How bad do you want it me


Mingyu berjalan melewati Haowen, lalu tanpa berkata apa-apa ia duduk tepat di samping saudara tiri nya. Ia segera mengeluarkan ponsel nya untuk membunuh kebosanan. Hari ini Sehun menghubungi nya untuk jangan keluar rumah, Pria itu bilang dia akan pulang terlambat. Begitu juga Haowen.

Ruangan besar yang di tempati mereka sekarang ini adalah perpustakaan pribadi kakak tersayang mereka—Sehun. Bermeter-meter tinggi rak buku mengelilingi mereka. Sehun sangat menyukai buku. Itulah sebabnya dia menyulap ruangan besar kosong menjadi perpustakaan.

Oh tidak se-membosankan yang terdengar, Selain buku, ada beberapa mainan untuk adik-adik nya. Tv, Macbook, Sofa dan lainnya. Mingyu bersiul pelan mengingat berapa uang yang dikeluarkan untuk satu ruangan ini saja. Dia senang Kakaknya itu sangat kaya.

"Hei?"

Mingyu melirik Haowen, "Ada apa?"

"Jauh- jauh dari ku." ujar Haowen kesal.

Mingyu mendengus, menggeleng-geleng kan kepala nya tidak percaya. "Masa bodoh." ucapnya beranjak pergi, Berusaha mengalah karena seperti nya Haowen tidak dalam kondisi untuk diajak bercanda.

Ya dia tidak terkejut. Kakak-adik memang sama sekali tidak berbeda.


Haowen berjalan menuju dapur, Bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang sudah selama dua puluh tahun mengasuh mereka bertiga. Kedua nya bertukar senyum.

"Bibi Lee?" Haowen mendekati wanita yang dipanggilnya bibi.

"Oh, tuan muda Haowen. Bagaimana kabar mu?"

Haowen merendahkan tubuh nya memeluk bibi Lee, wanita itu tersenyum menepuk-nepuk pelan pundak tuan nya. "Sehun hyung sangat pilih kasih antara aku dan mingyu. Coba bayangkan, aku hanya meminjam mobilnya untuk—"

"Balapan?" tebak wanita tua itu seolah tau benar apa yang menjadi kebiasaan Haowen.

Haowen mengangguk, Melepas pelukannya dari wanita yang sudah dianggapnya seorang ibu. "Ya, dan dia berteriak padaku." adu nya dengan raut kesal. Dia tidak pernah berpikir kakak nya akan semarah itu untuk melarang nya pergi balapan.

Tapi apa salah nya? Dia juga ingin bermain dan memamerkan mobil keren kakak nya pada teman-teman nya.

Bibi Lee mengernyit, "Tuan Sehun melarang bukan karena tidak senang, Tuan muda. Tuan Sehun sangat sayang anda jadi dia melarangmu. Dia tidak ingin adiknya terluka. Itu saja." Jelas nya halus, mencoba mengambil hati Haowen agar mengerti dan berhenti kesal pada kakaknya.

"Tapi—"

"Balapan itu bahaya, Tuan muda. Pemerintah juga membuat undang-undang melarang ada balapan liar. Bagaimana jika anda di penjara?" Potong bibi Lee tegas. Haowen terdiam, tidak tahu ingin mengatakan apa.

Bibi lee tersenyum lembut, mendorong Haowen duduk di meja bar dapur. "Duduk disini, kau harus mengisi perut mu bukan?."


"Um.."

"Hm?"

Jongin menundukkan kepalanya, suasana di dalam mobil yang terlalu hening membuat Jongin tidak nyaman. Semenjak sekembalinya Sehun dari mengejar Haowen, wajah pria itu terlihat kesal dan cemas. Melihat nya, Jongin jadi ingin bertanya apa penyebabnya.

Sehun melirik sebelah kiri nya, tempat Jongin duduk. Dia mencoba berdeham, berusaha mendapat perhatian kecil Jongin.

"Euh, Sehun hyung?" Panggil Jongin dengan suara kecil. Sehun menarik nafas panjang mendengar suara manis itu.

"Ya?"

"Haowen.." Jongin tidak ingin menyelesaikan ucapannya, merasa ragu untuk bertanya. Dia ini siapa, pikir nya.

Sehun kembali berdeham, mendengar nama adik nya disebut. "Ada apa dengan Haowen?" tanya nya mencoba sebaik mungkin untuk biasa.

Jongin melirik Sehun lalu menunduk memainkan jemari nya.

"Ah itu.. Wajah mu tadi itu, um.. Terlihat—"

"Cemas?" potong Sehun asal menebak. Karena itu yang sebenarnya dirasakannya tadi. Dia cemas oleh ucapannya sendiri pada adiknya.

Jongin mengangguk, sedangkan Sehun terkekeh. "Aku baru membentak nya."

Mata Jongin membulat, segera berpaling menatap Sehun terkejut. "Benarkah? Kenapa?" tanya nya ingin tahu dengan sorot mata menggemaskan.

"Oh—" Sehun membasahi bibir bawahnya, "Dia meminjam mobil untuk balapan. Kau tahu? Balapan itu berbahaya dan dilarang." jelas nya sesingkat mungkin. Karena tatapan ingin tahu Jongin membuat Sehun ingin mengatakan semua yang ada di otaknya.

"Aku tidak tau Haowen suka balapan." gumam Jongin menatap lurus jalanan.

Sehun menoleh sekilas lalu tersenyum kecil setelah mendapati raut bingung Jongin.

Mobil Sehun berhenti di pertengahan lahan hijau tak begitu jauh dari padatnya kota. Hanya saja terlalu tersembunyi dan sepi—sunyi yang nyaman. Sehun menurunkan kaca jendela, melihat rumah sederhana yang tersusun dari kayu yang apik. Bibir Sehun melengkung takjub. Dia yakin rumah Jongin memiliki banyak rahasia didalamnya.

"Um, Se..hun hyung?"

Sehun menoleh, "Oh—Kenapa?"

"Boleh aku turun sekarang?"

Tawa Sehun meledak begitu setelah mendengar pertanyaan lugu Jongin. "Ah, maaf. Kau bisa turun sekarang."

Jongin mengangguk, sedikit malu akan pertanyaan bodoh yang tadi dilontarkannya. Dengan hati-hati dia turun dan menutup pintu.

"Apa um, anda mau mampir sebentar?" Jongin tidak bermaksud apa-apa, Dia hanya tidak enak membiarkan Sehun pulang tanpa bisa ia suguhkan apa-apa. Jika Orangtua nya tau, mungkin mereka akan senang karena memiliki seorang tamu tamp—Oh Ops..

Sehun tersenyum, menggeleng pelan. "Lain kali. Sampai jumpa besok. Jam 8."

"Jam delapan." Jongin mengangguk. Melambai ketika mobil Sehun menyala.


"Aku pulang."

Sehun melangkah masuk, dia disambut oleh dua adik nya dan seorang wanita paruh baya yang tersenyum padanya. Sehun mendekat memberikan wanita itu pelukan singkat.

"Bibi Lee, Aku senang kau disini. Makam malam? Menginap?" Sehun sudah menganggap wanita ini sebagai ibu nya sendiri begitupun Haowen dan entah dengan Mingyu.

Bibi Lee tersenyum sedih. "Makan malam anda sudah siap. Tumis daging lada hitam kesukaan anda. Tapi maafkan aku, karena aku hanya datang bebersih dan menyiapkan kalian makan malam." Sehun menghela nafas. Tersenyum tipis mengiyakan.

"Baiklah. Hati-hati."

Sehun mengawasi punggung renta Bibi Lee. Setelah pintu tertutup, baru raut datar Sehun kembali dan menatap dingin kedua adiknya.

Mingyu langsung mengalihkan pandangannya takut sedangkan Haowen menunduk dalam. Sehun melangkah mendekat pada mereka berdua dan duduk didepan mereka. Dia menatap kedua nya selidik. Pertama..

"Mingyu."

Mingyu tersentak di duduknya, dalam diam meneguk ludah berusaha menarik senyum lebar sepertu biasa. "Ada apa, Sehun hyung?" tanya nya riang.

Sehun menghentak-hentak sol sepatunya pada lantai seolah tau itu hanya akan mengintimidasi kedua adiknya. "Kudengar, Kau mengacak laci ku tadi siang. Dan menyelinap ke ruang kerja ku kemarin."

Mingyu menggaruk tengkuknya, ah sial, apakah dia harus berbohong lagi? Yang benar saja soal laci itu saja kakaknya sudah tau ia sedang berbohong. Atau jujur saja?

"Jadi?" Sehun menatap Mingyu tidak sabar. Gelagat resah adiknya itu justru membuat Sehun semakin curiga.

Tanpa dikatakan pun dia tahu Mingyu sedang mencari sesuatu belakangan ini. Dia sadar jika kadar berbohong Mingyu meningkat setiap harinya. Salah sekali jika bocah ini menganggapnya tidak tahu atau bodoh mempercayai semua ucapannya.

Mingyu mendesah pelan, "Aish.. Aku mencari kunci brangkas mu ok? Aku butuh uang. Aku—"

"Apa?! Kau—brangkas?!" Haowen berdiri menatap marah pada Mingyu.

Mingyu membalas tatapan Haowen dengan meninggikan dagu nya. "So?"

"Brengsek, ka—"

Brakk

Sehun melempar sejumlah uang ke meja. Baik Mingyu atau Haowen sangat terkejut oleh tindakan kakak mereka yang tiba-tiba.

"W-woah.. Banyak sekali." bibir serta kedua mata Mingyu terbuka lebar.

Dibalik wajah dingin Sehun yang saat ini memperhatikan Mingyu yang secara rakus menghitung per lembar uang di meja, dia sangat prihatin dan kecewa.

"Kau tidak perlu mencuri. Kau hanya perlu meminta padaku. Aku masih mampu membiayai mu. Jangan buang harga diriku melihat adik tiri ku mencuri uang ku. Mengerti?"

Mingyu memang tidak mendengar perkataan Sehun, dia sibuk menghitung uang dan hanya mengangguk cepat seadanya. Hal itu membuat Haowen dalam hati sangat geram. Benar-benar.. Kakaknya terlalu memanjakan Mingyu. Bahkan perbuatan menjijikan Mingyu masih dimaafkan? Seriously..

"Apa—Hyung?!" bentak Haowen tidak terima. Bukan apa-apa. Dia dari awal memang membenci parasit disebelahnya—Mingyu. Dari kecil sampai Sehun bekerja. Dia selalu meminta hal lebih. Dan sialnya kakaknya selalu memberi.

Sehun tahu jika Haowen jelas akan marah mengetahui akan niat kotor Mingyu.

"Duduklah." perintah Sehun pelan, Haowen menurut dan kembali duduk menundukkan kepala nya.

"Mingyu, tidurlah."

"Ah baiklah. Selamat malam. Dan terima kasih hyung." ucap Mingyu riang tanpa rasa bersalah. Dia berlari menaiki tangga dengan wajah dipenuhi senyum.

Setelah memastikan hanya tinggal dirinya dan Haowen. Sehun mengalihkan pandangannya pada Haowen. Lama mereka berdiam mendengarjam besar di sudut ruangan berdeting tiap detik.

"Maafkan aku."

Sehun menyesalkan tindakannya hari ini yang tanpa berpikir meninggikan suara nya dan berakhir membuat Haowen berlari marah.

Haowen menggeleng, "Tidak. Maafkan aku. Aku—"

"Kau tau maksud ku, aku hanya khawatir padamu. Maaf hari ini aku membentakmu." potong Sehun.

Haowen menggigit bibirnya, membenarkan jika bentakkan kakaknya hari ini masih belum hilang dari pikirannya. Itu pertama kali nya dan dia tidak ingin mengalaminya lagi.

Melihat adikya terdiam, Sehun kembali berbicara.

"Kau memang tidak pernah meminta apapun padaku. Tapi kau tau,kau bisa meminta apapun. Aku tidak memiliki dasar membedakan kalian. Kalian adikku. Aku kakak kalian. Kepala keluarga saat ini."

Haowen mengangguk dalam diam. Dia membenarkan lagi ucapan Sehun. Haowen menyesal beranggapan negatif dan mengabaikan hal yang dia tahu.

"Maaf kan aku." ucap Haowen meminta maaf kedua kalinya dengan nada sesal.

Sehun tersenyum, membuka lebar lengannya. Haowen berlari memeluk kakaknya. "Maaf."

"Hm." gumam Sehun pelan mengusak surai Haowen.


23.06

Sehun duduk bersila di atas karpet, memangku semangkuk sereal organik dan menonton serius apa yang tengah diputar nya.

Mulutnya berhenti menguyah, kedua matanya tidak berkedip melihat tubuh di layar itu meliuk indah. Itu baru bakat. Wow.

"Aku beruntung menemukannya terlebih dulu." Gumam nya bangga seraya menyuap sereal kemulutnya.

Itu adalah Video amatir kiriman agen-agen pencari bakat yang dipekerjakannya. Beberapa tahun terakhir yang lalu secara bergatian mereka mengirimkan video Jongin menari di pinggir Jalan bersama rekannya. Sehun yakin mereka tidak berencana membuat nya untuk harus merekrut Jongin.

Mereka hanya agen, di pekerjakan untuk mencari tahu dan menyelidiki bakat tersembunyi warga. Mereka tersebar dimanapun. Sehun berani berpikir jika mereka tanpa sengaja menemui Jongin dan berpikir hal yang sama.

Jongin bisa jadi bintang besar. Lupakan penyanyi. Jongin bisa debut menjadi apapun jika Sehun mau.

Video berganti, suasana didalam layar terlihat hujan dan disana Jongin menari solo.

"Fuck." Sehun langsung mematikan televisi dan membeku beberapa detik dalam posisi yang sama.

Bagaimana dia tidak mematikan televisi jika disana Jongim menari dengan pakaian serba hitam yang sepenuhnya melekat pada tubuhnya karena hujan.

"Oh, Shit!" jerit Sehun menutup wajah nya yang mulai memerah membayangkan apa yang baru dilihatnya.

Great Jongin. Kau buat Oh Sehun terangsang pada tubuh seorang remaja. Apa dia seorang pedophile..?

Arghh


TBC


Note :

Wow, Rated M indeed.

Whyyyyyyyyyyy... Just look at this tittle guys. Gua(?) sadar khusus ff ini gua terlalu lambat bikin progress di hunkai nya ditambah mingyu nya dan the hell.. Haowen. Jadi gua putusin buat hiatusin aje ini ff buat waktu yg lamaa.

But.. Syukurlah gua masih diberi hidayah buat nerusin ini ff. Sejujurnya dari judul pasti udah kebayang siapa yg goda ama yg digoda.. Jelas Dapuq! Yg goda jelas Jongin *tampar gua nini tampar!* di awal chapter bener beneer itu goblok nya gua bikin Jongin lugu wtf soo pure taik(?). Dan disini gua mau balikkin alur ke jalan yang benar.

Jalan yang benar gaes. Ingetin gua ya kalo gua balik ke jalan yg salah(?) *defuq man..gaje :'v*

Maap lama apdet juga progress ini ff. Aku(?)**njir akukami gualu bahasa alayers(?)(?)* usahain buat nerusin ini epepe buat tamat kok. Gk bakal satu pun ff telantarin kok gaes.

Happy reads.. Thanks:**