. "Aku terlalu fokus pada seseorang di depanku, hingga orang di belakang, yang selama ini sudah menopangku, aku lupakan, bahkan terkesan, tak aku pedulikan." Eunhyuk sangat mengerti perkataan Donghae, yang di maksud orang di depan adalah Yesung, yang di belakang, tentulah dirinya.

"Jika kau tidak mau... aku saja yang traktir." Ucap Donghae tiba-tiba merasa Eunhyuk diam saja. "E..eh?"

"B..bukan begitu.. b..baiklah... aku yang bayar untuk hari ini... selebihnya... kalau kita jalan-jalan lagi.. pakai uangmu.." Ucap Eunhyuk malu-malu. "Hm. Di kencan kita berikutnya, aku akan bayar." Lagi-lagi Eunhyuk kaget, sebelumnya kaget karena perkataan Donghae, kali ini ia kaget karena tingkah Donghae yang menggenggam tangannya, mengajaknya bergabung ke keramaian festival.

Eunhyuk tersenyum, ia balas menggenggam tangan Donghae dan berjalan beriringan.

TO BE CONTINUE

Hai! .-. akhirnya~ ^^ chap depan beneran ending semuanyaahhh~ Maap lama ya.. soalnya saya lagi ulangan semester 1 TWT do'ain saya dapat nilai bagus (AAAMMMIIINNNN), tak baguspun tak apa, asal tuntas TwT)"

Yosh! Sekian.