DESTINY IS ON-GOING - Chapter 2

*note: italic means percakapan menggunakan bahasa selain bahasa Korea.

*whisper* Happy reading~~ ;)

"Kau belum pernah ke rumah keluarga Park, kan?" Tanya Baekhyun pada Kai yang duduk di kursi belakang taksi.

Saat ini Baekhyun dan Kai sedang di perjalanan menuju rumah Chanyeol. Sebelumnya, saat taksi yang mereka tumpangi masih berada di jalan tol menuju rumah mereka, Baekhyun mendapat pesan dari Chanyeol yang meminta mereka untuk langsung ke kediaman keluarga Park saja karena eomma dan appa Jung (begitu Chanyeol memanggil orang tua Baekhyun) sedang ke luar kota.

Sebenarnya Baekhyun mau mengacuhkan pesan Chanyeol itu. Tubuhnya terasa lelah sekali. Perjalanan London-Korea tidak hanya memakan waktu satu dua jam. Belum lagi kedatangan pesawat yang ditumpangi Kai dari Jepang harus membuatnya menunggu lagi di bandara selama dua jam. Sungguh hari yang melelahkan. Bahkan lebih melelahkan dari pada mengerjakan pekerjaannya (yang sebenarnya sangat padat) saat di London.

Dan yang dibutuhkan Baekhyun saat ini hanya tidur di kasur besarnya yang empuk. Kamarnya yang selalu terasa sejuk karena ada pohon besar di depan jendela ruangan itu membuat Baekhyun semakin tidak sabar untuk segera tiba di rumahnya. Tapi dia juga tidak mau melewatkan kesempatan menikmati masakan buatan eomma Park. Sudah berapa tahun dia tidak merasakan masakan buatan eomma Park. Hasil tangan eomma Park adalah favorit kedua Baekhyun setelah buatan sang eomma, ngomong-ngomong.

"Seperti nii-chan pernah membawa ku kesana saja." Kai membalas pertanyaan Baekhyun dengan nada malas, antara lelah dan sedikit mencibir sang oppa.

"Ah, ne, mian, hehehe.."

Mendengar jawaban dari Baekhyun, membuat Kai mendengus dan mengalihkan tatapannya pada pemandangan di luar dari jendela taksi disampingnya.

Sebenarnya Kai penasaran juga sih, pada keluarga Park. Kecuali sosok Chanyeol, tentu saja. Karena sewaktu Kai masih tinggal di Korea, Baekhyun rutin sekali berkunjung ke rumah Chanyeol setiap akhir pekan. Bahkan, kabar dari eomma nya, "jadwal" oppa nya itu masih terus berlanjut setelah kepindahan Kai ke Jepang.

Bukan karena apa-apa, sih. Sebenarnya Kai hanya penasaran pada hubungan sang oppa dan eonnie nya itu. Yakin, kalau mereka nggak ada hubungan spesial? Rutin setiap akhir pekan, loh, kunjungan Baekhyun kesana. Seperti ngapelin pacar, kan? Hohoho...

"Nii-chan-"

"Oppa, Kai. Panggil aku oppa. Ingat, kau di Korea sekarang. Biasakan itu."

"Ne, oppa."

"Hm. Wae?"

"Sebenarnya, apa sih hubungan oppa dengan Chan nee-chan? -jangan menyuruhku memanggilnya eonnie, karena aku lebih suka dan sudah terbiasa di lidahku memanggilnya nee-chan." Kai bertanya pada Baekhyun dan langsung memotongnya ketika dia lihat Baekhyun akan mengoreksinya, lagi.

Baekhyun terlihat menghela napas sejenak. Adik nya ini, apa keras kepalanya tidak berkurang? Apa didikan ojii-san disana tidak mempan pada sifatnya yang satu itu? Ck!

"Ne, terserahmu soal panggilan itu. Yang penting kau harus menggunakan bahasa Korea selama disini. Ingat, biasakan!"

"Ne."

Suasana hening seketika di dalam taksi itu.

"Oppa."

"Hn."

"Oppa belum menjawab pertanyaanku." Kai sedikit merajuk tanpa ia sadari.

"Oh. Tidak ada. Kami hanya sahabat, seperti yang kau dan orang lain tahu."

"Tapi koq-"

"Wae? Kau juga berpikir oppa dan Chanyeol pacaran?"

"Eh?"

Baekhyun menggela napas lagi. "Tidak, Kai. We are truly, really, no kidding just bestfriend. Em, sweet bestfriend, perhaps. Or maybe we were long lost twinnie? Hahaha.. Sebenarnya kami sendiri pun bingung, kenapa banyak juga yang menanyakan pertanyaan yang sama seperti itu? Kau mungkin sudah kesekian ribu orang yang pernah menanyakan itu. Tapi oppa maupun Chanyeol tidak mau ambil pusing tentang itu dan tetap bersikap seperti biasanya kami berinteraksi."

Ekspresi Kai saat ini bercampur antara kaget dan bingung. "Lalu, apa oppa sudah memiliki kekasih? Bagaimana dengan nee-chan? Seriously, kalian terlihat seperti memiliki hubungan khusus. Kalian backstreet ya, oppa? Jujur saja padaku, oppa. Aku pasti mendukung kalian, koq." Kai memajukan posisi duduknya hingga kepalanya menjulur diantara kursi supir dan penumpang depan.

"Hahaha.. Aniyo. Eobseo. Yang aku tahu, kami belum memiliki kekasih masing-masing. Wae?"

"Yahh..." Dengan lemas, Kai kembali menyenderkan tubuhnya di kursi penumpang.

"Ya! Wae?"

"Ani. I thought, at least, you both have hidden-secretly-special relationship." Kai menjawab sambil mengerucutkan bibirnya.

"Hahaha.. Apa yang kau tonton selama ini, Kai? Opera sabun? Sinetron? Hahaha... kau ini ada-ada aja."

"Ishh.. Oppa ga asik!" Melihat Kai yang merajuk, Baekhyun memutuskan untuk memejamkan matanya. Sungguh, badannya lelah bukan main ditambah pertanyaan Kai sebelumnya membuat Baekhyun sedikit sakit kepala.


"Oh, oppa. Di persimpangan depan setelah lampu merah nanti tolong berhenti." Joonmyeon terlihat merapihkan seragam dan tasnya.

"Hm? Wae?" Minho mengalihkan tatapannya sejenak ke Joonmyeon.

"Emm.. Aku lupa ada tugas kelompok di rumah teman ku."

"Tugas kelompok? Memangnya sekarang sistem belajar di sekolahmu ada yang seperti itu?" Minho heran. Seingatnya, di sekolah Joonmyeon tidak ada sistem kerja kelompok di luar jam sekolah. Sedikit aneh, memang. Tapi begitulah sistem belajar-mengajar di sekolah private khusus putri itu. Thanks to Taemin, teman Minho yang juga senior Joonmyeon yang memberikan informasi-informasi yang Minho butuhkan. Bahkan tentang apa saja yang Joonmyeon lakukan selama di sekolah. Such a sister-complex, huh?

"Oppa tidak percaya padaku?" Joonmyeon mulai melakukan aksi merajuknya. Akting, sebenarnya.

"Ani. Oppa percaya padamu, tapi-"

"Ya sudah kalau begitu. Tepikan mobilnya, juseyo~ hehehe"

"Hahh... baiklah, tuan putri."

Setelah Minho menepikan mobilnya di tempat yang adiknya minta, Joonmyeon bergegas untuk keluar.

"Telepon oppa jika kau sudah selesai. Biar oppa jemput."

"Baiklah. Oppa gomawo. Hati-hati di jalan. Annyeong."

Joonmyeon melambaikan tangan nya, mengantar kepergian mobil sang oppa sampai tidak terlihat lagi di pandangannya.

"Hah! Semoga akting ku tadi meyakinkan. Bisa berabe kalau Minho oppa curiga dan tahu. Nah, sekarang saatnya bekerja, Suho. Hwaiting!" Joonmyeon mengucapkan kalimat terakhirnya dengan penuh semangat.

But, wait! Suho? Nugu?


"Eomma. Sehun pulang."

Musim panas di awal bulan Agustus benar-benar menyengat dan menyiksa. Berjalan selama kurang lebih 15 menit dari sekolah ke rumah nya saja berasa seperti melaksanakan hukuman dari guru piket -lari keliling lapangan 15 putaran atau berjemur di lapangan selama satu setengah jam. Dehidrasi dan panas menyengat.

*Sehun' POV

Water, water, water, water, I need some bottle full of icy water~ Water, juseyo~~

Huwahhhh... Panas hari ini sungguh bikin kepalaku pusing, sampai nyanyi nggak jelas kaya begini. Tapi sungguh, aku butuh air dingin saat ini. Maka dari itu aku nekat berjalan cepat ke arah dapur tanpa melepas sepatuku terlebih dahulu. Jika eomma tau, bisa diceramahi panjang lebar. Hari ini panas minta ampun, badan dan kelapaku pun sudah cukup panas, dan aku rasa aku nggak akan sanggup lagi untuk menerima serangan eomma yang sudah pasti akan membuat kupingku ikutan panas.

Ehem! Jangan berpikiran aku anak yang kurang ajar, durhaka dan tidak sayang juga hormat pada orang tua, ya. Begini-begini aku menghormati orang yang lebih tua. Anak yang menyayangi keluarga, bahkan sedikit (ehem!) manja.

Oke, oke, baiklah. Memang nggak sedikit. Lumayan, lah.

Ugh! Oke. Fine. Aku memang manja. Anak paling manja di keluarga ku. Tapi hanya jika bersama mereka. Di luar rumah tentu saja aku menjaga image ku. Hell! Aku sudah mendapatkan predikat Ice Prince di sekolah, ya meski aku nggak tau kenapa mereka memanggilku seperti itu. But, not bad juga kedengarannya, hehehe..

Ah, kenapa jadi ngelantur ke julukanku di sekolah. Sudahlah, yang penting aku sudah menuntaskan dahagaku ini. Hahh... leganya, saudara-saudara. Hahaha...

Aku pergi ke meja makan setelah melepas dan menyimpan sepatuku di lemari penyimpanan. Laparnya nggak nahan. Eh, tapi koq nggak ada makanan apapun di meja? Aku balik lagi ke dapur, nggak ada juga. Bahkan dapurnya masih bersih bersinar s*nlight. Dan baru sadar juga nggak ada aroma makanan di ruangan ini. Apa hari ini eomma nggak masak? Lah, terus aku makan apa donk?

Eh, tapi koq dari tadi aku nggak lihat eomma, ya? Biasanya jam segini eomma masih sibuk di dapur, siapin menu makan siang.

Enggak mungkin juga kalau eomma pergi keluar. Kalau eomma keluar rumah pasti sudah menghubungiku dari tadi. Atau ke rumah tetangga? Emm, lebih masuk akal sih. Tapi saat ini aku lapar, huhuhu...

Obrak-abrik kulkas aja, deh. Buah juga nggak apa-apa. Situasi darurat, apapun jadi. Kalau bisa, aku makan kursi dapur sekalian, anggap aja coklat batangan jumbo. Hehehe... becanda, lah.

*Sehun' POV END

Sehun membawa beberapa buah menuju kamarnya di lantai dua. Makan buah dari dalam kulkas, not bad juga. Seger-seger gimana, gitu.

Baru saja melangkah naik anak tangga kedua, Sehun mendengar suara tawa eomma nya dari arah halaman belakang. Akhirnya, ketemu juga radar sang eomma.

Berbalik arah ke halaman belakang, Sehun berniat ingin mengerjai eomma nya. Sehun akan meminta eomma nya untuk membuat makanan-makanan enak sebagai ganti keterlambatan jam makan siang mereka dan mengijinkan dirinya membeli bubble tea sepuasnya. Karena sudah dua minggu ini eomma melarang nya membeli minuman favorit nya itu.

Sebenarnya itu karena dirinya sendiri. Beberapa minggu sebelumnya Sehun sakit, agak komplikasi. Sakit perut, demam tinggi, batuk dan pilek. Beruntung dia tidak harus dirawat di rumah sakit. Istirahat dan ijin tidak masuk sekolah selama dua minggu penuh. Saat Sehun kembali masuk sekolah, teman sekelasnya menyampaikan kalau dirinya ditunggu wali kelas mereka di ruang guru. Dan rasanya Sehun ingin pulang ke rumah dan menangis di pelukan eomma saat wali kelasnya memberikan daftar jadwal ulangan dan test susulan apa saja yang harus dia ikuti. Beruntung (lagi) sahabatnya, Jimin, sudah memberinya copy catatan pelajaran selama Sehun tidak masuk sekolah. Hell, semua itu karena dia minum bubble tea tanpa aturan. Nggak kira-kira Sehun membelinya sampai lima gelas di tengah hari dengan suhu yang sedang tinggi-tingginya, ditambah dia belum makan sebelumnya. Itu yang menyebabkan Sehun sakit. Tapi herannya Sehun malah merindukan minuman itu, bukannya kapok, hahhh...

Dan sekarang, Sehun ingin memanfaatkan kondisi saat ini. Meski dirinya sendiri ragu eomma akan mengijinkannya atau tidak. Karena untuk urusan yang menyangkut kesehatan, ditambah apa yang pernah Sehun alami sebelumnya, pasti eomma agak sulit diajak bernegosiasi.

Semakin dekat dengan pintu halaman belakang, Sehun semakin memantapkan hati untuk melaksanakan rencananya.

Eh, tapi koq eomma seperti sedang mengobrol. Nggak mungkinkan eomma nya berbincang dengan Candy, puppy peliharaan keluarga Park. Sehun yakin kalau eomma nya nggak akan sampai se-imajinatif itu. Eh?


"...ppa."

"Oppa!"

"Ish, nii-chan!"

"Op-"

"Ugh! Ya! Wae?" Baekhyun agak menggeliat saat dia rasa ada yang menusuk-nusuk pinggangnya menggunakan sepatu. Huh? Sepatu?

"YA! Kenapa harus pakai sepatu? Tidak bisa ya, membangunkan dengan cara yang lebih beradab?! Ugh!" Baekhyun terus saja mengomel saat kesadarannya sudah terkumpul karena tindakan Kai.

Sedangkan korban omelan Baekhyun, tersangka utama sebenarnya, hanya cekikikan di kursi belakang taksi melihat Baekhyun mengomel masih dengan muka bantal dan rambut juga bajunya yang agak berantakan. Sungguh Kai merindukan kekonyolan sang oppa. "Hehehe... Oppa, mian. Tapi, apa ini alamat yang benar?" Kai bertanya sambil menyisir pandangannya ke rumah yang... agak berbeda dari rumah-rumah yang ada di komplek perumahan itu.

"Oh? Kita sudah sampai." Hanya dengan sekali lihat, tentu saja Baekhyun sudah langsung tahu kalau mereka sudah sampai di alamat yang benar. Rumah keluarga Park. "Kajja, Kai-ya." Setelah membayar ongkos taksi, Baekhyun dan Kai bergegas keluar dan mengambil koper-koper mereka di bagasi taksi. Baekhyun dengan tampang lelahnya, sedangkan Kai dengan tampang penasaran.

Baekhyun langsung saja melengos memasuki gerbang rumah yang dari halaman depan terlihat minimalis tapi asri. Sungguh Kai bingung. Dulu Baekhyun pernah bercerita kalau keluarga Park sama dengan keluarga mereka, berada. Tapi, dilihat dari luar saja terlihat seperti rumah penduduk biasa. Kalangan standar maksudnya. Tapi setelah dilihat lebih detail lagi, membuat Kai semakin penasaran dengan bagian dalam rumah ini, karena dari halaman rumahnya terlihat ada "sentuhan khusus". Sentuhan yang Kai pelajari dari obaa-chan.

Kai sedikit belajar tentang yang berhubungan dengan bunga seperti merangkai sampai perkebunan. Baru belajar yang berhubungan dengan kalangan berada saja, yang biasa obaa-chan bilang dengan sentuhan khusus untuk memperhalus. Meski belum expert, tapi Kai ingat beberapa ciri sentuhan khusus seperti yang ada di halaman rumah ini. Baiklah, Kai sudah yakin kalau Baekhyun tidak membawanya ke alamat palsu. Dan dengan mantap Kai melangkah sampai ke depan pintu, bahkan menyusul Baekhyun yang masih kelihatan lunglai, efek bangun tidur.

"Eyyy... anak satu ini."

TBC


Annyeong!

Mian... Sorry... Maaf, aku lama ga update ff ini

Bukan maksud menelantarkan, tapi apa daya, imajinasi kurang bersahabat #halahh...

Yang udah setia nunggu, sampe PM juga, ah yang udah review juga JINJA GOMAWO, ARIGATOGOZAIMASU *harteu* *harteu*

Mian, aku ga bisa sebutin satu-satu yang udah jadi doping ku jadi lebih semangat lanjutin nih ff. Mian juga words nya ga banyak, huhuhu...

So, last words for this session...

Hope you like it, guys! ;)